• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan minat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian melalui penerapan Storytelling dengan media wayang pada siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan minat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian melalui penerapan Storytelling dengan media wayang pada siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013."

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MINAT MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN MELALUI PENERAPAN STORYTELLING DENGAN MEDIA WAYANG SISWA KELAS VIII SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA TAHUN

PELAJARAN 2012/2013

Fransiska Wening Panitis Universitas Sanata Dharma

2013

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan penelitian yang bersifat reflektif dalam upaya memperbaiki praktik pendidikan dan meningkatkan mutu pembelajaran yang ada. Penelitian ini dilakukan dalam 3 siklus. Setiap siklus hanya satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 1x50 menit. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dengan observasi, skala minat, dan wawancara. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

Penelitian ini dilakukan di SMP Joannes Bosco Yogyakarta. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco dengan jumlah 34 siswa. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan minat siswa dalam mengikuti kegiatan pengembangan kepribadian melalui pelaksanaan metode storytelling dengan media wayang.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah minat siswa. Minat siswa pada kondisi awal, skor minat siswa adalah 72,09. Pada siklus I skor minat siswa menjadi 75,20, pada siklus II menjadi 74,55 dan pada siklus III menjadi 77,81. Dari hasil uji t, peningkatan minat dari kondisi awal dan siklus I menunjukkan signifikasi 0,024<0,05 yang berarti bahwa minat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pengembangan Kepribadian melalui penerapan storytelling dengan media wayang mengalami peningkatan secara signifikan. Pada uji t minat siswa siklus I dan siklus II menunjukkan signifikasi 0,377>0,05 yang berarti bahwa minat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pengembangan Kepribadian melalui penerapan storytelling dengan media wayang tidak mengalami peningkatan secara signifikan. Pada siklus II dan siklus III menunjukkan signifikasi 0,038<0,05 yang berarti bahwa minat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pengembangan Kepribadian melalui penerapan storytelling dengan media wayang sudah. mengalami peningkatan secara signifikan.

Kata kunci: minat, storytelling, dan media wayang.

(2)

viii   

INCREASE OF LEARNING INTEREST IN JOINNING EXTRACURRICULAR ACTIVITIES OF PERSONALITY BEHAVIOUR DEVELOPMENT BY

IMPLEMENTING STORYTELLING METHODE USING WAYANG PERFORMING MEDIA FOR STUDENTS GRADE VIII OF SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA

ACADEMIC YEAR 2012/2013

Fransiska Wening Panitis Sanata Dharma University

2013

This research is an action research of guidance and counceling implementation. The research is a reflective research aimed to enrich practical application of education and increase the quality of existing learning process. The research was done in three cycles inwhere each cycle had only one meeting time and needed 50 minutes. Every cycle consisted of planning, implementation, observation and reflection. The technique of getting data in this research were observation, interest clasification, and interview. The data which were collected then analyzed by descriptive and quantitative methode.

The research was done in SMP Joannes Bosco Yogyakarta. The population of this research were 34 students of grade VIII. The research aimed to increase learning interest of students in joinning the activity of behaviour development program by implementing story telling methode using wayang performing media.The result of this research were improvement of learning interest.

The score of learning interest at previous condition for 34 students was 72,09. The score of learning interest at the first cycle became 75,20. Then score of learning interest at second cycle was 74,55 and became 77,81 at the third cycle condition. The result of t test methode from previous condition to the first cycle indicated significant increase in learning interest for about 0,024<0,05, it meant that the students interest were significant increased to join school extracurricular activities for developing personality behaviour. Result of t test methode from the first cycle to second cycle condition indicated that learning interest of students were about 0,377>0,05, it meant that students interest were not significant increased. The next result of t

test methode from the second cycle to the third cycle condition indicated significant increase in learning interest for about 0,038<0,05, this meant the interest to join extracurricular activities for developing personality behaviour were more significant increased.

Key words : interest, storytelling, wayang performing media

(3)

PENINGKATAN MINAT MENGIKUTI KEGIATAN

EKSTRAKURIKULER PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN MELALUI PENERAPAN STORYTELLING DENGAN MEDIA WAYANG PADA SISWA KELAS VIII SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA TAHUN

PELAJARAN 2012/2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Fransiska Wening Panitis 091114012

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013

(4)

ii 

(5)

iii 

(6)

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah

dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan

dengan ucapan syukur. (Filipi 4:6)

Orang yang menyerah sebelum mencoba dan berusaha adalah orang yang

gagal.

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu mendampingiku

2. Kedua orangtuaku tercinta (Bapak A. Bambang Sasongko, S.E., M.Pd dan Ibu V. Rina Herawati)

3. Adikku tersayang (Victoria Gilangsih Kinanthi) 4. Dosen Pembimbing (Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si) 5. Sahabat-sahabatku terkasih

6. Teman-teman Prodi BK USD angkatan 2009

Terimakasih atas semangat, dorongan, bantuan dan doa dalam penyelesaian skripsiku ini.

iv 

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya buat ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 13 September 2013

Penulis

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Fransiska Wening Panitis

NIM : 091114012

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENINGKATAN MINAT MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN MELALUI PENERAPAN STORYTELLING DENGAN MEDIA WAYANG PADA SISWA KELAS VIII SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

maupun memberi royalti selama tetap tercantum nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 13 September 2013

Yang menyatakan,

Fransiska Wening Panitis

vi 

(9)

ABSTRAK

PENINGKATAN MINAT MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN MELALUI PENERAPAN STORYTELLING DENGAN MEDIA WAYANG SISWA KELAS VIII SMP

JOANNES BOSCO YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Fransiska Wening Panitis Universitas Sanata Dharma

2013

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan penelitian yang bersifat reflektif dalam upaya memperbaiki praktik pendidikan dan meningkatkan mutu pembelajaran yang ada. Penelitian ini dilakukan dalam 3 siklus. Setiap siklus hanya satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 1x50 menit. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dengan observasi, skala minat, dan wawancara. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

Penelitian ini dilakukan di SMP Joannes Bosco Yogyakarta. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco dengan jumlah 34 siswa. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan minat siswa dalam mengikuti kegiatan pengembangan kepribadian melalui pelaksanaan metode storytelling

dengan media wayang.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah minat siswa. Minat siswa pada kondisi awal, skor minat siswa adalah 72,09. Pada siklus I skor minat siswa menjadi 75,20, pada siklus II menjadi 74,55 dan pada siklus III menjadi 77,81. Dari hasil uji t, peningkatan minat dari kondisi awal dan siklus I menunjukkan signifikasi 0,024<0,05 yang berarti bahwa minat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pengembangan Kepribadian melalui penerapan storytelling

dengan media wayang mengalami peningkatan secara signifikan. Pada uji t minat siswa siklus I dan siklus II menunjukkan signifikasi 0,377>0,05 yang berarti bahwa minat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pengembangan Kepribadian melalui penerapan storytelling dengan media wayang tidak mengalami peningkatan secara signifikan. Pada siklus II dan siklus III menunjukkan signifikasi 0,038<0,05 yang berarti bahwa minat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pengembangan Kepribadian melalui penerapan storytelling dengan media wayang sudah. mengalami peningkatan secara signifikan.

Kata kunci: minat, storytelling, dan media wayang.

vii 

(10)

ABSTRACT

INCREASE OF LEARNING INTEREST IN JOINNING

EXTRACURRICULAR ACTIVITIES OF PERSONALITY BEHAVIOUR DEVELOPMENT BY IMPLEMENTING STORYTELLING METHODE USING WAYANG PERFORMING MEDIA FOR STUDENTS GRADE VIII

OF SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA ACADEMIC YEAR 2012/2013

Fransiska Wening Panitis Sanata Dharma University

2013

This research is an action research of guidance and counceling implementation. The research is a reflective research aimed to enrich practical application of education and increase the quality of existing learning process. The research was done in three cycles inwhere each cycle had only one meeting time and needed 50 minutes. Every cycle consisted of planning, implementation, observation and reflection. The technique of getting data in this research were observation, interest clasification, and interview. The data which were collected then analyzed by descriptive and quantitative methode.

The research was done in SMP Joannes Bosco Yogyakarta. The population of this research were 34 students of grade VIII. The research aimed to increase learning interest of students in joinning the activity of behaviour development program by implementing story telling methode using wayang performing media.The result of this research were improvement of learning interest.

The score of learning interest at previous condition for 34 students was 72,09. The score of learning interest at the first cycle became 75,20. Then score of learning interest at second cycle was 74,55 and became 77,81 at the third cycle condition. The result of t test methode from previous condition to the first cycle indicated significant increase in learning interest for about 0,024<0,05, it meant that the students interest were significant increased to join school extracurricular activities for developing personality behaviour. Result of t test methode from the first cycle to second cycle condition indicated that learning interest of students were about 0,377>0,05, it meant that students interest were not significant increased. The next result of t test methode from the second cycle to the third cycle condition indicated significant increase in learning interest for about 0,038<0,05, this meant the interest to join extracurricular activities for developing personality behaviour were more significant increased.

Key words : interest, storytelling, wayang performing media

viii 

(11)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucap syukur kepada Tuhan yang Maha Pengasih atas rahmat dan

karuniaNya yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling) ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan

di Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Skripsi ini berjudul

Peningkatan Minat Mengikuti Ekstrakurikuler Pengembangan Kepribadian Melalui Penerapan Storytelling Dengan Media Wayang Pada Siswa Kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta Tahun Pelajaran 2012/2013”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini terselesaikan tidak hanya dari usaha dan kerja keras penulis sendiri, melainkan berkat adanya dukungan, bimbingan,

bantuan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan

terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Kepala Prodi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma dan juga selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan kritik, saran, masukan, dorongan, semangat, serta membantu,

membimbing, dan mendampingi penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

3. Ag. Noranisah Safriatun, S. Ag selaku Kepala Sekolah SMP Joannes Bosco

Yogyakarta yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melakukan

penelitian.

4. Laurentia Vonny Tunjung Sari, S.Pd selaku guru Bimbingan dan Konseling

SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang telah memberi kesempatan kepada

penulis untuk melakukan penelitian.

ix 

(12)

5. Siswa-siswi kelas VIII SMP Joannes Bosco Yoyakarta tahun pelajaran

2012/2013 yang telah bersedia menjadi subjek dan membantu penulis dalam

proses pengumpulan data yang digunakan untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Orangtua dan keluarga yang selalu memberikan semangat, motivasi, dorongan

dan doa kepada penulis.

7. Stefanus Pryatmoko selaku petugas di sekretariat BK yang banyak membantu

peneliti mengurus berbagai administrasi dan persyaratan untuk menyelesaikan

skripsi.

8. Partner yang setia membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini (Agil Baroto Sutji).

9. Sahabat-sahabatku (Aldian Putranto, Clara Iyud, Agnes Lis Aviani, Desak

Made, Arista Abria, Marianus Doni, Henricus Dimas Frandy, Aris Dharma,

Teresia Astyatika) yang selalu memberikan dukungan, bantuan dan motivasi

kepada penulis.

10.Teman-temanku (Dendy Setyadi, Stefanus Sadtya, Florentina, Andreas Rian,

Dedy Setiawan, Wiratama Rahman, Ediana Prima) yang telah bersedia

membantu dan memberi masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

11.Semua teman-teman prodi BK USD angkatan 2009 yang telah memberikan

kontribusi positif bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi (Penelitian

Tindakan Bimbingan dan Konseling) ini. Oleh karena itu, sumbang saran dari

pembaca, sangat penulis harapkan. Akhirnya, semoga karya tulis ini bermanfaat

bagi para pembaca.

Yogyakarta, 13 September 2013

Penulis

Fransiska Wening Panitis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………..

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….

HALAMAN PENGESAHAN………

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………...

ABSTRAK………..

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………...

B. Rumusan Masalah………...

C. Tujuan Penelitian………

E. Definisi Operasional………... D. Manfaat Penelitian………..

(14)

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teori

1. Hakikat Minat

a. Pengertian Minat……….

b. Macam-Macam Minat………

c. Ciri-ciri Minat……….

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat……….

e. Aspek-Aspek Minat………

2. Bercerita (Storytelling)

a. Pengertian Storytelling………... b. Manfaat Penggunaan Metode Storytelling………. c. Teknik Penggunaan Metode Storytelling………... d. Efektivitas Metode Storytelling……….. 3. Media Wayang

a. Pengertian Wayang……….

b. Jenis-jenis Wayang……….

yang……….

lling dengan Media Wayang………... elitian………... c. Kelebihan-kelebihan Penggunaan Media Wa

d. Storyte

B. Kerangka Pikir Pen

C. Hipotesis Tindakan……….

B III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian………...

B. Subjek Penelitian………

C. Setting Penelitian………

D. Prosedur Penelitian……….

E. Langkah/Tahapan Penelitian………..

F. Teknik Pengumpulan Data……….

(15)

H. Teknik Analisa Data………...

I. Indikator Keberhasilan………...

BAB IV HASIL PENEL

2. Hasil Observasi Perilaku Siswa………

Minat Siswa………... ITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Proses Pelaksanaan Penelitian………..

3. Hasil Pengolahan Skala

B. Pembahasan……….………

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(16)

DAFTAR TABEL

abel 3 Pertanyaan Wawancara Tidak Terstruktur………...

Tabel 4 Kriteria Kategori Subjek dan Butir-butir Minat………...

Tabel 5 Kriteria Keberhasilan………

Tabel 6 Penggolongan Minat Subjek pada Data Awal………..

Minat pada Data Awal………

abel 8 Penggolongan Minat Subjek pada Siklus 1………..

abel 9 Penggolongan Butir-butir Minat pada Siklus 1………

bjek pada Siklus 2………

abel 11 Penggolongan Butir-butir Minat pada Siklus 2………..

abel 12 Penggolongan Minat Subjek pada Siklus 3………

Tabel 13 Penggolongan Butir-butir Minat pada Siklus 3………..

abel 14 Capaian Skor Minat Antarsiklus………

abel 15 Hasil Uji t Minat Siswa……….. 42 Tabel 1 Kisi-kisi Panduan Observasi Perilaku Siswa………

Tabel 2 Kisi-kisi Skala Minat Siswa……….……

T

Tabel 7 Penggolongan Butir-butir

T

T

Tabel 10 Penggolongan Minat Su

(17)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Hasil Observasi Perilaku Siswa Kurang Berminat………..

Grafik 2 Hasil Observasi Perilaku Siswa Berminat………...

Grafik 3 Persentase Hasil Observasi Perilaku Siswa Data Awal………...

Grafik 4 Persentase Hasil Observasi Perilaku Siswa Siklus 1………...

Grafik 5 Persentase Hasil Observasi Perilaku Siswa Siklus 2………...

Grafik 6 Persentase Hasil Observasi Perilaku Siswa Siklus 3………...

Grafik 7 Hasil Pengolahan Data Skala Minat Siswa Data Awal………

Grafik 8 Hasil Pengolahan Data Skala Minat Siswa Siklus 1………

Grafik 9 Hasil Pengolahan Data Skala Minat Siswa Siklus 2………

Grafik 10 Hasil Pengolahan Data Skala Minat Siswa Siklus 3………..

Grafik 11 Perkembangan Butir Minat Siswa Antarsiklus………..

Grafik 12 Perkembangan Jumlah Rata-rata Skor Minat Siswa Antarsiklus…….. 61

62

63

64

64

65

67

69

73

76

77

77

xv 

(18)

DAFTAR GAMBAR

36 Gambar 1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Model Hopkins…………...

xvi 

(19)

xvii 

 

DAFTAR L MPIRAN

Lampiran 1 Silabus……….

Lampiran 2 Satuan Pelayanan Bimbingan………..

Lampiran 3 Pedoman Observasi……….

Lampiran 4 Kuesioner Minat Siswa ………...

Lampiran 5 Tabulasi Pengolahan Data Kuesioner……….

Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Kuesioner……….

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian……….

Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian………

Lampiran 9 Foto-foto………. 88

89

111

112

115

119

123

124

(20)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan kepribadian anak sangat ditentukan oleh pendidikan

yang diterima dari orang-orang dewasa di sekitarnya. Sekolah merupakan

lembaga kedua selain rumah, yang memberikan andil besar dalam

perkembangan kepribadian mereka. Guru di sekolah memiliki peran yang

strategis dalam pengembangan kepribadian anak karena guru mengambil

peran orang tua untuk melakukan transfer of knowledge, value, and attitude

Hurlock (1980) memaparkan beberapa alasan tentang pentingnya

lembaga pendidikan dalam pengembangan kepribadian. Pertama, semua anak harus bersekolah, terlepas dari pilihan pribadi mereka masing-masing. Kedua, pengaruh sekolah sangat signifikan pada tahap awal pembentukan konsep diri

pada anak. Ketiga, selain di rumah, anak menghabiskan lebih banyak waktu di sekolah daripada di tempat lainnya. Keempat, sekolah memberikan kesempatan kepada anak untuk mendapatkan perkembangan dalam kehidupan,

dan sekolah akan mempengaruhi kepribadian dengan menawarkan mereka

kesempatan untuk meraih kesuksesan. Sekolah mengajarkan kemandirian

kepada siswa agar tidak bergantung kepada orang lain, karena selama di

(21)

Kegiatan pengembangan kepribadian di sekolah merupakan salah satu

kegiatan yang penting bagi para peserta didik. Peserta didik tidak hanya

mengembangkan kemampuan kognitif saja selama di sekolah tetapi juga

diharapkan mampu mengembangkan kepribadiannya agar lebih matang dan

berkarakter. Dengan demikian diharapkan selain memiliki kecerdasan

intelektual, peserta didik juga memiliki kematangan karakter yang bersinergi

dengan kecerdasan intelektual yang dimilikinya sehingga menjadi pribadi

yang matang seutuhnya dan dapat menjadi generasi penerus bangsa yang

berkualitas.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Joannes Bosco merupakan salah

satu sekolah menengah pertama swasta di Yogyakarta yang

menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian dan

kegiatan ini wajib diikuti oleh seluruh siswa kelas VIII. Tujuan dari kegiatan

ini adalah untuk memberikan pendampingan pengembangan kepribadian

siswa secara lebih mendalam dan intensif. Keikutsertaan siswa secara aktif

dalam kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian ini diharapkan

dapat memberikan banyak manfaat bagi para siswa, secara khusus dalam hal

pengembangan kepribadian mereka.

Namun, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti

setelah beberapa kali melakukan pendampingan kegiatan ekstrakurikuler

pengembangan kepribadian kepada siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco

Yogyakarta, siswa nampak kurang berminat mengikuti kegiatan

(22)

berminat mengikuti kegiatan pengembangan kepribadian ini menunjukkan

perilaku-perilaku seperti sering membolos, sering izin keluar kelas, tidak

memperhatikan pembimbing saat menyampaikan materi, mengobrol dengan

teman-teman yang lain, bermain telepon genggam, pasif ketika ditanya oleh

pembimbing, enggan mengerjakan tugas yang diberikan, dan lain-lain.

Banyak metode yang sudah diterapkan dalam upaya meningkatkan

minat siswa dalam mengikuti kegiatan pengembangan kepribadian di

sekolah. Metode-metode tersebut misalnya menyampaikan materi melalui

berbagai permainan yang menarik, menonton film singkat, mengajak sharing,

membacakan cerita, bahkan juga dengan memberikan punishment. Namun, penggunaan metode-metode tersebut belum menunjukkan hasil yang

signifikan untuk meningkatkan minat siswa mengikuti kegiatan

pengembangan kepribadian.

Metode lain yang dapat diterapkan yaitu melalui metode bercerita atau

storytelling dengan menggunakan media wayang. Metode bercerita atau

storytelling dengan menggunakan media wayang, selain menjadi kegiatan yang menyenangkan dan berbeda dari yang biasanya, ternyata juga memiliki

banyak manfaat dalam mengembangkan berbagai aspek dan potensi anak,

yaitu kemampuan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca), kognitif,

sosial, emosional, moral serta imajinasi anak berkembang melalui cerita.

Metode bercerita atau storytelling ini bisa menjadi salah satu metode yang efektif dan menarik bagi siswa dalam menyampaikan materi saat kegiatan

(23)

Penggunaan media wayang dalam penerapan metode storytelling ini juga dapat menjadi salah satu alternatif untuk menarik minat siswa dalam

menyimak cerita yang disampaikan oleh pembimbing. Fungsi media wayang

dalam penerapan metode storytelling adalah menghidupkan suasana dan menimbulkan daya tarik tersendiri bagi para siswa. Selain itu, para siswa juga

akan lebih mudah menangkap isi materi yang disampaikan melalui

penokohan-penokohan pada wayang tersebut.

Selain menjadi media yang menarik bagi anak-anak, penggunaan media

wayang juga bertujuan untuk menumbuhkan kembali rasa cinta akan

kebudayaan tanah air dalam diri anak-anak. Banyak anak muda saat ini

merasa kurang tertarik dengan pementasan wayang yang menurut mereka

membosankan dan monoton. Penggunaan media wayang dalam penelitian ini

diharapkan selain dapat menumbuhkan rasa cinta akan kebudayaan tanah air,

juga dapat dijadikan media untuk menyajikan cerita yang tidak

membosankan dan variatif.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian

tindakan Bimbingan dan Konseling mengenai peningkatan minat mengikuti

ekstrakurikuler pengembangan kepribadian melalui penerapan storytelling

dengan media wayang pada siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco

(24)

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari beberapa kondisi yang melatarbelakangi penelitian ini,

dirumuskan permasalahan yang menjadi fokus sorot PTBK ini sebagai

berikut:

1. Apakah minat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

pengembangan kepribadian dapat ditingkatkan melalui penerapan metode

storytelling dengan media wayang?

2. Seberapa baik peningkatan minat siswa mengikuti kegiatan

ekstrakurikuriler pengembangan kepribadian melalui penerapan

storytelling dengan media wayang antar siklus?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan

mengoptimalkan peningkatan minat siswa dalam mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler pengembangan kepribadian melalui pelaksanaan metode

storytelling dengan media wayang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dalam

menggunakan metode untuk meningkatkan minat siswa dalam mengikuti

(25)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru BK

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru BK sebagai

dasar untuk memberikan bimbingan klasikal dengan menerapkan

metode storytelling. b. Bagi peneliti

Prosedur penelitian ini memberi kesempatan kepada peneliti untuk

berlatih mengaplikasikan prosedur penelitian tindakan dalam

Bimbingan dan Konseling guna meningkatkan minat siswa dalam

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian melalui

penerapan metode storytelling dengan menggunakan media wayang. c. Bagi siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membangkitkan minat dan

antusias siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

pengembangan kepribadian di sekolah.

d. Bagi peneliti lain

Prosedur penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti lain untuk

(26)

E. Definisi Operasional

1. Minat mengikuti kegiatan pengembangan kepribadian dalam penelitian ini

menunjuk pada ketertarikan dari dalam diri siswa SMP yang menjadi daya

penggerak untuk mengikuti segala aktivitas dalam kegiatan ekstrakurikuler

pengembangan kepribadian dengan penuh ketekunan, penuh kesadaran,

dan mendatangkan perasaan senang/suka pada diri siswa.

2. Metode storytelling adalah suatu cara untuk bercerita atau menuturkan

rang yang terbuat dari pahatan kulit atau sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan

disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan

pengetahuan kepada orang lain.

3. Wayang adalah boneka tiruan o

kayu. Wayang dalam penelitian ini digunakan untuk memerankan tokoh

(27)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Bab ini memu ipotesis

A Kajian Teori

ni dipaparkan secara singkat mengenai hakikat minat, metode

. Hakikat Minat

Minat

11:166) menjelaskan bahwa minat adalah

meto (2010:180) menyatakan bahwa minat adalah suatu rasa

ang at tentang kajian teori, kerangka pikir penelitian, dan h

tindakan.

.

Pada bagian i

storytelling, dan media wayang.

1

a. Pengertian

Djamarah (20

kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang

beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas

akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa

senang.

Sla

lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa

ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan

suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.

Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.

Menurut Ahmadi (2003:151) minat adalah sikap jiwa or

(28)

yang tertuju pada sesuatu, dan dalam hubungan itu unsur perasaan

yang terkuat.

Hurlock (1993:113) menjelaskan bahwa:

Minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka ia akan menjadi berminat, kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun. Sehingga minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara atau dapat berubah-ubah.

Berdasarkan beberapa pengertian minat menurut para ahli di

atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan

psikologis yang berlangsung secara terus menerus dan didasari rasa

senang, suka atau tertarik terhadap suatu objek atau aktivitas yang

mendatangkan suatu kepuasan bagi dirinya.

b. Macam-macam Minat

Menurut Surya (dalam Siva, 2012:2) macam-macam minat

adalah sebagai berikut:

1) Minat volunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa tanpa adanya pengaruh dari luar.

2) Minat involunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa dengan adanya pengaruh situasi yang diciptakan oleh guru.

(29)

Sedangkan secara konseptual, menurut Krap (dalam Siva, 2012:2)

mengkategorikan minat siswa menjadi tiga dimensi:

1) Minat personal

Minat personal terkait erat dengan sikap dan motivasi siswa

atas mata pelajaran tertentu, apakah dia tertarik atau tidak, apakah

dia senang atau tidak senang dan apakah dia memiliki dorongan

yang keras dari dalam dirinya untuk menguasai mata pelajaran

tersebut. Minat personal menjurus kepada minat siswa yang lebih

permanen dan stabil serta dapat dikategorikan sebagai karakteristik

khas dari diri siswa. Minat personal identik dengan minat intrinsik

siswa yang mengarah kepada minat khusus pada mata pelajaran

seperti: olahraga, sains, musik, kesusateraan, komputer, akuntansi,

ekonomi, dan lain sebagainya.

2) Minat Situasional

Minat situasional menjurus kepada minat siswa yang tidak

stabil dan relatif berubah-ubah tergantung pada faktor rangsangan

dari luar dirinya. Misalnya, suasana kelas, cara mengajar guru,

dorongan keluarga. Jika berkelanjutan secara jangka panjang,

minat situasional akan berubah menjadi minat personal atau minat

psikologis, tergantung kepada dorongan dan rangsangan yang ada.

3) Minat Psikologikal

Minat psikologikal erat kaitannya dengan adanya sebuah

(30)

menerus dan berkesinambungan. Jika siswa memiliki pengetahuan

yang cukup tentang suatu mata pelajaran, dan mempunyai peluang

untuk mendalaminya dalam aktivitas yang terstruktur (di kelas),

atau pribadi (di luar kelas) serta punya penilaian yang tinggi atas

mata pelajaran tersebut maka dapat dinyatakan bahwa siswa

memiliki minat psikologikal.

c. Ciri-ciri Minat

Menurut Hurlock (1978:115) ciri-ciri minat adalah sebagai berikut.

1) Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.

Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik

dan mental. Pada waktu pertumbuhan terlambat dan kematangan

dicapai, minat menjadi lebih stabil. Mereka yang lambat matang

akan menghadapi masalah sosial karena minat mereka masih

berupa minat anak, sedangkan minat teman sebaya mereka sudah

termasuk dalam minat remaja.

2) Minat bergantung pada kesiapan belajar.

Anak-anak tidak dapat mempunyai minat sebelum mereka

siap secara fisik dan mental.

3) Minat bergantung pada kesempatan belajar

Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan, baik

anak-anak maupun dewasa, yang menjadi bagian dari lingkungan

(31)

4) Perkembangan minat mungkin terbatas

Ketidakmampuan fisik dan mental serta pengalaman sosial

yang terbatas akan membatasi minat anak. Misalnya, pada anak

yang memiliki cacat fisik, anak tersebut tidak mungkin mempunyai

minat yang sama seperti dengan teman sebayanya yang memiliki

perkembangan fisik normal.

5) Minat dipengaruhi budaya

Kelompok budaya di sekitar anak-anak memberikan

kesempatan kepada anak untuk menekuni minat yang sesuai bagi

mereka dan tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat yang

dianggap tidak sesuai bagi mereka.

6) Minat berbobot emosional

Bobot emosional merupakan aspek afektif dari minat yang

menentukan kekuatannya. Bobot emosional yang tidak

menyenangkan akan melemahkan minat seorang siswa. dan

sebaliknya, jika bobot emosional seorang siswa menyenangkan

maka akan memperkuat minat seorang siswa tersebut.

7) Minat egosentris

Minat itu egosentris. Minat akan menuntun anak ke arah

tujuannya. Misalnya, minat anak pada kegiatan ekstrakurikuler,

kemampuan mereka dalam suatu kegiatan ekstrakurikuler menjadi

langkah penting untuk menuju kedudukan yang baik dan

(32)

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat

Slameto (2010:54) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi minat siswa yaitu:

1) Faktor Intern

a) Faktor jasmaniah, seperti faktor kesehatan dan cacat tubuh.

b) Faktor psikologis, seperti intelegensi, perhatian, bakat,

kematangan, dan kesiapan.

2) Faktor Ekstern

a) Faktor keluarga, seperti cara orangtua mendidik, relasi antar

anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,

pengertian orangtua, dan latar belakang kebudayaan.

b) Faktor sekolah, seperti metode mengajar, kurikulum, relasi

guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,

alat pelajaran, waktu sekolah, standar penilaian di atas ukuran,

keadaan gedung, dan tugas rumah.

e. Aspek-aspek Minat

Menurut Hurlock (1978:116) aspek-aspek minat adalah sebagai

berikut.

1)Aspek kognitif

Konsep yang dikembangkan siswa mengenai bidang yang

(33)

terhadap sekolah. Mereka menganggap sekolah sebagai tempat

mereka dapat belajar tentang hal-hal yang telah menimbulkan rasa

ingin tahu mereka dan tempat mereka mendapat kesempatan untuk

bergaul dengan teman sebaya yang tidak didapat pada masa

prasekolah. Minat mereka terhadap sekolah akan sangat berbeda

dibandingkan bila minat itu didasarkan atas konsep sekolah yang

menekankan frustasi dan pengekangan oleh peraturan sekolah dan

kerja keras untuk menghafal pelajaran.

Konsep yang membangun aspek kognitif minat didasarkan atas

pengalaman pribadi dan apa yang dipelajari di rumah, di sekolah,

dan di masyarakat, serta dari berbagai jenis media massa. Dari

sumber tersebut anak belajar apa saja yang akan memuaskan

kebutuhan mereka dan yang tidak.

2) Aspek afektif

Bobot emosional konsep yang membangun aspek kognitif minat

dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan oleh

minat. Seperti halnya apek kognitif, aspek afektif berkembang dari

pengalaman pribadi, dari sikap orang yang penting (yaitu orangtua,

guru, dan teman sebaya) terhadap kegiatan yang berkaitan dengan

minat tersebut, dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam

berbagai bentuk media massa terhadap kegiatan itu.

Walaupun kedua aspek, yang kognitif dan yang afektif, penting

(34)

dikerjakan oleh anak, dan jenis penyesuaian pribadi dan sosial

mereka, aspek afektif lebih penting daripada aspek kognitif karena

dua alasan. Pertama, aspek afektif mempunyai peran yang lebih

besar dalam memotivasi tindakan daripada aspek kognitif. Suatu

bobot emosional positif dari minat memperkuat minat itu dalam

tindakan. Kedua, aspek afektif minat, sekali terbentuk, cenderung

lebih tahan terhadap perubahan dibanding dengan aspek kognitif.

Oleh sebab itu, mengingat pengaruh minat pada perilaku dan pada

penyesuaian pribadi dan sosial dalam perkembangan minat,

perhatian yang lebih besar harus diberikan pada pengembangan

bobot emosional positif dari minat ini, ketimbang pada aspek

kognitifnya.

Minat adalah sebuah aspek psikologis yang dipengaruhi oleh

pengalaman afektif yang berasal dari minat itu sendiri. Aspek-aspek minat

dijelaskan oleh Pintrich dan Schunk (1996:304) sebagai berikut:

1) Sikap umum terhadap aktivitas (general attitude toward the activity), yaitu perasaan suka tidak suka, setuju tidak setuju dengan aktivitas, umumnya terhadap sikap positif atau menyukai aktivitas.

(35)

3) Merasa senang dengan aktivitas (enjoyment of the activity), yaitu individu merasa senang dengan segala hal yang berhubungan

dengan aktivitas yang diminatinya.

4) Aktivitas tersebut mempunyai arti atau penting bagi individu

(personal importence or significance of the activity to the individual).

5) Adanya minat intrinsik dalam isi aktivitas (intrinsic interes in the content of the activity), yaitu emosi yang menyenangkan yang berpusat pada aktivitas itu sendiri.

6) Berpartisipasi dalam aktivitas (reported choise of or participant in the activity) yaitu individu memilih atau berpartisipasi dalam aktivitas.

Aspek-aspek minat menimbulkan daya ketertarikan dibentuk oleh

dua aspek yaitu kognitif dan afektif berupa sikap, kesadaran

individual, perasaan senang, arah kepentingan individu, adanya

ketertarikan yang muncul dari dalam diri, dan berpartisipasi terhadap

apa yang diminati.

Hal di atas sesuai dengan apa yang dikemukakan Slameto

(2010:180) bahwa:

Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang

(36)

cenderung untuk memberi perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.

Dari berbagai aspek yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat

disimpulkan bahwa aspek minat terdiri dari adanya kesadaran dalam diri

individu, adanya kemauan, adanya ketertarikan, dan adanya perhatian

terhadap objek yang diminati.

2. Bercerita (Storytelling) a. Pengertian Storytelling

Menurut Echols dalam (Suwangsih, 2011:7), storytelling terdiri atas dua kata yaitu story berarti cerita dan telling berarti penceritaan. Gabungan kedua kata storytelling berarti penceritaan cerita atau perihal menceritakan cerita.

Fisher dalam (Suwangsih, 2011:7), menyatakan bahwa

storytelling adalah bentuk kreativitas yang menyenangkan yang terbentuk dalam lintas negara dan budaya. Cerita-cerita yang lahir

dari masyarakat mengkomunikasikan apa yang ada dalam cerita dan

memperluas wawasan anak tentang berbagai ragam budaya.

Menurut Bachri dalam (Suwangsih, 2011:7), kegiatan bercerita

adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau

suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan

(37)

b. Manfaat Penggunaan Metode Storytelling

Metode storytelling dimaknai sebagai metode yang dapat mengembangkan berbagai hal: sosial, moral, emosional, bahasa dan

sebagainya. Musfiroh (2008: 20) menyebutkan manfaat bercerita

adalah sebagai berikut:

1) Bercerita merupakan alat pendidikan budi pekerti yang paling

mudah dicerna anak di samping teladan yang dilihat anak setiap

hari.

2) Bercerita merupakan metode dan materi yang dapat

diintegrasikan dengan dasar keterampilan lain, yakni berbicara,

menulis, dan menyimak.

3) Bercerita memberi ruang lingkup yang bebas pada anak untuk

mengembangkan kemampuan bersimpati dan berempati terhadap

peristiwa yang menimpa orang lain. Hal tersebut mendasari anak

untuk memiliki kepekaan sosial.

4) Bercerita memberi contoh pada anak bagaimana menyikapi suatu

permasalahan dengan baik, bagaimana melakukan pembicaraan

yang baik, sekaligus memberi pelajaran pada anak bagaimana

mengendalikan keinginan-keinginan yang dinilai negatif oleh

masyarakat.

5) Bercerita memberikan barometer sosial pada anak, nilai-nilai apa

saja yang diterima oleh masyarakat sekitar, seperti menghargai

(38)

6) Bercerita memberikan pelajaran budaya dan budi pekerti yang

memiliki retensi lebih kuat daripada pelajaran budi pekerti yang

diberikan melalui penuturan dan perintah langsung.

7) Bercerita memberikan ruang gerak pada anak, kapan sesuatu nilai

yang berhasil ditangkap akan diaplikasikan.

8) Bercerita memberikan efek psikologis yang positif bagi anak dan

guru sebagai pencerita, seperti kedekatan emosional sebagai

pengganti figur lekat orang tua.

9) Bercerita membangkitkan rasa tahu anak akan peristiwa atau

cerita, alur, plot, dan demikian itu menumbuhkan kemampuan

merangkai hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa dan

memberikan peluang bagi anak untuk belajar menelaah

kejadian-kejadian sekelilingnya.

10)Bercerita mendorong anak memberikan makna bagi proses

belajar terutama mengenai empati sehingga anak dapat

mengkonkretkan rabaan psikologis mereka bagaimana

seharusnya memandang sesuatu masalah dari sudut pandang

orang lain.

Nasution (dalam Musfiroh 2008: 82), menjelaskan bahwa:

(39)

orang lain. Ketiga, cerita mendorong anak untuk menelaah perasaannya sendiri sebelum ia mendengar respon orang lain untuk dibandingkan. Keempat, cerita mengembangkan rasa konsiderasi atau tepa selira yaitu pemahaman dan penghargaan atas yang diucapkan atau dirasakan tokoh nyata hingga akhirnya anak memiliki konsiderasi terhadap orang lain dalam alam nyata.

Kegiatan bercerita ternyata disadari ataupun tidak dapat

mempengaruhi anak dalam cara berpikir dan bertindak,

berkembangnya perasaan terhadap orang lain, serta dapat

mempertimbangkan perasaannya sendiri, sehingga lebih berhati-hati

dalam bertindak serta peduli pada yang lain. Betapa berharganya

cerita bagi perkembangan anak, dengan situasi yang menyenangkan

ternyata banyak fungsinya yang mungkin tidak disadari, bahkan tidak

menutup kemungkinan dari sebuah imajinasi menjadi sebuah

kenyataan yang akan mereka alami.

c. Teknik Penggunaan Metode Storytelling

Menurut Majid (2008:47) ada beberapa metode penyampaian

cerita yang penting untuk diketahui dan dipahami oleh para pencerita.

Metode penyampaian cerita dijabarkan sebagai berikut.

1) Tempat bercerita

Bercerita tidak harus selalu dilakukan di dalam kelas, tetapi

boleh juga di luar kelas yang dianggap baik oleh guru agar para

(40)

2) Posisi duduk

Sebelum guru memulai bercerita, sebaiknya ia memposisikan

para siswa dengan posisi yang baik untuk mendengarkan cerita.

Kemudian guru duduk di tempat yang sesuai dan mulai bercerita.

Sebaiknya, guru tidak langsung duduk pada awal bercerita tetapi

memulainya dengan berdiri. Selama bercerita, guru hendaknya

tidak duduk terus, tetapi juga berdiri, bergerak, dan mengubah

posisi gerakan sesuai jalannya cerita.

3) Bahasa cerita

Bahasa dalam bercerita hendaknya menggunakan gaya bahasa

yang lebih tinggi dari gaya bahasa siswa sehari-hari, tetapi lebih

ringan dibandingkan gaya bahasa cerita dalam buku. Dengan

catatan, tetap dipahami oleh siswa.

4) Intonasi guru

Cerita itu mencakup pengantar, rangkaian peristiwa, konflik

yang muncul dalam cerita, dan klimaks. Pada permulaan cerita,

guru hendaknya memulai dengan suara tenang. Kemudian

mengeraskan sedikit demi sedikit. Perubahan naik-turunnya cerita

harus sesuai dengan peristiwa dalam cerita. Ketika guru sampai

pada puncak konflik ia harus menyampaikannya dengan suara

ditekan dengan maksud menarik perhatian para siswa. Para ahli

pendidikan berpendapat bahwa besarnya perhatian para siswa akan

(41)

merasa lega dari ketegangannya, jika telah sampai pada klimaks.

Maka guru hendaknya menyampaikan peristiwa-peristiwa dalam

cerita dengan suara yang meyakinkan yang dapat membuat siswa

penasaran hingga tiba saat klimaks. Ketika guru menyampaikan

klimaks, ia harus menjiwai setiap ungkapan dan intonasi suara

sampai akhir cerita.

5) Pemunculan tokoh-tokoh

Ketika mempersiapkan cerita, seorang guru harus mempelajari

terlebih dahulu tokoh-tokohnya, agar dapat memunculkan secara

hidup di depan para siswa. Dalam bercerita guru juga harus dapat

menggambarkan setiap tokoh dengan gambaran yang

sesungguhnya dan memperlihatkan karakternya seperti dalam

cerita.

6) Penampakan emosi

Saat bercerita guru harus dapat menampakkan keadaan jiwa

dan emosi para tokohnya dengan memberi gambaran kepada

pendengar bahwa seolah-olah hal itu adalah emosi si guru sendiri.

jika situasinya menunjukkan rasa kasihan, protes, marah atau

mengejek, maka intonasi dan kerut wajah harus menunjukkan hal

tersebut.

7) Peniruan suara

Sebagian orang ada yang mampu meniru suara-suara binatang

(42)

dapat melakukan peniruan suara ini sesuai dengan yang diinginkan

dalam cerita. Peniruan suara ini dapat menciptakan penjiwaan

dalam cerita dan memberi kesan yang lebih dalam di hati para

siswa.

8) Penguasaan terhadap siswa yang tidak serius

Perhatian siswa di tengah cerita haruslah dibangkitkan

sehingga mereka bisa mendengarkan cerita dengan senang hati dan

berkesan. Apabila guru melihat siswa mulai bosan, jenuh dan

banyak bercanda, maka ia harus mencari penyebabnya. Ketika

proses cerita berlangsung, guru mungkin menemukan salah

seorang murid yang mengabaikan cerita dan menyepelekannya.

Dalam hal ini guru tidak boleh memotong penyampaian cerita

untuk memperingatkan anak tersebut, tetapi dapat

menghampirinya, menarik tangannya dan mendudukkan kembali si

anak di tempat duduknya atau membiarkannya berdiri di samping

si guru. Bisa juga dengan menyebut nama siswa dan menatapnya.

Biasanya, tindakan ini bisa mengembalikan perhatian siswa.

9) Menghindari ucapan spontan

Guru acapkali mengucapkan ungkapan spontan setiap

menceritakan suatu peristiwa. Ucapan spontan yang dimaksud

adalah ucapan spontan yang merupakan kebiasaan sehari-hari si

(43)

karena dapat memutuskan rangkaian peristiwa dalam cerita. Guru

sebaiknya bercerita dengan ucapan yang jelas dan lancar.

Kesembilan hal di atas sangat penting untuk diketahui dan

diperhatikan guru ketika bercerita. Memang, membaca

petunjuk-petunjuk yang tertulis saja tidak cukup. Harus ditambah pula dengan

praktek dan melampaui pengalaman dalam waktu yang tidak singkat.

d. Efektivitas Metode Storytelling

Penelitian tentang penerapan efektivitas metode bercerita

(storytelling) telah dilakukan oleh beberapa orang, salah satu diantaranya adalah Sobarna (Jurnal Mimbar, 2010: 71-80) dengan

judul penelitian “Efektivitas Metode Storytelling Bermedia Boneka untuk Pengembangan Kemampuan Berkomunikasi”. Penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan metode kuasi eksperimental. Hasil

yang diperoleh adalah sebelum memperoleh perlakuan berupa cerita

dengan media boneka, untuk kemampuan berkomunikasi verbal, anak

memperoleh skor 341, setelah memperoleh perlakuan berupa cerita

dengan media boneka, untuk kemampuan berkomunikasi verbal, anak

meperoleh skor 423. Maka efektivitas metode cerita dengan media

boneka untuk pengembangan kemampuan komunikasi verbal anak

(44)

Penelitian yang lainnya dilakukan oleh Ahyani (Jurnal Psikologi,

2010: 24-32) dengan judul “Metode Dongeng dalam Meningkatkan

Perkembangan Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah”. Hasil

analisis deskriptif dari penelitian ini menjabarkan skor empirik pada

pre-test dan post-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen dengan melihat rerata pada pre-test 11,18

terjadi kenaikan rerata pada post-test menjadi 17,47. Pada kelompok kontrol juga terjadi kenaikan dengan melihat rerata pada kelompok

pre-test 11,82 menjadi 14,41. Hal ini menunjukkan tingkat kecerdasan moral sebelum mendapatkan penyampaian nilai moral melalui metode

dongeng lebih rendah dibandingkan tingkat kecerdasan moral setelah

mendapatkan penyampaian nilai moral melalui metode dongeng.

Kedua penelitian di atas membuktikan bahwa penggunaan metode

storytelling efektif untuk meningkatkan suatu variabel tertentu. Metode storytelling ini dapat berjalan efektif apabila siswa dapat menyimak cerita yang diberikan.

Menurut Majid (2008:35-36), keinginan dan perhatian siswa saat

menyimak cerita akan ditentukan oleh kemahiran guru dalam bercerita

selain adanya perbedaan kemampuan mereka dalam mengabadikan

(45)

Untuk itu, sebaiknya guru memperhatikan beberapa faktor berikut:

1) Perhatian siswa timbul karena pengaruh cerita, rangkaian

peristiwa, dan cara penyampaiannya. Penting bagi guru untuk

menjaga sinkronisasi hal-hal tersebut.

2) Posisi duduk siswa yang kurang strategis dan situasi ruangan yang

kurang kondusif membuat siswa tidak dapat menyimak cerita

dengan baik. Untuk itu, guru boleh menyesuaikan posisi duduk

siswa dan menata ruangan sebaik mungkin.

3) Berbagai peristiwa dalam cerita haruslah merupakan satu

rangkaian yang tidak terputus agar menjadi satu cerita yang utuh

dan mudah untuk dipahami.

4) Dalam proses penyimakan, guru sebaiknya dapat membuat siswa

membayangkan keadaan, situasi dan perasaan yang sedang dialami

tokoh dalam cerita.

Dari pembahasan di atas, disimpulkan bahwa efektivitas metode

storytelling sudah teruji dengan baik. Berangkat dari hal tersebut, maka metode storytelling dapat digunakan untuk meningkatkan minat siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian.

Selain sebagai metode dalam pemberian layanan bimbingan,

storytelling juga dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan dalam dirinya seperti kemampuan berbicara, menyimak, imajinasi, dan

(46)

3. Media Wayang

a. Pengertian Wayang

Menurut Guritno (1988:11), arti harfiah dari wayang adalah

bayangan, tetapi dalam perjalanan waktu pengertian wayang itu

berubah, dan kini wayang dapat berarti pertunjukan panggung atau

teater atau dapat pula berarti aktor atau aktris.

Istilah wayang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam

Yasasusastra (2011:1), diartikan:

1) Boneka tiruan orang yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu dan

sebagainya yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh

dalam pertunjukan drama tradisonal (Bali, Jawa, Sunda, dan

sebagainya), biasanya dimainkan oleh seseorang yang disebut

dalang;

2) Pertunjukan wayang (selengkapnya);

3) Bayang-bayang.

Sedangkan pengertian wayang menurut Bausatra Jawi dalam

Yasasusastra (2011:1) adalah:

1) Bentuk atau rupa yang terjadi disebabkan dari barang yang terkena

sorot;

(47)

b. Jenis-jenis Wayang

Yasasusastra (2011:11) menerangkan beberapa jenis wayang

sebagai berikut.

1) Wayang Gedhog, jenis wayang ini berupa boneka-boneka wayang yang terbuat dari kulit, tipis, dan juga ditatah.

2) Wayang Golek, jenis wayang yang wujudnya berupa boneka terbuat dari kayu dalam bentuk tiga dimensi.

3) Wayang Klithik, jenis wayang ini terbuat dari kayu pipih, dan ada bagian yang terbuat dari kulit.

4) Wayang Beber, jenis wayang ini tidak memperlihatkan tokoh ceritanya satu persatu, melainkan pagelarannya berupa lembaran

kain yang dilukisi dengan gambar-gambar berupa jalannya cerita

atau adegan-adegan.

5) Wayang wong (Orang), yaitu jenis wayang yang mempergelarkan cerita yang diperankan oleh orang dengan syarat para pemainnya

dapat menari, karena semua gerakannya harus mengikuti

pokok-pokok aturan seni tari.

6) Wayang Suluh, yaitu pertunjukan yang diadakan sebagai kelanjutan dari apa yang disebut “Wayang Wahana” yang

diciptakan oleh R.M. Sularta Harjawahana.

7) Wayang Krucil, dibuat dari bahan kulit dan berukuran kecil. 8) Wayang Kulit, merupakan boneka wayang yang dibuat dari kulit

(biasanya kulit kerbau), yang dimainkan oleh seorang seniman

(48)

c. Kelebihan-kelebihan Media Wayang

Guritno (1988:7) mengatakan:

Wayang sebagai hasil prestasi puncak masa lalu para leluhur yang bertempat tinggal di pulau Jawa dengan demikian dapat dianggap sebagai warisan budaya Indonesia yang patut dijadikan milik bersama karena isi kandungannya, baik etika maupun estetikanya, tahan uji selama berabad-abad, dan tak henti-hentinya memukau perhatian orang-orang di dalam maupun di luar negeri. Ajaran yang terkandung dalam seni budaya wayang yang tersebar paling luas itu tidak pula bertentangan dengan filsafat dasar yang mempersatukan bangsa kita, yaitu Pancasila.

Kelebihan-kelebihan penggunaan media wayang sebagai media

dalam kegiatan ekstrakurikuler Pengembangan kepribadianyaitu dapat

membangkitkan kembali semangat nasionalisme siswa, menyadarkan

siswa bahwa Negara Indonesia memiliki kebudayaan khas yang harus

dijaga dan dipertahankan eksistensinya. Keterlibatan siswa dalam

menggunakan media wayang sebagai media pembelajaran akan

semakin meningkatkan pengetahuan dan kecintaan siswa terhadap

kebudayaan negaranya sendiri.

Menurut Wardani (2011), ada beberapa kelebihan yang dimiliki

oleh wayang sebagai media dalam penerapan metode storytelling. Pertama, wayang bersifat acceptable, artinya wayang sendiri merupakan bagian dari khasanah kebudayaan bangsa sehingga bisa

diterima oleh semua kalangan, baik oleh guru maupun siswa. Kedua,

wayang bersifat timeless yang berarti tak lekang oleh waktu. Ketiga, media wayang ini tidak membutuhkan banyak biaya seperti media lain

(49)

d. Storytelling dengan Menggunakan Media Wayang

Metode storytelling dengan media wayang merupakan salah satu metode yang sangat efektif dalam meningkatkan minat siswa

mengikuti suatu kegiatan. Anak-anak akan sangat tertarik pada sesuatu

yang baru dan yang lebih kreatif. Media wayang dalam penyampaian

suatu materi merupakan hal baru bagi para siswa.

Media wayang sebagai suatu media, tidak mudah

pelaksanaannya. Guru perlu terus melatih diri agar terampil dan

ekpresif dalam menggunakan media wayang sebagai tokoh tertentu.

Secara khusus, penggunaaan media wayang dalam storytelling

bertujuan untuk melatih konsentrasi siswa, daya tangkap, kreativitas,

membuat kesimpulan, menarik inti cerita, mengembangkan fantasi dan

menciptakan suasana yang menyenangkan.

Bentuk pelaksanaan storytelling dengan media wayang adalah percakapan yang dilakukan antarwayang, sementara para siswa

menyimak cerita yang dibawakan oleh guru. Wayang dipegang oleh

guru dan dapat juga siswa yang diminta untuk memainkan wayang.

Storytelling dengan media wayang menggunakan beberapa buah wayang yang memerankan tokoh-tokoh tertentu dengan karakter yang

berbeda-beda.

Guru menyiapkan media wayang yang akan digunakan dengan

(50)

pendahuluan (prolog) berupa perkenalan dengan tokoh-tokoh dalam

cerita. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah untuk menjelaskan

jalannya suatu cerita serta untuk menciptakan suasana cerita yang

menyenangkan adalah cara mengucapkan kata-kata pendahuluan,

pengiring dan penutup dilakukan dengan nada dan suara yang berbeda

sewaktu melakukan dialog wayang, sehingga para siswa dapat

membedakan kata-kata guru dan percakapan tokoh. Hal tersebut akan

memudahkan siswa untuk menarik inti cerita yang dibawakan.

Dalam pelaksanaan kegiatan storytelling dengan media wayang, guru dapat meminta siswa untuk menceritakan kembali apa yang

diceritakan tadi. Siswa pun dapat membawakan ceritanya sendiri

dengan menggunakan media wayang. Hal ini untuk melatih

kemampuan berbicara dan meningkatkan kepercayaan diri para siswa.

Way

B. Kerangka Pikir Penelitian

Peneliti memilih penggunaan metode storytelling dengan media wayang sebagai upaya meningkatkan minat siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco

dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian,

dengan asumsi bahwa kegiatan ekstrakurikuler bukan merupakan kegiatan

pokok seperti halnya kegiatan belajar mengajar lainnya. Nilai yang diberikan

untuk kegiatan ekstrakurikuler tidak mempengaruhi nilai raport yang

menentukan naik kelas atau tidaknya siswa yang bersangkutan tersebut. Oleh

(51)

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian ini, harus ada

upaya perbaikan strategi/metode penyajian, yaitu dengan mengajak siswa

untuk memahami serta menyimak suatu nilai moral di dalam sebuah cerita

yang disajikan dengan menggunakan media wayang.

Penyajian materi kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian

dengan strategi/metode ceramah yang tidak efektif dan tidak variatif

menyebabkan siswa bosan, jenuh, dan lelah. Akibatnya, implementasi

kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian menjadi kurang

berkualitas; tidak mampu menggugah minat, aktivitas, responsi, ubahan

sikap, sinkronisasi dengan kebutuhan siswa; dan muncul asumsi kegiatan

ekstrakurikuler pengembangan kepribadian menjadi tidak bermanfaat, sia-sia,

dan buang-buang waktu saja.

Bertolak dari masalah ini, perlu diupayakan penerapan metode

storytelling sebagai salah satu strategi dalam pemberian materi kegiatan ektrakurikuler pengembangan kepribadian. Metode storytelling mengajak siswa untuk mengasah kepekaan dan imajinasi melalui sebuah cerita. Dalam

cerita terdapat ide, tujuan, imajinasi, bahasa dan gaya bahasa. Unsur-unsur

tersebut berpengaruh dalam pembentukan kepribadian anak. Usaha siswa

untuk menyampaikan kembali cerita yang telah didengarnya dari guru atau

menjawab soal yang diajukan kepadanya adalah latihan untuk

mengungkapkan ide-ide dengan bahasanya sendiri. Sehingga keberhasilan

(52)

cerita kemanusiaan yang mengasah nurani, mendidik/membelajarkan sikap,

nilai, perilaku dalam berinteraksi dengan orang lain. Metode storytelling

memiliki keunggulan untuk membangkitkan gairah siswa dalam mengikuti

kegiatan dengan metode yang berbeda, selain itu penggunaan media wayang

akan menambah daya tarik tersendiri bagi para siswa. Cara ini diharapkan

minat siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian

akan meningkat.

C. Hipotesis Tindakan

Minat siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta dalam

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian dapat

ditingkatkan melalui penggunaan metode storytelling dengan media wayang.

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN  

Bab ini memuat tentang jenis penelitian, subjek penelitian, setting penelitian, prosedur penelitian, tahapan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik

analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK). Penelitian tindakan Bimbingan

dan Konseling dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pemberian

layanan bimbingan di dalam kelas dan upaya memecahkan masalah tersebut

dengan cara melakukan berbagai tindakan yang sesuai.

Penelitian ini tergolong dalam PTBK karena penelitian ini mengkaji

masalah minat siswa yang masih rendah dalam mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler Pengembangan kepribadian. Kemudian diberikan tindakan

berupa penerapan metode storytelling dengan media wayang dalam upaya meningkatkan minat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

Pengembangan kepribadian di sekolah.

B. Subjek Penelitian

(54)

C. Setting Penelitian

1. Tempat : Ruang kelas dan ruang aula SMP Joannes Bosco Yogyakarta.

2. Waktu : Bulan Maret-Mei 2013.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan Bimbingan dan Konseling

yang dilakukan untuk meningkatkan minat siswa dalam mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler Pengembangan kepribadian di sekolah. Proses pelaksanaan

tindakan dilaksanakan secara bertahap sebanyak 3 siklus. Prosedur penelitian

ini adalah sebagai berikut.

1. Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti mengadakan kegiatan sebagai berikut.

a. Mengamati proses penyajian layanan kegiatan ekstrakurikuler

Pengembangan kepribadian terutama pada aspek teknik atau

metode yang digunakan dalam menyampaikan materi sebelumnya.

b. Mengidentifikasi permasalahan yang muncul, yaitu kurangnya

minat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

Pengembangan kepribadian.

c. Merumuskan alternatif tindakan yang akan dilaksanakan sebagai

upaya untuk meningkatkan minat siswa dalam mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler pengembangan kepribadian yaitu penggunaan

(55)

d. Menyusun rancangan pelaksanaan metode storytelling dengan media wayang.

Rancangan pelaksanaan metode storytelling dengan media wayang ini meliputi :

1) Pemilihan tokoh-tokoh wayang yang akan dimainkan.

Tokoh-tokoh tersebut memiliki karakter yang baik dan patut dijadikan

panutan serta mudah diingat oleh siswa.

2) Pemilihan cerita yang menarik, mengandung nilai-nilai yang

membangun karakter dan mudah dipahami.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan penelitian ini mengikuti tahap-tahap penelitian

tindakan kelas menurut Hopkins (1993) yang pelaksanaan tindakannya

terdiri atas beberapa siklus. Setiap siklus terdiri atas beberapa tahapan

yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/monitoring, dan

refleksi. Tahap-tahap dalam penelitian tersebut membentuk spiral.

Tindakan penelitian yang membentuk spiral tersebut dengan jelas

digambarkan oleh Hopkins (1993) sebagai berikut.

(56)

Jika tidak ada peningkatan kualitas, cari penyebab, rumuskan

alternatif pemecahan, lakukan tindakan baru (revisi dari tindakan I),

observasi hasil, analisis data, refleksi, dan seterusnya sampai

ditemukan peningkatan kualitas yang berarti (signifikan).

E. Langkah/Tahapan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam tiga siklus.

Siklus I

1. Tahap Perencanaan

a. Mempersiapkan materi pengembangan kepribadian dengan topik

“Menghargai Diri Sendiri”

b. Mempersiapkan cerita dan media wayang yang akan digunakan.

c. Mempersiapkan instrumen penelitian (lembar observasi, kuesioner

minat siswa), menetapkan waktu dan cara pelaksanaan.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

a. Introduksi pokok bahasan.

b. Menyampaikan panduan instruksi pelaksanaan kegiatan.

c. Melaksanakan metode storytelling dengan media wayang sesuai tahapan.

3. Tahap Monitoring

Pada tahap ini mitra kolaborator melakukan pengamatan proses selama

kegiatan pelayanan ini berlangsung sebagai data rekam proses tindakan

(57)

4. Tahap Refleksi dan Evaluasi

Pada tahap ini peneliti dan mitra kolaborator melaksanakan diskusi

reflektif untuk menganalisis data hasil observasi untuk mengetahui

efektifitas tindakan yang telah dilaksanakan. Hasil refleksi dari tindakan

pada siklus 1 digunakan untuk menentukan langkah-langkah pada siklus

berikutnya.

Siklus II

1. Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil observasi, refleksi dan penilaian pada siklus I maka

pada siklus II direncanakan upaya perbaikan penyajian layanan dan proses

kegiatan untuk diintensifkan pelaksanaannya, meningkatkan keterlibatan

siswa untuk lebih berperan aktif.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Melaksanakan metode storytelling dengan media wayang dengan materi layanan “Menghargai Orang Lain”dan sejenisnya (dengan cerita

yang lebih variatif).

3. Tahap Monitoring

Pada tahap ini pelaksanaan sama pada siklus I. Mitra kolaborator

melakukan pengamatan dengan cermat terhadap proses layanan, aktivitas

(58)

4. Tahap Refleksi dan Evaluasi

Pada tahap ini peneliti dan mitra kolaborator melaksanakan diskusi

reflektif untuk menganalisis data hasil observasi untuk mengetahui

efektivitas tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus II.

Siklus III

1. Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil observasi, refleksi dan penilaian pada siklus II maka

pada siklus III direncanakan upaya perbaikan penyajian layanan dan

proses kegiatan untuk diintensifkan pelaksanaannya, meningkatkan

keterlibatan siswa untuk lebih berperan aktif.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Melaksanakan metode storytelling dengan media wayang dengan materi layanan “Menjaga Cinta dan Persahabatan” (dengan cerita yang

lebih variatif).

3. Tahap Monitoring

Pada tahap ini pelaksanaan sama pada siklus II. Mitra kolaborator

melakukan pengamatan dengan cermat terhadap proses layanan, aktivitas

(59)

4. Tahap Refleksi dan Evaluasi

Pada tahap ini peneliti dan mitra kolaborator melaksanakan diskusi

reflektif untuk menganalisis data hasil observasi untuk mengetahui

efektifitas tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus III.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Observasi oleh mitra kolaboratif

Penelitian ini menggunakan satu pedoman observasi yaitu observasi

pelaksanaan metode storytelling dengan media wayang. Observasi pelaksanaan metode storytelling dengan media wayang dilakukan oleh mitra kolaboratif dan difokuskan pada pengamatan aktivitas/kegiatan

yang dilakukan oleh siswa selama kegiatan pengembangan kepribadian

berlangsung. Pengamatan yang belum terdapat pada pedoman observasi

dituliskan pada lembar catatan lapangan.

2. Wawancara Tidak Terstruktur

Wawancara tidak terstruktur digunakan untuk memperoleh

informasi dari siswa tentang penggunaan metode storytelling dengan media wayang. Wawancara tidak terstruktur ini dilakukan kepada siswa

di akhir kegiatan.

3. Skala Minat Siswa (Kuesioner)

Skala minat dibagikan dan diisi oleh siswa yang fungsinya untuk

mengetahui minat siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

Gambar

Tabel 15 Hasil Uji t Minat Siswa…………………………………………..
Gambar 1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Model Hopkins…………...
Gambar 1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Model Hopkins ar 1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Model Hopkins
Tabel 1  Kisi-Kisi Panduan Observasi Perilaku Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

منامشچ و یدروآ رد هزرل هب ار منت و یدمآ مرطاخ رد هرابود وت و دیسر هار

Meskipun secara teoritis reaksi tipe I ini dapat terjadi pada semua bentuk kusta yang subpolar, tetapi pada bentuk BB jauh lebih sering terjadi daripada bentuk

aom ya asrk rajam dibandnB jahe gajah, dan nsnya p.das Jahe remh ncnrpunyai rimpang lebih kecil dibrddinlkai jahc lajan n.upun jahc k.cil.. Rcspimsi akan

perjanjian yang dilaksanakan kedua belah pihak. Penggunaan bersama Bandar Udara dengan Pangkalan Udara pada saat ini dalam kondisi belum optimal sehingga mempunyai

[r]

Tampak bahwa persentase kalus tertinggi yang meng- ekspresikan GUS dihasilkan pada kon- sentrasi asetosiringon 150 mg/L, baik pada pengamatan 3 hari setelah

Standar Dokumen Pengadaan yang digunakan dalam e-Lelang Pemiihan Langsung dengan Pascakualifikasi Pekerjaan Renovasi Ruang Kerja Komite BPH Migas Tahun Anggaran 2017 adalah

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN SEKRETARIAT DAERAH.. UNI T LAYANAN PENGADAAN