• Tidak ada hasil yang ditemukan

Media Utama Revitalisas

Dalam dokumen Mediakom Edisi 27 Desember 2010 - [MAJALAH] (Halaman 33-35)

Pelayanan

Kesehatan

U

ntuk mendukung revitalisasi pelayanan kesehatan, salah satu kegiatan yang harus dilaksanakan yaitu reformasi puskesmas yang meliputi kebijakan dasar puskesmas, sumber daya manusia dan pembiayaannya. Hal ini sesuai dengan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) 2010-2014.

Terdapat 3 level prevention

pelayanan kesehatan di puskesmas yaitu; health promotion dan specitic protection, early diagnosis dan

prompt treatment serta disability limitation dan rehabilitation, dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif sesuai kewenangannya.

Revitalisasi kebijakan dasar puskesmas, merupakan perubahan konsep puskesmas yang meliputi fungsi, kelembagaan, ketenagaan dan pembiayaan. Revitalisasi ini, sebagai upaya penyempurnaan kebijakan dasar puskesmas yang ditetapkan melalui Kepmenkes nomor 128 tahun

2004.

Dalam revitalisasi kebijakan dasar puskemas yang bekerja di suatu wilayah kecamatan mempunyai empat fungsi yaitu; sebagai pusat pembangunan wilayah berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer dan pusat pelayanan kesehatan perorangan primer.

Sedang aspek kelembagaan, puskesmas sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten / kota. Struktur dan ketenagaan puskesmas disesuaikan dengan fungsi, serta dilaksanakan secara profesional dan bermutu. Kelembagaan disusun dan diusulkan oleh dinas kesehatan Kab / Kota dan ditetapkan melalui peraturan daerah yang terdiri dari kepala puskesmas, kepala subbag tata usaha dan jabatan fungsional sebagai koordinator. Sedangkan koordinator dipisahkan menjadi koordinator pemberdayaan masyarakat, koordinator pelayanan kesehatan masyarakat dan

koordinator pelayanan kesehatan

perorangan.

Kriteria personalia struktur organisasi Puskesmas disesuaikan dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing unit. Kepala Puskesmas adalah harus seorang dokter atau Sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat. Kasubbag Tata Usaha adalah seorang sarjana di bidang administrasi kesehatan atau sarjana di bidang manajemen yang kurikulum pendidikannya mencakup administrasi kesehatan. Koordinator pemberdayaan masyarakat, pelayanan kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan dipilih dari jabatan fungsional dengan persyaratan mempunyai jiwa kepemimpinan dan menguasai program, ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atas usulan Kepala Puskesmas.

Eselonisasi Kepala Puskesmas adalah Eselon IV A dan Kasubag Tata Usaha Eselon IV B dan Koordinator Fungsional adalah jabatan fungsional

Media Utama

(non eselon). Dimana koordinator tersebut selain melaksanakan jabatan fungsionalnya dapat juga melaksanakan pemberian pelayanan kesehatan sesuai dengan profesinya.

Upaya kesehatan Puskesmas dikelompokkan menjadi Upaya Kesehatan Wajib (basic six) dan Upaya Kesehatan pilihan/pengembangan. Upaya Kesehatan Wajib (basic six) meliputi 1) Promosi Kesehatan, 2) Kesehatan Lingkungan, 3) Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana, 4) Perbaikan Gizi Masyarakat, 5) Penanggulangan Penyakit, 6) Pengobatan dan Penanganan Kegawatdaruratan. Dalam menyelenggarakan kegiatannya, Puskesmas wajib menerapkan prinsip koordinasi dan sinkronisasi baik antar institusi dalam lingkungan kesehatan maupun di luar kesehatan, termasuk masyarakat.

Sampai dengan saat ini jumlah Puskesmas mencapai 8.737, dimana 2.704 Puskesmas diantaranya merupakan Puskesmas Perawatan (data Pusdasure, akhir Desember 2009). Keberadaan Puskesmas telah merata di hampir seluruh kecamatan di Indonesia. Berdasarkan data tersebut, di setiap kecamatan terdapat minimal 1 (satu) Puskesmas.

Indikator pelaksanaan Reformasi Puskesmas dalam RPJMN 2010-2014 ada 2 (dua) yaitu 1) Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kesehatan dasar, 2) Puskesmas berfungsi baik. Yang dimaksud dengan Puskesmas yang melaksanakan Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) adalah Puskesmas yang melaksanakan Upaya Kesehatan Wajib (basic six). Adapun Puskesmas yang berfungsi baik dapat dilihat dari indikator: a) Kondisi gedung, b) Ada tenaga dokter, c) Melaksanakan lokakarya mini minimal 4x dalam setahun.

Untuk dapat melaksanakan fungsinya dan menyelenggarakan upaya wajib Puskesmas, dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang

mencukupi baik jumlah, jenis maupun mutunya. Pola ketenagaan minimal yang harus dimiliki oleh Puskesmas, sebaiknya untuk Puskesmas non Perawatan tenaga minimal 21 orang, untuk Puskesmas dengan tempat perawatan (Puskesmas TT) sebaiknya memiliki 30 tenaga, dan Puskesmas di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan (Puskesmas DTPK) memiliki 25 tenaga kesehatan.

Penyelenggaraan upaya kesehatan Puskesmas perlu didukung dengan tersedianya pembiayaan/anggaran yang cukup. Anggaran yang dimaksud baik untuk penyelenggaraan pelayanan maupun pengelolaan Puskesmas termasuk pemeliharaan sarana.

Sumber pembiayaan Puskesmas berasal dari Pemerintah Kabupaten/ Kota APBD (DAU, DAK, Dana bagi hasil, PAD), Pemerintah Daerah Propinsi melalui APBD Propinsi, Pemerintah Pusat (Dana Dekonsentrasi, Dana Tugas Perbantuan, Jamkesmas, Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan Bansos lainnya). Sumber lain adalah pendapatan Puskesmas dan sumber lainnya (PT Askes, PT Jamsostek, CSR/NGO, dll).

Direktorat Bina Kesehatan Komunitas telah menyusun Revitalisasi Kebijakan Dasar Puskesmas, yang saat ini sedang dalam proses penetapan

Permenkesnya. Selanjutnya dalam upaya penerapannya di lapangan agar Puskesmas dapat melaksanakan fungsinya dengan baik maka telah disusun pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan Primer di Puskesmas. Juknis (pedoman pelaksanaan) tersebut lebih diutamakan diperuntukkan bagi Kepala Puskesmas, agar dapat memimpin dan mengelola Puskesmas secara optimal.

8.737 Puskesmas Dapat BOK

Sebanyak 8.737 puskesmas pada

tahun 2010, mendapat bantuan operasional kesehatan (BOK) dari Kementerian Kesehatan dengan perincian 582 puskesmas sebagai ujicoba awal di Jawa, Bali, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Puskesmas peserta program uji coba mendapatkan dana operasional sebesar 10 juta rupiah per bulan atau 100 juta rupiah per tahun.

Sedang 8.115 puskesmas lain bukan peserta uji coba program memperoleh dana operasional dengan perincian 5587 puskesmas mendapat bantuan 18 juta rupiah per tahun dan 2568 puskesmas mendapat bantuan 22 juta rupiah per tahun.

Bantuan tersebut sesuai dengan Kemenkes 551/Menkes/SK/V/2010, tanggal 5 Mei 2010 tentang penerima dana bantuan operasional kesehatan (BOK) di Puskesmas dan jaringannya untuk tiap Kabupaten / Kota tahun 2010.

Sesuai rumusan Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), BOK adalah bantuan biaya operasional kesehatan non-gaji untuk puskesmas dan jaringannya dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif kesehatan ibu-anak dan keluarga berencana (KIA-KB), gizi, imunisasi, kesehatan lingkungan, promosi kesehatan, dan pengendalian penyakit untuk mempercepat pencapaian tujuan Millenium Development Goals (MDGs).

Bantuan operasional kesehatan merupakan kebijakan baru yang telah tertuang dalam Rencana Panjang Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode tahun 2010-2014. Adapun jenis pelayanan kesehatan yang dapat didanai adalah pelayanan: cakupan pelayanan ibu, bayi dan anak cakupan imunisasi., cakupan angka gizi-kurang/buruk, cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat dan cakupan berbagai penyakit MDGs. nPra

Peristiwa

S

ebagai wujud apresiasi dan ucapan terima kasih atas pengabdian dan dedikasi, Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH, memberikan penghargaan kepada Individu maupun Institusi yang secara nyata telah berhasil memberikan komitmen, jasa dan dukungan terhadap berbagai upaya di bidang kesehatan.

Penghargaan disampaikan dalam rangkaian peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-46 di gedung Kementerian Kesehatan tanggal 12 November 2010.

Penghargaan ini diberikan secara berkala setiap tahun pada peringatan HKN. Peringatan HKN tahun ini mengangkat tema “Keluarga Sehat, Investasi Bangsa”.Tema ini dipilih dalam rangka menggalang komitmen para pengambil keputusan baik dari sektor kesehatan maupun diluar sektor kesehatan untuk saling mendukung dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya peningkatan mutu dan kapasitas keluarga Indonesia.

Dalam dokumen Mediakom Edisi 27 Desember 2010 - [MAJALAH] (Halaman 33-35)

Dokumen terkait