• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : GAMBARAN UMUM KANCIL

2. Tinjauan Sosiologis Tentang Peranan

Manusia adalah mahluk sosial yang tidak bisa terlepas dari ketergantungan kepada mahluk lain ataupun manusia lainnya, maka pada posisi seperti inilah peranan dapat menentukan kelompok sosial masyarakat tersebut. Ketika melakukan peran dikutip dari David Berry terdapat dua macam harapan, yaitu: harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peranan dan harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peranan kepada masyarakat (Berry, 1995: 99).

Dalam teori peran menurut Biddle & Thomas dikutip dari buku Sarlito Wirawan Sarwono, membagi peristilahan teori peran membagi dalam 4 golongan yaitu (Sarwono, 1984: 234):

a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi social, yaitu: orang-orang yang mengambil bagian yang dimaksud adalah komunitas ataupun anggota komunitas tersebut dalam melakukan interaksi dengan mayarakat. b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut, yaitu:

sebuah tindakan yang ada dalam kegiatan komunitas dalam interaksi kepada masyarakat ataupun subjek terhadap objek.

c. Kedudukan orang-orang dan perilaku, yaitu: sebagai pegiat lingkungan yang merupakan bagian masyarakat harus memposisikan orang-orang serta tingkah lakunya.

d. Kaitan antara orang dan perilaku, yaitu: hubungan antara orang dan tingkah laku apa yang dilakukan dalam mengatasi ataupun melakukan sebuah kewajibannya.

Peran juga dapat membimbing seseorang dalam berperilaku, karena fungsi peran sendiri yaitu, memberi arah pada proses sosialisasi, pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma dan pengetahuan, dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat, Menghidupkan sistem pengendalian dan kontrol, sehingga dapat melestarikan kehidupan masyarakat (Narwoko, 2011: 159-160).

Menurut Jim Ife yang dikutip oleh Adi Fachrudin dalam bukunya yang berjudul Pemberdayaan Partisipasi dan Penguatan kapasitas Masyarakat peran yang terkait dengan pengembangan/pemberdayaan masyarakat adalah yang ada kaitannya dengan intervensi kepada masyarakat, antara lain sebagai berikut (Fahrudin, 2011: 61):

1. Peran pertama adalah memfasilitasi komunitas sasaran. Artinya dapat melakukan mediasi dan negosiasi, memberikan dukungan, memfasilitasi kelompok, memanfaatkan sumber daya dan keterampilan dan mengorganisir.

2. Peran yang kedua ialah meliputi aspek pendidikan. Membangkitkan kesadaran masyarakat, meyampaikan informasi, mengkonfrontasikan dan pelatihan.

3. Peran yang ketiga dalah peran sebagai wakil masyarakat dalam hal mencari sumber daya, advokasi, memanfaatkan media, membina hubungan masyarakat, mengembangkan jaringan dan membagi pengetahuan dan pengalaman.

Berbagai peran praktik yang dikelompokan sebagai peran memfasilitasi adalah yang berkaitan dengan stimulasi dan penunjang pengembangan masyarakat. Dalam hal ini sejumlah peran spesifik ditemukan, yaitu (Ife, 2014: 558);

a. Semangat Sosial

Semangat sosial menggambarkan bahwa pekerja masyarakat bukanlah menjadi seseorang yang mampu melakukan segala hal oleh dirinya sendiri namun yang mampu membuat orang lain ikut terlibat beraktivitas dalam berbagai proses pemberdayaan. Oleh karena pekerja masyarakat memiliki kemampuan untuk menginspirasi, mengantusiasi, mengaktivasi, menstimulasi, menggerakan, dan memotivasi orang lain untuk melakukan tindakan (Ife, 2014: 559).

b. Mediasi dan Negoisasi

Dalam menghadapi sebuah konflik yang terjadi di dalam kelompok, seorang pekerja masyarakat terkadang harus memainkan peran sebagai Mediator. Hal ini mensyaratkan keterampilan untuk mendengar dan memahami kedua belah pihak, untuk merefleksikan berbagai pandangan dari masing-masing pihak, untuk membuat penduduk menghormati legitimasi pandangan orang lain, serta untuk membantu penduduk mencari area-area yang bisa menjadi kesepakatan dan kemudian membantu mereka membuat konsensus. Apabila Mediasi menjadi sesuatu yang tidak mungkin dilakukan, dalam kondisi demikian, hal yang dapat dilakukan adalah dengan

Negoisasi (Ife, 2014: 560).

c. Dukungan

Dukungan merupakan hal penting yang harus dilakukan dalam memelihara dan menyetujui orang lain, serta menjaga jarak dengan berbagai aspek glamour dari pekerjaan. Namun, pengembangan masyarakat dapat menjadi sebuah pengalaman yang sulit bagi semua orang yang terlibat, dan jika sebuah proyek atau program itu menghasilakan, maka penting untuk menyediakan dukungan terus-menerus untuk membangun dan mempertahankan kepercayaan diri. Itulah fondasi bagi tujuan peningkatan kesadaraan dan pemerdayaan (Ife, 2014: 564).

d. Mengorganisasi

Melalui pengorganisasian sehari-hari seperti sadar apa yang harus dilakukan, dan memastikan (jika memungkinkan bersikap rendah hati) hal itu semua terjadi, menjadi sifat dasar bagi seorang pekerja msayarakat. Ketidakkakuan dan sifat fleksibel pada kerja masyarakat berarti bahwa seorang pekerja harus secara efisien dan teratur dalam berbagai keadaan, contohnya, mengatur waktu, menjaga dokumen, sadar akan batas waktu dan menjaga janji. Peran ini merupakan salah satu yang sangat penting untuk dilakukan, melalui pengorganisasian sehari-hari inilah seorang bisa sering melakukan pemberdayaan efektif dan peningkatan kesadaran kerja pada para anggota masyarakat; hal itu dapat menjadi cara yang paling mudah untuk mengkonfirmasi berbagai keterampilan dan nilai orang banyak yang menjadi terbiasa untuk melihat diri mereka sendiri seperti memiliki sedikit hal untuk ditawarkan. Penawaran dilakukan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat (Ife, 2014: 569).

e. Pelatihan

Pelatihan merupakan peran edukatif yang paling spesifik, karena hal tersebut melibatkan bagaimana mengajarkan penduduk untuk melakukan sesuatu. Pelatihan akan sangat efektif bila hal itu memang diberikan untuk merespond permintaan masyarakat sendiri yang telah mengindentifikasi kebutuhan akan pelatihan itu.

Pelatihan bisa jadi lebih spesifik jika disesuaikan pada perkembangan ekonomi, unuk memberikan masyarakat berbagai keterampilan yang dapat mereka gunakan untuk memperoleh pekerjaan dan bekerja secara produktif dalam sebuah lapangan kerja, atau berbagai keterampilan yang dapat mereka gunakan untuk memulai sebuah proyek ekonomi masyarakat lokal (Ife, 2014: 570).

B. Komunitas

Penjelasan komunitas, merupakan pembicaraan yang berkaitan dengan teori selanjutkan yang akan dijelaskan, komunitas bisa menyentuh segala aspek baik itu aspek individu maupun sosial. Berikut ini adalah pemaparan mengenai komunitas menurut para ahli:

1. Pengertian

Menurut Hermawan (2008:12), komunitasi adalah sekelompok manusia yang memiliki rasa peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya. Dapat diartikan bahwa komunitas adalah kelompok orang yang saling mendukung dan saling membantu antara satu sama lain. Sedangkan menurut Larry Lyon dalam buku Aritonan, dkk komunitas adalah kelompok orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kepentingan bersama, saling berinteraksi satu dengan lainnya (Aritongang, 2011: 40). Dalam beberapa terminologi dari Ilmu Kesejahteraan sosial ada dua intervensi untuk mengubah taraf hidup masyarakat, yaitu (Adi, 2001: 33):

a. Intervensi Mikro (individu, keluarga dan kelompok) dengan istilah lain community work (terminologi ini

digunakan dalam praktek pengorganisasisan dan pengembangan masyarakat di Inggris dan Autralia.) b. Intervensi Makro ( komunitas dan organisasi) dengan

istilah lain community organization ataupun social work

macro practice (terminologi ini yang banyak digunakan di

Amerika Serikat).

Adapun ciri-ciri komunitas sebagai bentuk organisasi sosial menurut Jim Ife dan Frank Tesoriero adalah sebagai berikut (Ife, 2014: 578):

1. Skala Manusia: suatu komunitas melibatkan interaksi-interaksi pada suatu skala yang mudah dikendalikan dan digunakan oleh individu-individu.

2. Identitas dan kepemilikan: bagi kebanyakan orang, kata komunitas akan memasukkan sebentuk perasaan „memiliki‟, atau perasaan diterima dan dihargai dalam lingkup kelompok tersebut.

3. Kewajiban-kewajiban: keanggotaan dari sebuah komunitas membawa baik hak maupun tanggung jawab, dan sebuah komunitas juga menuntut kewajiban tertentu dari para anggotanya.

4. Gemeinschaft: struktur-struktur dan hubungan-hubungan

gemeinschaft terkandung dalam konsep komunitas,

sebagai lawan dari struktur dan hubungan gesellschaft dari masyarakat massa (mass society).

5. Kebudayaan: sebuah komunitas memungkinkan pemberian nilai, produksi dan ekspresi dari suatu kebudayaan lokal atau berbasis-masyarakat, yang akan mempunyai ciri-ciri unik yang berkaitan dengan komunitas yang bersangkutan,

yang akan memungkingkan orang untuk menjadi produsen aktif dari kultur tersebut ketimbang konsumen pasif, dan yang akan datang kemudian mendorong baik keanekaragaman diantara komunitas maupun partisipasi yang berbasis-lebar.

2. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Komunitas

Dokumen terkait