• Tidak ada hasil yang ditemukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Media Pembelajaran Komik

1. Pengertian Media Komik

Shadely dalam Nur Mariyanah (2005) mengartikan media komik sebagai berikut: komik merupakan rangkaian gambar-gambar yang keseluruhannya membentuk rentetan suatu cerita. Ada kalanya disertai narasi sebagai penjelasan.

2. Bentuk Media Komik

Secara garis besar menurut Trimo dalam Nur Mariyanah (2005) media komik dapat dibedakan menjadi 2 yaitu strip komik (comic strip)

dan buku komik (comic book). Strip komik adalah suatu bentuk komik 17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xxix

xxix

yang terdiri dari beberapa lembar bingkai kolom yang dimuat dalam suatu harian atau majalah, biasanya disambung ceritanya, sedangkan yang dimaksud buku komik adalah komik yang berbentuk buku. Penelitian ini menggunakan bentuk strip komik karena lebih sederhana, waktu yang digunakan lebih efektif dan akan lebih cepat dipahami siswa.

3. Komik Pembelajaran Materi Wujud Zat

Komik ini berisi tentang meteri wujud zat diantaranya :

a. Perubahan Zat : percakapan antara seorang profesor dan murid tentang perubahan wujud zat.

b. Teori Partikel Zat : kisah Nobita yang sedang kesulitan dan bertanya pada Doraemon tentang materi teori partikel zat.

c. Kohesi dan Adhesi : Percakapan antara Doraemon dan Nobita. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran (hal. 95). 4. Kelebihan Media Komik

Sebagai salah satu media visual media komik tentunya memiliki kelebihan tersendiri jika di manfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar.

Menurut Gene Yang dalam Eko Wurianto (2009) komik memiliki lima kelebihan jika dipakai dalam pembelajaran. Kelebihan itu adalah:

a. Memotivasi

Hutchinson dalam Eko Wurianto (2009) menemukan bahwa 74% guru yang disurvei menganggap bahwa komik membantu memotivasi, 18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xxx

xxx

sedangkan 79% mengatakan komik meningkatkan partisipasi individu. Satu guru mengatakan bahwa komik membuat pembelajaran menjadi pembelajaran yang sangat mudah. DC Comics, Thorndike, dan Downes juga menemukan bahwa komik mampu memotivasi siswa ketika mereka memperkenalkan buku latihan bahasa Superman ke kelasnya. Mereka menemukan bahwa siswa memiliki ketertarikan yang tak biasa dan, komik mampu membuat siswa menyelesaikan tugas yang seharusnya diselesaikan dalam satu minggu menjadi satu hari saja (Sones, dalam Eko Wurianto, 2009). Hasil eksperimen di atas menunjukkan kepada kita bahwa komik benar – benar mampu memotivasi siswa selama proses belajar mengaja.

b. Visual

Komik terdiri dari gambar-gambar yang merupakan media visual. Sones dalam Eko Wurianto (2009) menyimpulkan bahwa kualitas gambar komik dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Sones membagi empat ratus siswa kelas enam sampai kelas sembilan kedalam dua kelompok. Masing-masing kelompok seimbang dalam pembagian kelas dan kecakapannya. Kelompok pertama disuguhi pembelajaran cerita dengan menggunakan komik dan yang kedua hanya menggunakan teks saja. Setelah itu, mereka dites untuk mengetahui isi dari pembelajaran cerita itu. Setelah seminggu, prosesnya diubah, kelompok pertama disuguhi teks saja sedang yang 19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xxxi

xxxi

kedua diberikan komik. Kemudian kedua grup dites lagi. Akhirnya, Sones dalam Eko Wurianto (2009) berkesimpulan bahwa pengaruh gambar terlihat dalam hasil tes. Tes pertama menunujukkan bahwa kelompok pertama mendapatkan nilai jauh lebih tinggi daripada kelompok kedua. Di tes kedua kelompok kedua mendapatkan nilai jauh lebih tinggi daripada kelompok pertama.

c. Permanen

Menggunakan komik sebagai media pembelajaran jauh berbeda dengan menggunakan film atau animasi. Meskipun film dan animasi juga merupakan media visual, mereka hanya dapat dilihat tanpa bisa mengulanginya sekehendak kita. Komik, berbeda dengannya, merupakan media yang permanen. Jika siswa tidak memahami suatu adegan film atau animasi, mereka tidak bisa mengulanginya. Tetapi dengan komik, mereka bisa mengulangi sesuka hati mereka.

d. Perantara

Karl Koenke dalam Eko Wurianto (2009) mengatakan bahwa komik bisa mengarahkan siswa untuk disiplin membaca khususnya mereka yang tidak suka membaca atau yang memiliki kekhawatiran akan kesalahan. Komik bisa menjadi jembatan untuk membaca buku yang lebih serius. Haugaard dalam Eko Wurianto (2009) mengatakan bahwa komik bisa mengubah siswanya yang tidak suka membaca menjadi siswa penyuka buku Jules Verne and Ray Bradbury.

20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xxxii

xxxii e. Populer

Kita bisa mengatakan bahwa siswa kita saat ini berada dalam budaya populer. Timothy Morrison, Gregory Bryan, and George Chilcoat dalam Eko Wurianto (2009) mengatakan bahwa dengan memasukkan budaya populer kedalam kurikulum bisa menjembatani kesenjangan perasaan siswa ketika di dalam dan luar sekolah. Komik adalah bagian dari budaya populer. Kita tahu bahwa Spiderman and Batman adalah film yang diambil dari komik. Ini akan berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar.

5. Kelemahan Media Komik

Media komik disamping mempunyai kelebihan juga memiliki kelemahan dan keterbatasan kemampuan dalam hal-hal tertentu. Menurut Trimo dalam Eko Wurianto (2009) kelemahan media komik antara lain:

1. Kemudahan orang membaca komik membuat malas membaca sehingga menyebabkan penolakan-penolakan atas buku-buku yang tidak bergambar

2. Ditinjau dari segi bahasa beberapa komik banyak menggunakan kata-kata yang kurang baik ataupun kalimat-kalimat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan dalam pembelajaran

3. Banyak aksi-aksi yang menonjolkan kekerasan ataupun tingkah laku yang sinting(perverted)

21

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xxxiii

xxxiii

4. Banyak adegan percintaan yang menonjol.

Media komik dalam penelitian ini tidak menggunakan kata-kata yang kurang baik atau tidak layak digunakan untuk pendidikan, tetapi menggunakan kata-kata yang mengandung pesan-pesan pengetahuan. 6. Peranan Media Komik dalam Pembelajaran

Nilai edukatif media komik dalam proses belajar mengajar tidak diragukan lagi. Menurut Sudjana dan Rivai dalam Nur Marianah (2005) media komik dalam proses belajar mengajar menciptakan minat para peserta didik, mengefektifkan proses belajar mengajar, dapat meningkatkan minat belajar dan menimbulkan minat apresiasi.

Dokumen terkait