SIFATSIFATFISIK BATA, KUAT TEKAN BATA DAN KUATLENTUR
DINDING PASANGAN PADA BANGUNANRUMAH SEDERHANA DI
WILAYAH RAWAN GEMPA(Studi Penelitian)
Oleh: ERVIA KUSUMANINGTYAS (02520052)
CIVIL ENGINEERING Dibuat: 2007-02-03 , dengan 3 file(s).
Keywords: material tembokan, sifat-sifat fisik bata dan kuat lentur pasangan bata
Sebagaian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah yang rawan gempa bumi. Bangunan yang runtuh akibat bencana gempa bumi sebagian besar merupakan bangunan rumah berdinding tembok. Kekuatan material tembokan merupakan salah satu penentu kekuatan dinding tembokan. Variasi kekuatan material tembokan yang cukup signifikan antar masing-masing daerah
menyebabkan variasi kerusakan yang berbeda. Maka dari itu dilakukan penelitian terhadap sifat-sifat fisik bata dan pasangan bata di wilayah rawan gempa Jawa Timur (Malang, Blitar, Pacitan dan Banyuwangi)
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang. Untuk pengujian awal dilakukan pengujian terhadap bata yang meliputi pengujian karakteristik bata, pengujian kandungan garam bata, pengujian serapan air bata dan pengujian kuat tekan bata. Selain itu pengujian lainnya adalah pengujian Kuat lentur pasangan bata. Campuran mortar yang digunakan ada 3 variasi dengan perbandingan campuran Semen : Pasir : Kapur yaitu 1:0:3, 1:1:5, 1:3:10. Setiap variabel dibuat 3 buah benda uji dengan total keseluruhan untuk benda uji kuat lentur 36 benda uji.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui untuk pengamatan ciri-ciri bata dapat disimpulkan bahwa karakteristik bata pada masing-masing wilayah tinjauan berbeda. Untuk bata daerah Pacitan mempunyai ukuran lebih besar dibandingkan bata dari daerah Malang, Blitar, dan Banyuwangi.. Selain itu untuk kandungan garam bata pada semua wilayah tinjauan cukup aman karena rata-rata mempunyai kandungan garam <50 %. Sedangkan serapan air bata untuk semua wilayah tinjauan rata-rata ≥ 20% sehingga bata tersebut perlu perendaman sebelum dipakai. Untuk kuat tekan bata, daerah Malang mempunyai kuat tekan yang paling besar yaitu 133.895 kg/cm2 dan termasuk bata tipe 1. Sedangkan jenis bata daerah Pacitan paling rendah yaitu mempunyai kuat tekan sebesar 85.488 kg/cm2 sehingga bata tersebut masuk tipe 2. Untuk
pengujian kuat lentur paling tinggi adalah pasangan bata daerah Blitar dengan kuat lentur sebesar 0.747kg/cm2 pada campuran 1;0;3. Sedangkan Kuat lentur yang paling kecil adalah pasangan daerah Pacitan dengan kuat lentur sebesar 0.457kg/cm2 pada campuran 1;3;10. Hal ini
membuktikan bahwa mortar dengan penggunaan kapur < 20% dari jumlah semen yang dipakai menghasilkan kuat lentur pasangan yang baik atau tinggi.
Abstract
earthquake-prone areas of East Java (Malang, Blitar, Pacitan and Banyuwangi)
This research was conducted at the Laboratory of Civil Engineering University of Malang. For the initial test conducted testing which includes testing the characteristics of brick brick, brick testing salt content, water absorption tests with compressive strength of bricks and brick. In addition, other testing is the testing of masonry flexural strength. Mortar mixture that is used there are 3 variations with mixture ratio Cement: Sand: Lime is 1:0:3, 1:1:5, 1:3:10. Each variable was made three specimens with overall totals for the specimen for flexural strength of 36 specimens.
From the results of this study can be known to the characteristics of brick observations can be concluded that the characteristics of brick on each area is different review. For Pacitan brick larger in size than the bricks from the area of Malang, Blitar, and Banyuwangi .. In addition to brick salt content in all review areas safe enough because on average have a salt content <50%. While the brick water
a sorption for all areas re ie on a erage ≥ 20% so that the ri k needs to e soaked efore use. For