• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : GAMBARAN UMUM KANCIL

A. Peran Komunitas Anak Ciliwung (KANCIL) dalam Memelihara Ekologi di Wilayah Sungai Ciliwung Pondok Cina

2. Mediasi dan Negosiasi

Peran kedua yang dilakukan oleh Kancil Pondok Cina Depok, adalah dengan mediasi dan negosiasi. Dalam menghadapi sebuah konflik yang terjadi didalam kelompok, seorang pekerja masyarakat terkadang harus memainkan peran sebagai Mediator.

Dalam menjalakan tugas sebagai mediator Kancil juga pernah membantu warga untuk membangun Tempat Pembuangan Sampah (TPS) dan Septictank komunal. Alasan mengapa masyarakat banyak yang membuang sampah disungai adalah tidak adanya Tempat Pembuangan Sampah (TPS) diwilayah tersebut, dan mereka melakukan tugasnya mediator ke pihak pemerintahan daerah. Alhasil tidak adanya tanggapan dari pemerintahan daerah untuk membuat Tempat Pembuangan Sampah (TPS), karena tidak adanya anggaran pemerintah dalam pembuatannya. Karena tidak adanya anggaran sehingga mereka membuat Tempat Pembuangan Sampah (TPS) sendiri dengan swadaya masyarakat. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dari SL selaku ketua umum, yaitu:

“Sebenernya kita sudah punya solusi kedepannya, sebenernya kita gak bisa menyalahkan masayarakat karena tidak ada yang

bisa disalahkan, dan saya sendiri sudah ke dinas kebersihan kota DEPOK untuk meminta membuatkan TPS, tapi dari KADISnya bilang kalo tidak ada pembuatan TPS baru. Ya mau gak mau dari kita sendiri membuat bak sampah itupun dibantu dengan masyarakat dan para donatur walaupun unjung-ujungnya dibakar juga”. (Wawancara dengan SL, 2018)

Selain itu setelah berhasil membujuk dan mengajak warga untuk menjaga bantaran sungai, seperti yang disampaikan salah satu warga bantaran Kali. Sebagai berikut:

“….jadi kita pernah disuruh iuran gitu buat bikin tempat sampah, karna katanya mereka (Kancil) udah bilang ke dinas tapi ga ada uangnya gitu. Yaudah kita pada bayar dah…”

(Wawancara dengan AD, 2018)

Hal tersebut sejalan dengan pernyataan bapak MH, sebagai berikut:

“… pernah disuruh iuran, buat bikin tempat sampah katanya, yaudah kita mah bayar aja yang penting udah ijin RT gitu……” (Wawancara dengan MH, 2018)

Akan tetapi Kancil mendapatkan permasalahan baru terkait pembangunan gedung kampus swasta di Depok, yang dimana kampus tersebut membangun gedung baru disekitar bantaran sungai yang berjarak kurang dari lima (5) meter dari bibir sungai, seperti yang disampaikan oleh bapak SL, sebagai berikut:

“Ohh itu kampus Swasta GDA, sebenernya dari kita sendiripun menolak kalo ada pembangunan di bantaran sungai apalagi

sudah melebihi DAS (Daerah Aliran Sungai)…...”

(Wawancara dengan SL, 2018)

Kancil dan masyarakat melakukan sebuah tindakan dari konflik tersebut, yang dimana Kancil melakukan tugasnya sebagai pekerja masyarakat yaitu sebagai mediator. Berangkat dari keresahan masyarakat itu Kancil menanyakan surat perizinan atas pendirian bangunan tersebut, hal tersebut sesuai dengan pernyataan tokoh masyarakat setempat, sebagai berikut:

“….jadi kita itu khawatir karna kan itu kampus bangun gedung tinggi tuh, dia pada udah punya surat izin apa belum soalnya ada batesan yang di langgar ama mereka, takutnya kitanya jadi kena banjir dah, yaudah ngajak Kancil buat nanyain permasalahan ini ke itu kampus….” (Wawancara dengan RD,

2018)

Hasil dari mereka melakukan mediator dengan pihak kampus hanya berpasrah diri ketika melihat perizinan tersebut. Hal tersebut disampaikan oleh ketua umum Kancil, sebagai berikut:

“….. Kita sudah beberapa kali sudah bolak balik ke Dinas PUPR, dan menanyakan apakah pembangunan ini sudah mempunyai surat izin? Ternyata sudah punya izin. Kita gak bisa berbuat apa-apa karena sudah mempunyai izin,…..”

(Wawancara dengan SL, 2018)

Padahal menurut Undang-undang no 11 tahun 1974 tentang pengairan dan Peraturan Pemerintah no 25 tahun 1991 tentang sungai, bahwasannya batas larangan untuk membangun dari garis sempadan atau bibir sungai adalah 10 sampai 20

meter. Selain itu yang dikhawatirkan oleh Kancil hal tersebut akan memberikan dampak kepada masyarakat sekitar bantaran Kali Ciliwung dikarenakan pihak kampus tersebut mengenai garis sepadan, hal tersebut disampaikan oleh SL sebagai berikut:

“….. nah kita pengen ngobrol dengan pihak GDA, sebenernya untuk pembangunan di bantaran itu cuma beberapa dia kena dari garis sepadan, dan dari kita gak terimanya itu dia bikin turab dibantaran. Nah turabnya GDA ini menurut kami turabnya dari batu kali, ngerinya suatu saat kan pasti ada banjir besar tahun-tahun mendatang, dan pengennya kami itu kalo bisa kanan-kiri di turab agar tidak timpang sebelah. Soalnya kalo salah satu saja ngerinya lari aliran sungainya ke pemukiman warga.” (Wawancara dengan SL, 2018)

Berdasarkan pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa Kancil berperan sebagai pihak yang membantu masyarakat untuk menyalurkan keresahan akibat pembangunan yang dilakukan tidak sesuai dengan peraturan yang ada. Kancil berperan sebagai mediator antara masyarakat sekitar bantaran Kali Ciliwung dengan pihak GDA. Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh ketua umum Kancil bahwasanya pihak GDA telah memiliki izin pembangunan akan tetapi efek dari pembangunan tersebut untuk jangka panjang sangat mengkhawatirkan bagi masyarakat sekitar bantaran Kali. Pasalnya, posisi Gedung GDA terletak ditikungan alur Kali Ciliwung, dan pihak GDA membangun gedung berjarak kurang dari lima (5) meter dari bantaran Kali. Pihak GDA membangun turab hanya disisi pembangunan, hal tersebut akan berdampak

kepada masyarakat apabila curah hujan tinggi sehingga dikhawatirkan jalur air akan berubah menuju pemukiman warga. Berdasarkan keresahan tersebut KANCIL mengajak pihak GDA untuk bernegosiasi agar pembangunan turab sebaiknya dibangun dikedua belah sisi Kali, dengan tujuan agar tidak ada ketimpangan pada jalur air selain itu tujuan lainnya ialah aga tidak ada pihak yang dirugikan, akan tetapi proses negosiasi tersebut masih dalam proses hingga sekarang.

3. Dukungan

Dukungan merupakan hal penting yang harus dilakukan dalam memelihara dan menyetujui orang lain, serta menjaga jarak dengan berbagai aspek glamour dari pekerjaan. Namun, pengembangan masyarakat dapat menjadi sebuah pengalaman yang sulit bagi semua orang yang terlibat, dan jika sebuah proyek atau program itu menghasilkan, maka penting untuk menyediakan dukungan terus-menerus untuk membangun dan mempertahankan kepercayaan diri. Itulah fondasi bagi tujuan peningkatan kesadaraan dan pemerdayaan.

Dalam menjalankan perannya sebagai pihak yang memberikan dukungan atas apa yang dilakukan oleh masyarakat sekaligus untuk memberdayakan masyarakat Kancil pernah melakukan memberikan dukungan pada saat masyarakat ingin mempercantik bantaran sungai dengan mural. Disini Kancil memberikan dukungan kepada komunitas mural yang berada dibantaran sungai, dalam bentuk membantu proses pengerjaan, karena pembuatan ini merupakan murni ide dan gagasan dari komunitas tersebut. Sebagai bentuk dari pemberdayaan masyarakat Kancil mengajak warga sekitar

untuk ikut serta membuat mural. Sejalan dengan hasil wawancara dengan masyarakat yang bernama MJ, yaitu:

“Pernah sih apalagi tahun-tahun ini lagi banyak kegiatan yang ngecat tembok gitu, bikin kampung tematik noh kaya yang ditembok”. (Wawancara dengan MJ, 2018)

Pernyataan di atas juga didukung oleh anggota Kancil, sebagai berikut:

“jadi waktu itu, ada komunitas mural bikin kegiatan…. Yaudah kita pada anak-anak Kancil diajak join, yaudah kita dukunglah pastinya yaudah… ya gitu gitu sih”(Wawancara dengan AM,

2018)

Jika dilihat dari peran pekerja masyarakat dalam memberikan dukungan, Kancil sudah berhasil melakukannya sesuai dengan temuan yang peneliti dapatkan pada saat observasi. Disini masyarakat atau komunitas lain memiliki ide atau gagasan untuk mempercantik wilayah bantaran sungai dengan membuat mural pada tembok rumah warga, dan Kancil dengan senang hati mendukung gagasan tersebut serta turun membantu dalam pengerjaannya. Selain dapat mempercantik lingkungan mural tersebut dapat dijadikan sebagai sanksi sosial ketika membuang sampah sembarangan, sekaligus menimbulkan rasa tanggungjawab untuk menjaga wilayahnya sendiri dari sampah.

Menurut konsep peran menurut Biddle & Thomas dikutip (dari buku Sarlito Wirawan Sarwono: 1984), bahwasanya perilaku yang muncul dalam interaksi merupakan sebuah tindakan yang ada dalam kegiatan komunitas dalam interaksi

kepada masyarakat ataupun subjek terhadap objek. Berdasarkan konsep di atas, sebelumnya KANCIL melakukan interaksi kepada masyarakat dengan tujuan agar mendapatkan peran di masyarakat sehingga hasil dari interaksi tersebut menimbulkan suatu perilaku yang distimulasi dari dukungan masyarakat atas adanya komunitas ini. Prilaku yang dimaksud ialah sebuah bentuk dukungan kepada komunitas dengan berpartisipasi dalam segala kegiatan yang dibuat oleh komunitas untuk masyarakat sekitar.

Berdasarkan pernyataan di atas serta dikaitkan dengan konsep peran yang disampaikan oleh Jim Ife dan Frank Tesoriero (dalam bukunya Community Development: Alternatif pengembangan Masyarakat di era Globalisasi: 2014) bahwasanya dalam pengembangan masyarakat seorang agen perubahan penting untuk menyediakan dukungan terus-menerus untuk membangun dan mempertahankan kepercayaan diri objek pengembangan, hak tersebut merupakan fondasi bagi tujuan peningkatan kesadaraan dan pemerdayaan bagi masyarakat sekitar bantaran Kali Ciliwung khususnya wilayah Pondok Cina-Depok.

4. Mengorganisasi

Peran yang dimiliki Kancil pada aspek yang terakhir ialah mengorganisasi. Melalui pengorganisasian sehari-hari seperti sadar apa yang harus dilakukan, dan memastikan (jika memungkinkan bersikap rendah hati) hal itu semua terjadi, menjadi sifat dasar bagi seorang pekerja masyarakat. Ketidakkakuan dan sifat fleksibel pada kerja masyarakat berarti bahwa seorang pekerja harus secara efisien dan teratur dalam

berbagai keadaan, contohnya, mengatur waktu, menjaga dokumen, sadar akan batas waktu dan menjaga janji. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan pengurus Kancil, sebagai berikut:

“Biasanya kita membicarakan program jangka panjang dan

jangka pendek. Terus nentuin waktunya kapan aja…..”

(Wawancara dengan MW, 2018)

Hal tersebut sejalan dengan pernyataan salah satu masyarakat, sebagai berikut:

“…kalo di rapat RT kadang anak-anak Kancil suka bilang kalo bakal ada acara ditanggal sekian-sekian, jadi sembari izin sembari ngasih tau gitu sih…” (Wawancara dengan MJ, 2018)

Peran ini merupakan salah satu yang sangat penting untuk dilakukan. Melalui pengorganisasian sehari-hari inilah seorang bisa sering melakukan pemberdayaan efektif dan peningkatan kesadaran kerja pada para anggota masyarakat; hal itu dapat menjadi cara yang paling mudah untuk mengkonfirmasi berbagai keterampilan dan nilai orang banyak yang menjadi terbiasa untuk melihat diri mereka sendiri seperti memiliki sedikit hal untuk ditawarkan.

Penawaran tersebut diberikan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat. Sebagai pekerja masyarakat Kancil tidak bosan-bosan untuk mengajak agar tidak membuang sampah di sungai, akan tetapi membuang sampah di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang telah disediakan. Terlebih lagi masyarakat tidak langsung membuang limbah Rumah Tangga (kotoran manusia) ke sungai, akan tetapi

ditampung sementara dan diendapkan terlebih dahulu di septic

tank komunal yang sudah dibuat oleh Kancil.

Jika dikaitkan dengan konsep peran yang disampaikan oleh J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto (dalam bukunya: 2011), bahwa peran seseorang ataupun komunitas dapat membimbing seseorang dalam berperilaku, sehingga memberikan efek dalam menghidupkan sistem pengendalian dan kontrol, serta dapat melestarikan kehidupan masyarakat. Berdasarkan konsep tersebut bahwasanya peran Kancil dalam melakukan pengorganisasian ialah suatu bentuk bimbingan kepada masyarakat bahwa masyarakat sebaiknya sadar akan limbah yang langsung dibuang ke sungai itu tidak baik untuk lingkungan. Hal yang dilakukan oleh Kancil adalah dengan membuat jadwal kerja bakti untuk membersihkan sungai dan wilayah sekitarnya serta mengarahkan masyarakat untuk membuang sampah atau limbah pada tempat yang sudah disediakan. Berdasarkan arahan dan bimbingan tersebut secara eksplisit bahwa Kancil telah menghidupkan sistem pengendalian dan control terhadap masyarakat agar masyarakat dapat menjaga ekologi bantaran Kali Ciliwung khususnya wilayah Pondok Cina-Depok.

Berdasarkan temuan lapangan yang telah dipaparkan di atas bahwasanya Kancil memiliki peran yang sangat penting dalam perubahan yang terjadi di wilayah Kali Ciliwung khususnya Pondok Cina-Depok. Hal tersebut terlihat dari semangat social yang dimiliki komunitas tersebut. Segala bentuk perubahan pada dasarnya harus diawali dengan rasa semangat, jika rasa semangat itu tidak ada maka tujuan untuk

melakukan perubahan akan sulit terjadi. Kancil sebagai agen perubahan memiliki peran yang signifikan hal tersebut terlihat dari cara kerja Kancil dalam menstimulasi masyarakat agar melakukan perubahan serta menggerakan dan memotivasi masyarakat melalui edukasi yang diberikan kepada masyarakat agar lebih sadar bahwa memiliki lingkungan yang baik merupakan suatu bentuk penghargaan manusia kepada alam.

Selain itu juga Kancil juga berperan sebagai mediator dalam suatu konflik yang ada di masyarakat. Jika melihat kepada pemaparan di atas bahwa konflik yang terlihat secara signifikan ialah antara masyarakat dengan pihak GDA. Pasalnya, masyarakat sekitaran bantaran Kali Ciliwung telah berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga wilayah tersebut, akan tetapi terdapat pihak-pihak yang secara sadar melakukan pembangunan akan tetapi pembangunan tersebut akan berdampak pada masyarakat sekitar bantaran Kali di masa yang akan datang. Permasalahan tersebut ialah GDA membangun gedung akan tetapi melampaui garis sepadan yang ditetapkan, sehingga dampak yang akan terjadi apabila curah hujan tinggi maka, pemukiman sekitar bantaran Kali Ciliwung akan terendam banjir. Sehingga peran Kancil sangat dibutuhkan untuk mencari titik tengah antara masyarakat dan pihak GDA sehingga dilakukan negosiasi kepada pihak GDA agar dapat membangun turab dikedua belah sisi Kali agar arus air tidak mengarah kepada pemukiman warga.

Peran Kancil yang sangat terlihat serta memberikan pengaruh kepada masyarakat ialah dukungan. Bentuk dukungan yang diberikan Kancil kepada pihak lain ialah berpartisipasi

terhadap segala bentuk kegiatan masyarakat, seperti halnya pengajian dan lain-lain. Selain itu, di wilayah bantaran Kali Ciliwung memliki beberapa komunitas yang bergerak diberbagai bidang, Kancil juga mendukung penuh kegiatan positif yang diadakan oleh komunitas lain, seperti komunitas

mural. Kancil dengan senang hati mendukung gagasan tersebut

serta turut membantu dalam pengerjaannya. Selain dapat mempercantik lingkungan mural tersebut dapat dijadikan sebagai sanksi sosial ketika membuang sampah sembarangan, sekaligus menimbulkan rasa tanggungjawab untuk menjaga wilayahnya sendiri dari sampah ataupun limbah rumah tangga.

Akan tetapi terdapat satu aspek yang tidak ditemukan pada peran yang dimiliki oleh Kancil, yaitu aspek pelatihan. Pelatihan merupakan peran edukatif yang paling spesifik, karena hal tersebut melibatkan bagaimana mengajarkan penduduk untuk melakukan sesuatu. Pelatihan akan sangat efektif bila hal itu memang diberikan untuk merespon permintaan masyarakat sendiri yang telah mengindentifikasi kebutuhan akan pelatihan itu.

Pada dasarnya pelatihan bisa jadi lebih spesifik jika disesuaikan pada perkembangan ekonomi, unuk memberikan masyarakat berbagai keterampilan yang dapat mereka gunakan untuk memperoleh pekerjaan dan bekerja secara produktif dalam sebuah lapangan kerja, atau berbagai keterampilan yang dapat mereka gunakan untuk memulai sebuah proyek ekonomi masyarakat lokal. Berdarkan hasil yang ditemukan oleh peneliti menunjukan bahwa dari Kancil sampai saat ini belum menemukan pelatihan yang tepat untuk masyarakat bantaran

sungai. Namun, pada saat ini Kancil masih berusaha mencari pelatihan dengan apa yang bisa dilakukan masyarakat kedepannya, karena Kancil bekerja sama dengan beberapa pihak yang tidak menutup kemungkinan dapat membantu pelatihan tersebut, sebab saat ini Kancil terfokus pada masyarakat yang masih bandel dalam menjaga lingkungannya sendiri.

Dari keseluruhan yang disampaikan di atas maka dapat dikatakan Kancil memiliki peran yang signifikan dalam menjaga ekologi bantaran Kali Ciliwung. Berdasarkan peran yang dimiliki Kancil dan dikaitkan dengan konsep praktik pemberdayaan masyarakat berbasis komunitas yang disampaikan oleh Rothman dan Tropman dan dikutip oleh Isbandi Rukminto Adi (dalam bukunya yang berjudul Pemberdayaan Pengembangan Masayarakat dan Intervensi Komunitas bahwasanya terdapat konsep pemberdayaan masyarakat berbasis komunitas:2001) yang dapat dikaitkan dengan peranan yang dimiliki Kancil.

Dalam pemberdayaan masyarakat bahwasanya terdapat model praktik pengorganisasian masyarakat dengan tujun pemberdayaan masyarakat. Model praktik pengorganisasian masyarakat bahwasanya memiliki tiga model dalam pemberdayaan masyarakat, diantaranya ialah: pengembangan masyarakat local, perencanaan sosial, aksi sosial.

Dari ketiga model yang disampaikan di atas terdapat 11 kategori dalam setiap model praktik pengorganisasian masyarakat. Pada konteks penelitian ini bahwasanya peranan Kancil dalam pemeliharaan ekologi bantaran Kali Ciliwung

khususnya wilayah Pondok Cina-Depok bahwasanya hal yang dapat dikaitkan dengan pemberdayaan masyarakat berbasis komunitas ialah model pengembangan masyarakat local. Akan tetapi dari 11 katagori yang disampaikan di atas bahwasanya yang ditemukan dilapangan hanya terdapat empat (4) yaitu: tujuan tindakan terhadap masyarakat, karakteristik taktik dan teknik perubahan, peran praktisi yang menonjol dan media perubahan. Dengan demikian keempat kategori tersebut, dapat dijadikan bahan untuk analisis di dalam penelitian ini, diantaranya:

a. Tujuan Tindakan Terhadap Masyarakat

Dalam pemberdayaan berbasis komunitas untuk kategori tujuan tindakan terhadap masyarakat lebih memberikan penekanan pada process goal, dimana masyarakat dicoba untuk diintegrasikan serta kembangkan kapasitasnya untuk menolong diri sendiri. Yang dimaksud dengan process

goal ialah suatu tindakan yang dilakukan terfokus kepada

proses bukan hasil. Dengan demikian katagori ini memiliki tujuan mencapai kemandirian. Kemandirian yang dimaksud ialah suatu bentuk pengembangan kapasitas dan pengintegrasian masyarakat, sehingga masyarakat dapat menolong dirinya sendiri.

Pada konteks penelitian ini bahwasanya Kancil melakukan praktik pemberdayaan masyarakat melalui model pengembangan masyarakat local, terlihat pada kegiatan Kancil yaitu mengumpulkan dan mengajak beberapa pemuda bantaran sungai untuk memberikan himbauan dan pemahaman, untuk berperan aktif dalam menjaga kebersihan sungai yang sudah

tidak lagi kotor oleh limbah. Agar adanya revitalisasi sungai Ciliwung di Kelurahan Pondok Cina Depok. Selain itu, kemandirian yang terlihat di masyarakat sekitar bantaran Kali Ciliwung terlihat pada usaha mereka yang di stimulus oleh Kancil bahwa masyarakat setempat secara mandiri membuat

septitank komunal dan tempat pembuangan sampah (TPS).

Sehingga, dapat dikatakan masyarakat setempat telah berdaya secara pengetahuan dan dapat dikatakan stimulus yang diberikan oleh Kancil termasuk katagori berhasil, sebab terdapat perubahan yang terjadi di wilayah tersebut dan hingga saat ini Kancil tetap melakukan stimulus kepada masyarakat agar pentingnya menjaga ekologi sekitar bantaran Kali khususnya wilayah Pondok Cina-Depok.

b. Karakteristik Taktik dan Teknik Perubahan

Dalam hal ini taktik dan Teknik perubahan dalam pengembangan masyarakat local ialah sebuah pencapaian konsensus. Biasanya hal ini dilakukan dengan komunikasi dan proses diskusi antara individu, kelompok maupun faksi (factions). Selain itu, pada katagori ini lebih menekankan kepada pencapaian kesepakatan antara kelompok dan kelompok kepentingan. Jika dikaitkan dengan konteks Kancil bahwasanya kelompok kepentingan lebih dititik beratkan kepada Kancil dan kelompok di titik beratkan kepada masyarakat sehingga dibutuhkannya kesepakatan antara masyarakat dan komunitas tersebut.

Dalam pembahasan di atas bahwasanya Kancil melakukan peran dalam mengorganisasi, yaitu melakukan pengkoordiniran terkait program yang akan dilakukan dengan

melibatkan masyarakat setempat, selain itu juga Kancil juga berperan sebagai mediator atau perpanjangan tangan dari masyarakat setempat. Sehingga berdasarkan pemaran tersebut bahwasanya Kancil telah diakui oleh masyarakat setempat sebagai bagian dari masyarakat setempat. Kancil diberikan peranan sebagai perpanjangan tangan dari masyarakat bantaran Kali Ciliwung. Ketika seseorang atau kelompok diberikan peran sebagai perpanjangan tangan atas seseorang atau kelompok maka hal tersebut telah melalui kesepakatan antara kedua belah pihak atau consensus.

Pada segi pengembangan masyarakat kesepakatan atau konsensus yang telah disetujui kedua belah pihak terkait pemeliharaan ekologi ialah terkait kesepakatan untuk tidak membuang sampah sembarangan. Jika, ada beberapa masyarakat tertangkap tangan sedang membuang sampah ke sungai, mereka secara langsung menegur dan mengingatkan agar tidak mengulangi tindakan tersebut.

Berdasarkan pemaparan di atas dalam mengembangkan masyarakat sepatutnya terdapat kesepakatan antara agen perubahan dengan kelompok sasaran. Karna dalam mengembangkan masyarakat dibutuhkan kerja sama antara kedua belah pihak tersebut dengan tujuan dapat merubah kondisi yang ada menjadi lebih baik. Pada konteks penelitian ini, bahwasanya Kancil ingin merubah kebiasaan masyarakat setempat untuk tidak buang sampah di Kali Ciliwung sehingga yang dilakukan oleh Kancil ialah melakukan sebuah penyadaran kepada masyarakat menggunakan taktik dan teknik

yang menghasilkan kesepakatan atau consensus menuju perubahan yang lebih baik.

c. Peran Praktisi yang Menonjol

Pada pengembangan masyarakat lokal, peranan yang dilakukan oleh community worker ataupun para praktisi lebih banyak mengacu pada peran sebagai enabler. Yang dimaksud dengan enabler ialah suatu hal yang dapat mencapai suatu tujuan. Jika dikaitkan dengan peran Kancil telah menempatkan dirinya sebagai enabler, hal tersebut terlihat dari tujuan yang ingin dicapai oleh Kancil ialah merubah kebiasaan masyarakat untuk tidak membuang sampah ke Kali.

Selain itu dalam pengembangan masyarakat dalam konteks peran praktisi bahwasanya Kancil menjadi seorang mediator, hal tersebut terlihat pada peran Kancil dalam memecahkan masalah, hal tersebut terlihat dari peran Kancil yang melakukan mediasi dan negosiasi kepada pihak GDA.

d. Media Perubahan

Media perubahan bagi pratisi ini adalah melalui penciptaan (kreasi) dan manipulasi (dalam arti yang positif) kelompok-kelompok kecil yang berorientasi pada tugas (small

task-oriented groups).

Selanjutnya media perubahan dari pemberdayaan berbasis komunitas pada Kancil yaitu dengan beberapa

platform media social adalah Instagram, Facebook dan

Whatshap Messangger. Dari platform itulah mereka

menciptakan kreasi untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh komunitas Kancil.

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunitas Anak

Dokumen terkait