• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program “Asal Usul” Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi Akan Mitos (Studi Korelasional Tentang Program “Asal Usul” di Trans7 dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi Akan Mitos di Kalangan Masyarakat Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Polonia Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Program “Asal Usul” Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi Akan Mitos (Studi Korelasional Tentang Program “Asal Usul” di Trans7 dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi Akan Mitos di Kalangan Masyarakat Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Polonia Kota Medan)"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM “ASAL USUL” DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI AKAN MITOS

(Studi Korelasional Tentang Program “Asal Usul” di Trans7 Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Informasi Akan Mitos di Kalangan Masyarakat

Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Polonia Kota Medan)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-I) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi

Disusun Oleh:

NIRWANA FITRI

060904019

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI INI DISETUJUI DAN DIPERTAHANKAN OLEH: NAMA : NIRWANA FITRI

NIM : 060904019

JUDUL : PROGRAM “ASAL USUL” DAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI AKAN MITOS

(Studi Korelasional Tentang Program “Asal Usul” di Trans7 dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi Akan Mitos di Kalangan Masyarakat Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Polonia Kota Medan)

Pembimbing Ketua Departemen

Prof.Dr. Suwardi Lubis, M.S Drs. Amir Purba,M.A NIP. 195808101986011001 NIP.195102191987011001

a.n. Dekan

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan panitia Penguji Skripsi

Hari :

Tanggal :

Pukul :

Tempat :

Tim Penguji

1. Ketua Penguji :

2. Penguji

:

3. Penguji Utama :

(4)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Pengaruh program “Asal Usul” di Trans7 terhadap pemenuhan kebutuhan informasi akan mitos di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Polonia Kota Medan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mencari hubungan topik acara dengan ketertarikan masyarakat terhadap program ”Asal Usul” di Trans7, mencari faktor-faktor yang mendorong masyarakat menonton program “Asal usul” di Trans7, dan menemukan hubungan antara program “Asal Usul” di Trans7 dengan pemenuhan kebutuhan informasi akan mitos di kalangan masyarakat Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Polonia Kota Medan.

Penelitian ini dimulai pada bulan Desember 2009 dengan lama penelitian yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan. Untuk mencari jumlah sampel dalam penelitian ini maka dipakai rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%. Dari hasil ini maka didapatlah jumlah responden yaitu 92 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah teknik Proportional Stratified Sampling dimana populasi dikelompokkan ke dalam kelompok atau kategori yang disebut strata dengan tujuan untuk membuat sifat homogen dari populasi yang heterogen. Dalam jenis pengambilan sampel ini, jumlah sampel yang di ambil dari setiap strata harus proporsional. Oleh karena itu, populasi yang lebih kecil tetap memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Kemudian digunakan teknik purposive sampling, responden yang diteliti berdasarkan kriteria yaitu terdaftar sebagai masyarakat lingkungan I,II,III, dan IV Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Polonia Kota Medan yang pernah menonton program “Asal Usul” di Trans7 minimal dua kali dan berusia 15 tahun ke atas.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Untuk menguji hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan maka peneliti menggunakan rumus koefisien korelasi tata jenjang oleh Spearman (Spearman’s Rho Rank Order Correlations), yakni data dari variabel-variabel yang diteliti harus ditetapkan peringkatnya dari yang terkecil sampai terbesar. Lalu didapatlah kekuatan hubungannya sebesar r = 0,99. Sesuai dengan skala Guilford, maka kekuatan hubungan antara program “Asal Usul” di Trans7 dengan pemenuhan kebutuhan informasi akan mitos dikalangan masyarakat Kelurahan Sari Rejo Kota Medan merupakan hubungan yang sangat tinggi, kuat sekali, dan dapat diandalkan. Untuk menguji hipotesa ini maka digunakan rumus thitung. Kemudian didapatlah nilai thitung sebesar 69,5. Selanjutunya nilai ttabel dengan jumlah responden 92 orang adalah 1,99. Dari perhitungan ini, jika thitung > ttabel (69,5 > 1,99), maka Ho ditolak dan terjadi hubungan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Program “Asal Usul” dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi Akan Mitos (Studi Korelasional Tentang Program “Asal Usul” dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi Akan Mitos di Kalangan Masyarakat Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Polonia Kota Medan). Shalawat bermahkotakan salam penulis hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia ke alam penuh peradaban seperti sekarang ini.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang teristimewa kedua orangtua penulis sekaligus motivator, sumber inspirasi, guru spiritual dan sahabat penulis ayahanda Yahya Simatupang dan ibunda Damsiani Siregar. Terima kasih telah memberikan kepercayaan kepada ananda untuk menimba ilmu di Kota Medan ini. Terima kasih atas segala cinta, kasih sayang, doa dan dukungan yang tiada hentinya kepada penulis. Juga kepada adik-adik penulis yang selalu menjadi motivator bagi penulis. Bagaimanapun, apa yang telah penulis lakukan semata-mata hanya untuk membanggakan orang tua dan menjadi contoh yang baik buat adik-adik penulis.

(6)

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A., Dekan FISIP USU.

2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A., Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

3. Ibu Dra Dewi Kurniawati, MSi., Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang telah banyak memberikan masukan kepada peneliti selama penulisan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Suwardi Lubis, M.S., dosen pembimbing penulis yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Ibu Yovita Sabarina Sitepu S.Sos, dosen wali penulis yang telah banyak mengarahkan dan memberikan masukan-masukan kepada penulis selama perkuliahan. Terima kasih ibu, segala kebaikan ibu tiada akan pernah terlupakan.

6. Seluruh dosen ilmu komunikasi khususnya dan dosen FISIP USU pada umumnya atas segala ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

7. Kak Icut, kak Maya dan kak Ros yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan.

8. Bapak Al Kausar Deaysa S.Stp selaku Lurah di Kel. Sari Rejo Kota Medan yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian skripsi di sana. 9. Bapak Dimun selaku Kepala Lingkungan I yang telah membantu penulis

untuk bertemu dengan Kepala Kelurahan Sari Rejo Kota Medan.

(7)

11.Teman-teman penulis, Melisa, Dhika, Yuli, Vega dan Fiqi (Happy yummy,

Slrupp…). Terima kasih telah bersedia meluangkan waktunya untuk

mendengarkan cerita-ceritaku dan terima kasih karena telah menerima ku dengan berbagai karakter yang ada dalam diriku. Kalian semua tidak akan pernah tergantikan.

12.Teman-teman di Departemen Ilmu Komunikasi khususnya angkatan 2006, terima kasih telah membuat diriku menjadi bagian dari kalian semua. Sungguh kalian telah membuat hidup ku lebih berarti.

13.Teman-teman in the kost 2D, terima kasih karena telah menemani dan membantu penulis saat mengedit penelitian ini.

14.Reza dan ibunya, yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian. Terima kasih atas waktu yang diberikan disela-sela aktivitas yang padat. 15.Semua orang yang telah berjasa dalam hidup penulis yang selalu memberikan

semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan didalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat rekonstruktif demi perbaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis hanya dapat memanjatkan doa semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal pada semua pihak atas kebaikan dan bantuannya. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam menambah khasanah pengetahuan kita semua.

(8)

DAFTAR ISI

2.1.1 Unsur-unsur Komunikasi ... 27

2.2 Komunikasi Massa ... 30

2.2.1 Ciri-ciri Komunikasi Massa... 32

(9)

2.5 Mitos ... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 50

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 50

3.1.1 Letak Daerah Kelurahan Sari Rejo ... 50

3.1.2 Visi dan Misi ... 51

3.1.3 Struktur Pemerintahan ... 52

3.1.4 Jumlah Penduduk ... 53

3.1.5 Sarana dan Prasarana ... 53

3.2 Sekilas Tentang Trans7 dan Program “Asal Usul” ... 54

3.2.1 Sekilas Tentang Trans7 ... 54

3.7 Teknik Pengumpulan Data... 60

3.8 Teknik Analisis Data ... 60

BAB IV PEMBAHASAN ... 64

4.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 64

(10)

BAB V PENUTUP ... 128

5.1Kesimpulan ... 128

5.2Saran ... 129

DAFTAR PUSTAKA ... 132

(11)

DAFTAR TABEL

No. Uraian Halaman

1.1 Variabel Operasional ... 20

3.1 Jumlah Penduduk ... 53

3.2 Populasi ... 57

3.3 Sampel ... 59

4.3.1 Jenis Kelamin ... 67

4.3.2 Usia Responden ... 68

4.3.3 Suku Responden ... 68

4.3.4 Pendidikan Responden ... 69

4.3.5 Penghasilan Responden ... 70

4.3.6 Tingkat Keseringan Responden Menonton “Asal Usul” ... 71

4.3.7 Frekuensi Menonton Responden ... 72

4.3.9 Tingkat Ketertarikan Responden Terhadap Tema/Materi Acara... 73

4.3.10 Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Pembahasan Materi Acara... 74

4.3.11 Pemilihan Hari Penayangan Program “Asal Usul” ... 75

4.3.12 Pemilihan Jam Tayang Program “Asal Usul” ... 76

4.3.13 Tingkat Ketertarikan Responden Terhadap Kemasan Acara ... 77

4.3.14 Alasan Responden Menilai Kemasan Acara Tidak Menarik ... 78

4.3.15 Alasan Responden Menilai Kemasan Acara Menarik ... 79

4.3.16 Tingkat Ketertarikan Responden Terhadap Penyajian Acara ... 80

4.3.17 Alasan Responden Menilai Penyajian Acara Tidak Menarik ... 81

4.3.18 Alasan Responden Menilai Penyajian Acara Menarik ... 82

(12)

4.3.21 Tingkat Ketertarikan Responden Terhadap Penjelasan Mitos

Oleh Narasumber ... 85 4.3.22 Tingkat Kejelasan Penyampaian Informasi Tentang Mitos

Oleh Narasumber ... 86 4.3.23 Tingkat Terpenuhinya Kebutuhan Informasi Akan Mitos ... 87 4.3.24 Alasan Responden Menilai Kebutuhan Informasi Akan Mitos

Tidak Terpenuhi ... 88 4.3.25 Alasan Responden Menilai Kebutuhan Informasi Akan Mitos

Terpenuhi ... 89 4.3.26 Penilaian Responden Terhadap Informasi Tentang Mitos ... 91 4.3.27 Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Mitos Saat Menonton ... 92 4.3.28 Tingkat Terpenuhinya Pengetahuan Responden Tentang Mitos Setelah

Menonton ... 93 4.3.28 Alasan Responden Menilai Pengetahuan Akan Mitos Tidak Terpenuhi 94 4.3.29 Alasan Responden Menilai Pengetahuan Akan Mitos Terpenuhi ... 95 4.3.30 Tingkat Pemahaman Responden Tentang Mitos Setelah Menonton ... 96 4.3.31 Tingkat Kesenangan Responden Dengan Informasi Tentang Mitos .... 97 4.3.32 Tingkat Kesenangan Responden Karena Kebutuhan Informasi

Tentang Mitos Terpenuhi Setelah Menonton ... 98 4.3.33 Tingkat Kepuasan Responden Dengan Informasi Tentang Mitos ... 99 4.3.34 Tingkat Kepuasan Responden Karena Kebutuhan Informasi Tentang

Mitos Terpenuhi Setelah Menonton ... 100 4.4.1 Hubungan Antara Tingkat Keseringan Menonton Responden

(13)

4.4.2 Hubungan Antara Frekuensi Menonton Responden Dengan Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Informasi Akan Mitos……….. 104 4.4.3 Hubungan Antara Pembahasan Materi Acara Dengan Tingkat Pemenuhan

Kebutuhan Informasi Akan Mitos……….. 106 4.4.4 Hubungan Antara Tingkat Kejelasan Materi Acara Dengan Tingkat

Pemenuhan Kebutuhan Informasi Akan Mitos ... … 108 4.4.5 Hubungan Antara Tingkat Kejelasan Informasi Yang Disampaikan

Narasumber Dengan Tingkat Pemahaman Akan Mitos ... 110 4.4.6 Hubungan Antara Tema/Materi Acara Dengan Tingkat Kesenangan

Responden ... 112 4.4.7 Hubungan Antara Pembahasan Materi Acara Dengan Tingkat Kepuasan

Responden Setelah Menonton... 114 4.5.1 Tabel Rangking Pengaruh Program “Asal Usul” di Trans7 Dalam

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Uraian Halaman

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner

Lampiran 2 : Tabel Foltron Cobol Lampiran 3 : Tabel Skor Data Mentah Lampiran 4 : Tabel Skor Rangking Lampiran 5 : Biodata Penulis

(16)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Pengaruh program “Asal Usul” di Trans7 terhadap pemenuhan kebutuhan informasi akan mitos di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Polonia Kota Medan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mencari hubungan topik acara dengan ketertarikan masyarakat terhadap program ”Asal Usul” di Trans7, mencari faktor-faktor yang mendorong masyarakat menonton program “Asal usul” di Trans7, dan menemukan hubungan antara program “Asal Usul” di Trans7 dengan pemenuhan kebutuhan informasi akan mitos di kalangan masyarakat Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Polonia Kota Medan.

Penelitian ini dimulai pada bulan Desember 2009 dengan lama penelitian yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan. Untuk mencari jumlah sampel dalam penelitian ini maka dipakai rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%. Dari hasil ini maka didapatlah jumlah responden yaitu 92 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah teknik Proportional Stratified Sampling dimana populasi dikelompokkan ke dalam kelompok atau kategori yang disebut strata dengan tujuan untuk membuat sifat homogen dari populasi yang heterogen. Dalam jenis pengambilan sampel ini, jumlah sampel yang di ambil dari setiap strata harus proporsional. Oleh karena itu, populasi yang lebih kecil tetap memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Kemudian digunakan teknik purposive sampling, responden yang diteliti berdasarkan kriteria yaitu terdaftar sebagai masyarakat lingkungan I,II,III, dan IV Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Polonia Kota Medan yang pernah menonton program “Asal Usul” di Trans7 minimal dua kali dan berusia 15 tahun ke atas.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Untuk menguji hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan maka peneliti menggunakan rumus koefisien korelasi tata jenjang oleh Spearman (Spearman’s Rho Rank Order Correlations), yakni data dari variabel-variabel yang diteliti harus ditetapkan peringkatnya dari yang terkecil sampai terbesar. Lalu didapatlah kekuatan hubungannya sebesar r = 0,99. Sesuai dengan skala Guilford, maka kekuatan hubungan antara program “Asal Usul” di Trans7 dengan pemenuhan kebutuhan informasi akan mitos dikalangan masyarakat Kelurahan Sari Rejo Kota Medan merupakan hubungan yang sangat tinggi, kuat sekali, dan dapat diandalkan. Untuk menguji hipotesa ini maka digunakan rumus thitung. Kemudian didapatlah nilai thitung sebesar 69,5. Selanjutunya nilai ttabel dengan jumlah responden 92 orang adalah 1,99. Dari perhitungan ini, jika thitung > ttabel (69,5 > 1,99), maka Ho ditolak dan terjadi hubungan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial yang saling tergantung antara satu dengan yang lain. Dalam kehidupan sehari – hari, manusia memerlukan informasi yang menyangkut dirinya, orang lain, dan juga lingkungannya. Dengan adanya informasi itu, manusia dapat saling mengenal dan mampu beradaptasi.

Media massa merupakan salah satu jalan untuk memenuhi keinginan manusia akan informasi. Dari semua jenis media massa yang ada, televisi merupakan media yang sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Saat ini televisi merupakan media massa yang keberadaannya sangat dibutuhkan dan hampir mendominasi semua waktu luang setiap orang.

Televisi begitu banyak menyita perhatian khalayak tanpa mengenal usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan pendidikan. Hal ini disebabkan karena televisi memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan media lainnya, yaitu televisi dapat didengar dan dilihat. Kotak ajaib ini mampu menyedot perhatian khalayak dengan ragam cara yang disuguhkan demi merebut simpati khalayak. Dengan demikian khalayak akan bebas memilih saluran televisi mana dan program acara apa yang diinginkan untuk dikonsumsi.

(18)

mendekatkan dunia yang jauh ke depan mata tanpa perlu membuang waktu dan uang untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut.

Kegiatan siaran televisi di Indonesia di mulai pada tanggal 24 Agustus 1962, yaitu TVRI atau Televisi Republik Indonesia yang menyiarkan secara langsung pembukaan pesta olahraga se-Asia IV atau Sea Games di Senayan, Jakarta. Kemudian muncullah stasiun-stasiun televisi swasta di Indonesia yang lebih banyak menyiarkan kegiatan bisnis dan hiburan selain informasi, salah satunya adalah TRANS TV. TRANS TV memperoleh izin siaran pada bulan Oktober 1998 setelah dinyatakan lulus dari ujian kelayakan yang dilakukan tim antar departemen pemerintah, maka sejak tanggal 15 Desember 2001, TRANS TV memulai siaran secara resmi.

(19)

GROUP, TRANS7 diharapkan dapat menjadi televisi yang maju, dengan program-program in-house productions yang bersifat informatif, kreatif, dan inovatif.

Seiring dengan persaingan antar stasiun televisi swasta yang menyajikan program informasi, maka setiap stasiun televisi dituntut untuk memberikan suatu program yang lebih berbeda kepada masyarakat. Program “Asal Usul” merupakan program terbaru di Trans7 yang memberikan informasi kepada khalayak tentang mitos. Topik yang menarik dan dilengkapi pengujian secara ilmiah membuat program ini digemari khalayak sehingga rating yang diperoleh juga tinggi.

Program “Asal Usul” dirancang khusus untuk membongkar kepercayaan atau mitos yang sudah lama hidup dan dipercaya masyarakat. Percayakah kalau buah nanas bisa menyebabkan keguguran, jika dikonsumsi oleh ibu yang sedang hamil muda? Atau, benarkah mitos bahwa kulit bayi akan menjadi putih dan bersih apabila si ibu pada waktu hamil rajin meminum air kelapa hijau? Dan, benarkah juga buah terong tidak baik dikonsumsi oleh para pria, karena dapat menghilangkan kejantanan?

Sederet pertanyaan berbau mitos di atas mungkin sudah cukup akrab bagi sebagian masyarakat di negeri ini. Tapi benarkah semua mitos-mitos itu? Keberadaan mitos ini seringkali membuat bingung, antara mana yang benar dan mana yang tidak. Mitos tak boleh asal dipercaya tanpa ada pengujian secara ilmiah. Berangkat untuk mencari kebenaran di balik beragam mitos itulah kemudian lahir sebuah program di layar kaca Trans7 bernama “Asal Usul”.

(20)

tertulis yang mengatur perilaku masyarakat. Kita pernah bahkan sering mendengar orang tua, atau teman melarang memakan ini dan itu karena alasan tertentu. Larangan dan anjuran ini sering kali dikaitkan dengan dugaan kebiasaan yang terjadi di masyarakat. Padahal belum tentu semua dugaan itu benar. Alhasil larangan tadi pun menjadi semacam mitos dalam kegiatan santap-menyantap dikalangan masyarakat.

Program “Asal Usul” mulai tayang sejak 5 Februari tahun 2009 pukul 10.00-10.30 WIB. Tetapi tanggal 23 April 2009, tayangan ini pindah menjadi pukul 15.30-14.00 WIB, yaitu setiap hari Senin-Jumat. Dengan slogan “ Kalau Asal Jangan Usul, Kalau Usul Nggak Boleh Asal “.

Program “Asal Usul” mengatakan program ini tidak hanya disajikan untuk memberi hiburan kepada pemirsa. ''Tetapi juga diharapkan bisa memberi inspirasi dan pengetahuan kepada masyarakat akan kebenaran mitos,''. Dalam proses pembuktian beragam mitos tadi, pihak Trans7 menggandeng sejumlah peneliti, pakar, maupun dokter. Biasanya, untuk mengetahui kebenaran mitos, Trans7 mengajak pemirsanya menyaksikan pembuktian secara ilmiah dari dalam laboratorium. (www.transtv.co.id).

(21)

Berliana Keesi, dan Susanna Sunarno. Dan mereka hadir secara bergantian dalam setiap episode.

Para reporter tadi bertugas mengorek informasi seputar mitos kepada para peneliti. Bahkan, dalam salah satu episode tentang terong, pemandu program ini tidak sungkan untuk berkunjung ke salah seorang dokter spesialis.

Setelah ada data ilmiah dari laboratorium, para reporter akan langsung meminta keterangan kepada penelitinya. Dan hasilnya adalah bahwa dari sederet mitos yang berkembang di negeri ini, tidak semuanya mengandung kebenaran mutlak. Di antara mitos yang mengandung kebenaran itu seperti buah nanas yang kurang baik bagi ibu yang sedang hamil muda. Karena dari hasil pengujian laboratorium, nanas itu mengandung enzim Bromelin. Enzim tersebut kurang baik buat ibu hamil muda, karena dapat memicu perkembangan daging di dalam tubuh menjadi lembek.

Begitu juga dengan mitos tentang air kelapa hijau. Di antara kandungan kelapa itu terdapat minyak kelapa murni (virgin coconut oil alias VCO). Dalam VCO, terdapat kandungan zat yang mirip dengan air susu. ''Zat tersebut ternyata bagus untuk pertumbuhan cabang bayi.''

Secara umum, program “Asal Usul” di Trans7 ini berisi liputan tentang mitos, pamali, kepercayaan atau pantangan yang berkembang di masyarakat. Selain itu, pemirsa juga akan diajak untuk menemui orang-orang kreatif dan inspiratif.

(22)

Medan Polonia Kota Medan. Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan oleh penulis, yang dilakukan melalui tanya jawab, masyarakat Kelurahan Sari Rejo banyak yang sudah menonton program ini sekurang-kurangnya dua kali. Dan rata-rata yang menonton program “Asal Usul” sudah berumur 15 tahun ke atas. Berarti khalayaknya sudah mampu berpikir lebih rasional terhadap apa yang ditontonnya dan sudah bisa memilih tontonan mana yang diinginkan. Selain itu, tingkat perekonomian masyarakat Kelurahan Sari Rejo adalah menengah kebawah, dan masih banyak di antara mereka yang percaya dengan mitos.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut :

“Sejauhmanakah program “Asal Usul” di Trans7 berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan informasi akan mitos dikalangan masyarakat Kelurahan Sari Rejo, Kota Medan? “.

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari terlalu luasnya ruang lingkup penelitian, maka peneliti merasa perlu untuk membuat pembatasan masalah yang akan diteliti sehingga lebih fokus dan spesifik. Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

(23)

kebutuhan informasi akan mitos dikalangan masyarakat Kelurahan Sari Rejo, Kota Medan.

2. Penelitian dilakukan di Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia Kota Medan.

3. Objek penelitiannya adalah masyarakat yang terdaftar sebagai warga dikelurahan Sari Rejo, Kota Medan dan sudah berusia 15 tahun ke atas dan pernah menonton program “Asal Usul” di Trans7 minimal dua kali.

4. Topik yang dibahas terbatas pada mitos Flora dan Fauna saja.

5. Penelitian ini dibatasi sampai empat lingkungan, yaitu lingkungan I, II, III,dan IV.

6. Penelitian ini dimulai pada bulan Desember 2009, dengan lama penelitian yang akan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

a) Untuk mencari hubungan topik acara dengan ketertarikan terhadap program “Asal Usul” di Trans7.

b) Untuk mencari faktor-faktor yang mendorong masyarakat menonton program “Asal usul” di Trans7.

(24)

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

a) Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah penelitian dan sumber bacaan kepada mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

b) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai komunikasi, khususnya komunikasi massa.

c) Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada siapa saja yang tertarik terhadap perkembangan media massa, khususnya televisi.

1.5 Kerangka Teori

Dalam penelitian ilmiah, teori berperan sebagai landasan berpikir. Dengan demikian, pemecahan masalah yang diteliti tampak jelas dan sistematis sesuai dengan pengertian teori itu sendiri, yakni serangkaian asumsi, konstruksi, definisi, dan proporsi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara menghubungkan hubungan antar konsep (Singarimbun, 1995: 37).

(25)

Menurut Kerlinger (Rakhmat, 2004: 6), teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.

Khalayak berperan aktif dalam menentukan media mana yang sesuai dengan kebutuhannya. Termasuk dalam pemilihan program-program di televisi, baik yang bersifat mendidik, informasi, kontrol sosial, ataupun hiburan. Hal ini adalah persoalan utama yang dikaji dalam Teori Uses and Gratifications.

Herbert Blumer dan Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan teori Uses and Gratifications. Teori ini diperkenalkan pada tahun 1974 dalam bukunya The Uses of Mass Communications: Current Perspective on

Gratifications Research. Dikatakan bahwa pengguna media memainkan peran

aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media itu adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi.

Teori Uses and Gratifications lebih menekankan pada pendekatan manusiawi didalam melihat media. Artinya, manusia itu punya otonomi, wewenang untuk memperlakukan media. Menurut pendapat teori ini, konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana (lewat media mana) mereka menggunakan media itu akan berdampak bagi dirinya.

(26)

a. Cognitive needs (Kebutuhan Kognitif)

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan, dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan rasa hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk penyelidikan.

b. Affective needs (Kebutuhan Afektif)

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman- pengalaman yang estetis, menyenangkan, dan emosional.

c. Personal integrative needs (Kebutuhan pribadi secara integratif)

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal–hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri.

d. Social integrative needs (Kebutuhan Sosial Secara Integratif)

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat berafiliasi.

e. Escapist needs (Kebutuhan Pelepasan)

Kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan, dan hasrta akan keanekaragaman.

(27)

Pesan yang diterima khalayak adalah yang sesuai dengan bidang pengalaman yang dimiliki masing-masing khalayak dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

Di Kelurahan Sari Rejo Kota Medan, banyak berkembang mitos yang sudah lama hidup dan dipercaya masyarakat. Oleh karena itu, mereka membutuhkan media yang bisa memberikan informasi mengenai kebenaran dibalik mitos tersebut. Masyarakat Sari Rejo berperan aktif dalam memilih media mana yang akan mereka konsumsi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Dan pesan yang akan diterima adalah yang sesuai dengan media mana yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Hal ini didukung pula oleh formula Lasswell. Harold D. Laswell (Mulyana, 2002: 62) menyatakan bahwa cara terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan: “ Who says what in which channel to whom

with what effect” (Siapa mengatakan apa, melalui saluran apa, kepada siapa, dan

dengan efek apa). Jawaban bagi pertanyaan Laswell bila dikaitkan dengan permasalahan dalam penelitian ini adalah:

a) Who : komunikator (pihak Trans7 melalui program Asal Usul). b) Says What : pesan (topik yang dibahas dalam program Asal Usul, yaitu

mitos tentang flora dan fauna). c) In Which Channel : Media yang digunakan (televisi).

d) To Whom : komunikan (masyarakat Kelurahan Sari Rejo, Kec.Polonia Kota Medan).

(28)

Laswell berpendapat bahwa tidak semua komunikasi bersifat dua arah dengan satu aliran yang lancar dan umpan balik yang terjadi antara pengirim dan penerima. Dalam suatu masyarakat yang kompleks, banyak informasi yang disaring oleh pengendali pesan yang menerima informasi dan menyampaikannya kepada publik dengan beberapa perubahan. Formula yang diungkapkan oleh Laswell ini memfokuskan perhatian pada aspek-aspek penting komunikasi.

Latar belakang individu mempengaruhi seseorang dalam memilih media massa. Hal ini sesuai dengan Teori Perbedaan Individual. Asumsi teori ini adalah pesan-pesan yang disampaikan media massa ditangkap individu sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan personal individu. Efek komunikasi pada individu akan beragam walaupun individu menerima pesan yang sama. Terdapat faktor psikologis dalam menerima pesan yang disampaikan media massa. Masing-masing individu mempunyai perhatian, minat, keinginan yang berbeda yang dipengaruhi faktor-faktor psikologis yang ada pada diri individu tersebut sehingga mempengaruhi dalam menerima pesan yang disampaikan media massa.

(29)

Masyarakat di Kelurahan Sari Rejo Kota Medan memiliki latar belakang yang berbeda. Mereka secara selektif memperhatikan pesan-pesan mengenai mitos yang disampaikan oleh pihak Trans7 pada program “Asal usul”. Terutama bila pesan itu sesuai dengan sikap, kepercayaan dan nilai-nilai yang dianutnya. Dengan perbedaan latar belakang tersebut, tentu akan menghasilkan efek yang bervariasi sesuai dengan perbedaan individual. Efek yang dihasilkan yakni perbedaan tingkat pemenuhan kebutuhan informasi akan mitos antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya.

S-O-R adalah singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Teori ini mula-mula dikemukakan oleh para psikolog seperti Parlov, Shinner, dan Hull. Teori ini dilandasi suatu anggapan bahwa oganisme menghasilkan perilaku tetentu jika ada kondisi stimulus tertentu. Dalam proses perubahan sikap, maka sikap komunikan dapat berubah jika stimulus yang menerpanya benar-benar melebihi dari apa yang pernah dialaminya.

Teori S-O-R ini semula berasal dari psikologi yang kemudian menjadi teori komunikasi. Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi, unsur-unsur dalam teori S-O-R adalah:

a. Stimulus (S) : Pesan b. Organism (O) : Komunikan c. Respon (R) : Efek

(Effendi, 1993: 254)

(30)

Stimulus

Response

yang dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Hovland, Janis, dan Kelley mengatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel yang penting, yaitu:

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan

Gambar 1.1 Model S-O-R

•Pengertian

(Effendy, 1999:254-255)

Bagan di atas menunjukkan bahwa perubahan sikap tergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya, komunikan mengerti setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

(31)

Dalam penelitian ini, maka unsur S-O-R dapat dijabarkan sebagai berikut: a. S (Stimulus), yaitu program Asal Usul di Trans7.

b. O (Organism), yaitu masyarakat Kelurahan Sari Rejo Kota Medan. c. R (Response), yaitu pemenuhan kebuuhan informasi akan mitos.

1.6 Kerangka Konsep

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti, yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:33).

Konsep adalah generalisasi dan sekelompok fenomena yang sama. Sebagai hal yang umum konsep dibangun dari teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti (Bungin, 2005: 57).

Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Perumusan kerangka konsep ini merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian (Nawawi, 1991:40).

Agar konsep-konsep tersebut dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Variabel Bebas ( Independent Variable )

(32)

Variabel Bebas (X) 2. Variabel Terikat ( Dependent Variable )

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas (Nawawi, 1991: 57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemenuhan kebutuhan informasi akan mitos dikalangan masyarakat Kelurahan Sari Rejo Kota Medan.

3. Variabel Antara ( Intervening Variable )

Variabel antara adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, akan tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas (Nawawi, 1991: 58). Variabel antara berada di antara variabel bebas dan terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dengan karakteristik responden.

1.7 Model Teoritis

Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan-permasalahan terkait antara satu dengan yang lainnya. Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep, dibentuk menjadi model teoritis sebagai berikut:

Gambar 1.2 Model Teoritis

(33)

1.8 Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangaka konsep diatas, maka dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yaitu :

Tabel 1.1 Variabel Operasional

Variabel Teoritis Variabel Operasional

1. Variabel Bebas (X)

Program “Asal Usul” di Trans7

1. Tema / Materi Acara 2. Frekuensi Penayangan 3. Kemasan Acara 4. Kejelasan Isi Pesan 5. Narasumber

2. Variabel Terikat (Y)

Pemenuhan Kebutuhan

(34)

1.9 Defenisi Operasional

Menurut Singarimbun (1995: 46), definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Dengan kata lain defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama.

Definisi operasional variabel dari penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas (Program “Asal Usul” di Trans7)

• Tema/Materi Acara, yaitu tema atau materi yang dibahas dalam program “Asal Usul” yakni mitos Flora dan Fauna.

• Frekuensi penayangan, yaitu seberapa sering suatu acara ditayangkan. Dalam program “Asal Usul” ini, penayangannya lima kali seminggu, yaitu setiap hari Senin- Jumat pukul 15.30 WIB.

• Kemasan Acara, yaitu serangkaian acara yang dibuat sedemikian rupa sehingga menciptakan suatu tayangan yang baik dan enak dilihat.

• Kejelasan Isi Pesan, yaitu pesan yang disampaikan dalam program “Asal Usul” di Trans7 dapat dipahami dengan baik atau tidak oleh khalayak saat menontonnya.

• Narasumber, yaitu orang yang menjadi sumber informasi yang berkaitan dengan topik yang dibahas dalam tayangan “Asal Usul” di Trans7 adalah dokter, LIPI, dan IPB.

2. Variabel Terikat (Pemenuhan Kebutuhan Informasi Akan Mitos)

(35)

a) Peneguhan, yaitu peneguhan informasi yang diterima oleh masyarakat terhadap program “Asal Usul” di Trans7.

b) Pengetahuan, yaitu pengetahuan yang diperoleh masyarakat setelah menonton program “Asal Usul” di Trans7.

c) Pemahaman, yaitu pemahaman yang dimiliki masyarakat setelah menonton tayangan program “Asal Usul” di Trans7.

• Kebutuhan afektif: kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman yang estetis, menyenangkan terhadap program “Asal Usul” di Trans7.

a) Kesenangan, yaitu rasa senang yang muncul saat menonton program “Asal Usul” di Trans7.

b) Kepuasan, yaitu rasa puas dari dalam diri masyarakat karena terpenuhi kebutuhan informasi akan mitos dari program “Asal Usul” di Trans7. 3. Variabel Antara (Karakteristik Responden)

• Jenis Kelamin, yaitu pria atau wanita.

• Usia, yaitu tingkat umur responden pada saat mengisi kuesioner. • Suku, yaitu suku dari responden.

• Pendidikan terakhir, yaitu tingkat pendidikan terakhir responden. • Penghasilan, yaitu pendapatan responden per bulannya.

(36)

1.10 Hipotesis

Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena merupakan instrumen kerja dari teori (Singarimbun, 1995: 43). Hipotesis adalah kesimpulan yang masih belum final, dalam arti masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya (Nawawi, 1991: 44).

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat hubungan antara program “Asal Usul” di Trans7 dengan pemenuhan kebutuhan informasi akan mitos dikalangan masyarakat Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Polonia Kota Medan.

(37)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris “communication” berasal dari kata Latin “communicatio” dan bersumber dari kata “communis” yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna, maksudnya bila seseorang mengadakan kegiatan komunikasi dengan satu pihak, maka orang tersebut cenderung berusaha untuk mengadakan persamaan arti dengan pihak lain yang menjadi lawan komunikasinya. Menurut Shanon dan Weber, mengatakan komunikasi menyangkut semua prosedur melalui mana seseorang dapat mempengaruhi orang lain (Arifin, 1992: 25).

Menurut Effendy (2003: 50), komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, perilaku, baik langsung maupun tidak langsung melalui media.

Howard Stephenson (1971), menjelaskan komunikasi merupakan proses penyampaian pesan komunikasi dan efek komunikasi dari seseorang atau kelompok, kepada orang atau kelompok lainnya (Lubis, 2005: 10). Berikut beberapa defenisi yang dapat dirinci :

1. Gerbner (1996), menyebutkan komunikasi adalah interaksi sosial melalui simbol dan sistem pesan.

(38)

3. Miller (1996), menyebutkan komunikasi sebagai suatu hal yang mempunyai pusat perhatian dalam situasi perilaku dimana sumber menyampaikan pesan kepada penerima secara sadar untuk mempengaruhi perilaku.

4. Charles H. Cooley (Sosiolog), menyebutkan dengan komunikasi dimaksud mekanisme yang mengadakan hubungan antara manusia dan yang mengembangkan semua lambang dari pikiran-pikiran bersama dengan arti yang menyertainya dan melalui keleluasaan (space) serta menyediakan tepat pada waktunya (Purba dkk, 2006: 34-35 ).

5. Carl I. Hovland (Psikolog), menyebutkan komunikasi adalah suatu sistem yang berusaha menyusun prinsip-prinsip dalam bentuk yang tepat mengenai hal memindahkan penerangan dan membentuk pendapat serta sikap-sikap. 6. William Abig, menyebutkan bahwa komunkasi adalah proses pengoperan

lambang-lambang yang berarti diantara individu-individu.

7. Wilbur Schramm (Komunikolog), menyebutkan dengan berkomunikasi kita berusaha mengadakan persamaan dengan orang lain.

8. Sir Gerald Barry, menyebutkan bahwa berkomunikasi adalah berunding dan dengan berkomunikasi orang memperoleh pengetahuan, informasi dan pengalaman.

9. Harold D. Laswell (cendekiawan), menyebutkan bahwa komunikasi adalah siapa mengatakan apa, melalui saluran apa, kepada siapa, dengan efek apa, (who says what in which channel to whom with what effect).

(39)

Dari beberapa pengertian tentang komunikasi terlihat ruang lingkup dari komunikasi itu cukup luas sebagaimana ruang lingkup dari aspek-aspek kehidupan manusia sehingga aktivitas komunikasi itu adalah aktivitas aktivitas manusia dalam kehidupannya sehari-hari.

Memang terlihat bahwa terdapat beberapa perbedaan pandangan diantara para ahli komunikasi tersebut dan perbedaan pandangan itu disebut perspektif.

Berdasarkan uraian di atas, maka komunikasi dapat diikhtisarkan sebagai berikut:

1. Komunikasi berasal dari bahasa Latin, Communis yang berarti sama. Maksudnya bila seseorang menyampaikan pesan komunikasi kepada orang lain maka lebih dahulu harus menyadarkan persamaan lambang dengan orang yang dituju sebagai sasaran komunikasi.

2. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan komunikasi dari seseorang atau sekelompok kepada seserang atau sekelompok lain.

3. Kegiatan komunikasi meliputi komponen-komponen seperti sumber, pesan, saluran, penerima, gangguan, proses penyampaian, arus balik, dan efek.

4. Kegiatan komunikasi meliputi komunikasi intrapersonal, antarpersonal, kelompok kecil, public speaking, komunikasi massa, dan komunikasi antar kebudayaan (Lubis, 2007: 10).

(40)

2.1.1 Unsur-Unsur Komunikasi

Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini juga bisa disebut komponen atau elemen komunikasi. Untuk itu kita perlu mengetahui unsur-unsur komunikasi (Cangara, 2006: 23-27).

Adapun unsur-unsur komunikasi adalah sebagai berikut: 1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok, misalnya partai, organisasi, atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator, atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source atau sender.

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content, atau information.

3. Media

(41)

mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antar pribadi pancaindera dianggap sebagai media komunikasi. Selain indra manusia, ada juga saluran komunikasi seperti surat, telepon, telegram, yang digolongkan sebagai media komunikasi antar pribadi.

4. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai, atau negara.

Penerima adalah elemen penting dalam komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau media.

5. Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang. Karena itu, pengaruh juga bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerima pesan.

6. Tanggapan Balik

(42)

perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai kepada tujuan. Hal-hal seperti itu yang menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.

7. Lingkungan

Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan menjadi empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.

Jadi, setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun proses komunikasi. Bahkan ketujuh unsur itu saling bergantung satu sama lainnya.

2.2 Komunikasi Massa

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Antara lain media elektronik (televisi, radio), media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku dan film. Dengan demikian media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan pada waktu yang serempak.

Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bitner (Ardianto, 2004: 3), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass

communication is message communicated through a mass medium to a large

number of people). Dari defenisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi

(43)

Defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain, yaitu Gebner, komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkesinambungan serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto, 2004: 4).

Sementara itu menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (Nurudin, 2007: 12), komunikasi massa dalah sebuah proses dimana pesan–pesan yang diproduksi secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen.

Kata luas disini berarti lebih luas dari sekedar kumpulan orang yang berdekatan secara fisik, sedangkan anonim berarti individu individu yang menerima pesan cenderung asing satu sama lain, dan heterogen berarti pesan dikirimkan kepada orang-orang dari berbagai macam status, pekerjaan, dan jabatan dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain dan bukan penerima pesan yang homogen.

(44)

2.2.1 Ciri-ciri Komunikasi Massa

Melalui defenisi-defenisi komunikasi massa tersebut, kita dapat mengetahui ciri-ciri komunikasi massa. Menurut Nurudin (2007: 19-23), ciri-ciri dari komunikasi massa adalah:

1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga

Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja sama satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini menyerupai sebuah sistem. Sistem itu adalah sekelompok orang, pedoman, dan media yang dilakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai suatu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi.

2. Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen

Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/ beragam. Artinya komunikan terdiri dari beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, jabatan yang beragam, dan memiliki agama atau kepercayaan yang berbeda pula.

Herbert Blunner pernah memberikan ciri tentang karakteristik audience/ komunikan sebagai berikut:

a. Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, ia

(45)

b. Berisi individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain. Disamping itu, antar individu itu tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung.

c. Mereka tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal. 3. Pesannya Bersifat Umum

Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesannya ditujukan kepada khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan-pesan yang dikemukakan pun tidak boleh bersifat khusus. Khusus disini, artinya pesan memang tidak sengaja untuk golongan tertentu.

4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah

Pada media massa, komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita tidak bisa langsung memberikan respon kepada komunikatornya (media massa yang bersangkutan). Kalaupun bisa, sifatnya tertunda.

5. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan

Salah satu ciri komunikasi massa selanjutnya adalah keserempakan dalam proses penyebaran pesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan.

6. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis

(46)

7. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper

Gatekeeper atau yang sering disebut penapis informasi/palang pintu/penjaga

gawang, adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami.

2.2.2 Fungsi Komunikasi Massa

Disamping memiliki ciri-ciri khusus, komunikasi massa juga mempunyai fungsi bagi masyarakat. Adapun fungsi komunikasi massa menurut Dominick (Ardianto, 2004: 16-17) adalah sebagai berikut:

a) Surveillance (Pengawasan)

Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam 2 bentuk, yaitu:

(1) Fungsi pengawasan peringatan, terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer. Peringatan ini dapat serta merta menjadi ancaman.

(2) Fungsi pengawasan instrumental, adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.

b) Interpretation (Penafsiran)

(47)

kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan.

Tujuan penafsiran media ingin mengajak para pembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antarpribadi atau komunikasi kelompok.

c) Lingkage (Petalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk lingkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

d). Transmision of Values (Penyebaran Nilai-Nilai)

Fungsi penyebaran nilai tidak kentara. Fungsi ini juga sosialisasi. Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar, dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka. Dengan perkataan lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya.

e). Entertainment (Hiburan)

(48)

2.2.3 Efek Media Massa

Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat menggerakkan proses sosial ke arah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

Menurut Steven M. Chaffe (Ardianto dkk, 2004: 49) efek media massa dapat dilihat dari beberapa pendekatan, yaitu:

a. Efek media massa yang berkaitan dengan pesan atau media itu sendiri. 1. Efek ekonomi

Kehadiran media massa di tengah kehidupan manusia dapat menumbuhkan berbagai usaha produksi, distribusi, dan konsumsi jasa media massa. Keberadaan televisi baik televisi pemerintah maupun televisi swasta dapat memberi lapangan pekerjaan kepada sarjana ilmu komunikasi, para juru kamera, pengarah acara, juru rias, dan profesi lainnya.

2. Efek sosial

Efek sosial berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial sebagai akibat dari kehadiran media massa. Sebagai contoh misalnya kehadiran televisi dapat meningkatkan status dari pemiliknya.

3. Penjadwalan kegiatan sehari-hari

Terjadinya penjadwalan kegiatan sehari-hari, misalnya sebelum pergi kekantor masyarakat kota akan lebih dahulu melihat siaran berita di televisi. 4. Efek hilangnya perasaan tidak nyaman

(49)

5. Efek menimbulkan perasaan tertentu

Kehadiran media massa bukan saja dapat menghilangkan perasaan tidak nyaman pada diri seseorang, tetapi juga dapat menumbuhkan perasaan tertentu. Terkadang seseorang akan mempunyai perasaan positif atau negatif terhadap media tertentu. Tumbuhnya perasaan senang atau percaya pada suatu media massa tertentu erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut.

b. Efek media massa dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak

1. Efek kognitif

Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Efek kognitif ini membahas bagaimana media massa dapat membantu khalayak dapat mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media adalah realitas yang sudah diseleksi. Televisi memilih tokoh-tokoh untuk ditampilkan dan mengesampingkan tokoh lainnya.

2. Efek Afekif

(50)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan dari media massa adalah sebagai berikut:

• Suasana emosional, respon individu terhadap suatu film atau sinetron televisi akan dipengaruhi situasi emosional individu.

• Skema kognitif, merupakan naskah yang ada di dalam pikiran individu yang menjelaskan alur peristiwa.

• Suasana terpaan, adalah perasaan individu setelah menerima terpaan, informasi dari media massa.

• Predisposisi individual, mengacu kepada karakteristik individu. Individu yang melankolis cenderung menghadapi tragedi lebih emosional daripada orang yang periang. Orang yang periang dan mempunyai sifat terbuka cenderung akan lebih senang bila melihat adegan-adegan lucu daripada orang yang melakonkolis.

• Faktor identifikasi, menunjukkan sejauhmana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditonjolkan dalam media massa. Dengan identifikasi, penonton, pembaca, pendengar, akan menempatkan dirinya di posisi tokoh.

3. Efek Behavioral

Efek behavioral ini merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk tindakan atau kegiatan.

2.3 Media Massa Televisi

(51)

seorang mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, menemukan sistem penyaluran sistem penyaluran sinyal gambar, untuk mengirim gambar melalui udara dari suatu tempat ke tempat lain. Sistem ini dianggap praktis, sehingga diadakan percobaan pemancaran serta penerimaan sinyal televisi tersebut. Hal ini terjadi antara tahun 1883-1884. Akhirnya Nipkov diakui senagai ‘Bapak’ televisi.

Televisi sudah mulai dinikmati oleh public Amerika Serikat pada tahun 1939, yaitu ketika berlangsungnya World”s Fair di New York Amerika Serikat. Tetapi Perang Dunia II telah menyebabkan kegiatan dalam bidang televisi itu terhenti. Baru setelah itu, tahun 1946 kegiatan dalam bidang televisi itu dimulai lagi. Pada waktu itu di Amerika Serikat hanya terdapat beberapa buah pemancar saja, tetapi kemudian teknologi berkembang dengan pesat, jumlah pemancar TV meningkat dngan hebatnya. Tahun 1948 merupakan tahun penting dalam dunia pertelevisian karena pada tahun tersebut ada perubahan dari televisi eksperimen ke televisi komersial di Amerika.

Seperti halnya dengan media massa lain, televisi pun tidak dapat dimonopoli oleh Amerika Serikat saja. Sewaktu Amerika giat mengembangkan media massa itu, negara-negara Eropa lainpun tidak mau ketinggalan. Perkembangan televisi sangat cepat sehingga dari waktu ke waktu media itu memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari.

(52)

gabungan dari ketiga unsur tersebut. Informasi yang disampaikan oleh televisi, akan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual.

Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh, dan visi atau videre (bahasa Latin). Dengan demikian televisi atau television diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi disuatu tempat (studio televisi) dan dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah perangkat penerima (televisi set).

Televisi adalah paduan radio dan film. Program siaran televisi dapat dilihat dan didengar oleh penonton; karena ditransmisikan oleh pemancar. Dalam sistem transmisi/pemancar, gambar dan suara yang dihasilkan oleh kamera elektronik diubah menjadi gelombang elektromagnetik dan selanjutnya ditransmisikan oleh pemancar. Gelombang elektromagnetik ini diterima oleh sistem antena yang menyalurkan kepesawat penerima (pesawat televisi). Di pesawat televisi, gelombang elektromagnetik itu diubah kembali menjadi gambar dan suara yang dapat dinikmati di layar televisi.

Pada hakikatnya, media televisi sebagai komunikasi pandang dengar mempunyai tiga fungsi, (Kuswandi, 1996: 20-21)yaitu:

1. Fungsi Informasi (The Information Function).

(53)

oleh dua faktor yang terdpat dalam media massa audio visual tersebut yaitu

immediacy dan realism.

Immediacy, mencakup pengertian langsung dan dekat, peristiwa yang

disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh para pemirsa pada saat peristiwa itu berlangsung. Realism, mengandung makna kenyatan. Ini berarti bahwa stasiun televisi menyiarkan informasinya secara audio dan visual dengan perantaraan mikropon dan kamera apa adanya sesuai dengan kenyataan. Jadi pemirsa melihat sendiri dan mendengar sendiri.

2. Fungsi Pendidikan (The Educational Function)

Sebagai media komunikasi massa, televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan. Sesuai dengan makna pendidikan, yakni meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat, televisi menyiarkan acara-acara tertenru secara teratur, misalnya pelajaran bahasa, matematika, elektronika, dan lain-lain. 3. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function)

(54)

2.3.1Tayangan Televisi

Tayangan televisi dapat diartikan sebagai suatu pertunjukan, acara yang ditampilkan dan disiarkan melalui media massa televisi. Tayangan tersebut bisa bersifat hiburan, informasi, ataupun pendidikan. Dalam kaitannya terhadap peningkatan pengetahuan, suatu tayangan televisi hendaknya memperhatikan beberapa hal berikut :

1. Frekuensi menonton, melalui frekuensi menonton komunikan, dapat dilihat pengaruh tayangan terhadap pengetahuan komunikan.

2. Waktu penayangan, apakah waktu penayangan suatu acara sudah tepat atau sesuai dengan sasaran komunikan yang dituju.

3. Kemasan acara, agar mampu menarik perhatian pemirsa yang menjadi sasaran komunikannya, suatu tayangan harus dikemas atau ditampilkan secara menarik.

4. Gaya penyampaian pesan, dalam menyampaikan pesan dari suatu tayangan, apakah host atau pembawa acara sudah cukup komunikatif dan menarik, sehingga selain dapat menghindari rasa jenuh pemirsanya, juga agar pemirsa dapat memahami pesan yang disampaikan.

5. Pemahaman pesan, Apakah komunikan dapat mengerti dan memahami setiap materi atau pesan yang disampaikan oleh suatu tayangan.

2.3.2Daya Tarik Televisi

(55)

menimbulkan kesan mendalam pada pemirsa. Daya tarik ini selain melebihi radio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan aman dan nyaman. Selain itu, televisi juga dapat menyajikan berbagai program lainnya yang cukup variatif dan menarik untuk dinikmati masyarakat (Effendy, 2002: 177).

2.3.3 Dampak Acara Televisi

Media televisi sebagaimana media massa lainnya berperan sebagai alat informasi, hiburan, kontrol sosial dan penghubung wilayah secara strategis. Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan berbeda-beda menurut visi pemirsa. Serta dampak yang ditimbulkan juga beraneka ragam.

Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi. Dengan demikian, apa yang diasumsikan televisi sebagai suatu acara yang penting untuk disajikan kepada pemirsa, belum tentu penting bagi khalayak. Ada tiga dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa:

1. Dampak kognitif, yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa.

(56)

3. Dampak perilaku, yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari (Kuswandi, 1996: 99).

2.4 Kebutuhan Informasi

Wilbur Scrhamm (1997: 13), mendefenisikan informasi sebagai segala sesuatu yang mengurangi ketidakpastian atau mengurangi jumlah kemungkinan alternatif dalam situasi.

Informasi menjadi kebutuhan manusia yang esensial untuk mencapai tujuan. Melalui informasi manusia dapat mengetahui peristiwa yang terjadi disekitarnya, memperluas cakrawala pengetahuan, dan mengaplikasikannya dikehidupan sehari–hari.

Manusia akan mencari informasi dengan berbagai cara yang mereka sukai. Salah satu media yang digunakan adalah media televisi. Timbulnya minat untuk menonton salah satu acara ditelevisi membuktikan bahwa informasi sangat berharga bagi manusia.

(57)

2.5 Mitos

Di seantero dunia terdapat bermacam-macam kepercayaan, mitos, dan legenda, yang tidak terhitung banyaknya. Bagi kaum rasionalis, kepercayaan-kepercayaan orang-orang tua ini seharusnya ikut mati sejalan dengan modernisasi yang merambah seluruh sisi kehidupan manusia. Namun tidak demikian yang terjadi.

Di dalam tatanan masyarakat modern, kepercayaan-kepercayaan tahayul ini ternyata tetap eksis dan bahkan berkembang dan merasuk ke dalam banyak segi kehidupan masyarakatnya. Kepercayaan-kepercayaan ini bahkan ikut mewarnai arsitektural kota dan juga gedung-gedung pencakar langit (Triskaidekaphobia).

Mitos (dari Greek μύϑος mythos) menurut pengertian Kamus Dewan, adalah

"cerita (kisah) tentan dahulu yang dianggap oleh setengah golongan masyarakat sebagai kisah benar dan merupakan kepercayaan berkenaan kejadian dewa-dewa dan alam seluruhnya." Mitos juga merujuk kepada satu cerita dalam sebuah yang dianggap mempunyai kebenaran mengenai suatu peristiwa yang pernah terjadi pada masa dahulu. Ia dianggap sebagai suatu kepercayaan dan kebenaran mutlak yang dijadikan sebagai rujukan, atau merupakan suatu dogma yang dianggap suci dan mempunyai konotasi upacara (www.google.com).

(58)

sebaliknya, ditakuti. Disisi lain, pemahaman atas cerita yang bernuansa mitos seringkali diikuti dengan adanya penghormatan yang dimanifestasikan ke dalam wujud pengorbanan (Suwardi, 2005: 163). Hal ini menyiratkan bahwa dalam mitos pada kenyataannya melahirkan sebuah keyakinan karena tokoh mitos bukan tokoh sembarangan. Keyakinan tersebut sering mempengaruhi pola pikir ke arah takhayul.

Mitos menurut Harsojo (1988), mitos adalah sistem kepercayaan dari suatu kelompok manusia, yang berdiri atas sebuah landasan yang menjelaskan cerita-cerita yang suci yang berhubungan dengan masa lalu. Mitos yang dalam arti asli sebagai kiasan dari zaman purba merupakan cerita yang asal usulnya sudah dilupakan, namun ternyata pada zaman sekarang mitos dianggap sebagai suatu cerita yang dianggap benar.

Kemudian kata mitos itu diperjelas dalam kamus besar bahasa Indonesia yaitu berupa cerita suatu bangsa tentang dewa-dewa dan pahlawan-pahlawan pada jaman dahulu yang mengandung penafsiran tentang asal usul semesta alam, manusia dan bangsa itu sendiri dan mengandung arti yang mendalam yang diungkapkan secara gaib.

J.van Baal (dalam Minsarwati, 2002) mengatakan bahwa mitos dikatakan sebagai cerita di dalam kerangka sistem religi yang di masa lalu atau masa kini telah atau sedang berlaku sebagai kebenaran keagamaan.

(59)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

3.1.1 Letak Daerah Kelurahan Sari Rejo

Kota Medan mempunyai 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan, salah satunya adalah Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia. Kelurahan ini dapat dikatakan sebagai daerah dengan tipologi Pemukiman dan Pinggiran. Dimana masyarakatnya dapat dikatakan masih tergolong Suburban ditengah kota, masyarakat majemuk dengan adat istiadat yang masih sangat menjunjung nilai-nilai normatif dan adat ketimuran. Namun tetap mempunyai problematika yang sangat unik.

Sesuai dengan surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara No: 821./1991 tanggal 31 Oktober 1991 tentang Pemekaran Kecamatan Medan Baru yang antara lain adalah Kecamatan Medan Polonia, maka Kelurahan Sari Rejo adalah bagian dari 5 kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Polonia. Dengan luas wilayah ±260 Ha, dan mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sukadamai.

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Pangkalan Masyur. • Sebelah Timur berbatasan dengan Lap. Golf Kelurahan Sukadamai. • Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Beringin.

(60)

3.1.2 Visi dan Misi

 Adapun visi Kelurahan Sari Rejo adalah:

Mewujudkan Partisipasi Masyarakat Sebagai Aplikasi Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Demi Terciptanya Masyarakat Yang Modern, Madani, dan Religius.

 Dan misi Kelurahan Sari Rejo adalah:

 Meningkatkan Pembangunan Kelurahan khususnya bertipologi Pemukiman dan Pinggiran dengan Menciptakan Kesadaran Masyarakat untuk Berperan Serta Aktif dalam Pembangunan.

 Meningkatkan Mutu dan Kualitas Pelayanan Prima kepada Masyarakat di Kelurahan.

 Menciptakan Suasana yang Harmonis, Rukun, dan Damai dalam Kehidupan Bermasyarakat.

(61)

3.1.3 Struktur Organisasi

STRUKTUR PEMERINTAHAN

KELURAHAN SARI REJO KECAMATAN POLONIA KOTA MEDAN

(62)

3.1.4 Jumlah Penduduk

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Pembagian

Lingkungan

Jumlah Kepala Keluarga

Jumlah Jiwa Luas Area

I 650 3.935 60 hektar

Sumber: Kantor Kelurahan Sari Rejo Kota Medan. 3.1.5 Sarana dan Prasarana

(63)

Posyandu : 11 buah

E. Organisasi Sosial F.

STM : 20 kelompok PP, PKS, PDI-P, PAN, Parpol

Pengajian : 10 kelompok GOLKAR, PPP, dll.

G. Sarana Olah Raga H.

Lap. Bola Volley: 5 buah Pos Kamling: 8 buah Sarana Keamanan

Lap. Sepak Bola : 3 buah Pos Ormas : 2 buah Lap. Badminton : 4 buah Pos Pamswakarsa: 1 buah

3.2 Sekilas Tentang Trans7 dan Program “Asal Usul” 3.2.1 Sekilas Tentang Trans7

Trans7 merupakan perusahaan yang dimiliki oleh TRANS CORPORATION. Berawal dari kerjasama strategis antara Para Group dan Kelompok Kompas Gramedia pada tanggal 4 Agustus 2006, Trans7 lahir sebagai sebuah stasiun swasta yang menyajikan tayangan yang mengutamakan kecerdasan, ketajaman, kehangatan penuh hiburan serta kepribadian bangsa yang membumi. Trans7 yang semula bernama TV7 berdiri dengan izin dari Departemen Perdagangan dan Perindustrian Jakarta Pusat dengan Nomor 809/BH.09.05/III/2000.

(64)

TRANS7 diharapkan dapat menjadi televisi yang maju, dengan program-program

in-house productions yang bersifat informatif, kreatif, dan inovatif

3.2.2 Program “Asal Usul”

Program “Asal Usul” merupakan program terbaru di Trans7 yang memberikan informasi kepada khalayak tentang mitos. Program “Asal Usul” dirancang khusus untuk membongkar kepercayaan atau mitos yang sudah lama hidup dan dipercaya masyarakat.

Program “Asal Usul” mulai tayang sejak 5 Februari tahun 2009 pukul 10.00-10.30 WIB. Tetapi tanggal 23 April 2009, tayangan ini pindah menjadi pukul 15.30-14.00 WIB, yaitu setiap hari Senin-Jumat. Dengan slogan “ Kalau Asal Jangan Usul, Kalau Usul Nggak Boleh Asal “.

Dalam proses pembuktian beragam mitos tadi, pihak Trans7 menggandeng sejumlah peneliti, pakar, maupun dokter. Biasanya, untuk mengetahui kebenaran mitos, Trans7 mengajak pemirsanya menyaksikan pembuktian secara ilmiah dari dalam laboratorium.

Reporter yang ditugaskan sebagai pemandu dalam program ini hadir secara bergantian dalam setiap episode. Secara umum, program “Asal Usul” di Trans7 ini berisi liputan tentang mitos, pamali, kepercayaan atau pantangan yang berkembang di masyarakat.

3.3 Metode Penelitian

Gambar

Gambar 1.1 Model S-O-R
Gambar 1.2 Model Teoritis
Tabel 1.1 Variabel Operasional
Gambar  3.1 Struktur Organisasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Varietas VMC 76-16 dan PS 881 lebih toleran terhadap cekaman genangan dibandingkan varietas yang lainnya dilihat dari parameter tinggi tanaman, berat kering akar,

Berdasarkan fenomena tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan jud ul “ Hubungan Kegiatan Perawat Mempertahankan Skor Komisi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan menggunakan media audiovisual efektif terhadap pengetahuan ibu tentang perawatan bayi baru lahir (Z=24,018, p< 0,01

Kesehatan organ reproduksi berawal dari menjaga kebersihan diri, termasuk kebersihan vagina yang bertujuan agar vagina tetap bersih, normal, sehat dan terhindar

Hasil : Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dengan menggunakan pengujian hipotesis Wlicoxon, yaitu hasil analisa pada variabel sikap dan tingkat pengetahuan

Untuk menganalisis dan membuktikan korelasi itu dilakukan penelitian pada karyawan toko Gramedia Banjarmasin, dengan tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis

Berkaitan dengan perkembangan fisik ini Kuhlen dan Thompson (Hurlock, 1956) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu (1) Sistem syaraf, yang sangat

Tetapi yang jauh lebih penting dan sangat orisinal adalah upayanya untuk melukiskan pemikiran Sukarno dan menempatkannya dalam suatu kerangka yang cocokmengenai tradisi politik