• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemikiran dan aktivitas dakwah Prof. DR. Ali Mustafa Yaqub, MA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemikiran dan aktivitas dakwah Prof. DR. Ali Mustafa Yaqub, MA"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS

DAKWAH PROF. DR. KH. ALI MUSTAFA YAQUB, MA.

Skiripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Riki Efendi

NIM: 105051001948

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS

DAKWAH PROF. DR. KH. ALI MUSTAFA YAQUB, MA.

Skiripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Riki Efendi

NIM: 105051001948

Di Bawah Bimbingan

Drs. Wahidin Saputra,MA

NIP:150276299

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Lembaran Pernyataan

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar serata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ciputat, 12 February 2009

(4)

ABSTRAK

RIKI EFENDI

Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof.DR. KH. Ali Mustafa Yaqub,MA.

Kira- kira pada tahun 1980-an, di negeri ini muncul segala macam dakwah yang menarik untuk di amati.Dakwah pada hakikatnya adalah mengajak manusia kepada kebaikan, kepada kedamaian, juga kepada kesalehan baik secara individu maupun sosial. selain berdakwah, Prof. DR. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. Menulis di beberapa majalah dan koran, selain menulis beliau juga sebagai imam besar Masjid Istiqlal Jakarta beliau juga melakukan kaderisasi melalui Pesantren Darussunnah, Jakarta yang sekarang sudah meluluskan sarjana 90 0rang sarjana tingkat S1 dalam hadis dan ilmu hadis yang di harapkan dari mereka bisa melanjutkan dalam berdakwah.

Dari uray an di atas, penulis ingin mengajukan pertanyaan, Bagaimana konsep Pemikiran dakwah Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA? Bagaimana Aktivitas Dakwah Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA? Bagaimana metode dakwah yang efektif menurut Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA.?

Dakwah artinya seruan, ajakan dan panggilan. Mendakwahkan suatu keyakinan artinya mempropagandakan sesuatu keyakinan. Sedangkan dakwah islamiyah artinya menyampaikan seruan islam, mengajak dan memanggil umat manusia agar menerima dan memercayai keyakinan dan pandangan hidup Islam.

Aktivitas adalah diartikan sebagai segala bentuk keaktifan dan kegiatan atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam setiap bagian di dalam perusahaan atau lembaga-lembaga masyarakat

Penelitian ini kualitatif deskriptif berdasarkan data-data yang dihasilkan dari sumber-sumber tertulis mengenai pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji. Studi ini dilakukan berdasarkan pada : pertama, penelitian kepustakaan (Libarary Research), kedua, Wawancara atau dialog secara langsung dengan pihak yang terkait yang berhubungan langsung dengan tema yang penulis angkat. Ketiga, analisa data dalam menganalisa data, penulis menggunakan pola deskriptif analisis yakni, penulis mencoba memaparkan semua data yang diperoleh dari berbagai literatur atau wawancara kemudian menggunakan data yang berpedoman dengan sumber-sumber tertulis.

Pemikiran Dakwah menurut Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. adalah dari segi Bahasa, kata Dakwah adalah bentuk ketiga dari kata da’a. Lengkapnya da’a-yad’u -da’watan. Sementara artinya berkisar pada empat makna sebagai berikut. Mengajak, mengundang, memanggil, dan menyeru adalah pekerjaan-pekerjaan yang memiliki karakteristik khusus, Secara Istilah adalah mengajak seseorang dari tidak meyembah Allah menjadi meyembah Allah, dari orang yang tidak baik menjadi baik, dan dari orang yang baik menjadi lebih baik

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, ketika gejala kehidupan semakin kompleks karena terjadinya berbagai differensiasi dalam bidang kehidupan, maka keinginan untuk menghadirkan ajaran agama (Islam) yang lebih kontributif dan konstektual menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa ditunda-tunda lagi (Point of no return). Karena sebagaimana diketahui, betapapun par-exellence-nya ajaran suatu agama yang terekam dalam ayat-ayat suci al-Qur’an dan al-Hadits, ajaran-ajaran tersebut tidak akan mempunyai makna (meanings), ketika tidak mampu di break down menjadi panduan fungsional yang dapat dirasakan bagi kebutuhan umat manusia.1

Suatu realitas yang tidak dapat dipungkiri, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu kebutuhan bagi manusia. Alhasil, kemajuan tersebut mempermudah segala kepentingan manusia. Terlebih, radikalisme pemutakhiran komunikasi dan informasi telah melahirkan media massa yang mampu menembus ruang dan waktu sehingga menjembatani kebutuhan manusia yang ada diberbagai pelosok bumi ini.

Di sisi lain, kemajuan tersebut ternyata membawa pengaruh yang tidak kecil bagi masyarakat dunia. Pengaruh terhadap pergeseran tata nilai dan hubungan antar anggota masyarakat yang tidak lagi personal, tidak ada sentuhan fisik dan rohani sehingga tidak dapat dielakan bagi manusia semakin individualistik dan karenanya

1 Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah – Kajian Ontologis, Epistimologi dan Aksiologis,

(6)

nilai-nilai kehidupan mengalami perubahan radikal yang pada gilirannya akan mempengaruhi perilaku anggota masyarakat dan ekspresi budaya.

Dari fenomena di atas, dakwah sebagai salah satu aktivitas komunikasi harus mampu memanfaatkan media massa yang telah maju untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah tanpa mengurangi makna dan tujuannya. Oleh karena itu praktisi dakwah dituntut untuk bisa berinovasi melalui media alternatif dalam menyampaikan kebenaran Islam. Karena pesan-pesan dakwah dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai keahlian dan keterampilan masing-masing pelaku dakwah sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip dan kaidah ajaran Islam.

Islam telah mewajibkan kaum muslimin untuk mengemban Dakwah Islamiyah di setiap waktu dan keadaan. Kaum muslimin wajib berusaha dan berusaha mengubah keadaan mereka, terutama tatkala kekufuran telah merajalela dan Islam telah lenyap dari kehidupan. Disamping itu, Syeikh Mustopa Al-Galaya seperti dikutip H. Amura meyebutkan dalam bukunya “al islam ruhul madaniyah” bahwa dakwah adalah kehidupan agama, tidak akan berdiri agama tanpa dakwah, serta kebaikannya harus disebarluaskan di antara manusia.2

Begitu masuk ke sendi media eletronik maka pesan dakwah harus dikemas secara komprehensif. Dengan bantuan alat komunikasi massa, jangkauan dakwah tidak lagi terbatas pada ruang dan waktu. Akan tetapi pada saat bersamaan dapat diakses dan dinikmati di seluruh dunia. Sama halnya dengan metode dakwah yang disajikan dalam bentuk audio visual. Pada saat bersamaan panca indra dan emosi manusia dapat menerima dan menyerap maksud dan tujuan dakwah yang diharapkan.

2 Amura, perfilman di Indonesia pada masa Orde baru,unsur dakwah dalam film (lembaga

(7)

Dan seiring dengan adanya modernitas yang berpengaruh bagi masa depan umat Islam, maka begitu pentingnya syiar dakwah Islam itu ditingkatkan lebih baik dan maju lagi. Melihat pada zaman sekarang ini Dakwah berada pada dua pilihan yaitu tantangan dan harapan. Melihat hal seperti itu umat Islam pun dituntut untuk melihat siapa yang berbicara, bukan lagi melihat apa yang dibicarakan. Oleh karena itu sebelum mendengar apa yang dibicarakan, maka sangat penting mengenal para tokoh besar yang selama ini telah mengabdikan hidupnya untuk membesarkan agama Islam, dan betapa pentingnya mengenal para tokoh-tokoh yang telah berkarya khususnya dalam bidang dakwah, sehingga ketika para tokoh-tokoh dakwah tersebut tiada, maka umat bisa melanjutkan kembali perjuangan dan pengabdian mereka, khususnya bagi Alumni Fakultas Dakwah.

Berdasarkan hal di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana Pemikiran Dakwah dari seorang tokoh yang selama ini mengabdikan hidupnya untuk berdakwah dan khususnya bagi perkembangan dakwah Islam. Untuk itu penulis mengangkat kajian ini menjadi sebuah tema utama skripsi dengan judul : “Pemikiran

dan Aktivitas Dakwah Prof.Dr.KH. Ali Mustafa Yaqub. MA”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

(8)

Secara sederhana, perumusan masalah tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Bagaimana Konsep Pemikiran Dakwah Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA? 2. Bagaimana Aktivitas Dakwah Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA?

3. Bagaimana Metode Dakwah yang Efektif menurut Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA.?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana Pemikiran Dakwah Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA.

2. Untuk mengetahui Aktivitas Dakwah Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA. 3. Untuk mengetahui Metode Dakwah yang efektif menurut Prof. Dr. KH. Ali

Mustafa Yaqub, MA.

D. Manfaat Penelitian ini adalah :

1. Manfaat Akademis

Kajian tentang Dakwah melalui pemikiran dakwah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan dakwah dewasa ini, khususnya bagi mahasiswa untuk terus mengembangkan dan melakukan penelitian lanjutan sehingga apabila hal itu dapat ditempuh, maka ia akan memberi sumbangan yang cukup berarti bagi perkembangan dakwah yang aktual.

2. Manfaat Praktis

(9)

bagaimana umat tetap menerapkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari dalam media apapun, khususnya bagi para calon da’i dan dai’yah dalam mengemas pesan-pesan Islam menjadi kajian yang menarik. Serta dapat menumbuhkan motivasi bagi pelaksana dakwah untuk lebih memanfaatkan media massa maupun elektronik sebagai sarana berdakwah diera globalisasi ini.

E. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma dalam penelitian ini menggunakan paradigma kontruktivis, yaitu memperhitungkan posisi dan hubungan antara yang menggetahui (subjek) dengan yang diketahui (objek). Juga harus dipertinggalkan kontek sosial-budaya dan historisnya. Pengalaman mengenai fakta sosial-budaya merupakan suatu fakta (realitas), akan tetapi realitas yang tidak dapat dilepaskan dari konteknya. Sehingga masalah klaim sebenarnya juga tetap memerlukan juga dasar empiris namun tetap harus dinegosiasikan dengan fakta-fakta khas/uniknya.3

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif, penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya, di sini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas data bukan kuantitas) data.

Penelitian adalah integral dari data, artinya Peneliti ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Dengan demikian, peneliti menjadi instrumen penelitian yang harus terjun langsung di lapangan. Karena itu

3 Akhyar Yusub lubis, dekontruksi Efistimologi Modern, dari posmoderenisme, tiori kritis,

(10)

penelitian ini bersifat subjektif dan hasilnya lebih kasuistik bukan untuk digeneralisirkan. Desain peneliti dapat dibuat bersamaan atau sesudah riset. Desain dapat berubah atau disesuaikan dengan perkembangan penelitian.4

Sedangkan penelitian adalah deskriptif. Desriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Ciri lain dari metode desriptif adalah titik berat pada observasi dan ulasan ilmiyah (naturallistis setting). Peneliti bertindak sebagai pengamat.5

Penelitian deksriptif tidak jarang melahirkan apa yang disebut Seltiz, wrightsman, dan cocok sebagai peneliti yang insighstimulating. Peneliti terjun ke lapangan tanpa dibebani atau diarahkan oleh teori. Peneliti tidak bermaksud menguji teori sehingga perspektifnya tidak tersaingi. Peneliti bebas mengamati objeknya, menjelajah dan menemukan wawasan-wawasan baru sepanjang jalan, penelitian deskriptif terus menerus mengalami repormulasi dan redireksi ketika informasi-informasi baru ditemukan. Hipotesis tidak datang sebelum penelitian, hipotesis baru muncul dalam penelitian.6

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA sedangkan Objek penelitian adalah Pemikiran dan Aktifitas Dakwah Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA.

4. Teknik Pengumpulan Data

4 Rachmat Kriyanto,

Tehnik Praktis Riset Komunikasi, Kencana Pernada Grop,jakarta 2007, cet.

Ke-2 hal. 59

5 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, RosdaKarya Bandung, 2002, cet. Ke-11,hal.

24-25

(11)

a. Observasi.

Penelitian dengan metode observasi biasanya dilakukan untuk melacak secara sistematis dan langsung. Gejaja-gejala yang terkait dengan persoalan- persoalan sosial, politis, dan cultural masyarakat. Disini kata langsung memiliki pengertian bahwa peneliti hadir dan mengamati kejadian-kejadian di lokasi.7

Dalam penelitian ini peneliti terus menerus melakukan pengamatan secara seksama sambil berimprovisasi, mengatasi persoalan demi persoalan yang ditemui, mungkin dengan menggunakan taktik-taktik tertentu, namun tetap berpegang pada strategi-strategi yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan penelitian.8

b. Wawancara.

Wawancara adalah percakapan antara peneliti, seseorang yang berharap mendapat informasi dan informan seorang yang diasumsikan mempunyai informasi langsung dari sumbernya.9 Dalam penelitian ini wawancara dilakukan tiga kali kepada Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. c. Dokumentasi.

Dokumentasi adalah instrumen pengumpulan data yang sering digunakan dalam berbagai metode pengumpulan data. Metode Observasi dan wawancara sering dilengkapi dengan kegiatan penelusuran dokumentasi. Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan

7 Pawito, Penelitian komunikasi kualitatif, LKIS, Yogyakarta, 2007, cet. Ke-1, hal. 111 8 Ibid, hal. 112

9 Rachmat Kriyanto, Tehnik Praktisi Riset Komunikasi,Kencana Pranada Grop, Jakarta 2007, cet.

(12)

interpretasi data. Dokumentasi bisa berbentuk dokumen publik atau dokumen privat,10 melalui buku-buku, makalah-makalah dan rekaman yang berhubungan dengan judul yang penulis angkat.

5. Tehnik Analisis Data

Tehnik analisa data dalam penelitian ini adalah deskriptif interprentatif pada tahap analisis data, peneliti membaca data melalui proses pengkodingan data sehingga mempunyai makna. Proses pengkodian ini mencakup proses mengatur data, mengorganisasikan data ke dalam suatu pola katagori. Maleong mendefenisikan analisis data sebagai proses mengorganisasikan dan menurutkan data ke dalam pola katagori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Sedangkan interprestasi data adalah memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian.11

6. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti tidak dapat terhindar dari adanya subjektivitas peneliti. Sebab penelitian ini deskriptif interpretatis, dimana peneliti menjadi alur penelitian ini. Walaupun demikian, peneliti berusaha seobjektif mungkin untuk menghasilkan penelitian yang optimal.

7. Tempat dan Waktu Penelitian

(13)

Tempat penelitian ini bertempat di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh Jakarta dan Pondok Pesantren Darussunah, Pisangan Ciputat. Sedangkan waktu penelitian Bulan November 2008 sampai dengan Januari 2009. 8. Tehnik Penulisan

Penulisan skripsi ini berdasarkan Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (skripsi, tesis, disertasi) Hamid dkk, Ceqda, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulla Jakarta 2007 cet. Ke-1

F.Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai pemikiran dakwah telah banyak dilakukan oleh mahasiswa terutama mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi di antaranya:

Pemikiran Dakwah Prof. Dr. Hj. Ismah Salman M.Hum. oleh Syarifah NIM: 1020510616 Tahun 2006; Pemikiran dan Kifrah Dakwah Bacharuddin Jusuf Habibie di ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Se-Indonesia) oleh Hadi Saiful Rizal NIM: 102051025590 Tahun 2006; Pemikiran Dakwah Prof. KH. Ali Yafie oleh Zulham NIM: 102051025485 Tahun 2006; Pemikiran dan Aktivitas Dakwah dr. Sulastomo oleh Rafi’i NIM: 101051022580 Tahun 2006; Pemikiran Dakwah Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani dan Implementasi dalam politik oleh Leni Kurniawati NIM: 102051025459 Tahun 2006. Namun, penelitian tentang Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr.K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA di Fakultas Dakwah Dan Komunikasi ini penulis menemukan belum ada yang meneliti.

(14)

terkait dengan bahasan tentang Pemikiran dan Aktivitas Dakwah. Prof. DR. K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA. Dan Artikel-artikel, Makalah, dan lain sebagainya.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, pokok permasalahannya akan dibagi menjadi lima bab. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan sebagai berikut:

BAB I. Pendahuluan yang mencakup : Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan

Perumusan Masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, Metode Penelitian, Tujuan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

BAB II. Landasan Tioritis yang meliputi: pengertian pemikiran dan Aktivitas,

Dakwah dan unsur-unsurnya : Pengertian Dakwah, Pengertian Da’i, Materi Dakwah, Mad’u, Metode Dakwah, Media Dakwah, dan Tujuan Dakwah.

BAB III. Profil Prof. Dr. Ali Mustafa Yaqub, MA yang meliputi: Latar Belakang

Keluarga, Riwayat Pendidikan, Karir Prof. Dr. KH. Ali MustafaYaqub, MA., Karya Tulis Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA Pengalaman Dakwah Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA., Aktifitas Sosial Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA Dalam Dakwah.

BAB IV. Analisis Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr. Ali Mustafa

Yaqub, MA yang meliputi: Konsep Pemikiran Dakwah Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa

Yaqub, MA dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA.

(15)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian Pemikiran dan Aktivitas

Pemikiran adalah proses, cara, perbuatan memikir.1 Sebuah pemikiran sangat

penting dalam pembaharuan peradaban kehidupan umat manusia, khususnya dalam hal ini untuk umat Islam di era modern saat ini.

Al-Qur’an adalah sumber pemikiran. Sumber inspirasi yang tak habis dalam pertumbuhan ilmu akal.2 Al-Qur’an memiliki keistimewaan dapat memecahkan problem-problem kemanusian dalam berbagai segi kehidupan dengan pemecahan yang bijaksana.3

Pemanfaatan pemikiran untuk kemajuan peradaban manusia atau mengambil pelajaran dari masyarakat terdahulu. Telah diakui oleh dunia kesarjanaan modern, masyarakat Islam klasik memiliki etos keilmuan yang amat tinggi. Akan tetapi sayangnya umat Islam sendiri banyak tidak mengetahui, terlebih menghayati makna, dan mengembangkannya.4

Manfaat pemikiran Islam klasik di era ini sangatlah penting untuk peradaban manusia di zaman modern. Nur Cholis Majid (Cak Nur) pernah menggungkapkan:

Zaman modern tampaknya memberi kemungkinan baru bagi umat Islam untuk memperluas cakrawala dan menjadi kreatif kembali. Pada perkembangan dan tradisi beragam keilmuan Islam diharapkan menjadi pemicu bagi munculnya semangat dan

1 Rachmat Kriyanto, Tehnik Praktisi Riset Komunikasi,Kencana Pranada Grop, Jakarta 2007, cet.

Ke- 2 h. 873

2 Taufik Abdullah et all,

Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran dan Peradaban, (Jakarta:

PT Iktiar Baru Van Hoove, 2003)

3 Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Al-qur’an, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2004)

h. 14-15

(16)

sikap apresiatif terhadap warisan keilmuan Islam. Karena itu, perlulah menarik benang merah dan relefansinya bagi tantangan di zaman kini. Dengan tetap bertitik tolak pada yang dinyatakan oleh Allah SWT sebagai keterangan atas segala sesuatu. Pada prinsipnya tantangan yang ada di depan umat Islam sekarang ialah mengungkap kembali kandungan Al-Qur’an dengan segala implikasinya secara luas dan kreatif. Untuk itu, kaum muslimin menggunakan segala macam bahan yang disediakan oleh pengalaman manusia dalam berbudaya dan berperadaban. Sikap inilah yang biasa di tarik sebagai kesimpulan eskologi Islam yang menyangkut masalah pemikiran dan ilmu pengetahuan.5

Selain itu, Cak Nur dalam bukunya yang lain, khazanah intelektual Islam, menyatakan :

Dari kegiatan berpikir, tumbuh ilmu pegetahuan dan industri. Akal kecenderungan untuk memperoleh penemuan yang tak dipunyai sebelumnya. Karena itu iapun mempelajari kembali orang terdahulu dalam hal ilmu pegetahuan atau menambahnya dengan pengetahuan atau penemuan. Pikiran dan pemikiran seseorang dapat diarahkan kepada kenyataan secara satu persatu dan dikaji sifat-sifat aslinya sedikit demi sedikit. Lalu dikaitkan pada kenyataan yang pada ahirnya timbul pengetahuan dan pengajaran bagi kehidupan manusia.6

Sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia "aktivitas" diartikan sebagai segala bentuk keaktifan dan kegiatan7 atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian didalam perusahaan atau lembaga. Dalam kamus lengkap psikologi, aktivitas diartikan sebagai bentuk kesibukan, kegiatan dapat dikatakan gerakan atau tingkah laku organisme.8

Dalam buku prilaku organisasi (konsep dasar dan aplikasi menjelaskan bahwa aktivitas terarah ialah perilaku yang dimotivasi mengarah kepada percakapan tujuan, sedangkan aktivitas tujuan yakni aktivitas yang terikat pada tujuan itu sendiri.9

5Ibid, h. 12

6 Nurcholis Madjid, ed, Khazanah Intelektual Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1985), cet II,

307-308

7 Departemen pendidikan dan kebudayaan,

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Ralat Pustaka

1997) Cet.9, h.20

8 Jemes.p.chaplin, kamus lengkap pisikologi (Jakarta: PT.Rja Grafndo Persada.2004) h. 9 9 Miptah thoha, Prilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya (Jakarta. Raja grapindo

(17)

Seorang yang ingin mendalami ilmu agama dan hubungan interaksi masyarakat yang Islami misalnya tentu ia akan melakukan aktivitas-aktivitasnya yang dapat membantu tercapainya keinginan tersebut seperti mengikuti pengajian- pengajian membaca buku agama melakukan diskusi tentang agama dan kemasyarakatan dan mengkaji norma-norma agama, hubungan manusia tak kalah pentingnya adalah mengaplikasikan atau menerapkan ajaran ilmu yang telah didapatkan kedalam kehidupan yang nyaman.

Menurut ilmu sosiologi aktivitas diartikan dengan segala bentuk kegiatan yang ada dimasyarakat seperti gotong-royong atau kerja bakti di sebut aktivitas-aktivitas sosial baik yang berdasarkan hubungan tetangga ataupun hubungan kekerabatan10

B. Dakwah dan Unsur-unsurnya

1. Pengertian Dakwah

Secara etimologis (lughatan) dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata kerja da’a, yad’u, da’watan. Kata da’a mengandung arti mengajak, menyeru, memanggil, maka da’watan berarti ajakan, seruan, panggilan15

Sebagaimana disebutkan dalam buku Amrullah Ahmad, kata dakwah berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti sebagai berikut:

a. Menurut kamus Munjid, dakwah berasal dari fiil madli yang mempunyai arti (menyeru, memanggil).

b. Menurut Kamus Marbawi, diambil dari kata (memanggil ia, menyeru ia akan dia)

10 Sojokyo dan piji wait sojogyo, sosiologi Pedesaan kumpulan bacaan. (jogyakarta gajah mada

university press. 1999,editan 1982. h.19-21

15 Amrullah Ahmad, Dakwah Islam Sebagai Ilmu, Sebuah Kajian Epistemologi dan Struktur

(18)

c. Menurut pendapat Prof. H. Mahmud Yunus mempunyai dua akar kata yaitu: menyeru, memanggil, mengajak, menjamu.

= memanggil, mendoa, memohon.

Orang yang berdakwah disebut da’i, diambil dari kata yang jama’nya

= yang berdakwa, yang menyeru, yang memanggil, yang berdoa.

Da’i (orang yang berdakwah) disebut juga mubaligh (yang

menyampaikan) diambil dari kata = Jadi kata dakwah merupakan isim

mashdar yang berasal dari fi’il madhi = yang artinya panggilan seruan atau

ajakan.16

Sedangkan jika dilihat dari segi terminologi (Istilah), beberapa Ulama mengartikan dawah sebagai berikut:

a. Menurut Syaikh M. Ash Shawwaf, “Dakwah adalah risalah langit yang diturunkan ke bumi berupa hidayah sang Khaliq kepada makhluk, yakni agama dan jalan-Nya yang lurus, yang sengaja dipilih-Nya dan dijadikan sebagai jalan satu-satunya untuk bisa selamat kembali kepada-Nya.”17

b. Menurut Syaikh M. Abduh, ”ringkasnya menyeru kepada kebaikan menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar adalah fardhu yang diwajibkan oleh setiap muslim.”18

c. Menurut Drs. Didin Hafidhudin : “Dakwah merupakan proses yang berkesinambungan yang ditangani para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah dan secara bertahap menuju kehidupan yang Islami.”19

d. Menurut Prof. Dr. M. Quraish Shihab : “ Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.”20

16 Prof. H. Mahmud Yunus kamus bahasa arab. Departemen pendidikan , 2000, h, 132

17 Dr. Sayyid M. Nuh, Dakwah Fardiyah Dalam Manhaj Amal Islami, (Solo : Citra Islami Press,

1996) Cet.ke-1, h 13-14

18 Ibid, h.27

19 Didin Hafidhudin, Dakwah Aktual (Jakarta, GIP,1999) cet. Ke-1, h, 77

20 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam kehidupan

(19)

e. Menurut Toha yahya Omar, “Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mererka di dunia dan akhirat.”21

Dakwah merupakan metode yang memiliki arti yang sangat luas dimana dakwah tidak terbatas pada penjelasan dan penyampaian semata, namun juga mengarah kepada pembinaan dan takwin (pembentukan) individu, keluarga, lingkungan dan masyarakat Islam. Dakwah tidak bisa diterapkan dengan komposisi dan kapasitas yang sama pada setiap obyeknya, yakni manusia. Bagi individu yang memang terbiasa berbuat dosa dan maksiat, cukuplah bagi mereka dakwah dengan ta’rif (pengenalan) dan tabligh. Jika kelak mereka memiliki kemajuan dan telah menyadarai fitrahnya maka perlu sekali diadakan pembinaan dan takwin sebagai tindak lanjut perilaku dakwah kepada mereka.

Banyak pakar yang mendefinisikan dakwah, diantaranya Prof. Dr. Toha Yahya Omar MA, yang membagi dakwah menjadi dua segi :

1. Pengertian dakwah secara umum adalah suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara, tuntunan-tuntunan bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideology, pendapat pekerjaan tertentu.

2. Pengertian dakwah menurut ajaran Islam ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana pada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.23

Ali mahfuzh dalam kitabnya “Hidayatul Mursyidin” mengartikan dakwah; sebagai mendorong (memotivasi) umat manusia melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk serta memerintahkan mereka berbuat ma’ruf dan mencegah

21 Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta : PT. Wijaya, 1971), cet. Ke-2, h.1

23 A. H. Hasanuddin, “Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan”, (Surabaya :

(20)

mereka dari kemunkaran agar mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Hamzah Yakub dalam bukunya “Publisitik Islam” mendefinisikan dakwah dalam Islam adalah mengajak manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan rasul-Nya24

Dakwah menurut Islam adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.25 Sedangkan menurut Drs. Hamzah Yaqub dalam bukunya “Publisistik Islam” dakwah adalah mengajak umat manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul.26

Sedangkan menurut Asmuni Syukir dalam bukunya dasar-dasar strategi dakwah Islam, dakwah dapat diartikan dari dua sudut pandang yaitu pengertian dakwah yang bersifat pembinaan dan pengertian dakwah yang bersifat pengembangan. Dengan demikian dakwah yang bersifat pembinaan adalah suatu usaha mempertahankan, melestarikan dan menyempurnakan ummat manusia agar mereka tetap beriman kepada Allah, dengan menjalankan syariat Nya sehingga mereka menjadi manusia yang bahagia hidup di dunia dan akhirat. Sedangkan pengertian dakwah yang bersifat pengembangan adalah usaha mengajak ummat manusia yang belum beriman kepada Allah swt, agar mentaati syariat Islam

24 Masykur Amin, :

Dakwah Islam dan Pesan Moral”, (Yogyakarta : Penerbit Al Amin Press,

1997). Cet 1, h.11

25 H. M Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, (Al-Mawardi Prima, 2004), cet I, h.. 67. 26 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi, Dakwah Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1983), cet ke-I, h.

(21)

(memeluk agama Islam) agar nantinya dapat hidup bahagia dan sejah tera di dunia maupun di akhirat.27

Dengan tujuan yang jelas, dakwah mudah dikemas sesuai dengan keahlian atau dengan tekhnologi yang sedang berkembang. Dengan demikian, tujuan dakwah hendaknya menjadi titik ukur terbesar dari setiap kegiatan dakwah.

2. Pengertian Da'i

Da’i merupakan salah satu unsur penting dalam proses dakwah, sebagai pelaku dan penggerak kegiatan dakwah, da’i menjadi salah satu gerak penentu keberasilan atau kegagalan dakwah.30 Da’i pada dasarnya adalah penyeru kejalan Allah, pengibar panji-panji Islam, dan pejuang (mujahid) yang megupayakan terwujudnya sistem Islam dalam realitas kehidupan umat manusia. Sebagai penyeru ke jalan Allah SWT, da’i tidak bisa tidak harus memiliki pemahaman yang luas megenai Islam sehingga ia dapat menjelaskan ajaran Islam kepada masyarakat dengan baik dan benar. Ia juga harus memiliki semangat dan gairah keIslaman yang tinggi yang meyebabkan ia setiap saat dapat menyeru manusia kepada kebaikan dan mencegah mereka dari kejahatan, meskipun untuk itu ia harus menghadapi tantangan yang berat.31

Bahkan da’i itu identik dengan dakwah itu sendiri.32 seorang da’i menurut

Yusup Qardlawi, harus melengkapi diri dengan tiga senjata, yaitu Senjata iman (silah al-iman), ahklak mulia (ahklaq al-karimah) dan ilmu pengetahuan dan

27 Ibid, hal. 20

30 Abd al-Badi Sadar, op. cit

(22)

wawasan. Senjata iman dan ahlak disebut Qardalawi (sebagai bekal spiritual), sedang ilmu dan wawasan disebut sebagai bekal intelektual. Jadi, secara umum seorang dai harus melengkapi diri dengan dua bekal, bekal spiritual dan bekal intelektual sekaligus.

Dikatakan demikian, karena seorang da’i harus menjadi tauladan dan panutan yang baik di tengah-tengah masyarakat. Untuk itu, da’i harus memiliki sifat-sifat yang terpuji atau ahklaq yang mulia.33 Keluhuran budi pekerti ini menjadi salah satu pendorong yang memungkinkan masyarakat (mad’u) dapat mengikuti jalan kebenaran yang di serukan sang da’i harus tampak lebih mantap, lebih sempurna, dan lebih menonjol, sehingga ia dapat menjadi dakwah yang hidup dan menjadi teladan yang bergerak.34

Menurut Qurdlawi ada enam wawasan intelektual yang perlu dimiliki seorang da’i pertama wawasan Islam, meliputi Al-quran, As-Sunah, fiqih dan ushul fiqih, teologi, tasawuf, dan nizam Islam. Kedua wawasan sejarah, dari periode klasik, pertengahan dan modern. Ketiga, sastra dan bahasa. Keempat ilmu-ilmu sosial (social sciences) dan humaniora, meliputi sosiologi, antropologi, psikologi, filsafat, dan etika. Kelima wawasan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Keenam wawasan perkembangan-perkembangan dunia kontemporer, meliputi: perkembengan dunia Islam, dunia barat, perkembangan agama dan Mazhab-Mazhab pemikiran, serta perkembangan dunia kontemporer. ( Yusup Qardlawi ,tsaqofat al-Daiyyah, Beirut : al-mu’ assasat al-risalah, 1979), cet. Ke-II, h. 7-144.

(23)

Da’i artinya orang yang megajak / mubaligh,35 yaitu orang yang mengajak kesuatu tujuan. Menurut HSM Nasrudin Latief, yang dimaksud da’i ialah Orang muslimin yang menjadikan dakwah sebagai tugas amaliah pokok baginya, selaku “corps” ulama, ahli dakwah, juru dakwah, muballigh atau mustami’in (juru penerang agama) yang menyeru, mengajak dan memberi pengajaran dan pelajaran agama Islam. Dengan demikian da’i ialah orang yang melakukan dakwah yaitu orang yang berusaha mengubah situasi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT, baik secara individual maupun terbentuk organisasi sekaligus sebagai pemberi informasi dan pembawa misi. 36

Pandangan orang-orang awam tentang dakwah, bahwa dakwah itu identik dengan khutbah dan pidato yang hanya tugas sebagian orang yang mengetahui tentang agama, pandangan itu harus dirubah, sebab dalam sikap yang lebih luas, bahwa seorang yang menyatakan dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati dirinya adalah seorang muslim, maka secara otomatis ia memikul suatu kewajiban untuk melaksanakan dakwah Islam, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Sebagaimana hadits yang sudah akrab kita dengar yang artinya:

“Barang siapa diantara kalian yang melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, apabila ia tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya (ucapannya), apabila ia tidak mampu maka rubahlah dengan hati, sesungguhnya itu adalah selemah-lemahnya iman”.38

Tanggung jawab dakwah Islam yang dibebankan kepada muslim ini harus dilaksanakan sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Sikaya

(24)

melaksanakan dakwah dengan mendermakan sebagian dari kekayaannya untuk kepentingan dan kebutuhan para fakir miskin. Dengan demikian mereka merasa nyaman berada dalam lingkungan Islam, karena mendapatkan perhatian dari saudara-saudara yang seagama.

Demikian pula para fakir miskin yang belum memeluk agama Islam akan tertarik dengan Islam, karena pemeluk-pemeluknya yang dermawan dan bersikap sosial serta hidup saling bantu-membantu. Sedangkan simiskin berdakwah melalui kemampuan tenaganya dengan ikut mendermakan tenaganya untuk membangun mesjid, sekolah, dan sebagainya. Si lemah dan manusia lanjut usia cukuplah berdakwah dengan do’a dan mendo’akan umat Islam agar tetap jaya dan memperoleh kemenangan dalam melaksanakan perintah-perintah agamanya. Seorang yang berilmu berdakwah melalui ilmunya, seorang seniman berdakwah melalui hasil seninya dan demikian seterusnya. Jelaslah setiap pemeluk agama Islam wajib melaksanakan dakwah Islam sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki.

Upaya mensosialisasikan ajaran Islam atau kegiatan dakwah Islam sebagai profesi memerlukan tingkat keahlian tertentu dan teratur. Hal ini diperlukan agar kegiatan dakwah tidak menjadi kerja serampangan – dikerjakan sambil lalu tanpa keahlian tertentu – dan dakwah dapat berlangsung dalam suasana yang kondusif serta memiliki standar yang dapat dipertanggung jawabkan.

(25)

yang diperlukan. Kode etik yang dimaksud menyangkut aturan main dan nilai-nilai yang harus ditegakkan dalam aktivitas dakwah. Kode etik tersebut adalah: Pertama, kesesuaian antara perkataan dengan perbuatan. Kedua, tidak melakukan toleransi aqidah. Ketiga, tidak menghina sesembahan non Muslim. Keempat, tidak melakukan diskriminasi sosial. Kelima, tidak bertujuan mengejar materi semata. Keenam, seorang da’i tidak boleh menyampaikan hal yang tidak diketahuinya. Ketujuh, tidak berkompromi dengan pelaku ma’siat.39

Muballigh sebagai komunikator, berperan meyampaikan ide-ide tertentu untuk menuju kepada sasaran pokok yaitu di terimanya ide-ide tersebut sehingga ada perubahan sikap atau adanya pengukuhan terhadap sikap-sikap tertentu. Dengan demikian muballigh juga merupakan seorang pelaku utama untuk mempegaruhi perubahan sikap dari komunikannya. Yang dikenal degan Agent of social change.

Lebih jauh Everret M. Rogers mengatakan : “Da’i sebagai bagian dari pengubah mengiginkan perubahan tingkah laku kepada komunikannya, kesuksesan usaha-usaha mereka dapat diukur oleh:

a. Komunikan memiliki kesadaran b. Mampu memaparkan ide

c. Mampu meyesuaikan d. Melaksanakan ide. 40

<...>

a. Syarat-Syarat Da'i

Mmenurut Said bin Ali Al-Qahthani untuk memperoleh taufik Allah dan menjadi da’I yang bijak dengan izin Allah diperlukan sejumlah syarat

39 M. Yunan Yusuf, Kode Etik Dakwah, Jurnal Dakwah, Vol. 4 No. 1 agustus 2002

(26)

antara lain : mempunyai ilmu bermanfaat, sifat sabar, hati-hati, lembut, ikhlas, taqwa, kuat megikuti jalan orang bijak, mengamalkan ilmu, istikomah, menguasai suatu permasalahan dan pengalaman, berkesungguhan melawan nafsu dan setan, semangat tinggi, adil, berdoa, istikharah, dan memahami sendi-sendi dakwah.

Adapun cara untuk mendapatkan karunia Allah tersebut seorang da’i harus mempunyai enam syarat:

a. Berprilaku yang bijak

b. Mengamalkan ilmu degan jujur dan ihlas c. Istikomah

d. Berpengalaman dan mempunyai kemahiran e. Mempunyai strategi yang bijak

f. Memahami sendi-sendi dakwah. 41

Syarat-syarat da’i secara khusus meliputi komponen yang ada dalam kegiatan da’i dalam berdakwah yaitu: 42 pertama, mengajak orang

menyembah Allah semata. Termasuk dalam syarat ini adalah patuh, selalu ingat dan bersukur kepada nya, serta tidak melakukan hal-hal yang dilarang.

Kedua, beramal soleh dengan melaksanakan segala kewajiban dan menjauhi

segala larangan, melakukan hal-hal yang sunnah, menjauhi yang makruh, dan senantiasa mengajak orang lain ke jalan allah. Seorang da’I harus lebih dahulu dari orang lain dalam hal melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala laranganya. Ketiga, Memiliki loyalitas pada Islam dan kepatuhanya pada

hukum, sebagai realisasi dari ucapan syukur kepada Allah yang telah

41 Ibid,h.63

42 Said bin ali al qahthani, dakwah Islam dakwah bijak,(Jakarta : gema insani press,1994), cet, ke-

(27)

menepatkanya pada jalan yang hak. Jika seorang da’i sudah melaksanakan tiga syarat di atas, insya Allah setiap ucapan akan di dengar dan diikuti orang. Tak ada ucapan yang lebih dari pada ucapanya.

b. Sifat-Sifat Da'i

Dengan merujuk kepada da’i pertama yaitu Rasulullah Saw, dan da’i dari Iman tabiin Imam Hasan Al-Bashri, Abu Bakar Zakri menegaskan bahwa seorang dai harus melengkapi diri dengan ilmu dan sifat-sifat mulia dan ahklaq terpuji. Diantara sifat-sifat itu, ialah sifat memelihara diri dari keburukan (iffah), benar atau jujur (shidiq), berani (syaja’ah), tulus (ikhlas), rendah hati (tawadlu), bersih hati, adil, luwes, dan memiliki kepribadian sosial yang tinggi. Seorang da’i, menurut Zakri, harus memiliki kualifikasi moralitas dan keluhuran budi pekerti seperti Rasulullah SAW atau paling tidak mendekatinya. (lihat abubakar zakri, op,cit.h. 79-83)

Di atas telah di jelaskan kedudukan akhlaq dalam sistem ajaran Islam. begitupula telah disinggung mengenai pentingnya nilai-nilai akhlaq itu bagi seorang da’i. Menurut Sayyid Quthub, di antara sifat-sifat mulia dan amat penting dan mutlak harus dimiliki seorang da’i adalah sifat kasih sayang (rahman), seperti kasih sayang yang dimiliki dan diperlihatkan oleh pelaku dakwah yang pertama, yaitu Rasulullah SAW.43 Sayyid Quthub menuturkan

tentang kasih sayang Nabi Muhammad SAW yang luas dan lapang. Dikatakan bahwa Rasulullah SAW tidak pernah marah karena dirinya sendiri, tidak pula sempit dada kerena kesalahan atau kelemahan orang lain. Beliau tidak pernah berebut sesuatu bernilai duniawi untuk kepentinggan dirinya. Bahkan

(28)

beliau memberikan semua yang dimilikinya untuk orang lain dengan lapang dada penuh kesenangan. Manusia dapat menikmati kesantunan beliau, setiap orang yang pernah berteman atau bergabung dengan Nabi, ia pasti terkesan dan jatuh hati kepada beliau. Ini tidak terlepas dari keluhuran budi pekerti beliau dan kasih sayangnya yang amat tinggi kepada setiap orang.(lihat Sayyid Quthub, ibid, fi zahilal, jilid, I, h. 500-501)

Menurut Imam Khomaeni, Da’i harus waspada dengan sifat egoisme yaitu sifat rasa cinta terhadap kedudukan, cinta kekuasaan, cinta harta, dan sebagainya adalah hanya berimplikasi pada rasa cinta terhadap diri sendiri yang dapat menyebabkan da’i terlepas sedikit demi sedikit terhadap keyakinanya yaitu agama,44 kehidupan masa depan kita akan suram, dan dunia muslim akan terongrong dan menjadi sasaran dominasi dunia.45

Da’i haruslah megamalkan sifat zuhud, taqwa, dan hidup sederhana serta suci.46 Sebab cinta dunia itu menurut imam Khomeini adalah sebagai pangkal dari perselisihan dan perpecahan yang dapat menghilangkan tujuan suci dalam berdakwah.47

44 Imam Khomeini, munajat sya’baniyah penyuci jiwa kotor, dalam sandy Alison peny.-

pesan sang imam , (bandung : al- jawad publizer, 2000), cet.I,h .80

45 Ibid, h. 83

46 Imam khomaini, kenapa kita selalu berpecah belah, dalam sandy al-lison peny-(bandung : al-

jawad publizer, 2000), cet.I,h .113.

(29)

Dengan tidak adanya sifat cinta dunia pada seorang da’i niscaya da’i itu akan beramal dengan ikhlas dalam menegakkan Islam dan akhirya nanti mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat.48

Seorang da’i harus mempunyai akhlaq yang baik, yakni ahklaq Islam, dan menjauhkan ahklaq- ahklaq yang buruk sebagai mana di jelaskan dalam al-qur’an dan As Sunnah.

Diantara ahklaq atau sifat-sifat terpenting yang harus dimiliki seorang dai adalah : Jujur, ikhlas, arif, sabar, lembut, kasih sayang, pemaaf, rendah hati, tepat janji, mementingkan orang lain, berani, cerdas, kemauan yang kuat, disiplin terhadap waktu, konsisten dengan Islam, perbuatan-Nya sesuai dengan ucapanya, zuhud, wara, istikomah, peka, moderat, merasakan kehadiran Allah SWT, berpegang teguh padanya, dan dalam berdakwah selalu bermulai dengan bagian yang dianggap paling penting. Alhasil, ia berdakwah sebagai mana Rasulullah SAW, berdakwah.49

Menurut Sufyan Ats-Tsauri berkata, “(seorang da’i) tidak mungkin dapat melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar, kecuali mempunyai tiga sifat, yakni lembut dalam memerintah dan melarang, adil dalam memerintah dan melarang, serta sesuatu yang di perintah dan dilarang”.50 Menurut Imam Muhamad Al- Maqdisi, “sebagian salap berpendapat bahwa seseorang tidak dapat melakukan Amal Ma’ruf Nahi Munkar kecuali dengan cara lembut, sabar, dan arif.”

48 Imam Khomeini, pesan imam untuk umat (2), dalam sandy al-lison peny-(bandung : al- jawad

publizer, 2000), cet.I,h .

49 Al qotani, said bin ali bin wahif.dakwah Islam dakwah bijak,(Jakarta: gema insani press, cet.

Ke,I,h. 99)

(30)

Dalam hal yang sama, Syekhul Islam Ibnu Tamiyah berkomentar, ada tiga sifat yang sangat diperlukan (seorang da’i) . Pertama, Berilmu (mengetahui) sebelum memerintah dan melarang, Kedua Lembut. Dan Ketiga Sabar, Ketiga sifat ini saling melengkapi.”

Adapun menurut Ibnu Qayyim, ada empat cara menyingkirkan kemungkaran. Pertama, menghilangkan kemungkaran dan menggantinya dengan lawannya. Kedua mengguranginya, Ketiga menggantinya dengan yang lebih mirip. Keempat menggantinya dengan yang lebih buruk. Dua syarat pertama disyariatkan Islam, yang ketiga perlu ijtihad, sedang yang keempat dilarang. 51

3. Mad'u

Mad’u yaitu manusia yang jadi sasaran dakwah. Atau manusia penerima

dakwah, baik sebagai individu atau pun kelompok. Baik manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan, kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan untuk mengajak mereka untuk mengikuti agama Islam, sedangkan kepada orang yang telah beragama Islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas, Iman, Islam dan Ihsan.

Secara umum al-qur’an menjelaskan ada Tiga tipe Mad’u yaitu mukmin, kafir dan munafik.55

Menurut Ahmad Abduh menjadi mad’u terbagi menjadi tiga golongan :

a. Golongan cendikiawan yang cinta kebenaran dapat berfikir secara keritis, dan cepat dapat mengungkapkan persoalan.

51Ibid, h. 99-100

(31)

b. Golongan awam orang kebanyakan yang belum dapat berpikir secara keritis dan mendalam. Serta belum dapat menangkap pengertian-pengertin yang tinggi.

c. Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut mereka senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu saja dan tidak mampu membahasnya terlalu mendalam.

Dakwah pun tak bisa lepas dari sasaran dakwah, yakni mad’u. sasaran dakwah adalah kelompok manusia yang sangat membutuhkan kehadiran da’i untuk dibimbing mengenai ajaran-ajaran agama.

Beberapa sasaran dakwah adalah:

1) Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis, berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat di daerah marginal di kota-kota besar.

2) Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga.

3) Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat yang dilihat dari segi sosial kultural berupa golongan priyai, abangan dan santri.

4) Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi okupasional atau profesi seperti golongan petani, pedagang, dan buruh.

5) Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi usia berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua.

6) Sasaran yang meyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup sosial ekonomi berupa golongan orang kaya, menengah dan miskin.

7) Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat yang dilihat dari segi jenis kelamin berupa golongan wanita dan pria.

8) Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat yang dilihat dari segi khusus berupa kelompok masyarakat tuna susila, tuna wisma, tuna karya, nara pidana, dan lain-lain.61

61 Prof. H. M. Arifin, M, Ed, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi (Jakarta : Bumi Aksara,

(32)

4. Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu “meta” (melalui) dan “ bodos” (jalan, cara ).56 Maka, metode adalah cara atau jalan yang harus

dilalui untuk mencapai suatu tujuan . Dalam Bahasa Jerman metode berasal dari kata methodica artinya ajaran tentang metode. Dalam Bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan, sedangkan dalam Bahasa Arab artinya thariq.57 sehinga metode adalah cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.

Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.58

Para da’i dalam menyampaikan pesan dakwahnya menggunakan berbagai metode dan media sesuai dengan kebutuhan sasaran dakwah, paling tidak proses pelaksanaan dakwah betul-betul bisa menyentuh sasarannya. Para da’i dalam menyampaikan dakwahnya menggunakan metode yang tertera dalam Al-Qur’an yang dijelaskan dalam QS. An-Nahl ayat 125, yang artinya:

! #$

%

&

'()

*

+- % ./

0 &

1234%

5

6

7()89&:

;<

=

$>6

?+ @8&:

7

; (A

7 

B :

*

$>6 &

?+ @8&:

CD . E8-

%

FAG

56 M.Arifin, ilmu pendikan Islam, (Jakarta: Bumi Askara, 1996), cet ke-I, h. 63 57 Hasanudin, Hukum dakwah, (Jakarta :pedoman ilmu jaya1996),cet. Ke-I, h.35

(33)

“Serelah manusia kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bermujadalahlah dengan mereka dengan cara yang baik, sesungguhnya Tuhan mengetahui tentang orang-orang yang memperoleh pentunjuk”.28

a) Berdakwah menggunakan metode hikmah menurut Al-maghari berdakwah dengan ucapan yang sangat bijaksana disertai dengan alasan dan dalil yang dapat memperjelas kebenarandan menghilangkan ketidakjelasan.29

b) Mauidzah hasanah, menurut Ibnu Sayyidhi memberikan irjat (yang dilakukan) olehmu kepada orang lain dengan pahala dan siksa yang dapat menjinakan hatinya.

c) Berdakwah dengan mudjadalah ialah berdakwah dengan berdebat dan bertukar pikiran untuk mendudukan orang yang menentang dan membangkang ajaran Islam yang disampaikan oleh da’i dengan sangat hati-hati dan tetap menghormati dan tidak menyalahkan.

Dalam menyampaikan dakwah, seorang da’I harus memperhatikan mad’u yang dihadapi. Pertama bila mad’unya itu kaum cendekiawan dari kalangan muslim, maka ia harus menyampaikan-Nya secara ilmiah (bil hikmah), Kedua bila mad’unya golongan awam, maka ia harus menyampaikan dakwahnya dengan penuh nasehat yang menyejukkan hati mereka (bil mau’izhatil hasanah), Ketiga bila mad’unya pada golongan rasional baik dari kalangan muslim maupun non muslim maka da’I harus menyampaikan dakwahnya dengan argumen-argumen yang bisa diterima mereka.

Berikut Beberapa metode dakwah:59

28 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : Gema Risalah Press, 1993),

h.421

(34)

a. Metode Ceramah

ceramah adalah suatu tekhnik atau metode yang banyak diwarnai oleh ciri-ciri krakteristik bicara oleh seorang da’i pada suatu aktivitas dakwah.

b. Metode Tanya Jawab

Metode Tanya Jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong sasaranya (objek dakwah) untuk menyatakan suatu masalah yang dirasakan sebelum dimengerti dan da’i sebagai penjawabnya.

c. Debat

Debat sebagai metode dakwah pada dasarnya mencari kebenaran bukan kemenangan dalam arti menunjukan kebenaran dan kehebatan Islam.

d. Percakapan Antar Pribadi

percakapan pribadi (individual konference) adalah percakapan bebas antara da’i dengan individu-individu sebagai sasaran dakwah.

e. Metode Peragaan

Metode Peragaan suatu metode dakwah dimana seorang da’i memperlihatkan suatu contoh yang baik pada muridnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Misalnya memperagakan cara sholat .

Metode dakwah dapat diaktualisasikan melalui dakwah yang disampaikan dengan hikmah, mau’idhah hasanah dan mujadallah dengan cara yang baik dan tidak mengunakan paksaan ataupun kekerasan. Selain itu juga dengan melalui Tarbiyah Islamiyah yang asasnya adalah minhaj Al Qur’an dan metode Rasulullah SAW yaitu dengan menanamkan akhlaq yang mulia, nilai-nilai kehidupan yang kokoh dan pemahaman Islam yang benar. Serta mendirikan bangunan islami sebagai tempat mereka dididik dengan pendidikan Islam.60

Dengan demikian maka terciptalah pengertian yang sesungguhnya bahwa Islam memang rahmat bagi semesta alam. Sudah seharusnya seorang muslim mampu menjadi tuan rumah yang baik, hangat dan sanggup menjamu tamu-tamunya (non muslim) di bumi Allah SWT. Dengan menciptakan individu, keluarga, lingkungan dan pemerintah yang berakhlak Islam, akan lebih mudah bagi umat Islam untuk membuktikan bahwa Islam bukanlah agama pedang, agama teroris dan menakutkan.

(35)

5. Media Dakwah

Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk meyampaikan materi dakwah, pada zaman modern umpamanya: Televisi, Radio, Video, Kaset, Majalah, Surat Kabar dan melalui berbagai macam upaya mencari nafkah dalam berbagai kehidupan.

Dengan begitu banyaknya media dakwah yang tersedia, maka seorang da’i haruslah memilih beberapa media dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Tujuan dakwah yang hendak tercapai

Media dakwah yang dipakai semestinya haruslah sesuai dengan tujuannya dapat tercapai dan efisien.

b. Materi dakwah

Media yang dipakai semestinya sesuai dengan bahan dakwah yang akan disampaikan.

c. Kemampuan da’i

Seorang da’i haruslah mampu menggunakan media tersebut. d. Ketersediaan media

Memilih media yng harus diperhatiakn kemudahan mendapatkan media tersebut dan biaya untuk mengunakannya.

e. Kualitas media

Kualitas media pun harus diperhatikan.

Dalam arti sempit media dakwah dapat diartikan sebagai alat bantu, atau yang popular di dalam proses belajar mengajar disebut dengan istilah “alat peraga”. Peranan alat bantu atau media dakwah sebagai penunjang tercapainya tujuan, artinya proses dakwah tanpa adanya media masih dapat mencapai tujuan semaksimal mungkin.

(36)

elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam totalitas dakwah.62 Dalam hubungan ini biasa juga disebut dengan metode.

Dakwah menurut bentuk penyampaiannya dibagi menjadi lima bagian, yaitu:

1. Lisan yaitu: pidato, khutbah, ceramah, diskusi dan lain-lain.

2. Tulisan yaitu: buku-buku, majalah-majalah, surat kabar dan lain-lain.

3. Lukisan yaitu: gambar-gambar hasil seni lukis, foto, film cerita dan lain-lain 4. Audio visual yaitu: televisi, sandiwara, ketoprak wayang.

5. Perilaku/suri tauladan, seperti mengunjungi orang sakit, kebersihan dan lain-lain.

Dalam hal ini M. Bahri Ghazali membagi penggunaan media dakwah menjadi tiga yaitu:63

1. Media Visual berupa :

a. Film slide yaitu rekaman gambar pada film positif yang telah diprogramkan sedemikian rupa sehingga dapat dilihat hasilnya sesuai dengan peristiwa yang telah diprogramkan.

b. Overhead proyektor (OHP), yaitu alat komunikasi yang termasuk perangkat keras yang dapat memprroyeksikan program ke dalam layar monitor dari rangkaian program yang telah dipersiapkan dengan menggunakan plastik transparansi.

c. Gambar foto diam d. Komputer

2. Media auditif yaitu suatu media yang dapat ditangkap melalui indra

pendengaran. Media auditif ini meliputi: Radio,Tape recorder, Telepon dan Telegram.

3. Media audio visual yaitu perangkat komunikasi yang dapat ditangkap baik

melalui indera pendengaran dan penglihatan meliputi:

a. Movie film yaitu perangkat komunikasi yang mampu menyerap komunikan secara luas

b. Televisi c. Video

62 Hamzah Ya’qub, Publisistik Islam Tekhnik Dakwah dan leader ship, (Bandung : Diponegoro

1981) h. 47

(37)

d. Media cetak berupa buku, majalah dan surat kabar.

6. Tujuan Dakwah

Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses, dalam rangka mencapai suatu tujuan. Tujuan ini dimaksudkan untuk memberikan arah atau pedoman sebagai gerak langkah kegiatan dakwah, sebab tanpa tujuan yang jelas aktivitas dakwah akan sia-sia. Dengan demikian, tujuan dakwah sebagai bagian dari seluruh aktivitas dakwah sama pentingnya dengan unsur-unsur lainya. Bahkan lebih dari itu tujuan dakwah sangat menentukan dan berpengaruh terhadap penggunaan Metode dan Media Dakwah, sasaran dakwah sekaligus strategi dakwah. Tujuan dakwah adalah mengajak manusia pada jalan yang benar dan diridhoi oleh Allah SWT agar hidup bahagia sejahtera dunia dan akhirat.

Tujuan dakwah adalah untuk memanggil kepada syariat Islam dan memecahkan persoalan hidup, baik persoalan hidup perseorangan atau persoalan berumah tangga, berjamaah, bermasyarakat, berbangsa, bersuku bangsa, bernegara dan antar negara. Dakwah juga bertujuan memanggil kepada fungsi hidup sebagai hamba Allah di atas dunia yang terbentang luas ini yang berisikan manusia berbagai jenis dan berbagai macam kepercayaannya, yakni fungsi sebagai Syuhada ‘ala an-nas, menjadi pelopor dan pengawas bagi umat manusia. Dakwah juga dapat memanggil kepada tujuan hidup yang hakiki, yakni menyembah kepada Allah SWT.64

(38)

Selain itu dakwah juga bertujuan untuk “menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama yang dibawakan oleh aparat dakwah atau penerang dakwah.”65

65 Prof. H. M. Arifin, M, Ed, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi (Jakarta : Bumi Aksara,

(39)

BAB III

PROFIL PROF. DR. ALI MUSTAFA YAQUB, MA

A. Latar Belakang Keluarga

Ali Mustafa Yaqub, lahir di Batang Jawa Tengah pada tahun 1952. 12 Beliau hidup dalam lingkungan keluarga yang ta’at beragama, beliau juga termasuk dalam keluarga yang berada dan serba berkecukupan, Ali Mustafa Yaqub kecil tidak pernah merasa kekurangan dalam hal kebutuhan sehari-hari, setiap yang ia butuhkan selalu terpenuhi, namun beliau tidak pernah membanggakan kekayaan keluarganya, Ali dan kakak-kakaknya dididik oleh kedua orang tua mereka untuk belajar hidup sederhana dan tidak berpoya-poya dan hidup mandiri serta taat kepada ajaran agama.

Ayahnya beliau bernama (Mustafa Yaqub) seorang muballigh terkemuka pada zamannya dan imam di masjid-masjid yang ada di Jawa Tengah, misinya “Menegakkan Amal ma’ruf dan memberantas Nahi Mungkar”. Sejak matahari terbit sampai terbenam ayahnya melakukan rutinitas belajar dan mengajar. Mayoritas penduduk dilingkungan rumahnya kebanyakan orang yang belum mengerti agama, baik dari kalangan petinggi pemerintahan, para guru-guru sekolah, masyarakat menengah sampai masyarakat awam (buta agama). Akhirnya ayah dan kakeknya mendirikan sebuah pondok pesantren yang para santrinya adalah penduduk disekitar. Ayah beliau mengajar tanpa pamrih dan hanya mengharap ridho Allah SWT, ayah beliau berjiwa besar dan bersahaja namun tegas dalam membela agama Allah SWT. Ibu beliau bernama Hj. Zulaikha, beliau seorang ustadzah dan Ibu rumah tangga, Ibu beliau ikut membantu perjuangan ayahnya, ibunya

12 Riwayat hidup prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA. Dikitif dari Biografi .beliau yang

(40)

meninggal pada tahun1996. Beliau memiliki tujuh saudara, dari tujuh bersaudara tersebut dua diantaranya meninggal dunia, dan yang masih hidup lima bersaudara, salah satu dari kakanya yang bernama K.H. Ahmad Dahlan Nuri Yaqub mengikuti jejak ayahnya sama seperti beliau, dan sekarang kakanya sebagai Pegasuh Pondok Pesantren Darussalam di patang Jawa Tengah.

Kakek dari ayah beliau bernama Joyo Truno, pekerjaannya seorang petani. Nama nenek dari ayah (beliau lupa). Pekerjaan nenek beliau ibu rumah tangga. Beliau menikah pada tahun 1986, nama istri beliau Ibu Hj. Ulfah Uswatun Hasnah, dari pernikahannya dengan Hj. Ulfah, Beliau dikaruniai seorang anak perempuan yang bernama Ziaul haramain yang lahir pada tahun 1991, dan sekarang sedang menduduki pendidikan kelas tiga aliyah di Pondok Pesantren Sunan Pendanaran Yogyakarta.13

Kebanyakan masa kecil beliau dihabiskan untuk belajar agama dengan kakek dan ayahnya, kebetulan ayahnya seorang kiyai. Rumah beliau selalu dipakai untuk pengajian. Ada pengajian Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu yang diadakan dua minggu sekali, yaitu setiap malam senin dan kamis. Selain itu juga ayahanda Ali juga membuka pengajaran yang berbentuk kursus yaitu kursus ilmu agama dan Bahasa Arab bagi masyarakat yang ingin mendalaminya. Setiap kali ayahanda atau kakek Ali melaksanakan pengajian, Ali selalu mengikutinya, beliau tiadak pernah absen sehingga ketika beliau belum sekolah, beliau sudah mengetahui pelajaran agama terlebih dahulu selain beliau terkenal anak yang sangat cerdas dan selalu ingin mengetahui apa yang belum ia ketahui, dari sini beliau terkenal anak dan cucu yang sangat cerdas dan cekatan. Akhirnya pada usia Tujuh Tahun,

13 Wawancara pribadi bersama Prof. Dr. KH Ali Mustafa Yaqub,MA(Imam Besar Istiklal dan

(41)

beliau disekolahkan oleh kedua orang tuanya di Sekolah Rakyat (SR) pada Tahun 1961-1966.

Setelah tamat dari Sekolah Rakyat (SR), beliau melanjutkan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah (MTS) atau dikenal dengan Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP) pada tahun 1966 sampai dengan tahun 1969, setelah tamat dari Madrasah Tsanawiyah, beliau melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Tengah dengan tujuanya memperdalam ilmu agama seperti belajar kitab-kitab kuning dan bahasa arab.

Ketika beliau duduk dikelas tiga aliyah di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang beliau mendapat ujian dari Allah SWT, Ayah beliau dipanggil oleh yang maha kuasa atau meninggal dunia tepatnya dipenghujung tahun 1971. Setelah mendegar kabar bahwa ayah beliau meningal beliau langsung meminta izin kepada para guru atau ustadz disana untuk menemui ayahanda untuk terakhir kalinya, beliau terlihat tenang, tegar dan sabar dalam menghadapi cobaan yang terberat dalam hidupnya, apalagi beliau ditinggal sang ayah pada usia yang masih muda sekali dan belum menamatkan sekolah tingkat aliyahnya. Karena sejak kecil beliau sudah diajarkan hidup mandiri dan sederhana, maka beliau ikhlas melepaskan kepergian ayahnya dan senantiasa berdoa untuk ayahanda tercinta.14

Setelah beliau menamatkan pendidikannya di Pondok Pesantren, beliau langsung kembali kekampung halaman, dengan i’tikad dan niat yang tulus yaitu ingin melanjutkan perjuangan ayahanda dan kakeknya yaitu mengamalkan ilmu-ilmu yang sudah didapatkannya di pondok pesantren kepada masyarakat dikampung halamannya serta

14 Biografi Prof. Dr. Ali Mustafa Yakub,MA. Dikutib dari buku beliau “kritik hadis “ pustaka

(42)

mengembangkan pondok pesantren yang telah dibangun oleh kakeknya bersama kakak-kakaknya.

Setelah sekian tahun mengabdikan diri kepada masyarakat, dalam hati nurani beliau bertekad untuk melanjutkan pendidikan ke timur tengah Arab Saudi untuk memperdalam Bahasa Arab, apa boleh buat keinginanya tersebut belum bisa dicapai, karena beliau terbatas oleh biaya untuk berangkat kesana. Akhirnya Beliau merenung dan berpikir mencari jalan keluarnya bagaimana caranya supaya saya bisa melanjutkan pendidikan kejenjang lebit atas atau kuliah, ketika sedang merenung beliau teringat kepada salah seorang kakak kelas beliau yang sedang elanjutkan pendidikan di timur tengah, tidak lama kemudian beliau langsung membuka sebuah buku kenangan dari pondok pesantren yang berisi biodata-biodata para alumni, akhirnya beliau menemukan alamat rumah dan no teleponnya, secepat mungkin beliau langsung mencari alamat rumahnya dan menelponnya, akhirnya beliau mendapatkan banyak sekali informasi bagaimana beliau bisa melanjutkan kuliah disana, karena dari kecil beliau sudah memahami bahasa arab, maka beliau langsung mengajukan beasiswa pendidikan kepada pemerintah arab saudi, akhirnya beliau bisa melanjutkan kuliah di Timur Tengah Arab Saudi tanpa, mengeluarkan biaya sedikitpun.15

B. Riwayat Pendidikan

Ketika ia masih kecil kehidupan beliau sama seperti anak-anak pada umumnya. yang lainnya tumbuh besar bersama keluarganya, Tapi kebanyakkan masa kecil beliau dihabiskan untuk belajar agama dengan kakek dan ayahnya dari segi keuangan beliau tergolong keluarga yang berkecukupan. tepat ketika umurnya 7 (tujuh ) tahun beliau

(43)

masuk Sekolah Rakyat (SR) pada tahun 1961 sampai dengan tahun 1966. Di sekolah teman-teman beliau banyak meyukai beliau karena beliau anak yang mudah bergaul dan sangat cerdas, selain itu juga di kelas beliau tergolong siswa yang berprestasi dari kelas satu sampai dengan kelas enam.Setelah tamat sekolah rakyat (SR) beliau melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsanawiyah (MTS) di daerahnya, setelah tamat Tsanawiyah beliau langsung melanjutkan pendidikan Aliyah di Pondok Pesantren Tebuireng Sebelak Jombang pada tahun 1966 sampai dengan tahun 1969.

Setelah beliau kelas tiga (Aliyah) di Tebuireng1969-1971 setelah beliau meyelesaikan pendidikanya ditingkat menegah beliau berkeinginan melanjutkan ketingkat lebih tinggi lagi. Beliau mempunyai cita-cita ingin melanjutkan pendidikan kedokteran kata beliau “saya tidak pernah bercita-cita menjadi kiayi seperti sekarang ini, ya mungkin sudah takdir Allah SWT dan saya bersyukur atas takdirnya” 16.

Pada tahun 1972 beliau diperintahkan ayahanda agar melanjutkan pendidikannya di Universitas Hasyim Asy’ari yang lokasinya hanya beberapa ratus meter saja dari pondok pesantren Tebuireng. Di Universitas tersebut beliau masuk di Fakultas Syari’ah. Setelah pulang kuliah beliau langsung pulang ke Asrama untuk mendalami kitab-kitab kuning di bawah asuhan para kiayi sepuh (senior), antara lain al-marhum KH. Idris Kamali, al-marhum KH. Adlan Ali, al-marhum KH. Sobari, al-marhum KH. Al-Musnid Dan al-marhum KH. Samsuri Badawi di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Tegah sampai tahun 1975.

Pada tahun 1976 beliau melanjutkan pendidikan di Timur Tengah Saudi Arabiah di Fakultas Syari’ah Universitas Islam Imam Muhamad Bin Saud sampai selesai dengan

16 Wawancara pribadi bersama Prof. Dr. KH Ali Mustafa Yaqub,MA(Imam Besar Istiklal dan

(44)

ijazah Licance (Lc) pada Tahun1980. kemudian masih di kota yang sama ia melanjutkan pendidikan pada Fakultas Dirosah Islamiyah di Universitas King Saud, Departemen Study Islam Jurusan Tafsir dan Hadis, sampai selesai dan memperoleh ijazah Master pada Tahun1985.

Pada tahun 1985 beliau pulang ke tanah air, namun terbenak dalam hati kecilnya, beliau ingin sekali pergi ke papua/Irian Jaya untuk mengabdikan dan mengamalkan ilmunya disana, akan tetapi beliau dipinta oleh pemerintah untuk mengbdikan dirinya dikota Jakarta, akhirnya beliau mengajar di Institut Ilmu al-Qur’an (IIQ) Jakarta. Kini disamping sebagai dosen tetap IIQ Jakarta, beliau juga mengajar di perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an (PTIQ), dan selain propesinya sebagai pengajar (Dosen) beliau mengisi Pengajian dan sebagai Imam Besar di Masjid Istiqlal Jakarta, dan di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sekarang berubah menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia juga pernah mengajar di Institut Agama Islam Shalahuddin Al-Ayyubi (INISA) Tambun Bekasi, Pendidikan Kader Ulama (PKU) MUI, dan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STDIA) Al-Hamidiyah Jakarta. Pada tahun 1989 beliau bersama keluarga mendirikan Pondok Pesantren Darussalam di batang Jawa Tengah Desa kelahirannya dan sekarang Pondok Pesantren tersebut diasuh oleh kakaknya yang bernama K.H. Ahmad Dahlan Nuri Yaqub.

C. Karir Prof. Dr. KH. Ali Mustapa Yaqub. MA17

17 Wawancara pribadi bersama Prof. Dr. KH Ali Mustafa Yaqub,MA(Imam Besar Istiklal dan

(45)

1. Pada tahun 1985, Beliau mengajar di Institut Ilmu al-Qur’an (IIQ) Jakarta. 2. Tahun 1986, beliau mengajar di perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an (PTIQ)

3. Tahun 1987-1988, Beliau mengajar di Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatulloh Jakarta, yang sekarang berubah menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Tahun 1989-1990 Beliau mengajar di Institut Agama Islam Shalahuddin Al-Ayyubi (INISA) Tambun Bekasi. Pendidikan kader ulama (PKU) MUI, Dan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STDIA) Al- Hamidiyah Jakarta.

5. Beliau bersama keluarga mendirikan pondok pesantren Darusalam Di Desa kelahirannya didesanya, Batang Jawa Tengah .

6. Pada Tahun 1995-1997, Beliau menjabat sebagai ketua umum Penghimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Riyad.

7. Pada Tahun 1995-1997, Beliau

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kata lain bahwa pendidikan ramah anak adalah pengembangan pembelajaran yang humanistik pada anak dan berusaha mengubah suasana belajar menjadi lebih menyenangkan

An Empirical Analysis of the Impact of Public Expenditures on Education and Health on Poverty in Indian States, ASARC Working Paper No.. Australia South Asia

Laporan keuangan merupakan obyek dari analisa terhadap laporan keuangan dan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,

Membandingkan rumusan dasar negara yang diusulkan oleh para tokoh pendiri negara Materi : • Pembentukan PPKI • Penetapan Pancasila Penugasan : Menganalisis perbedaan

Pada Tabel 9 diketahui bahwa pengaruh aplikasi pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap berat kering tajuk tanaman dimana pada aplikasi pupuk kandang ayam berbeda

Pelaksanaan sensus menurut faktor manajemen 6M yaitu faktor Man kualifikasi pelaksana belum memenuhi kriteria, Money tidak adanya insentif dalam pelaksanaan sensus karena

FISIK (KELUARAN) TOT KINERJA

Hasil pengujian blank dengan sambungan las titik dengan ketebalan plat 0,7 mm dengan 1,5 mm (plat A + plat B) dari pengamatan secara visual spesimen tidak mengalami gagal pada