DALAM MEMELIHARA EKOLOGI
SUNGAI CILIWUNG
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Abdul Rahman
NIM : 1113054000030
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
Peran Komunitas Anak Ciliwung (KANCIL) Pondok Cina
Dalam Memelihara Ekologi Sungai Ciliwung.
Dosen Pembimbing: Dr. Tantang Hermansah, M.Si
Komunitas Anak Ciliwung (Kancil) memiliki peran
penting dalam menjaga kesehatan lingkungan sungai Ciliwung
wilayah Depok. Kali Ciliwung telah berubah menjadi salah satu
wilayah ekowisata bagi Kota Depok berkat kerjasama antara
Kancil dengan beberapa instansi serta masyarakat dalam menjaga
ekologi sungai.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana peran Kancil dalam memelihara ekologi di wilayah
Sungai Ciliwung Pondok Cina serta mengetahui faktor
penghambat dan faktor pendukung Kancil dalam meliharaan
ekologi di wilayah Sungai Ciliwung Pondok Cina. Dengan
rumusan masalah (1) bagaimana peran Kancil dalam memelihara
ekologi di wilayah Sungai Ciliwung Pondok Cina?, (2) Apa
faktor penghambat dan faktor pendukung Kancil dalam
meliharaan ekologi di wilayah Sungai Ciliwung Pondok Cina?.
Metodologi yang digunakan pada penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Dengan analisis deskriptif yang didapatkan
dari data-data yang telah berhasil diolah secara sistematis baik
berupa kata-kata, tertulis atau lisan dari orang yang dapat diamati.
Subjek penelitian ini adalah Kancil.
Hasil studi menemukan bahwa peran komunitas yang
dilakukan oleh Kancil yang berfokus pada peran dalam
memelihara ekologi sungai ketika mereka melakukan semangat
sosial, mediator dan negosiator, dukungan, pengorganisir dapat
melakukan perubahan diwilayahnya. Faktor pendukung keaktifan
anggota, partisipasi masyarakat, solidaritas dan aparatur RT/RW
serta kelurahan. Faktor penghambat adalah aparatur Kota,
pendanaan dan masyarakat sekitar sungai Ciliwung
Key Word: Peran, Pengembangan Masyarakat, Komunitas
Anak Ciliwung (KANCIL)
i
Alhamdulillahhirabbil „alamin. Segala puji syukur saya
panjatkan kepada Allah SWt yang telah melimpahkan rahmat dan
kasih sayang-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Shalawat salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW.
Penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi merupakan
salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi strata satu (S1)
guna memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) di Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta. Kebahagian yang tidak ternilai bagi
penulis secara pribadi adalah dapat mempersembahkan hasil yang
terbaik kepada kedua orang tua, seluruh keluarga dan pihak-pihak
yang telah ikut andil dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
Sebagai bentuk penghargaan yang tidak terliskan penulis,
sampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Armany Burhanuddin Umar Lubis , Lc,MA,
selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Muhtadi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi
4. Dr. Tantan Hermansah, M.Si, selaku Dosen Pembimbing
yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan
ii
Komunikasi khususnya Dosen Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam, yang senantiasa memberikan ilmu,
membimbing dan memberikan pengarahan selama
perkuliahan.
6. Alm. Bapak Ramin, ibu Suratmi, serta adik-adik
Khaerunnisa dan Nurcholis terimakasih atas segala
perhatian, kasih sayang, semangat, motivasi, do‟a,
dukungan moril dan materil dalam penulisan dalam studi.
7. Kacuy, Bang Sule, Bang Zaki, Bang Zaenal serta seluruh
anggota Komunitas Anak Ciliwung (KANCIL) dan warga
Pondok Cina Depok yang telah banyak membantu dalam
memperoleh data dan informasi yang penulis butuhkan
dalam penyusunan skripsi.
8. Sahabat - sahabat saya terutama Nurul Andani, Rafi
Fajrin, M Nur Muhaimin, Agung Prasetyo Nugroho
yang
selalu memberikan
menemani untuk menyelesaikan
skripsi ini.
9. Pengurus Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Periode 2015 atas
pengalamannya selama menjabat dan dukungan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman
seperjuangan
Jurusan
Pengembangan
Masyarakat Islam dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Angakatan 2013.
Semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu
persatu dengan iringan do‟a kepada Allah SWT, semoga Allah
SWT akan selalu melimpahkan balasan yang tiada tara kepada
semua pihak tang telah membantu hingga terselesaikannya
penulisan skripsi ini. Akhirnya, dengan harapan semoga
iii
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 25 Januari 2019
Abdul Rahman
NIM: 1113054000030
iv
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL vii
BAB PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Batasan dan Perumusan Masalah
4
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian
5
E. Metodologi Penelitian
6
F. Tinjauan Pustaka
12
G. Sistematika Penulisan
16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Peran
18
1. Pengertian Peran
18
2.
Tinjauan Sosiologis Tentang Peranan19
B. Komunitas
24
1. Pengertian
24
v
1. Sejarah Ciliwung
402. Sejarah KANCIL
43B. Asas dan Tujuan
46
C. Fungsi
46
D. Keanggotaan
46
E. Struktur Komunitas
48
F. Pendanaan
48
G. Program/Kegiatan
50BAB IV TEMUAN LAPANGAN
A. Peran Komunitas Anak Ciliwung (KANCIL) dalam
Memelihara Ekologi di Wilayah Sungai Ciliwung PondokCina
53
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunitas Anak
Ciliwung (KANCIL) dalam Memelihara Ekologi di Wilayah Sungai Ciliwung Pondok Cina77
vi
dalam Memelihara Ekologi di Wilayah Sungai Ciliwung
Pondok Cina
83
B. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Komunitas
Anak Ciliwung (KANCIL) dalam Memelihara Ekologi di Wilayah Sungai Ciliwung Pondok Cina89
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
94
B. Implikasi
96
C. Saran
97
DAFTAR PUSTAKA
98
LAMPIRAN
103
vii
Tabel Model Praktek Pengorganisasian Masyarakat ... 29
1
A. Latar Belakang MasalahAir sebagai sumber daya alam sangat penting dan mutlak diperlukan semua makhluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Air merupakan unsur utama dalam tumbuhan, tubuh hewan dan tubuh manusia. Air digunakan untuk berbagai kepentingan seperti rumah tangga, pertanian, perikanan. Kebutuhan air pada manusia ditentukan oleh tingkat kemajuan peradaban manusia. Kualitas air adalah salah satu aspek yang sangat penting bagi persyaratan air minum penduduk dan penggunaan lainnya. Air yang dipergunakan untuk air minum penduduk, kualitasnya harus memenuhi beberapa persyaratan yang tidak membahayakan kesehatan manusia (Manik, 2009: 132).
Perairan yang menjadi bagian yang terluas dari wilayah Indonesia menjadikan Indonesia menjadi negara dengan kepulauan terluas di dunia. Dengan kondisi Indonesia yang seperti itu patut kita syukuri karena berlimpahnya air yang dapat kita gunakan sehari-hari. Air merupakan sumber daya alam yang sangat bermanfaat untuk makhluk hidup. Maka dari itu peranan air bagi kita makhluk hidup itu sangat penting dan perlu perhatian lebih agar air tetap terjaga kualitasnya. Menurut Djarismawati dalam kutipan skripsi Silvia Dini, sumber air yang digunakan secara menyeluruh sebagai bahan pokok adalah air sungai, namun dengan adanya pembangunan sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat pencemaran air dari dampak pembangunan tersebut (Djarismawati, 1993: Jurnal Kesehatan). Beberapa aliran sungai yang sudah mulai tercemar tidak dapat dikonsumsi untuk
masyarakat ataupun makhluk hidup lainnya, disisi lain fungsi sungai sangat strategis untuk penunjang pengembangan wilayah tertentu.
Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNBP) mencatat pada Januari 2017 hingga Februari 2017 di Indonesia bencana banjir terjadi di 25 provinsi dan 121 kabupaten/kota, dan dampak dari kejadian tersebut bahwa terdapat 87.234 rumah terendam banjir (Michico, 2017: Detik News). Pada bulan April 2017 bencana banjir kembali terjadi di wilayah Indonesia yaitu wilayah Jabodetabek, bencana banjir tersebut terjadi akibat meluapnya air di Kali Ciliwung. Dampak dari meluapnya air di Kali Ciliwung terdapat dua (2) wilayah terendam banjir yaitu di wilayah Pejaten Timur dan wilayah Kramat Jati, sehingga warga setempat harus diungsikan ke wilayah bebas banjir (Haryanto, 2017: Detik news). Jika melirik kembali pada tahun 1996, 2007, 2010 dan 2015 khususnya wilayah Jabodetabek bahwa berkurangnya daerah resapan air akibat terjadinya alih fungsi lahan dan penyempitan bantaran anak sungai, maka ketika wilayah Puncak Bogor diguyur hujan, air mengalir ke anak-anak sungai dan tumpah ruah ke Kali Ciliwung, sehingga ketika curah hujan di wilayah Bogor terhitung tinggi maka wilayah Jakarta memiliki status siaga I atau dapat dikatakan siaga banjir Jakarta (Sudarsono, 2016: Liputan6.com).
Kota Depok merupakan salah satu wilayah yang ada di Jawa Barat. Kota depok terletak di antara wilayah Jakarta dan Bogor. Kota Depok merupakan salah satu wilayah sebagai penyangga Kota Jakarta, dengan demikian Kota Depok memiliki peran penting dalam kelangsungan aktivitas Kota Jakarta. Kota Depok dan DKI Jakarta memiliki keterkaitan satu sama lain, salah satu keterkaitan antara Kota Depok dan Kota Jakarta yaitu Kali Ciliwung.
Hulu sungai Ciliwung berasal dari Telaga Mandalawangi di Kabupaten Bogor yang bermuara ke Teluk Jakarta. Panjang Kali Ciliwung dari hulu sampai muara Tanjung Priok adalah + 76 km (Hendrawan, 2008: Jurnal). Kali Ciliwung melewati Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Depok, Condet, Manggarai, Gunung Sahari, Pantai Indah Kapuk dan bermuara di pantai utara DKI Jakarta (Londo, 2012: Kompasiana). Dengan demikian jika terjadinya peningkatan curah hujan di wilayah Jabodetabek maka wilayah-wilayah bantaran Kali Ciliwung menjadi wilayah-wilayah pertama yang mengalami bencana banjir. Akibat dari sering meluapnya air Kali Ciliwung maka beberapa aktivis pecinta lingkungan tergerak untuk membentuk sebuah komunitas di wilayah bantaran Kali Ciliwung guna menjaga kelestarian wilayah bantaran kali serta menanggulangi masalah-masalah terkait pencemaran ataupun perusakan khususnya di wilayah kali Ciliwung.
Jika melihat banyaknya wilayah yang menjadi jalur bagi Kali Ciliwung, maka dibeberapa wilayah memiliki komunitas yang menjadi penjaga serta pelindung bagi Kali Ciliwung untuk mengurangi terjadinya luapan air di sekitar bantaran Kali. Komunitas-komunitas tersebut bergerak pada bidang yang sama, yaitu kelestarian dan kesehatan lingkungan bantaran Kali dengan menggunakan metode pemberdayaan masyarakat. Salah satu komunitas yang menjadi penjaga serta pelindung bagi Kali Ciliwung adalah Komunitas Anak Ciliwung yang ada di Depok.
Kancil memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan lingkungan Kali Ciliwung wilayah Depok. Jika melirik kembali pada tahun 2013 bahwa Kali Ciliwung dapat dikatakan tidak layak disebut sebagai Kali, dikarenakan Kali tersebut didominasi oleh sampah sehingga Kali tersebut memiliki perubahan alih fungsi
lahan dan penyempitan bantaran anak sungai. Akan tetapi, saat ini Kali Ciliwung terjadi perubahan sangat pesat. Pada zaman dahulu Kali Ciliwung terkenal sebagai wilayah yang memiliki berbagai macam habitat ikan dan menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat. Seiring berjalannya waktu perubahan fungsi Kali terjadi, sehingga habitat ikan terganggu dan terjadinya perusakan ekosistem di wilayah Kali Ciliwung, akan tetapi saat ini Kali Ciliwung telah mengalami perubahan pesat, Kali Ciliwung telah berubah menjadi salah satu wilayah ekowisata bagi Kota Depok berkat kerjasama antara Komunitas Anak Kali Ciliwung dengan pemerintah Kota Depok dalam menjaga ekologi Kali.
Dengan demikian perubahan kondisi di wilayah Kali Ciliwung Depok terlihat bahwa Komunitas Kali Ciliwung wilayah depok memiliki peran penting dalam menjaga ekologi wilayah Bantaran Kali Ciliwung Depok. Maka dari itu peneliti akan melakukan penelitian skripsi yang berjudul: “Peran Komunitas Anak Ciliwung (KANCIL) Pondok Cina Dalam Memelihara Ekologi Sungai Ciliwung “.
B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah
Karena demikian luasnya permasalahan yang terdapat dalam kegiatan memelihara ekologi yang dilakukan oleh Kancil, maka peneliti membatasi penelitian ini pada ruang lingkup pada peran komunitas serta faktor penghambat dan faktor pendukung yang ditimbulkan oleh kegiatan pemeliharaan ekologi oleh Kancil.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Bagaimana Peran Kancil dalam memelihara ekologi di wilayah Sungai Ciliwung Pondok Cina?
b. Apa faktor Penghambat dan faktor Pendukung Kancil dalam meliharaan ekologi di wilayah Sungai Ciliwung Pondok Cina?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana peran Kancil dalam memelihara ekologi di wilayah Sungai Ciliwung Pondok Cina.
2. Untuk mengetahui faktor penghambat dan faktor pendukung Kancil dalam meliharaan ekologi di wilayah Sungai Ciliwung Pondok Cina.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan penelitian ini diharapkan memiliki manfaat baik secara akademik maupun praktik:
1. Manfaat Akademik
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kekayaan wacana mengenai konsep pemeliharaan ekologi bagi jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI). Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dan pembaca tentang konsep pemeliharaan ekologi yang dilakukan oleh Komunitas Anak Ciliwung serta
memberikan informasi kepada pembaca bahwa kesehatan lingkungan memiliki kaitan erat dengan kehidupan manusia. 2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Kota Depok pada khususnya untuk terus mendukung kegiatan dalam memelihara ekologi bantaran Kali Ciliwung serta dapat menyadarkan masyarakat sekitar bantaran kali untuk terus menjaga lingkungan bantaran kali.
E. Metodologi Penelitian
Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode. Jadi, metodologi penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman, 2008: 41). Selain itu, metode dalam penelitian merupakan prasyarat dan hal mutlak yang harus dilakukan dalam suatu penelitian. Dalam sub-bab pembahasan ini maka akan dibahas pendekatan penelitian, jenis penelitian, teknik pengumpulan data, lokasi serta teknik analisis data yang dipergunakan untuk melakukan penelitian terhadap kajian tentang peran Kancil. Pemilihan metode yang tepat dan sesuai dengan jenis penelitian akan menjadikan penelitian tersebut dapat dipertanggung jawabkan.
1. Metode dan Pendekatan Penelitian
Di dalam buku Lexy J Moleong yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif, ia mengutip pernyataan Bogdan dan Taylor bahwa metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh (Moleong, 1991: 3). Dalam pendekatan kualitatif peneliti menghimpun data, mengolah, menganalisis, dan menafsirkan secara mendetail (Bachtiar, 1997: 21). Jadi, dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena lebih tepat dengan objek yang diamati oleh peneliti, dimana peneliti tidak hanya meneliti bentuk partisipasi objek tetapi peneliti juga meneliti perilaku objek terhadap lingkungan sekitarnya.
2. Macam dan Sumber Data.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua macam, yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data primer
Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian yaitu Komunitas Anak Ciliwung, serta orang-orang yang dapat menjadi sumber informasi dan dapat memberikan data yang sesuai dengan masalah yang diteliti (Bungin, 2007: 68).
b. Data Sekunder
Data-data yang peneliti kumpulkan dari catatan-catatan di lapangan dan data-data pelengkap lainnya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data, peneliti menganggap teknik yang peneliti gunakan ialah teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu berupa pengumpulan data dalam bentuk kata, kalimat, pernyataan dan gambar (Yulistiani, 2001: 40).
Dalam penelitian ini bahwasanya peneliti melakukan teknik pengumpulan data melalui:
a. Observasi
Observasi adalah usaha untuk memperoleh dan mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan terhadap suatu kegiatan secara akurat, serta mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut (Yulistiani, 2001: 16).
Dalam observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan langsung kepada suatu obyek yang diteliti. Observasi digunakan untuk mengetahui bagaimana peran komunitas dalam memelihara ekologi Kali Ciliwung wilayah Pondok Cina serta dampak yang ditimbulkan dari pemeliharaan tersebut.
b. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan suatu alat pengumpulan informasi secara langsung tentang beberapa jenis data (Hadi, 1989: 49). Penulis menggunakan wawancara purposive sampling yaitu penulis mewawancarai sampel dari suatu kelompok yang diteliti. Dalam purposive sampling tidak ada kriteria baku mengenai berapa jumlah responden. Purposive sampling termasuk satu dari beberapa jenis pengambilan sample nonprobabilitas (nonprobability sampling) yang biasanya digunakan dalam penelitian kualitatif (Mulyana, 2003: 187).
Peneliti dalam wawancara ini untuk memperoleh data melalui informasi yang didengar, yang sebelumnya ditayakan terlebih dahulu kepada responden, berkaitan dengan masalah penelitian, sehingga dapat menemukan data atau keterangan mengenai peran komunitas tersebut terkait pemeliharaan ekologi Kali Ciliwung wilayah Pondok Cina dengan cara tanya jawab secara langsung terhadap anggota komunitas dan masyarakat. Ada pun yang menjadi Informan dalam penelitian ini adalah: Pendiri komunitas, Ketua komunitas, Anggota Komunitas dan Masyarakat Pondok Cina Depok.
Tabel 1 INFORMAN No Penentuan Informan Nama Info Yang Dicari Teknik Pengumpulan Data 1 Pendiri Komunitas SS Sejarah dan latar belakang berdirinya KANCIL Wawancara 2 Ketua Komunitas SL Profil dan kegiatan KANCIL Wawancara 3 Anggota Komunitas ZM Seputar kegiatan serta pandangan terhadap KANCIL Wawancara 4 Anggota Komunitas WA Seputar kegiatan serta pandangan terhadap KANCIL Wawancara
No Penentuan Informan Nama Info Yang Dicari Teknik Pengumpulan Data 5 Anggota Komunitas AJ Seputar kegiatan serta pandangan terhadap KANCIL Wawancara 6 Anggota Komunitas AM Seputar kegiatan serta pandangan terhadap KANCIL Wawancara 7 Anggota Komunitas AA Seputar kegiatan serta pandangan terhadap KANCIL Wawancara 8 Masyarakat Sekitar MJ Pandangan masyarakat dengan adanya KANCIL Wawancara 9 Masyarakat Sekitar AD Pandangan masyarakat dengan adanya KANCIL Wawancara 10 Masyarakat Sekitar AS Pandangan masyarakat dengan adanya KANCIL Wawancara 11 Masyarakat Sekitar MH Pandangan masyarakat dengan adanya KANCIL Wawancara
No Penentuan Informan Nama Info Yang Dicari Teknik Pengumpulan Data 12 Masyarakat Sekitar RD Pandangan masyarakat dengan adanya KANCIL Wawancara c. Studi Dokumen
Studi Dokumen biasanya digunakan untuk memperoleh data yang tidak didapat oleh wawancara atau pengamatan, tetapi hanya diperoleh dengan cara melakukan penelusuran data dengan menelaah buku, majalah, surat kabar, jurnal, internet (Suprayogo, 2004: 34). dan sumber lain yang berkaitan dengan Komunitas Anak Ciliwung Pondok Cina.
4. Teknik Analisis Data
Nasir mengemukakan analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian (Nasir, 1993: 405).
Menurut Lexy J. Moleong bahwa analisis lebih kepada pembentukan abstraksi berdasarkan bagian-bagian yang telah dikumpulkan, kemudia dikelompokkan. Jadi teori disini dari bawah ke atas, yaitu sejumlah bagian yang banyak data yang dikumpulkan dan saling berhubungan (Moleong, 2007: 247).
Dalam menganalisis data penelitian ini, penulis menggunakan analisis deskriptif, dengan menggunakan proses induktif, menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai
sumber data dengan hasil yang diperoleh pengamatan peneliti secara langsung di lapangan. Pada saat menganalisis data observasi, peneliti menginterpretasikan catatan lapangan yang ada kemudian menyimpulkannya. Setelah itu peneliti menganalisis kategori-kategorinya.
5. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk menjaga keabsahan dan validitas data dalam rangka penelitian, tentunya diperlukan teknik pemeriksaan data guna menjaga keabsahan data da validitas data. Dalam hal ini peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut (Moleong, 2007: 124):
a. Kredibilitas
Derajat kepercayaan atau kredibilitas menggunakan teknik triangulasi, yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu dapat dicapai dengan:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
2. Membandingkan dengan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain.
3. Membandingkan hasil wawancara dengan data dokumen yang berkaitan, masalah yang diajukan penelitian pemanfaatan dokumen atau data sebagai bahan perbandingan (Taybnafis, 2013: 116).
b. Kriteria Kepastian
Scriven mengutarakan bahwa masih banyak unsur kualitas yang melekat pada konsep objektif, dalam hal ini dapat digali dari pengertian bahwa sesuatu objektif berarti dapat dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan. Dari sisi peneliti dapat membuktikan bahwa data-data ini terpercaya. Kepercayaan ini didasarkan pada hasil data-data yang dapat diperoleh dari hasil rekaman wawancara terhadap subyek penelitian (Taybnafis, 2013: 166).
6. Instrumen dan Alat Bantu
Instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah manusia (peneliti) itu sendiri. Disini peneliti harus berperan aktif terhadap suatu masalah yang akan diteliti di lapangan. Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini tepat karena ia menjadi segala dari keseluruhan proses penelitian (Moleong, 2007: 168).
Dalam penelitian kualitatif pada awalnya dimana permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah penulis sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara (Sugiyono, 2010: 60).
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/
Pada penelitian ini, peneliti dibekali dengan beberapa alat sebagai pembantu catatan dan ingatan, seperti alat-alat tulis, kamera, dan perekam suara.
7. Waktu dan Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian dilakukan di Komunitas Anak Ciliwung Pondok Cina, Depok. Sedangkan waktu penelitian dilakukan selama 6 bulan, terhitung sejak Desember 2017 hingga Juni 2018.
F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas perpustakaan
(literature) yang berkaitan dengan topik pembahasan penelitian
yang dilakukan pada penulisan skripsi ini. Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan untuk membantu dan mengetahui dengan jelas penelitian yang akan dilakukan untuk penulisan skripsi ini, terkait dengan memilih metode penelitian, melaksanakan penelitian, dan menyusun argumentasi dalam pembahasan (Nasuhi, 2007: 20).
Dalam penyusunan skripsi ini sebelum peneliti mengadakan penelitian lebih lanjut kemudian menyusunnya sebagai karya ilmiah, maka langkah awal yang peneliti tempuk adalah merangkai terlebih dahulu beberapa karya tulis penelitian yang memiliki tema yang sama dengan yang akan peneliti teliti. Maksud pengkajian ini adalah agar dapat diketahui bahwa apa yang peneliti teliti sekarang tidak sama dengan peneliti sebelumnya.
Adapun setelah peneliti mengadakan suatu kajian kepustakaan peneliti akhirnya menemukan beberapa karya tulis
hasil penelitian yang memiliki tema yang sama dengan yang akan peneliti teliti. Judul-judul tersebut anatara lain :
1. Jurnal yang berjudul Pemberdayaan Masyarakat Miskin di
Bantaran Kali Ciliwung yang ditulis oleh Dormiana Yustina
Manurung pada tahun 2014. Di dalam jurnal tersebut bahwasanya membahas terkait pemberdayaan masyarakat miskin bantaran kali melalui program yang diselenggarakan oleh Yayasan Ciliwung Merdeka (YCM) serta membahas terkait dinamika dan relasi sosial masyarakat miskin yang tinggal disekitaran bantaran kali Ciliwung (Manurung, 2014: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial).
2. Skripsi Silvia Dini yang berjudul Evaluasi Kualitas Air Sungai
Ciliwung Di Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Tahun 2000-2010, program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia 2011. Dalam skripis tersebut membahas terkait kualitas air di Kali Ciliwung tahun 2000-2010 dan dibandingkan dengan Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 582/1995 (Dini, 2011: Jurnal Kesehatan).
3. Jurnal yang berjudul Modal social: Kekuatan dan Pertahanan
di Bantaran Sungai ditulis oleh Sjarifah Salmah pada tahun
2012. Jurnal tersebut membahas terkait gambaran karakter tentang modal social masyarakat bantaran kali, implikasi modal social masyarakat bantaran kali serta model penerapan pemberdayaan modal social pada penataan bantaran sungai (Salmah, 2012: Jurnal Kesehatan Masyarakat).
4. Buku yang berjudul Peran Manusia dan Etika Lingkungan
dalam Ekologi dan Ekosistem karya milik Liany Dianita
Suwito, tahun 2015. Kajian buku ini lebih terfokus pada tingkatan sederhana hingga paling kompleks, dikarenakan
pembahasan buku ini lebih cenderung pada hubungan organisme atau kelompok organisme terhadap lingkungan timbal baliknya. Perbedaan antara buku dengan penelitian ini adalah lebih bterfokus pada peran komunitas Kancil dalam menjaga ekosistem Kali Ciliwung (Suwito, 2015: Jurnal Ekologi).
Dari kempat refrensi di atas dapat dijadikan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini. Akan tetapi, dalam penulisan skrispsi ini terdapat perbedaan konsep dengan judul-judul di atas. Dalam skripsi ini lebih spesifik membahas tentang bagaimana peran komunitas dalam memelihara ekologi daerah aliran sungai (DAS) Kali Ciliwung wilayah Pondok Cina serta factor penghambat dan factor pendukung dari pemeliharaan ekologi tersebut.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini maka digunakanlah sistematika penulisan. Penulis mengunakan acuan pendoman penulisan Karya Ilmiah standar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta terbitan CeQDA. Sistematika penulisan bertujuan untuk memudahkan pemahaman mengenai penelitian ini. Maka dari itu, penulis membagi skripsi ini ke dalam enam BAB. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN.
Pada Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab II ini berisi tentang landasan teori diantaranya: Definisi peran, Definisi Komunitas, Definisi Pengembang masyarakat Definis Lingkungan Hidup, dan Definisi Ekologi
BAB III : GAMBARAN UMUM KANCIL
Bab III berisi Gambaran Umum, meliputi: Sejarah singkat berdirinya Komunitas Anak Ciliwung, Struktur organisasi Komunitas Anak Ciliwung. BAB IV : TEMUAN LAPANGAN
Berisi tentang Temuan Lapangan meliputi: Peran Komunitas Anak Ciliwung dalam memelihara ekologi Kali Ciliwung wilayah Pondok Cina serta dampak yang ditimbulkan dari praktik pemeliharaan tersebut.
BAB V : PEMBAHASAN
Berisi tentang analisis hasil temuan lapangan dari Bab IV yang dikaitkan dengan Tinjauan Teori di Bab II.
BAB VI : PENUTUP
18
A. PeranBerbicara tentang peran, merupakan pembicaraan yang berkaitan dengan segala aspek dan elemen yang ada, peran bisa menyentuh segala aspek baik itu aspek individu maupun sosial. Berikut ini adalah pemaparan mengenai peran menurut para ahli:
1. Pengertian Peran
Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto (2002:243), yaitu peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.. Maksud peran di atas adalah salah satu tingkah ataupun suatu perbuatan yang dimiliki oleh orang yang ada di masyarakat. Kata peran (role) dipinjam dari teater dan sebagaimana dalam teater bahwa kata peran merujuk dari aksi yang diharapkan dari mereka yang memegang suatu posisi sosial tertentu, ketika memegang peran sosial yang baru, pada awalnya kita mungkin akan merasakan perasaan yang aneh, namun kesulitan ini pasti akan berakhir (Myres: 2012: 174).
Sedangkan menurut N. Grass W Massan dan A. W. Mc Eachen dikutip dari David Berry mengartikan peran sebagai perangkat harapan-harapan yang dikenalkan kepada individu yang menempati atau berkedudukan sosial tertentu (Berry, 1995: 99). Sedangkan menurut Nathaniel Hawthorne dalam kutipan David G.Myres bahwa definisi peran ialah (Myres, 2012: 174):
“Tidak ada seorangpun, untuk periode yang cukup besar, dapat memakai satu wajah untuk dirinya sendiri dan lainnya untuk orang banyak tanpa akhirnya mendapatkan kebingungan sebagai sesuatu yang mungkin benar”.
Dalam pandangan psikologi sosial, peranan didefinisikan dengan suatu perilaku atau tindakan yang diterapkan oleh orang lain dari seseorang yang memiliki suatu status di dalam kelompok tertentu. Selain itu peran juga memiliki makna sebagai fungsi yang terwujud jika seseorang berada di dalam satu kelompok sosial tertentu dan peran juga merupakan suatu perilaku yang memiliki status dan biasa terjadi dengan atau tanpa adanya batasan-batasan job description bagi para pelakunya (Gerungan, 1998: 135).
2. Tinjauan Sosiologis Tentang Peranan
Manusia adalah mahluk sosial yang tidak bisa terlepas dari ketergantungan kepada mahluk lain ataupun manusia lainnya, maka pada posisi seperti inilah peranan dapat menentukan kelompok sosial masyarakat tersebut. Ketika melakukan peran dikutip dari David Berry terdapat dua macam harapan, yaitu: harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peranan dan harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peranan kepada masyarakat (Berry, 1995: 99).
Dalam teori peran menurut Biddle & Thomas dikutip dari buku Sarlito Wirawan Sarwono, membagi peristilahan teori peran membagi dalam 4 golongan yaitu (Sarwono, 1984: 234):
a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi social, yaitu: orang-orang yang mengambil bagian yang dimaksud adalah komunitas ataupun anggota komunitas tersebut dalam melakukan interaksi dengan mayarakat. b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut, yaitu:
sebuah tindakan yang ada dalam kegiatan komunitas dalam interaksi kepada masyarakat ataupun subjek terhadap objek.
c. Kedudukan orang-orang dan perilaku, yaitu: sebagai pegiat lingkungan yang merupakan bagian masyarakat harus memposisikan orang-orang serta tingkah lakunya.
d. Kaitan antara orang dan perilaku, yaitu: hubungan antara orang dan tingkah laku apa yang dilakukan dalam mengatasi ataupun melakukan sebuah kewajibannya.
Peran juga dapat membimbing seseorang dalam berperilaku, karena fungsi peran sendiri yaitu, memberi arah pada proses sosialisasi, pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma dan pengetahuan, dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat, Menghidupkan sistem pengendalian dan kontrol, sehingga dapat melestarikan kehidupan masyarakat (Narwoko, 2011: 159-160).
Menurut Jim Ife yang dikutip oleh Adi Fachrudin dalam bukunya yang berjudul Pemberdayaan Partisipasi dan Penguatan kapasitas Masyarakat peran yang terkait dengan pengembangan/pemberdayaan masyarakat adalah yang ada kaitannya dengan intervensi kepada masyarakat, antara lain sebagai berikut (Fahrudin, 2011: 61):
1. Peran pertama adalah memfasilitasi komunitas sasaran. Artinya dapat melakukan mediasi dan negosiasi, memberikan dukungan, memfasilitasi kelompok, memanfaatkan sumber daya dan keterampilan dan mengorganisir.
2. Peran yang kedua ialah meliputi aspek pendidikan. Membangkitkan kesadaran masyarakat, meyampaikan informasi, mengkonfrontasikan dan pelatihan.
3. Peran yang ketiga dalah peran sebagai wakil masyarakat dalam hal mencari sumber daya, advokasi, memanfaatkan media, membina hubungan masyarakat, mengembangkan jaringan dan membagi pengetahuan dan pengalaman.
Berbagai peran praktik yang dikelompokan sebagai peran memfasilitasi adalah yang berkaitan dengan stimulasi dan penunjang pengembangan masyarakat. Dalam hal ini sejumlah peran spesifik ditemukan, yaitu (Ife, 2014: 558);
a. Semangat Sosial
Semangat sosial menggambarkan bahwa pekerja masyarakat bukanlah menjadi seseorang yang mampu melakukan segala hal oleh dirinya sendiri namun yang mampu membuat orang lain ikut terlibat beraktivitas dalam berbagai proses pemberdayaan. Oleh karena pekerja masyarakat memiliki kemampuan untuk menginspirasi, mengantusiasi, mengaktivasi, menstimulasi, menggerakan, dan memotivasi orang lain untuk melakukan tindakan (Ife, 2014: 559).
b. Mediasi dan Negoisasi
Dalam menghadapi sebuah konflik yang terjadi di dalam kelompok, seorang pekerja masyarakat terkadang harus memainkan peran sebagai Mediator. Hal ini mensyaratkan keterampilan untuk mendengar dan memahami kedua belah pihak, untuk merefleksikan berbagai pandangan dari masing-masing pihak, untuk membuat penduduk menghormati legitimasi pandangan orang lain, serta untuk membantu penduduk mencari area-area yang bisa menjadi kesepakatan dan kemudian membantu mereka membuat konsensus. Apabila Mediasi menjadi sesuatu yang tidak mungkin dilakukan, dalam kondisi demikian, hal yang dapat dilakukan adalah dengan
Negoisasi (Ife, 2014: 560).
c. Dukungan
Dukungan merupakan hal penting yang harus dilakukan dalam memelihara dan menyetujui orang lain, serta menjaga jarak dengan berbagai aspek glamour dari pekerjaan. Namun, pengembangan masyarakat dapat menjadi sebuah pengalaman yang sulit bagi semua orang yang terlibat, dan jika sebuah proyek atau program itu menghasilakan, maka penting untuk menyediakan dukungan terus-menerus untuk membangun dan mempertahankan kepercayaan diri. Itulah fondasi bagi tujuan peningkatan kesadaraan dan pemerdayaan (Ife, 2014: 564).
d. Mengorganisasi
Melalui pengorganisasian sehari-hari seperti sadar apa yang harus dilakukan, dan memastikan (jika memungkinkan bersikap rendah hati) hal itu semua terjadi, menjadi sifat dasar bagi seorang pekerja msayarakat. Ketidakkakuan dan sifat fleksibel pada kerja masyarakat berarti bahwa seorang pekerja harus secara efisien dan teratur dalam berbagai keadaan, contohnya, mengatur waktu, menjaga dokumen, sadar akan batas waktu dan menjaga janji. Peran ini merupakan salah satu yang sangat penting untuk dilakukan, melalui pengorganisasian sehari-hari inilah seorang bisa sering melakukan pemberdayaan efektif dan peningkatan kesadaran kerja pada para anggota masyarakat; hal itu dapat menjadi cara yang paling mudah untuk mengkonfirmasi berbagai keterampilan dan nilai orang banyak yang menjadi terbiasa untuk melihat diri mereka sendiri seperti memiliki sedikit hal untuk ditawarkan. Penawaran dilakukan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat (Ife, 2014: 569).
e. Pelatihan
Pelatihan merupakan peran edukatif yang paling spesifik, karena hal tersebut melibatkan bagaimana mengajarkan penduduk untuk melakukan sesuatu. Pelatihan akan sangat efektif bila hal itu memang diberikan untuk merespond permintaan masyarakat sendiri yang telah mengindentifikasi kebutuhan akan pelatihan itu.
Pelatihan bisa jadi lebih spesifik jika disesuaikan pada perkembangan ekonomi, unuk memberikan masyarakat berbagai keterampilan yang dapat mereka gunakan untuk memperoleh pekerjaan dan bekerja secara produktif dalam sebuah lapangan kerja, atau berbagai keterampilan yang dapat mereka gunakan untuk memulai sebuah proyek ekonomi masyarakat lokal (Ife, 2014: 570).
B. Komunitas
Penjelasan komunitas, merupakan pembicaraan yang berkaitan dengan teori selanjutkan yang akan dijelaskan, komunitas bisa menyentuh segala aspek baik itu aspek individu maupun sosial. Berikut ini adalah pemaparan mengenai komunitas menurut para ahli:
1. Pengertian
Menurut Hermawan (2008:12), komunitasi adalah sekelompok manusia yang memiliki rasa peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya. Dapat diartikan bahwa komunitas adalah kelompok orang yang saling mendukung dan saling membantu antara satu sama lain. Sedangkan menurut Larry Lyon dalam buku Aritonan, dkk komunitas adalah kelompok orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kepentingan bersama, saling berinteraksi satu dengan lainnya (Aritongang, 2011: 40). Dalam beberapa terminologi dari Ilmu Kesejahteraan sosial ada dua intervensi untuk mengubah taraf hidup masyarakat, yaitu (Adi, 2001: 33):
a. Intervensi Mikro (individu, keluarga dan kelompok) dengan istilah lain community work (terminologi ini
digunakan dalam praktek pengorganisasisan dan pengembangan masyarakat di Inggris dan Autralia.) b. Intervensi Makro ( komunitas dan organisasi) dengan
istilah lain community organization ataupun social work
macro practice (terminologi ini yang banyak digunakan di
Amerika Serikat).
Adapun ciri-ciri komunitas sebagai bentuk organisasi sosial menurut Jim Ife dan Frank Tesoriero adalah sebagai berikut (Ife, 2014: 578):
1. Skala Manusia: suatu komunitas melibatkan interaksi-interaksi pada suatu skala yang mudah dikendalikan dan digunakan oleh individu-individu.
2. Identitas dan kepemilikan: bagi kebanyakan orang, kata komunitas akan memasukkan sebentuk perasaan „memiliki‟, atau perasaan diterima dan dihargai dalam lingkup kelompok tersebut.
3. Kewajiban-kewajiban: keanggotaan dari sebuah komunitas membawa baik hak maupun tanggung jawab, dan sebuah komunitas juga menuntut kewajiban tertentu dari para anggotanya.
4. Gemeinschaft: struktur-struktur dan hubungan-hubungan
gemeinschaft terkandung dalam konsep komunitas,
sebagai lawan dari struktur dan hubungan gesellschaft dari masyarakat massa (mass society).
5. Kebudayaan: sebuah komunitas memungkinkan pemberian nilai, produksi dan ekspresi dari suatu kebudayaan lokal atau berbasis-masyarakat, yang akan mempunyai ciri-ciri unik yang berkaitan dengan komunitas yang bersangkutan,
yang akan memungkingkan orang untuk menjadi produsen aktif dari kultur tersebut ketimbang konsumen pasif, dan yang akan datang kemudian mendorong baik keanekaragaman diantara komunitas maupun partisipasi yang berbasis-lebar.
2. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Komunitas a. Pemberdayaan
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberi kuasa (empowerment). Berasal dari kata “Power” (kekuasaan atau keberdayaan. Karenanya ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan sering diartikan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka (Suharto, 2007: 57).
Dalam kutipan Pyne (1997: h.266) dalam buku karya Isbandi Rukminto bahwa pemberdayaan adalah bagaimana menolong klien atau orang dalam memperoleh daya untuk membuat keputasan dan bertindak yang akan ia lakukan terhadap diri mereka, serta menolong mereka dalam mengurangi efek dari hambatan pribadi maupun hambatan sosial dalam melakukan sebuah tindakan. Hal ini bisa terjadi jika individu atau kelompok meningkatkan kemampuan dan percaya diri untuk menggunakan daya mereka sendiri (Adi, 2001: 32).
Berikut adalah kumpulan pendapat yang dikemukakan oleh ahli tentang bagaimana pemberdayaan dilihat dari tujuan, proses dan cara pemberdayaan yaitu (Mardikanto, 2013: 29):
1. Rappaport: pemberdayaan adalah suatu cara dari individu atau kelompok diarahkan agar dapat menguasai atas kehidupannya.
2. Sumodiningrat: menyatakan bahwa pemberdayaan adalah kekuatan atau daya yang ada dalam diri individu atau kelompok, dengan kata lain individu atau kelompok Sebagai tolak ukur dari perorangan, struktural maupun kelembagaan.
3. Anthony Bebbington: pemberdayaan adalah sebuah proses sehingga individu cukup kuat untuk berkontribusi dalam pengontrolan, dan berpengaruh terhadap kehidupan sehari-harinya setelah kejadian-kejadian yang ada di lembaga.
Menurut Ife dalam buku Edi Suharto pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yakni kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan di sini diartikan bukan hanya menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau penguasa klien atas (Suharto, 2005: 59):
a. Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup: kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal, pekerjaan.
b. Pendefisian kebutuhan: kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan aspirasi dan keingginannya. c. Ide atau gagasan: kemampuan mengepresikan dan
menyembungkan gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan.
d. Lembaga-lembaga: kemampuan menjangkau, menggunakan dan mempengaruhi pranata-pranata masayarakat, seperti lembaga kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan.
e. Sumber-sumber: kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal, informal dan kemasayarakatan.
f. Aktivitas ekonomi: kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme produksi, distribusi, dan pertukaran barang serta jasa.
g. Reproduksi: kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran, perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi.
b. Pemberdayaan Masyarakat berbasis Komunitas
Menurut Rothman dan Tropman dalam buku Isbandi Rukminto, menggambarkan perbedaan dari model praktek pengorganisasian masyarakat, sebagai berikut (Adi, 2001: 43-45):
Tabel 2
Model Praktek Pengorganisasian Masyarakat menurut Rotman dan Tropman
Model A (Pengembangan Masyarakat Lokal) Model B (Perencanaan Sosial) Model C (Aksi Sosial) 1. Kategori tujuan tindakan terhadap masyara kat Kemandirian; pengembangan kapasitas dan pengintegrasian masyarakat (tujuan yang dititikberatkan pada proses = process goals) Pemecahan masalah dengan memperhatikan masalah yang penting yang ada pada masyarakat (tujuan dititikberatkan pada tugas = task goals) Pergeseran (pengalihan) sumber daya dan relasi kekuasaan ; perubahan intuisi dasar (task ataupun process goals) 2. Asumsi mengen ai struktur komunit as dan kondisi permasa lahanny a Adanya anomie dan „kemurungan‟ dalam masyarakat; kesenjangan relasi dan kapasitas dalam memecahkan maslah secara demokratis; komunitas berbentuk tradisional statis. Masalah sosial yang sesungguhnya; kesehatan fisik dan mental, perumahan dan rekreasional. Populasi yang dirugikan; kesenjangan sosial, perampasan hak, dan ketidakadilan. 3. Strategi perubah an dasar Pelibatan berbagai kelompok warga dalam menentukan dan memecahkan masalah mereka sendiri. Pengumpulan data terkait dengan masalah, dan memilih serta menentukan bentuk tindakan yang paling rasional. Kristalisasi dari isu dan pengorganisasian massa untuk menghadapi sasaran yang menjadi „musuh‟ mereka.
Model A (Pengembangan Masyarakat Lokal) Model B (Perencanaan Sosial) Model C (Aksi Sosial) 4. Karakter istik taktik dan tehnik perubah an Konsensus; komunikasi antar kelompok dan kelompok kepentingan dalam masyarakat (komunitas); diskusi kelompok Konsensus atau konflik Konflik atau kontes; konfrontasi; aksi yang bersifat langsung, negosiasi. 5. Peran praktisi yang menonjo l Sebagai enablerkatalis, koordinator; orang yang mengajarkan keterampilan memcahkan masalah dan nilai-nilai etnis Pengumpul dan penganalisis data, pengimplement asi program, dan fasilitator Aktivis, advokat; agitator, pialang, negosiator, partisan 6. Media perubah an Manipulasi kelompok kecil yang berorientasi pada terselesaikannya suatu tugas (small task oriented groups) Manipulasi formal dan data
yang tersedia
Manipulasi organisasi massa dan proses-proses
\ Model A (Pengembangan Masyarakat Lokal) Model B (Perencanaan Sosial) Model C (Aksi Sosial) 7. Orientas i terhadap struktur kekuasa an Anggota struktur kekuasaan bertindak sebagai kolaburatior dalam suatu „ventura‟ yang bersifat umum Struktur keukasaan sebagi „pemilik‟ sponsor (pendukung) Struktur kekuasaan sebagai sasaran eksternal dari tindakan yang dilakukan; mereka yang memberikan „tekanan‟ harus dilawan dengan „tekanan‟ balik 8. Batasan definisi sistem klien dalam komunit as (konstit uensi) Keseluruhan komunitas geografis Keseluruhan komunitas atau dapat pula suatu segmen dalam komunitas (termasuk komunitas fungsional) Segmen dalam komunitas
Model A (Pengembangan Masyarakat Lokal) Model B (Perencanaan Sosial) Model C (Aksi Sosial) 9. Asumsi mengen ai kepentin gan dari kelompo k-kelompo k di dalam suatu komunit as Kepentingan atau permufakatan dari berbagai perbedaan Permufakatan kepentingan atau konflik Konflik kepentingan yang
sulit dicapai kata mufakat; kelangkaan sumber daya 10. Konseps i mengen ai populasi klien (konstit uensi) Warga masyarakat Konsumen (pengguna jasa) „korban‟ 11. Konseps i mengen ai peran klien Partisipan pada proses interaksional pemecahan masalah Konsumen atau resipien (penerima pelayanan) Employer, konsistuen, anggota.
Dari tabel diatas Rothman dan Tropman menggambarkan perbedaaan dari model A,B dan C dilihat dari 11 variabel utama, yaitu (Adi, 2001: 45-56):
1. Kategori tujuan tindakan terhadap masyarakat a. Model A (pengembangan masyarakat lokal):
Kategori tujuannya lebih memberikan penekanan pada proces goal, dimana masyarakat dicoba untuk diintegrasikan serta kembangkan kapasitasnya untuk menolong diri sendiri.
b. Model B (perencanaan sosial): Pada kategori ini lebih bertujuan kepada task goal, biasanya ada hubungan antara bagian (departemen) dnegan masalah-masalah sosial yang konkrit.
c. Model C (aksi sosial): Untuk kategori aksi sosial ini bertujuan kepada keduanya dimana proces goal dan
task goal. Biasanya tujuan ini mengakibatkan
adanya modifikasi kebijakan organisasi-organisasi formal.
2. Asumsi yang terkait dengan struktur komunitas dan kondisi permasalahannya
a. Model A (pengembangan masyarakat lokal): Komunitas lokal seringkali tertutupi oleh masyarakat yang lebih luas (large society), dan memunculkan kesenjangan antara harapan antara kenyataan.
b. Model B (perencanaan sosial): Seorang perencana sosial lebih melihat komunitas terdiri dari masalah sosial inti atau masalah inti yang bersifat khusus dengan minat dan kepentingan tertentu.
c. Model C (aksi sosial): Untuk praktisi aksi sosial melihat komunitas sebagai (terdiri dari) hirarki dari
privilege dan kekuasaan (tidak mendapatkan
keadilan, diabaikan, dieksploitasi dan lain sebagainya oleh pihak tertentu.
3. Strategi perubahan dasar
a. Model A (pengembangan masyarakat lokal): Dalam pengembangan masyarakat lokal strategi perubahannya dicirikan dengan ungkapan ”marilah bersama-sama membahas masalah ini”.
b. Model B (perencanaan sosial): Strategi dalam model ini tergambar dari ungkapan “marilah kita kumpulkan fakta dan lakukan langkah-langkah logis berikutnya”.
c. Model C (aksi sosial): Strategi perubahan dari aksi sosial terlihat dari ungkapan “mari kita mengorganisir diri agar dapat melawan para penekan kita”.
4. Karakteristik taktik dan teknik perubahan
a. Model A (pengembangan masyarakat lokal): Taktik dalam pengembangan masyarakat lokal ini adalah pencapaian konsensus. Biasanya hal ini dilakukan dengan komunikasi dan proses diskusi antara individu, kelompok maupun faksi (factions). Blakely juga menekankan pentingnya teknik deliberatif dan kooperatif.
b. Model B (perencanaan sosial): Taktik dan teknik yang diterapkan dalam perencanaan sosial adalah teknik pengumpulan data, keterampilan untuk menganalisis sedangkan taktiknya dalah dengan konser maupun konflik.
c. Model C (aksi sosial): Para praktisi aksi sosial lebih menekankan menggunakan taktik konflik dengan melakukan konfrontasi aksi-aksi langsung. Selain itu juga dibutuhkan kemampuan untuk memobilisasi massa sebanyak mungkin.
5. Peran praktisi
a. Model A (pengembangan masyarakat lokal): Pada pengembangan masyarakat lokal, peranan yang dilakukan oleh community worker ataupun para praktisi lebih banyak mengacu pada peran sebagai
enabler.
b. Model B (perencanaan sosial): Peran yang biasanya digunakan oleh para praktisi perencaan sosial adalah peranan expert (pakar).
c. Model C (aksi sosial): Peran yang dilakukan oleh para praktisi aksi sosial atau community worker adalah peran sebagai advokat dan aktivis.
6. Media perubahan
a. Model A (pengembangan masyarakat lokal): Media perubahan bagi pratisi ini adalah melalui penciptaan (kreasi) dan manipulasi (dalam arti yang positif) kelompok-kelompok kecil yang berorientasi pada tugas (small task-oriented groups).
b. Model B (perencaan sosial): Media perubahannya adalah manipulasi organisasi (termasuk didalamnya adalah relasi antar organisasi) seperti juga dengan pengumpulan dan analisis data.
c. Model C (aksi sosial): Media perubahan yang dilakukan oleh praktisi aksi sosial adalah menciptakan dan memanipulasi pengorganisasian dan pergerakan massa untuk mempengaruhi proses politis.
7. Orientasi terhadap struktur kekuasaan
a. Model A (pengembangan masyarakat lokal): Pada pengembangan masyarakat lokal struktur kekuasaan sudah tercakup di dalam konsepsi mengenai komunitas itu sendiri. Setiap segmen komunitas dianggap sebagai bagian dari sistem klien.
b. Model B (perencaan sosial): Pada perencanaan sosial struktur kekuasaan biasanya muncul sebagai sponsor atau „boss‟ (employer) dari praktisi perencanaan. Oleh karena itu, Morris dan Binstock menyatakan bahwa sangatlah sulit bagi seseorang untuk membedakan antara para perencana dengan organisasi yang mempekerjakannya.
c. Model C (aksi sosial): Struktur kekuasaan oleh para praktisi aksi sosial dianggap sebagai target eksternal dari suatu tindakan. Sehingga dapat dikatakan bahwa struktur kekuasaan berada di luar sistem klien (konsitituensi).
8. Batasan definisi dari sistem klien dalam komunitas (konstituensi)
a. Model A (pengembangan masyarakat lokal): Dalam pengembangan masyarakat lokal, total komunitas biasanya didasarkan pada kesatuan geografis (seperti, Rukun Warga, desa, kota). Mereka dalam kesatuan tersebutlah yang menjadi klien dari
community worker.
b. Model B (peencaan sosial): Klien dari perencanaan sosial bisa merupakan kesatuan geografis, tetapi dapat pula merupakan kesatuan fungsional (kelompok pecinta buku, kelompok profesi dokter dan sebagainya).
c. Model C (aksi sosial): Klien dari praktisi aksi sosial biasanya merupakan bagian (subpart) atau segmen masyarakat yang membutuhkan bantuan. Dalam aksi sosial, para praktisi lebih melihat kelompok tersebut sebagai “teman-teman partisan” dibandingkan sekelompok klien.
9. Asumsi mengenai kepentingan kelompok-kelompok (subpart) dalam suatu komunitas
a. Model A (pengembangan masyarakat lokal): Dalam pengembangan masayarakat lokal, berbagai kepentingan kelompok dan faksi dalam masyarakat dilihat secara mendasar merupakan permufakatanyang responsif terhadap pengaruh dari persuasi yang rasional,komunikasi dan niat baik
bersama. Kepentingan dari masing-masing kelompok pada model A, seolah-olah sudah membaur.
b. Model B (perencanaan sosial): Pada perencanaan sosial tidak ada asumsi yang pervasif mengenai tingkat intraktabilitas ataupun konflik kepentingan. Sehingga permufakatan ayaupun konflik dapat ditolerir dalam pendekatan ini,selama tidak halangi proses pencapaian tujuan.
c. Model C (aksi sosial): Pada aksi sosial ada asumsi bahwa kepentingan masing-masing bagian (subpart) dalam masyarakat sangat bervariasi dan sulit diambil kata mufakat. Dorongan-dorongan dari kepentingan pribadilah yang menyebabkan mereka merasa bodoh kalu mereka melepaskan apa yang sudah mereka miliki.
10. Konsepsi mengenai populasi klien (konstituensi) a. Model A (pengembangan masyarakat lokal): Dalam
pengembangan masyarakat lokal, klien dipandang sebagai warga yang sederajat yang memiliki kekuatan-kekuatan yang pelu diperhatikan, tetapi belum semuanya dapat dikembangkan dengan baik. b. Model B (perencanaan sosial): Dalam perencanaan
sosial klien lebih dilihat sebagai konsumen dari suatu layanan (services), dan mereka akan menerima serta memanfaatkan program dan layanan sebagai hasil dari proses perencanaan. Bahkan Morris dan Binstock lebih senang menggunakan
istilah konsumen dibandingkan istilah klien dalam perencanaan sosial.
c. Model C (aksi sosial): Dalam aksi sosial , klien atau konstituen lebih dilihat sebagai „korban‟ (victim) dari suatu system
11. Konsepsi mengenai peran klien
a. Model A (pengembangan masyarkat lokal): Para klien dalam pengembangan masyarakat lokal dikonsepsikan sebagai partisipan aktif dalam proses interaksional satu dengan lainnya, juga dengan
community worker-nya.
b. Model B (perencanaan sosial): Dalam perencanaan sosial, para klien memainkan peranan sebagai
resipient (penerima) pelayanan.
c. Model C (aksi sosial): Dalam aksi sosial, para klien biasanya merupakan „bawahan‟ (employer) bersama dengan para praktisi aksi sosial, mereka berusaha „mendobrak‟ sistem yang ada.
40
A. Sejarah1. Ciliwung
Jika menengok mundur kebelakang, keberadaan sungai Ciliwung sebenarnya sangat penting bagi pertumbuhan Kota Jakarta. Sungai ini dahulu menjadi pusat dan jalur transportasi. Tapi kini, sungai itu tidak terawat dan malah dijadikan pembuangan sampah. Sungai Ciliwung ini berhulu di Gunung Pangrango, Jawa Barat. Sungai ini mengalir melalui kawasan Puncak, Ciawi, lalu membelok ke utara melalui Bogor, Depok, Jakarta dan bermuara di Teluk Jakarta. Dari Kota Jakarta, alirannya bercabang dua di daerah Manggarai: yang satu melalui tengah kota, antara lain sepanjang daerah Gunung Sahari, dan yang lain melalui pinngir kota, antara lain melalui Tanah Abang (Hasits, Merdeka.com, 2013).
Sungai yang mengalir di tengah kota Jakarta ini, mengalir lurus dan membelok ke timur setibanya di seberang jl. Labu Hayam Wuruk dan menumpahkan airnya ke kali Tangki di sisi jalan tersebut. Air Ciliwung masih terus ke utara, menyusuri sisi timur Medan Glodok dan baru membelok ke timur setelah melewati gedung Bioskop Pelangi (pertokoan Harco), sebagian lagi menumpahkan air ke kali Besar yang masa itu membentang dari timur ke barat, menyusuri Jl. Pancoran (di seberang Glodok Building) sampai melewati Jembatan Toko Tiga. Bagian Kali Besar yang menyusuri jl.
Pancoran sudah tidak ada, mungking telah menjadi roil tertutup.
Bagian Sungai Ciliwung yang lurus dari Harmoni ke utara, dulu merupakan kali swasta dengan aturan membayar tol apabila melaluinya. Kali yang oleh orang Belanda dinamakan Molenvliet itu dibuat oleh Kapitein der Chinezen (kepala warga Cina di Betawi), Phoa Beng Gan sehingga terkenal dengan nama Beng Gan. Tahun 1648 Beng Gan mendapatkan izin dari kompeni untuk membuat kali tersebut dan memungut tarif dari sampan-sampan yang lewat di sana, tahun 1654 diambil alih oleh kompeni dengan harga 1.000 real.
Sungai Ciliwung merupakan tempat Belanda pertama kali membangun kastilnya di tepi timur muara. Sedang di tepi Barat muaranya terdapat gedung Culemborg dan kantor Pabean jl. Pakin juga menyebrangi sungai ini. Sungai ini juga membentang di Kampung Muka Timur. Aliran lurus sungai Ciliwung di sebelah selatan disebut kali BEsar. Di sebelah barat sungai terdapat Weltervreden dan di sebelah timur di daerah prapatan terdapat sebuah rumah pribadi yang pernah menjadi kantor Sultan Hamengkubuwoni IX dari Yogyakarta. Muara sungainya juga menjadi tempat pelabuhan Sunda Kalapa.
Pada masa awal Batavia, perahu kecil berlayar dari sepanjang Ciliwung untuk mengangkut barang dari gudang dekat kali besar ke kapal yang berlabuh di laut. Pada pertengahan 1630, sungai Ciliwung mengalami pengendapan. Untuk mengatasinya dibangun sebuah parit sepanjang 800 m ke laut yang secara rutin digali untuk melancarkan aliran air.
Panjang parit bertambah sampai 1.350 m (1827) dari muata sungai akibat pasir dan lumpur yang terus bertumpuk apalagi dengan adanya gempa bumi pada bulan Januari 1699.
Cabang sungai Ciliwung yang bermuara ke samudera digunakan sebagai jalan masuk kasteel lewat kapal dari kanal ke Waterpoort. Pembangunan Molenvliet juga dihubungkan dengan sungai ini sebagai sumber tenaga bagi berbagai industry. Dahulu sungai Ciliwung airnya digunakan sebagai sumber air minum penduduk.
Air sungai ini pada tahun 1689 belum tercemar dan bisa digunakan sebagai air minum. Gempa bumi yang terjadi pada bulan Januari 1699, mengakibatkan kenaikan tingkat pengendapan. Timbunan lumpur dan tanah liat bertumpuk di parit yang digali untuk melancarkan aliran air ked an dari sungai. Sayang, sejak tahun 1740 air sungai ini sudah dianggap tidak sehat karena segala sampah dan buangan air limbah rumah sakit yang dialirkan ke sungai. Banyak pasien menderita disentri dan kolera. Air minum yang kurang bersih ini meyebabkan angka kematian yang sangat tinggi di antara warga Batavia. Sebaliknya kebanyakan ornag China yang minum teh jarang terjaring penyakit akibat air. Menyadari hal ini banyak orang BElanda makan daun the agar tetap sehat. Tentu saja usaha ini tidak berhasil.
Pada akhir abad ke 18, Dokter c.p Thunberg masih meresepkan daun the daripada air the yang dimasak. Pada zaman itu belum diketahui bahwa kuman dalam air akan mati kalau airnya dimasak sampai mendidih. Sampai abad ke-19 air kali Ciliwung oleh orang Belanda digunakan sebagai air
minum. Air kali mula-mula ditampung dalam semacam waduk (waterplaats atau aquada), yang dibangun dekat Benteng Jacatra, bagian utara kota, kemudian dipindahkan ke tepi Molenvliet sekitar daerah Medan Glodok. Waduk dilengkapi dengan pancuran-pancuran kayu yang mengucurkan air dari ketinggian kira-kira 10 kaki (kurang dari 3m), sehingga daerah sekitar oleh orang Betawi dinamakan Pancuran.
Dulu ketika Ciliwung masih dapat dilayari oleh perahu yang cukup besar sampai ke tengah kota, di daerah sekitar jl. Gajah Mada dan Harmoni, sering diselenggarakan perayaan tahunan pek cun atau peh cun, yakni perayaan perahu berhias bagi orang China di Jakarta. Kini air sungai sudah tidak keruh ketika mencapai Jakarta, karena daerah alirannya merupakan tempat pembuangan limbah. Akibatnya, dasar sungai itu semakin dangkal dan alirannya semakin lambat. (Sumber: Ensiklopedi Jakarta).
2. KANCIL (Komunitas Anak Ciliwung) Pondok Cina Depok) Depok merupakan salah satu Kota penyokong DKI (Daerah Khusus Ibu Kota) Jakarta, dimana penduduknya sudah mulai pada dengan dilihat dari lalu lintasnya. Apalagi ketika melewati jalan Margonda Depok ketika pukul 17.00 WIB bunyi suara klakson dari motor maupun mobil yang saling bersaut-sautan di jalanan. Daerah Kampung Kapuk atau jalan menuju
basecamp KANCIL (Komunitas Anak Ciliwung) Pondok Cina
Depok sudah sangat padat hingga anak-anakpun tidak punya tempat untuk bermain, sehingga bermain pun di pinggir jalan yang banyak lalu lalang kendaraan bermotor, ditambah untuk masyarakat aslinya atau pribumipun tergeser hingga bantaran
kali lantaran betonisasi entah dari bangunan kios atau ruko ataupun pelebaran jalan bahkan rumah kos-kosan ikut meramaikan dunia pembangunan di kelurahan Pondok Cina Kp Kapuk Depok.
Bermula dari rasa keprihatinan terhadap kondisi Sungai Ciliwung, sejumlah warga Kelurahan Pondok Cina membentuk komunitas. Awalnya, warga Pondok Cina, SS dengan seorang warga bantaran Ciliwung prihatin dengan kondisi sungai. SS pun membuat sebuah perkumpulan bernama Komunitas Ciliwung Pondok Cina (KCPC).
“Cuma saya berinisiatif mengubah nama komunitas peduli Ciliwung tersebut, tercetuslah nama Kancil yang kepanjangan dari Komunitas Anak Ciliwung Pondok Cina-Depok,” jelas SS.
Kancil Pondok Cina berdiri pada 12 Juli 2015, dipelopori oleh Syahrizal dan Susanto. Mereka membentuk komunitas ini karena kegelisahan dan kurang terbinanya pemuda yang ada di Daerah Aliran Sungai (DAS) kali Ciliwung Pondok Cina. Melihat kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) kali Ciliwung yang sudah beralih fungsi dari pusat peradaban menjadi tempat pembuangan sampah dan limbah rumah tangga.
Berangkat dari permasalahan diatas SS, mengumpulkan beberapa pemuda yang ada di Daerah Aliran Sungai (DAS) kali Ciliwung Pondok Cina untuk membicarakan kondisi kali Ciliwung saat ini. Hasil dari perkumpulan itu akhirnya memutuskan untuk membentuk sebuah komunitas yang bertujuan untuk membentuk masyarakat Daerah Aliran Sungai
(DAS) Ciliwung menjadi masyarakat yang berwawasan, peduli, inovatif, komunikatif dan proaktif terhadap kelestarian Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung agar menjadi lingkungan yang bersih, sehat, aman, dan hijau serta meningkatkan peran masyarakat dalam dinamika sosial didalam dan atau diluar DAS Ciliwung Pondok Cina.
Pada dasarnya komunitaslah yang menjadi wadah bagi masyarakat Kampung Kapuk untuk melaksanakan beberapa kegiatan yang terjun langsung dalam kegiatan lingkungan terutama ya KANCIL (Komunitas Anak Ciliwung) Pondok Cina Depok. Apalagi dalam bidang lingkungan hanya KANCIL (Komunitas Anak Ciliwung) Pondok Cina Depok yang berada di wilayah administrasi Kelurahan Pondok Cina, akan tetapi yang selalu bersinergi dengan komunitas yang berada dilingkungan Pondok Cina.
Dari beberapa Tahun belakang ini basecamp untuk Komunitas Anak Ciliwung (KANCIL) Pondok Cina ini berada dirumah warga, karena pada awalnya basecamp ini berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) berbentuk saung sudah rata dengan tanah karena banjir yang tinggi pada tahun 2016. Karena basecamp merupakan hal yang seharusnya diadakan atau dibangun agar titik kumpul ada dan bisa digunakan untuk lebih produktif dalam kegiatan komunitas.