• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

3. Media Wayang

a. Pengertian Wayang

Menurut Guritno (1988:11), arti harfiah dari wayang adalah bayangan, tetapi dalam perjalanan waktu pengertian wayang itu berubah, dan kini wayang dapat berarti pertunjukan panggung atau teater atau dapat pula berarti aktor atau aktris.

Istilah wayang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Yasasusastra (2011:1), diartikan:

1) Boneka tiruan orang yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu dan sebagainya yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam pertunjukan drama tradisonal (Bali, Jawa, Sunda, dan sebagainya), biasanya dimainkan oleh seseorang yang disebut dalang;

2) Pertunjukan wayang (selengkapnya); 3) Bayang-bayang.

Sedangkan pengertian wayang menurut Bausatra Jawi dalam Yasasusastra (2011:1) adalah:

1) Bentuk atau rupa yang terjadi disebabkan dari barang yang terkena sorot;

b. Jenis-jenis Wayang

Yasasusastra (2011:11) menerangkan beberapa jenis wayang sebagai berikut.

1) Wayang Gedhog, jenis wayang ini berupa boneka-boneka wayang yang terbuat dari kulit, tipis, dan juga ditatah.

2) Wayang Golek, jenis wayang yang wujudnya berupa boneka terbuat dari kayu dalam bentuk tiga dimensi.

3) Wayang Klithik, jenis wayang ini terbuat dari kayu pipih, dan ada bagian yang terbuat dari kulit.

4) Wayang Beber, jenis wayang ini tidak memperlihatkan tokoh ceritanya satu persatu, melainkan pagelarannya berupa lembaran kain yang dilukisi dengan gambar-gambar berupa jalannya cerita atau adegan-adegan.

5) Wayang wong (Orang), yaitu jenis wayang yang mempergelarkan cerita yang diperankan oleh orang dengan syarat para pemainnya dapat menari, karena semua gerakannya harus mengikuti pokok-pokok aturan seni tari.

6) Wayang Suluh, yaitu pertunjukan yang diadakan sebagai kelanjutan dari apa yang disebut “Wayang Wahana” yang diciptakan oleh R.M. Sularta Harjawahana.

7) Wayang Krucil, dibuat dari bahan kulit dan berukuran kecil. 8) Wayang Kulit, merupakan boneka wayang yang dibuat dari kulit

(biasanya kulit kerbau), yang dimainkan oleh seorang seniman wayang yang disebut dalang.

c. Kelebihan-kelebihan Media Wayang

Guritno (1988:7) mengatakan:

Wayang sebagai hasil prestasi puncak masa lalu para leluhur yang bertempat tinggal di pulau Jawa dengan demikian dapat dianggap sebagai warisan budaya Indonesia yang patut dijadikan milik bersama karena isi kandungannya, baik etika maupun estetikanya, tahan uji selama berabad-abad, dan tak henti-hentinya memukau perhatian orang-orang di dalam maupun di luar negeri. Ajaran yang terkandung dalam seni budaya wayang yang tersebar paling luas itu tidak pula bertentangan dengan filsafat dasar yang mempersatukan bangsa kita, yaitu Pancasila.

Kelebihan-kelebihan penggunaan media wayang sebagai media dalam kegiatan ekstrakurikuler Pengembangan kepribadianyaitu dapat membangkitkan kembali semangat nasionalisme siswa, menyadarkan siswa bahwa Negara Indonesia memiliki kebudayaan khas yang harus dijaga dan dipertahankan eksistensinya. Keterlibatan siswa dalam menggunakan media wayang sebagai media pembelajaran akan semakin meningkatkan pengetahuan dan kecintaan siswa terhadap kebudayaan negaranya sendiri.

Menurut Wardani (2011), ada beberapa kelebihan yang dimiliki oleh wayang sebagai media dalam penerapan metode storytelling. Pertama, wayang bersifat acceptable, artinya wayang sendiri merupakan bagian dari khasanah kebudayaan bangsa sehingga bisa diterima oleh semua kalangan, baik oleh guru maupun siswa. Kedua, wayang bersifat timeless yang berarti tak lekang oleh waktu. Ketiga, media wayang ini tidak membutuhkan banyak biaya seperti media lain serta praktis dan efisien.

d. Storytelling dengan Menggunakan Media Wayang

Metode storytelling dengan media wayang merupakan salah satu metode yang sangat efektif dalam meningkatkan minat siswa mengikuti suatu kegiatan. Anak-anak akan sangat tertarik pada sesuatu yang baru dan yang lebih kreatif. Media wayang dalam penyampaian suatu materi merupakan hal baru bagi para siswa.

Media wayang sebagai suatu media, tidak mudah pelaksanaannya. Guru perlu terus melatih diri agar terampil dan ekpresif dalam menggunakan media wayang sebagai tokoh tertentu. Secara khusus, penggunaaan media wayang dalam storytelling

bertujuan untuk melatih konsentrasi siswa, daya tangkap, kreativitas, membuat kesimpulan, menarik inti cerita, mengembangkan fantasi dan menciptakan suasana yang menyenangkan.

Bentuk pelaksanaan storytelling dengan media wayang adalah percakapan yang dilakukan antarwayang, sementara para siswa menyimak cerita yang dibawakan oleh guru. Wayang dipegang oleh guru dan dapat juga siswa yang diminta untuk memainkan wayang.

Storytelling dengan media wayang menggunakan beberapa buah wayang yang memerankan tokoh-tokoh tertentu dengan karakter yang berbeda-beda.

Guru menyiapkan media wayang yang akan digunakan dengan atau tanpa panggung. Sebelum cerita dimulai, guru memberikan

pendahuluan (prolog) berupa perkenalan dengan tokoh-tokoh dalam cerita. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah untuk menjelaskan jalannya suatu cerita serta untuk menciptakan suasana cerita yang menyenangkan adalah cara mengucapkan kata-kata pendahuluan, pengiring dan penutup dilakukan dengan nada dan suara yang berbeda sewaktu melakukan dialog wayang, sehingga para siswa dapat membedakan kata-kata guru dan percakapan tokoh. Hal tersebut akan memudahkan siswa untuk menarik inti cerita yang dibawakan.

Dalam pelaksanaan kegiatan storytelling dengan media wayang, guru dapat meminta siswa untuk menceritakan kembali apa yang diceritakan tadi. Siswa pun dapat membawakan ceritanya sendiri dengan menggunakan media wayang. Hal ini untuk melatih kemampuan berbicara dan meningkatkan kepercayaan diri para siswa.

Way

B. Kerangka Pikir Penelitian

Peneliti memilih penggunaan metode storytelling dengan media wayang sebagai upaya meningkatkan minat siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian, dengan asumsi bahwa kegiatan ekstrakurikuler bukan merupakan kegiatan pokok seperti halnya kegiatan belajar mengajar lainnya. Nilai yang diberikan untuk kegiatan ekstrakurikuler tidak mempengaruhi nilai raport yang menentukan naik kelas atau tidaknya siswa yang bersangkutan tersebut. Oleh sebab itu, agar siswa berminat/tertarik dan terlibat/termotivasi dalam

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian ini, harus ada upaya perbaikan strategi/metode penyajian, yaitu dengan mengajak siswa untuk memahami serta menyimak suatu nilai moral di dalam sebuah cerita yang disajikan dengan menggunakan media wayang.

Penyajian materi kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian dengan strategi/metode ceramah yang tidak efektif dan tidak variatif menyebabkan siswa bosan, jenuh, dan lelah. Akibatnya, implementasi kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian menjadi kurang berkualitas; tidak mampu menggugah minat, aktivitas, responsi, ubahan sikap, sinkronisasi dengan kebutuhan siswa; dan muncul asumsi kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian menjadi tidak bermanfaat, sia-sia, dan buang-buang waktu saja.

Bertolak dari masalah ini, perlu diupayakan penerapan metode

storytelling sebagai salah satu strategi dalam pemberian materi kegiatan ektrakurikuler pengembangan kepribadian. Metode storytelling mengajak siswa untuk mengasah kepekaan dan imajinasi melalui sebuah cerita. Dalam cerita terdapat ide, tujuan, imajinasi, bahasa dan gaya bahasa. Unsur-unsur tersebut berpengaruh dalam pembentukan kepribadian anak. Usaha siswa untuk menyampaikan kembali cerita yang telah didengarnya dari guru atau menjawab soal yang diajukan kepadanya adalah latihan untuk mengungkapkan ide-ide dengan bahasanya sendiri. Sehingga keberhasilan penanaman nilai-nilai moral melalui metode storytelling dimungkinkan kalau siswa menyimak serta mampu menceritakan kembali atau menangkap inti

cerita kemanusiaan yang mengasah nurani, mendidik/membelajarkan sikap, nilai, perilaku dalam berinteraksi dengan orang lain. Metode storytelling memiliki keunggulan untuk membangkitkan gairah siswa dalam mengikuti kegiatan dengan metode yang berbeda, selain itu penggunaan media wayang akan menambah daya tarik tersendiri bagi para siswa. Cara ini diharapkan minat siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian akan meningkat.

C. Hipotesis Tindakan

Minat siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian dapat ditingkatkan melalui penggunaan metode storytelling dengan media wayang.

BAB III

METODE PENELITIAN  

Bab ini memuat tentang jenis penelitian, subjek penelitian, setting penelitian, prosedur penelitian, tahapan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK). Penelitian tindakan Bimbingan dan Konseling dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pemberian layanan bimbingan di dalam kelas dan upaya memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang sesuai.

Penelitian ini tergolong dalam PTBK karena penelitian ini mengkaji masalah minat siswa yang masih rendah dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pengembangan kepribadian. Kemudian diberikan tindakan berupa penerapan metode storytelling dengan media wayang dalam upaya meningkatkan minat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pengembangan kepribadian di sekolah.

Dokumen terkait