• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Kepribadian dan Kebudayaan dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Teori Kepribadian dan Kebudayaan dan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Teori Sosial Budaya

Teori Kebudayaan dan kepribadian & Pengunaannya dalam Buku

Suekarno dan Perjuangan Kemerdekaan

Disusun Oleh :

Ali Mudrik Hasyim (4415153581) Nur Putri Halida (4415151472)

Mata Kuliah: Teori Sosial Budaya

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Selesainya makalah ini tidak terlepas bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis ucapkan terimakasih.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah, baik dari materi maupun tekhnik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman saya.

Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari makalah.

Jakarta, 21 September 2016

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

Seperti tukang kumpul fakta, kata seorang antropolog dalam menganalogikan pekerjaan seorang sejarawan. Sejarawan dinilai tidak mempunyai cukup metode dan teori untuk melakukan pekerjaaanya, pernyataan tersebut diambil dari buku Peter Burke, Sejarah dan Teori Sosial. Jika ingin lebih adil, sebenarnya menurut Burke pun Ilmuwan sosial atau lebih khusus lagi Sosiolog juga melakukan sifat ahistoris. Perbedaan pandangan dalam menggunakan teori sosial dan masih adanya sejarawan yang belum menggunakan teori, kata Burke, menyebabkan terjadinya dialogue of dief diantara kedua ahli tersebut.

Sejarawan sudah seharusnya menggunakan Teori Sosial dalam mengkaji objek kajiannya yaitu masyarakat. Seperti yang diucapkan Sartono Kartodirjo dalam buku Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, penggunaan Teori Sosial dan Pendekatan Multidimensinal akan membawa gaya penulisan sejarah yang lebih bisa menjelaskan faktor dan kompleksitas yang ada di masyarakat. Sejarah yang hanya Deskriptif-Naratif kata Sartono, sudah tidak mampu lagi untuk menjelaskan kompleksitas yang ada di masyarakat. Penggunaan Ilmu Sosial akan membawa corak penulisan sejarah yang Analitis-Kritis. Selain itu, penggunaan Ilmu Sosial dalam historiografi demi mensejajarkan kedudukan Sejarah dengan Ilmu Sosial lainnya yang kerap dianggap miskin dengan teori.

(4)

saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku) yang kompleks dan dinamis dalam diri seorang individu, yang menentukan penyesuaian diri individu tersebut terhadap lingkungannya, sehingga akan tampak dalamtingkah lakunya yang unik dan berbeda dengan orang lain.

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Mulculnya Teori Kebudayaan dan Kepribadian

Latar belakang dari munculnya teori tersebut dikarenakan para ahli Antropolog menyadari akan pokok-pokok perhatiannya terhadap penelitian yang berpusat pada hubungan antara kebudayaan dengan kepribadian harus di pelajari menurut cara-cara yang diakui secara ilmiah, yaitu dengan cara sistematis dan melalui observasi yang tidak berat sebelah, guna menjelaskan hubungan kepribadian dengan kebudayaan secara lebih tepat dan objektif.

Para antropolog dalam melakukan penelitian ini tidak mencatat kebiasaan-kebiasaan mengasuh anak-anak sebagai aspek penting dari kebudayaan. Akan tetapi kemudian di bawah pengaruh Freud dan penulis mengenai teori pendidikan John Dewey, para ahli antropolog menjadi tertarik pada lingkungan kebudayaan dari bayi atau anak-anak dan masa itu dianggap penting, karena pada masa itu adalah pembentukan kepribadian dewasa yang khas dalam suatu masyarakat.

Ralp Linton, seorang antopologi dan Abraham Kardiner, seorang ahli ilmu jiwa menganalisa dan mengembangkan sejumlah pemikiran untuk studi kebudayaan dan kepribadian dan Abraham Kardiner yang mengutarakan bahwa semua warga dari suatu masyarakat memiliki suatu struktur kepribadian dasar yang sama. Karena para warga masyarakat itu cenderung menjalani latihan yang sama mengenai cara buang air besar/kecil ,menjalani cara menertibkan yang sama dalam masa kanak-kanak, cara menyapih yang sama dan sebagainya, maka sebagai orang dewasa mereka cenderung mempunyai unsure-unsur kepribadian yang sama.

(6)

B. Perkembangan Teori

Teori ini mengetengahkan bahwa dalam suatu masyarakat yang memiliki suatu kebudayaan bersama, Ruth Benedict menerapkan teori kebudayaan dan memaparkan secara singkat rangka teorinya itu sebagai sumber yang mempengaruhi jalan pemikirannya menuju penciptaan teorinya, menurut Benedict teori budaya dapat disimpulkan didalam setiap kebudayaan ada aneka ragam tipe tempramen, yang telah di tentukan oleh faktor keturunan dan faktor kebutuhan yang timbul berulang-ulang secara universal.1

Mayoritas dari orang-orang dalam segala masyarakat akan berbuat sesuai terhadap tipe dominan dari masyarakatnya, hal ini di sebabkan karena tempramen mereka cukup mudah untuk di bentuk tenaga pencetak dari masyarakat, ini di sebut juga kepribadian Normal. Namun, disamping itu ada sejumlah penduduk yang merupakan minoritas dalam setiap masyarakat, yang tidak dapat dimasukkan ke dalam tipe dominan ini. baik di sebabkan karena tipe tempramen tersebut terlalu menyimpang dari tipe dominan, maupun karena mereka tidak cukup berbakat untuk dapat menyesuaikan diri dengan tipe dominan. Golongan minoritas ini adalah para penyimpang dan abnormal.

Teori Benedict menekankan bahwa yang penting bukan ada atau tidak adanya praktek-pratek pengasuhan anak tertentu, tetapi caranya praktek pengasuhan itu diintegrasikan dengan, dan dinyatakan pada suatu konfigurasi khusus dari kebudayaan. Teori ini dianggap sebagai suatu usaha untuk mengerti individu sebagai makhluk dalam kebudayaan dan kebudayaan sebagai suatu wadah yang didiami individu.

Lalu, terdapat jenis kepribadian yang umum bagi masyarakat menurut Ralph Linton. Jenis kepribadian itu dinamakan Basic Personality Struktur( struktur kepribadian dasar ), Modal Personality ( Kepribadian Rata-rata )2, aliran-aliran ini sangat erat hubungannya dengan proses pengasuhan yang telah dialami semasa kecil.

Struktur kepribadian dasar dari suatu masyarakat dibentuk oleh pranata pertama, dan melalui system projeksi struktur kepribadian dasar membentuk pranata kedua. Yang dimaksud dengan pranata adalah segala bentuk fikiran atau ketatakelakuan, yang sudah tetap dari

1James Danandjaja, Antropologi Psikologi : Teori, Metode dan Sejarah Perkembangannya ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1994 ), hlm. 41.

(7)

sekelompok individu (masyarakat) yang dapat dikomunikasikan. Yang tergolong dalam pranata pertama yaitu harus mempunyai pengaruh tertentu terhadap struktur kepribadian dasar, dari individu-individu yang langsung terkena pengaruh kelompok pranata tersebut. Dan pengaruhnya bersifat bertimbun banyak serta efektif itu, akan memaksa para individu tersebut untuk menyesuaikan diri terhadap mereka yang termasuk dari pranata pertama organisasi kekerabatan, system tata tertib dasar, cara pemberian makan anak-anak bayi, penyapihan, adat merawat anak dengan telaten atau melalaikan, latian buang air besar, larangan melakukan hubungan seksual, cara pemuasan kebutuhan primer. Yang termasuk pranata kedua adalah system larangan, kepercayaan, upacara, cerita rakyat, cara yang dipergunakan untuk menghadapi mereka. Kemudian ada kepribadian rata-rata, yaitu sebagai hasil saling pengaruh-mempengaruhi antara kecenderungan dan pengalamandasar.

Menurut Kardinerdan Linton Struktur kepribadian dasar adalah intisari dari kepribadian yang dimiliki oleh kebanyakan anggota masyarakat, sebagai akibat pengalaman mereka pada masa kanak-kanak yang sama.3 Struktur kepribadian dasar ini sebenarnya adalah alat penyesuaian diri individu, yang umum bagi semua individu di dalam suatu masyarakat.

Adapun yang termasuk dalam struktur kepribadian dasar adalah : 1. Teknik berfikir, misalnya apakah ilmiah atau animistis.

2. Sikap terhadap benda hidup atau benda mati, misalnya menerima atau menolak, tergantung dari pengalamannya sewaktu massih kanak-kanak (anak yang semasa kecilnya dikejami oleh ibunya, setelah dewasa ia akan menolak wanita misalnya) 3. Sistem keamanan dan kesejahteraan, yang dapat dinilai dari kecemasan dan

kekecewaan karena ketidakberdayaan sewaktu masih kanak-kanak ( seorang anak yang masa kanak-kanaknya selalu mengalami kelaparan, akan menjadi orang yang bersifat hemat setelah dewasa misalnya ) dan pembentukan superego atau bagian kepribadian dari individu yang terbentuk dengan jalan mengambil alih pandangan hidup dari orang tuanya.4

3James Danandjaja, Antropologi Psikologi : Teori, Metode dan Sejarah Perkembangannya ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1994 ), hlm. 45-48.

(8)

Dasar pemikiran aliran ini jelas di pengaruhi oleh pendapat Freud, yang mengatakan bahwa pengalaman masa kanak-kanak penting bagi pembentukan kepribadian seseorang setelah dewasa nanti.

Istilah struktur kepribadian rata-rata mirip sekali dengan struktur kepribadian dasar Kardiner, namun lebih dalam arti statistik, yaitu jika struktur kepribadian dasar dari suatu suku bangsa dianggap sebagai tipe kepribadian pada umumnya dari para anggotanya, maka struktur kepribadian rata-rata adalah tipe kepribadian dari sebagian besar para anggota suatu suku bangsa yakni sebagian dari jumlah seluruh anggotanya.

Menurut Dubois, terjadinya tipe kepribadian rata-rata ini adalah sebagai hasil saling pengaruh-mempengaruhi antara kecenderungan dan pengalaman dasar.5 Tipe kepribadian rata-rata ini pada umumnya, ada pada kolektif manusia dalam usahanya menghadapi lingkungan kebudayaannya, yang mengingkarinya, mengarahkannya, dan memuaskan segala kebutuhannya. Kebutuhan setiap kolektif dapat berbeda-beda sehingga tipe kepribadian rata-ratanya dapat juga berbeda. Konsep tipe kepribadian rata-rata ini merupakan hasil penelitian DuBois di pulau Alor, dan penelitiannya ini merupakan penerapan dari konsep-konsep yang dikembangkan di berbagai seminar yang dilakukan oleh Kardiner dan kawan-kawan termasuk juga DuBois sendiri.

Adapun Teori Kepribadian Orang Modern yang di rumuskan oleh Alex Inkeles,apa yang dimaksudkan dengan manusia modern itu, dan apa yang membuatnya menjadi modern? Yang pertama, perubahan manusia dari yang lebih tradisional menjadi modern sering berarti melepaskan cara berfikir dan berperasaan, yang kedua, sifat yang membuat orang menjadi modern itu tidak sering tampak sebagai suatu cirri yang netral, tetapi merupakan ciri dari orang-orang Eropa, Amerika atau orang-orang Barat pada umumya yang ingin dipaksakan olehorang-orang lain, untuk menjadikan mereka menjadi sama seperti orang Barat tersebut. Yang ketiga, kebanyakan ciri yang disebut modern itu, dan dengan demikian yang diinginkan, sesungguhnya tidak berguna atau cocok bagi kehidupan dan keadaan dari mereka, yang dianjurkanatau dipaksakan memilikinya. Ciri khas orang modern ada dua macam yaitu yang pertama merupakan cirri luar dan yang lainnya merupakan cirri dalam. Yang pertama lingkungan alam, dan yang kedua mengenai sikap, nilai, perasaan. Perubahan ciri luar yang dialami manusia modern telah banyak

(9)

dikenal dan di catat, dan mempergunakkan beberapa istilah pokok seperti urbanisasi, pendidikan, politikisasi, komunikasi masa, dan industrialisasi.6

Perubahan keadaan ciri dalam yang dialami oleh orang modern belum banyak disentuh orang, walaupun sebenarnya jenis perubahan ini adalah lebih penting dari pada keadaan ciri luar saja, karena perubahan ciri luar belum menjamin bahwa seorang akan menjadi modern sesungguhnya. Oleh karena itu , seorang baru dapat menjadi modern, apabila telah mengalami perubahan ciri dalam, dari yang tradisonal menjadi modern.

Selanjutnya ada Teori Gaya Hidup Petani Desa yang di cetuskan oleh Robert Redfield, teori ini disebut juga sebagai Tipe Kepribadian Petani Desa.7 Teori ini dapat juga digolongkan kedalam teori Konfigurasi Kebudayaan, karena pada teori ini menyinggung tentang kepribadian petani desa yang masih mempertahankan sifat kegotongroyongan yang berdasarkan solideritas social.

Untuk menerangkan teori ini, Redfield membedakan masyarakat di dunia ini menjadi tiga macam, yakni masyarakat folk, masyarakat petani desa dan masyarakat perkotaan.8 Masyarakat folk adalah masyarakat yang telah ada sebelum timbulnya kota. Istilah lainnya yang dahulu sering kita sebut sebagai masyarakat primitive atau masyarakat terpencil. Adapun masyarakat perkotaan sudah tentuadalah masyarakat yang berkembang di daerah perkotaan. Kebudayaan masyarakat ini sudah sangat maju karena telah memperoleh pengaruh dari berbagai macam-macamperadaban besar di dunia, dan banyak di pengaruhi oleh peradaban modern. Sedangkan, Petani desa adalah bentuk dari masyarakat folk dahulu, yang sekarang sudah tersentuh oleh masyarakat perkotaan, sehingga mereka telah pula terpengaruhi kebudayaan modern, walaupun seringkali juga pengaruhnya kurang mendalam, dan hanya bersifat superficial saja.

Contohnya, di Indonesia ada orang desa yang memakai jam tangan tanpa dapat membacanya, sehingga jam yang dipakainya dalam keadaan mati. Berbeda dengan masyarakat folk yang dapat hidup secara otonomi, maka masyarakat petani desa demikian, karena ia tergantung sekali dari masyarakat perkotaan. Akibatnya kebudayaannyapun tidak bersifat otonomi.

6James Danandjaja, Antropologi Psikologi : Teori, Metode dan Sejarah Perkembangannya ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1994 ), hlm. 54-58.

7Ibid.,hlm. 45.

(10)

Jadi, hubungan masyarakat petani desa dengan masyarakat perkotaan adalah hubungan simbolis, yakni saling menghidupi. Masyarakat petani desa memperoleh benda-benda industry yang canggih seperti elektronik, pendidikan modern, perlindungan keamanan, dan lain-lain dari masyarakat perkotaan, sedangkan masyarakat perkotaan memperoleh produksi pertanian dan peternakan dari masyarakat petani desa dan tenaga kerja.

Kiranya, perlu kita ketahui juga bahwa di kota-kota besar negara berkembang seperti di Indonesia ada juga komunitas yang mempunyai sifat petani desa. Komunitas tersebut adalah apa yang disebut dengan kampung-kampung di kota besar seperti Jakarta. Hal ini di sebabkan karena dalm batasan-batasan tertentu masyarakatnya masih mempertahankan sikap dan nilai gaya hidup masyarakat petani desa. Sehingga tidak salahlah apabila kampong-kampung di kota, sebenarnya adalah desa-desa yang berada didalam kota.

C. Dampak Teori Kebudayaan dan Kepribadian

(11)

kesatuan yang tak berjangka waktu, yakni tanpa ada mendahului atau yang berlaku sebagai akibatnya. Tetapi sekali terbentuk kebudayaan tersebut akan sangat berpengaruh dalam pembentukan tempramen suku bangsa yang bersangkutan.

Teori ini adalah ilmu yang meneliti kepribadian manusia, yang karyanya menyangkut usaha untuk mengerti mengapa dan bagaimana pribadi berbeda satu sama lain. Pada dasanya teori ini mempelajari perilaku suatu kolektif, dan mencari motif apa yang ada di belakang pelaku tesebut perilaku tersebut. Oleh karena itu, teori kepriadian dan kebudayaan adalah teori yang menjembatani suatu kebudayaan dan kepribadian yang menjadi focus dari dua ilmu yang berbeda, yang sebenarnya sangat erat hubungannya.

Teori ini timbul sebagai akibat interaksi dari kedua ilmu tersebut, yang sangat berguna sekali untuk keperluan penelitian.hal ini yang akan menyebabkan para peneliti dalam studinya mengenai perilaku, selalu memperhatikan factor-faktor penyebab pendahulunya. Dari teori ini dapat dikategorikan kedalam kelompok permasalahan besar yaitu kelompok hubungan kebudayaan dengan sifat pembawaan manusia, kelompok hubungan kebudayaan dengan kepribadian khas kolektif tertentu dan kelompok hubungan kebudayaan dengan kepribadian individual.

Dalam historigrafi, sejarah yang objek kajiannya adalah masyarakat yang dilihat sebagai sebuah kesatuan kompleks dan berubah dari waktu-ke waktu tentunya memerlukan Teori Kebudayaan dan Kepribadian dalam penjelasannya secara sinkronik. Munculnya pemikiran dasar Sukarno dapat dijelaskan dengan teori tersebut. Singkatnya, teori kepribadian dan kebudayaan memberikan alat analisa yang memadai dalam penulisan historiografi. Dengan penggunaan teori ini sejarah tidak hanya bersifat dekskriptif-naratif, tetapi mampu bertansformasi menjadi penulisan yang analitis-kritis. Dan membuat sejarah dapat sejajar dengan ilmu sosial lainnya.

D. Penerapan Teori dalam Historiografi

a. Latar belakang

(12)

dan akhir riwayatnya oleh penguasa kolonial. Apakah gerakan Ratu Adil ini impian utopis dan penindasan yang riil darinya. Dengan memulai kisah pemikiran Sukarno dengan peristiwa Ratu Adil di Tangerang ini, didalam buku ini menjelaskan bahwa sebenarnya Ratu Adil dalam skala bukan-lokal seperti Ratu Adil Tangerang, namun dalam rangka Jawa bahwa nasional. Kalau masalah ini bagi seorang sarjana dari Jerman Barat adalah masalah abstrak menurut Bernhard Dahm, maka bagi kita di Indonesia masalah tersebut adalah lebih penting kalau tidak genting

(menakutkan). Apakah ini salah Sukarno pribadi yang hanya hidup dalam utopi tanpa realitas, atau ia memang sifat masyarakat Indonesia (Jawa) yang tidak mengerti mengenai kehidupan negara modern, dengan perimbangan kas negara, tata buku, masyarakat majemuk, perbedaan dan pertentangan kepentingan, dan sebagainya.

Citra Ratu Adil memang sesuatu yang berakar dalam di masyarakat Indonesia, khususnya Jawa. Ini merupakan kunci popularitas Sukarno di kalangan massa. Citra itu di pertinggi oleh Sukarno dengan memakai citra wayang dan menarik turunkan suaranya dalam pidato seperti seorang dalang. Tjokroaminoto dari Sarekat Islam juga mempergunakan teknik ini dan ia seperti Sukarno, adalah seorang pemimpin kharismatis yang popular, bagaimanapun juga Sukarno adalah seorang pepimpin pupulis yang memang menggunakan eskatologi akan datangnya seorang Ratu Adil yang membebaskan rakyat dan yang akan menjadi pembangunan “jembatan emas” bagi rakyat tertindas ini. Retorika wayang menambah puplaritas sukarno.

(13)

Penulis menyajikan setidak-tidaknya, dokumentasi yang cukup dan meyakinkan untuk menunjukkan bagaimana di Indonesia jaman penjajahan gerakan-gerakan politik yang bermunculan bagaikan janur yang bermunculan di musim hujan, jika dan apabila seorang pemimpin menyambut mitos-mitos Jayabaya yang popular itu, dan bagaimana gerakan-gerakan itu menyusut, dan malahan ambruk, begitu pemimpin-pemimpinnya mengesampingkan mitos-mitos itu. Maka, atas dasar kesimpulan-kesimpulan yang meyakinkan itu, upaya menalaah nasionalisme Indonesia terutama sebagai hasil penanaman nilai-nilai barat untuk selanjutnya harus dikesampingkan sebagai hal yang tidak memadai sama sekali.

Jawaisme juga merupakan inti factor utama yang kedua, yakni kecenderungan Sukarno yang sudah mendarah daging untuk menggabungkan dan meleburkan aliran-aliran darikelompok-kelompok yang berbeda, dan yang bahkan saling berlawanan, menjadi suatu kesatuan yang semu dibikinannya sendiri. Kecenderungan seperti itu dimaksudkan untuk mengingkari konflik, hasrat yang begitu kuat untuk mengembalikan hal-hal yang saling betentangan kepada suatu dasar bersama, sudah melekat dengan kuat pada cara berpikir orang Jawa.

Factor kunci yang ketiga: kesetiaan bung Karno yang menakjubkan, tak tergoyahkan dan tetap tega, kepada seperangkat gagasan yang telah dikembangkannya sejak awal sekali daoam karir politiknya dan yang terus dipertahankannya sampai saat terakhir. Ada suatu kebesaran yang tragis pada diri seorang seperti dia yang begitu yakin akan kebenarannya sendiri, yang menggap dirinya tak mungkin salah, dan begitu kedap terhadap fakta-fakta yang nyata dalam kehidupan politik Indonesia. Sejak hari-hari pertamanya sebagai aktivis politik, Sukarno bersikeras bahwa Nasionalisme, Marxisme dan Islam adalah satu,dan dalam arti tertentu, dan dari sudut pandang Jawanya sendiri, brgitulah ketiga hal itu atau tepatnya, sebagaimana yang ia asumsikan tentang ketiga hal itu masing-masing.

(14)

atau diluar konteks dimana sesuatu dibicarakan. Sukarno menginterpretasikan pemikir-pemikir yang dikutip seenaknya saja.dan Sukarno tidak original. Semua yang dikatakan penelti benar,dan tidak dapat disangkal bahwa penelitian ini sangat penting karena ia menyadarkan kita semua mengenai pendiri,proklamator,dan pemikir negara republik Indonesia ini.

b. Studi Pustaka

(15)

Lebih dari John penelitian ini menyangkut sifat masyarakat Indonesia, khususnya Jawa peneliti mendekatinya dari sudut gejala atau ungkapan masyarakat dan budaya Jawa.

Berlainan dengan ideologi yang kebanyakan hanya memuat konklusi-konklusi yang tidak bisa ditawar, atau dari mana orang tidak dapat menyeleweng sebab semua itu adalah “ sudah barang tentu ”, maka penelitian ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan. Penelitian ini mengenai pemikiran Sukarno sampai 1945 sebenarnya bukan saja mengenai Sukarno seperti karya Legge. Tetapi juga merupakan masalah masyarakat yang melahirkan Sukarno.9

c. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam mengkaji sebuah peristiwa sejarah,di perlukan focus bahasan, batasan waktu dan tempat secara jelas. Penelitian ini secara spasial dibatasi pada daerah Jawa khususnya tempat

(16)

pemikiran Soekarno muda mulai mengembangkan pemikirannya.Penulisan ini dibatasi dari tahun 1926 sampai dengan 1945. Tahun 1926 dipilih karena pada tahun tersebut Sukarno muncul sebagai seorang pemimpin pergerakan Indonesia. Disini, Sukarno mencoba mengemukakan tentang pemikiran dasarnya mengenai Nasionalisme, Islam, dan Marxisme. Menurut Sukarno nasionalisme ini harus mempunyai tempat bagi Islam dan kaum Marxis, dan sebaliknya, Islam juga harus bisa bekerja sama dengan nasionalis dan marxis. Pertentangan antara agama dan Marxisme di kesampingkan begitu saja oleh Sukarno degan menerima materialism historis dan menolak falsafah –materialis. Adapun yang dimaksud sebagai falsafah adalah bidang spekluasi dimana orang dapat percaya atau mengenainya, karena ia hanya bersifat spekulatif dan bukan kenyataan ilmiah. Sedangkan, Sinkretisme Jawa melihat Nasionalisme,Islam, dan Marxisme adalah satu, sebab ketiga unsur ini melawan kolonialisme dan imperialisem Barat. Menurut Sukarno yang terpenting dari ketiga gerakan ini adalah persamaannya bukan karena pertentangannya. Pengalaman tahun 1926 ini yang merupakan pembentukan ide politik Sukarno. Penelitian ini diakhiri pada tahun 1945, karena pada tahun tersebut Indonesia telah mencapai puncak kemerdekaan dan setelah 1945 pemikiran Sukarno telah berbeda coraknya yaitu yang tadinya merupakan pembentukan ide politik Sukarno, namun setelah tahun 1945 itu pemikirannya sudah berbeda melainkan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

(17)

bangsawan yang sejak dahulu lebih siap dan pantas untukmenjadi pemimpin dibandingkan dengan seorang intelektual dan lulusan baru dari sekolah tinggi teknik Belanda? Secara lebih detail, buku ini menjelaskan : 1) Sukarno dapat memanfaatkan Tradisi kebudayaan Indonesia; 2) Sukarno tidak pernah mencoba meyakinkan rakyat bahwa dirinya adalah messiah yang di janjikan pada zaman genting; 3)desas-desus yang beredar serta harapan yang dibebankan kepada dirinya , ikut serta membentuk kepercayaan rakyat bahwa ia memiliki kemampuan yang luar biasa; 4) kemampuannya untuk menjelaskan usaha kemerdekaan dengan menggunakan mitos Jawa yang dapat dengan mudah di pahami bahkan oleh kaum tani yang buta huruf; 5) upayanya yang terus menerus untuk menggalang kesatuan diantara kelompok-kelompok yang saling bersaing ke dalam sebuah partai.

(18)

Teori adalah sebuah penjelasan suatu fenomena, teori dapat juga diartikan sebagai pernyataan yang berhubungan secara logis untuk menjelaskan, memetakan, dan memprediksi suatu peristiwa, adapun teori yang di gunakan dalam penerapan hitoriografi ini yaitu Teori Kepribadian dan Kebudayaan, dimana Teori Kepribadian ini memusatkan perhatiaanya kepada penelitian serta pengamatan mengenai pengalaman semasa anak-anak, proses pengasuhan serta menghubungkannya dengan sifat-sifat utama yang terdapat pada bagian terbesar dari orang dewasa dalam masyarakat yang bersangkutan yang tampaknya mempengaruhi perilaku setelah dewasa. Teori Kepribadian ini pada umumnya terdapat 2 jenis, Jenis kepribadian itu dinamakan Basic Personality Struktur( struktur kepribadian dasar ), Modal Personality ( Kepribadian Rata-rata )10. Menurut Kardinerdan Linton Struktur kepribadian dasar adalah intisari dari kepribadian yang dimiliki oleh kebanyakan anggota masyarakat, sebagai akibat pengalaman mereka pada masa kanak-kanak yang sama.11 Sedangkan, Menurut Dubois, terjadinya tipe kepribadian rata-rata ini adalah sebagai hasil saling pengaruh-mempengaruhi antara kecenderungan dan pengalaman dasar.12

Kemudian dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakkan Teori Kebudayaan, yang menurut Benedict teori budaya dapat disimpulkan didalam setiap kebudayaan ada aneka ragam tipe tempramen, yang telah di tentukan oleh faktor keturunan dan faktor kebutuhan yang timbul berulang-ulang secara universal.13

Mayoritas dari orang-orang dalam segala masyarakat akan berbuat sesuai terhadap tipe dominan dari masyarakatnya, hal ini di sebabkan karena tempramen mereka cukup mudah untuk di bentuk tenaga pencetak dari masyarakat itu sendiri.

10Ibid., hlm. 49.

11James Danandjaja, Antropologi Psikologi : Teori, Metode dan Sejarah Perkembangannya ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1994 ), hlm. 45-48.

12James Danandjaja, Op.Cit.,hlm. 54.

(19)

Dalam konteks pemikiran Sukarno yang dibahas pada penelitian ini, teori kebudayaan digunakan sebagai alat untuk mengerti mengenai kebudayaan Jawa yang sangat mempengaruhi pemikiran Sukarno. Dapat dikatakan bahwa kebudayaan yang sangat kental akan nuansa Jawa (buadaya skinkerits khususnya) melahirkan pribadi dan pemikiran Sukarno yang suka menyatukan berbagai golongan yang berbeda (Nasionalis, Marxis, Islam). Gagasan yang sangat original dan berani itu tentu dipengaruhi oleh tempat Sukarno tumbuh dan berkembang, disni budaya Jawaisme mempunyai peran yang signifikan.

Sedangkan teori kepribadian seperti yang sudah dijelaskan diatas membantu menganalisa keadaan kontekstual dan keadaan kondisi yang mempengaruhi pemikiran Sukarno dari masa muda hingga dewasa. Dari pengertian diatas dapat dimengerti bahwa kepribadian sesorang sangat dipengaruhi oleh tempat dimana mereka tumbuh dan pengalaman yang sudah mereka jalani. Pengalaman pribadi seorang Sukarno yang hanya anak seorang guru dapat dimengerti dengan teori kepribadian ini mengapa Sukarno dapat dengan mudah dekat dan mengerti keadaan rakyat kecil. Singkatnya, teori ini membantu dalam mengerti bagaimana dan mengapa pemikiran Sukarno dapat terbentuk sehingga menjadikannya presiden pertama RI.

e. Bahan Sumber

(20)

tidak diterbitkan. Dari Indonesia, digunakan sumber-sumber seperti pidato Sukarno, Koran, dan majalah. Adapun sumber primer yang digunakan dalam buku ini adalah naskah dan dokumen sezaman. Naskah dan dokumen tersebut berbentuk surat kabar dan majalah.

Digunakan juga sumber sekunder berupa buku-buku atau bibliografi yang hanya digunakan sebagai acuan dalam menulis, bukan sebagai sumber utama dalam penyusunan fakta-fakta sejarah, Penelitian ini juga menggunakan sumber sekunder sebagai data pendukung, yaitu buku dan artikel yang terkait dengan tema penelitian yang ditulis oleh peneliti sebelumnya. Materi yang ada pada sumber ssekunder bukan dimaksudkan untuk dipercaya dan dianggap valid, tetapi merupakan petunjuk awal dalam sebuah penelitian sejarah, dan untuk menambah pengetahuan dalam membuat pertanyaan untuk sejarah yang akan diteliti.

PENUTUP

Sifat ahistoris dan perbedaan pandangaan dalam teori antara sejarawan dan teoritis sosial hanya menambah permasalahan diantara keduanya. Kekurangan yang ada diantara kedua ilmu itu harus segara diisi dengan meminjam masing-masing konsep keilmuwan diantara keduanya.

(21)

dapat dijelaskan dengan teori konflik. Singkatnya, teori konflik memberikan alat analisa yang memadai dalam penulisan historiografi. Dengan penggunaan teori ini sejarah tidak hanya bersifat dekskriptif-naratif, tetapi mampu bertansformasi menjadi penulisan yang analitis-kritis. Dan membuat sejarah dapat sejajar dengan ilmu sosial lainnya.

Dalam buku yang dijelaskan oleh Bernhard Dahm, tentang Pemikiran Sukarno ini merupakan hal yang menarik untuk kita ketahui. Penjelasan yang deskriptif tidak lagi memadai, dikarenakan penelitian tersebut menggunakan Teori Kepribadian dan Kebudayaan dalam menjelaskan tentang pembentukan ide politik Sukarno dan pemikiran dasarnya Sukarno tentang Nasionalisme, Islam, dan Marxisme. Yang kita ketahui bahwa Nasionalisme, Islam, dan Marxisme itu adalah sebagai sesuatu yang distorsi dari sejarah dan akar masing-masing paham, sedangkan Sukarno menyatukan ketiga golongan tersebut dalam perjuangan kemerdekaan. Sebab menurut Sukarno ketiga golongan tersebut merupakan sama-sama melawan kolonialisme dan imperialisme Barat. Dari pemikiran Sukarno itu dapat kita lihat bahwa pemikiran Sukarno sangat di pengaruhi oleh tradisi Jawa, dimana pendekatan Jawa terhadap segala fenomena adalah “satu”. Dalam pemikiran Sinkretisme Jawa itu yang terpenting adalah persamaannya bukan pertentangannya.

Daftar Pustaka

Danandjaja, James, Antropologi Psikologi : Teori, Metode dan Sejarah Perkembangannya,

Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1994.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang diberikan adalah: (1) Persepsi peserta didik dalam tahap pembentukan layanan bimbingan kelompok

Dari hasil analisis dengan menggunakan uji Kappa didapatkaan nilai P-value=0.000 menandakan bahwa benar-benar terdapat tingkat ketepatan hasil pemeriksaan kanker

Table 4.2.2 Data hasil percobaan kondisi motor berhenti dengan konsumsi bahan bakar 50ml premium pada putaran 1500 rpm

Pada  bagian  kanan  atas  terdapat  tombol    yang  berguna  untuk  mengatur  preferensi  halaman  events  ini  (lihat  Gambar  139).  Jika  Pengguna  memilih 

Norma norma yang terbentuk dalam kehidupan masyarakat berperan serta dalam proses ekonomi, aspek kepercayaan mendasari terciptanya sebuah sistem ekonomi yang

Dari beberapa jawaban yang didapatkan ternyata beberapa siswa tidak mengerjakan seperti yang diharapkan, hal ini dimungkinkan bahwa siswa tersebut memang sepenuhnya tidak mengerti

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGELUARAN PEMERINTAH ACEH TERHADAP PENDAPATAN ASLI.. DAERAHPROVINSI ACEH

Pengaruh pengalaman kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan berdasarkan hasil penelitian terbukti memiliki pengaruh yang positif dan signifikan yang