• Tidak ada hasil yang ditemukan

URAIAN TEORITIS

2.3 Media Massa Televisi

Pada hakikatnya media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Bermula dari ditemukannya electricshe teleskop sebagai perwujudan gagasan

seorang mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, menemukan sistem penyaluran sistem penyaluran sinyal gambar, untuk mengirim gambar melalui udara dari suatu tempat ke tempat lain. Sistem ini dianggap praktis, sehingga diadakan percobaan pemancaran serta penerimaan sinyal televisi tersebut. Hal ini terjadi antara tahun 1883-1884. Akhirnya Nipkov diakui senagai ‘Bapak’ televisi.

Televisi sudah mulai dinikmati oleh public Amerika Serikat pada tahun 1939, yaitu ketika berlangsungnya World”s Fair di New York Amerika Serikat. Tetapi Perang Dunia II telah menyebabkan kegiatan dalam bidang televisi itu terhenti. Baru setelah itu, tahun 1946 kegiatan dalam bidang televisi itu dimulai lagi. Pada waktu itu di Amerika Serikat hanya terdapat beberapa buah pemancar saja, tetapi kemudian teknologi berkembang dengan pesat, jumlah pemancar TV meningkat dngan hebatnya. Tahun 1948 merupakan tahun penting dalam dunia pertelevisian karena pada tahun tersebut ada perubahan dari televisi eksperimen ke televisi komersial di Amerika.

Seperti halnya dengan media massa lain, televisi pun tidak dapat dimonopoli oleh Amerika Serikat saja. Sewaktu Amerika giat mengembangkan media massa itu, negara-negara Eropa lainpun tidak mau ketinggalan. Perkembangan televisi sangat cepat sehingga dari waktu ke waktu media itu memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari.

Menurut Skormis (Kuswandi, 1996: 8), dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku, dan sebagainya), televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Televisi meupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat informatif, hiburan, dan pendidikan, atau bahkan

gabungan dari ketiga unsur tersebut. Informasi yang disampaikan oleh televisi, akan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual.

Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh, dan visi atau videre (bahasa Latin). Dengan demikian televisi atau television diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi disuatu tempat (studio televisi) dan dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah perangkat penerima (televisi set).

Televisi adalah paduan radio dan film. Program siaran televisi dapat dilihat dan didengar oleh penonton; karena ditransmisikan oleh pemancar. Dalam sistem transmisi/pemancar, gambar dan suara yang dihasilkan oleh kamera elektronik diubah menjadi gelombang elektromagnetik dan selanjutnya ditransmisikan oleh pemancar. Gelombang elektromagnetik ini diterima oleh sistem antena yang menyalurkan kepesawat penerima (pesawat televisi). Di pesawat televisi, gelombang elektromagnetik itu diubah kembali menjadi gambar dan suara yang dapat dinikmati di layar televisi.

Pada hakikatnya, media televisi sebagai komunikasi pandang dengar mempunyai tiga fungsi, (Kuswandi, 1996: 20-21)yaitu:

1. Fungsi Informasi (The Information Function).

Televisi dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana informasi tidak hanya dalam bentuk siaran pandang mata, atau berita yang dibacakan penyiar, dilengkapi gambar-gambar yang faktual, akan tetapi juga menyiarkan bentuk lain seperti ceramah, diskusi, dan komentar. Televisi dianggap sebagai media massa yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuaskan. Hal ini didorong

oleh dua faktor yang terdpat dalam media massa audio visual tersebut yaitu

immediacy dan realism.

Immediacy, mencakup pengertian langsung dan dekat, peristiwa yang

disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh para pemirsa pada saat peristiwa itu berlangsung. Realism, mengandung makna kenyatan. Ini berarti bahwa stasiun televisi menyiarkan informasinya secara audio dan visual dengan perantaraan mikropon dan kamera apa adanya sesuai dengan kenyataan. Jadi pemirsa melihat sendiri dan mendengar sendiri.

2. Fungsi Pendidikan (The Educational Function)

Sebagai media komunikasi massa, televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan. Sesuai dengan makna pendidikan, yakni meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat, televisi menyiarkan acara-acara tertenru secara teratur, misalnya pelajaran bahasa, matematika, elektronika, dan lain-lain. 3. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function)

Dinegara-negara yang kehidupan masyarakatnya bersifat agraris, fungsi hiburan yang melekat pada siaran televisi tampaknya lebih dominan. Sebagian besar dari alokasi waktu siaran diisi oleh acara-acara hiburan. Hal ini dapat dimengerti karena pada layar televisi dapat ditampilkan gambar hidup beserta suaranya bagaikan kenyataan, dan dapat dinikmati dirumah-rumah oleh seluruh keluarga, serta dapat dinikmati oleh khalayak yang tidak mengerti bahasa asing bahkan yang tuna aksara.

2.3.1Tayangan Televisi

Tayangan televisi dapat diartikan sebagai suatu pertunjukan, acara yang ditampilkan dan disiarkan melalui media massa televisi. Tayangan tersebut bisa bersifat hiburan, informasi, ataupun pendidikan. Dalam kaitannya terhadap peningkatan pengetahuan, suatu tayangan televisi hendaknya memperhatikan beberapa hal berikut :

1. Frekuensi menonton, melalui frekuensi menonton komunikan, dapat dilihat pengaruh tayangan terhadap pengetahuan komunikan.

2. Waktu penayangan, apakah waktu penayangan suatu acara sudah tepat atau sesuai dengan sasaran komunikan yang dituju.

3. Kemasan acara, agar mampu menarik perhatian pemirsa yang menjadi sasaran komunikannya, suatu tayangan harus dikemas atau ditampilkan secara menarik.

4. Gaya penyampaian pesan, dalam menyampaikan pesan dari suatu tayangan, apakah host atau pembawa acara sudah cukup komunikatif dan menarik, sehingga selain dapat menghindari rasa jenuh pemirsanya, juga agar pemirsa dapat memahami pesan yang disampaikan.

5. Pemahaman pesan, Apakah komunikan dapat mengerti dan memahami setiap materi atau pesan yang disampaikan oleh suatu tayangan.

2.3.2Daya Tarik Televisi

Televisi mempunyai daya tarik yang kuat. Jika radio mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur kata-kata, musik, dan sound effect, maka televisi selain ketiga unsur tersebut juga memiliki unsur visual berupa gambar. Dan gambar ini bukan gambar mati, melainkan gambar hidup yang mampu

menimbulkan kesan mendalam pada pemirsa. Daya tarik ini selain melebihi radio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan aman dan nyaman. Selain itu, televisi juga dapat menyajikan berbagai program lainnya yang cukup variatif dan menarik untuk dinikmati masyarakat (Effendy, 2002: 177).

2.3.3 Dampak Acara Televisi

Media televisi sebagaimana media massa lainnya berperan sebagai alat informasi, hiburan, kontrol sosial dan penghubung wilayah secara strategis. Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan berbeda-beda menurut visi pemirsa. Serta dampak yang ditimbulkan juga beraneka ragam.

Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi. Dengan demikian, apa yang diasumsikan televisi sebagai suatu acara yang penting untuk disajikan kepada pemirsa, belum tentu penting bagi khalayak. Ada tiga dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa:

1. Dampak kognitif, yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa.

2. Dampak peniruan, yaitu pemirsa diharapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi.

3. Dampak perilaku, yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari (Kuswandi, 1996: 99).

Dokumen terkait