• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III IMPLEMENTASI

B. Implementasi Visual

2. Medium

a. Bahan

Bahan yang dipilih penulis dalam karya ini adalah kertas karton ivory lembaran, dengan jenis dua muka yang berukuran panjang kali lebar, yaitu 109 cm x 79 cm dengan berat bersih 350 gram. Berdasarkan pengalaman beberapa semester yang telah dilakukan dalam pengerjaan

tugas studio lukis, penulis cenderung memilih kertas karton ivory tersebut

sebagai material (bahan) karya dalam pengerjaan tugas akhir ini bila dibandingkan dengan bahan yang lainnya. Penulis mempunyai beberapa alasan antara lain, yaitu:

commit to user

1) Bahan kertas karton ivory dirasa mampu menantang ketajaman

kreatifitas penulis untuk mengekplorasi bahan tersebut lebih jauh lagi.

Lebih lanjut lagi bahwa, kertas karton ivory tidak harus digunakan

sebagaimana kebanyaakan orang menggunakannya fungsi kertas tersebut secara umum atau secara mentah (langsung menggunakannya tanpa mengolahnya terlebih dahulu). Maka dari itu, penulis mencoba

mengolah karton ivory tersebut melalui beberapa proses sebelum siap

untuk digunakan sebagai bahan untuk melukis. Proses tersebut yaitu, memisahkan lapisan permukaan pada salah satu sisi muka. Sehingga,

bagian kertas karton ivory yang tertinggal adalah bagian dalam tanpa

lapisan pemutih. Perpaduan antara bahan kertas karton ivory dan cara

pengolahan proses pemisahan lapisan tersebut dirasa menarik. Hal tersebut ternyata mampu menghadirkan tekstur aktual yang mempunyai ciri khas tersendiri dibandingkan dengan kertas karton ivory sebelum diproses (yang masih halus), kertas jenis lain pada

umumnya ataupun kanvas. Tekstur yang dimaksud adalah seperti

serabut-serabut halus, dan dirasa masih langka, bila dibandingkan dengan bahan kanvas atau bahan lainnya.

2) Keunggulan kertas ivory dibandingkan dengan kanvas yaitu teknik

goresan yang dihadirkan lebih cocok, dan lebih mudah penerapannya karena disesuaikan dengan pasangan alat yang digunakan, yaitu, ballpoint-pen. Kombinasi daya serap antara kertas karton ivory

(setelah mengalami pemrosesan) dengan tinta ballpoint-pen lebih

commit to user

kanvas. Pengaturan tekanan untuk intensitas tebal maupun tipisnya jejak tinta lebih mudah, serta detail bentuknya pun juga lebih tajam dibandingkan dengan menggunakan kanvas.

b. Alat

Alat utama yang digunakan dalam pengerjaan karya lukis ini

adalah ballpoint-pen dengan merek dagang PILOT BPT-P. Keuntungan

penulis memilih menggunakan alat tersebut yaitu kemampuan ballpoint-

pen dirasa lebih cocok dengan teknik melukis penulis saat ini terhadap

pasangan bahan yang dipilih, yaitu, kertas karton ivory. Hal tersebut

karena mekanisme kerja pada ballpoint-pen menggunakan bola kecil pada

mata pen-nya yang dirancang khusus dengan mengandalkan sistem

tekanan, supaya jejak tinta yang dihasilkan dapat lebih terarah, dan dapat diatur sesuai dengan daya tekan dalam penerapanya. Penekanan yang mudah diatur tersebut mempermudah penulis untuk menciptakan sifat

garis yang diinginkan. Selain itu, kemampuan ballpoint-pen dirasa mampu

membuat detail bentuk yang lebih rumit, jika dibandingkan dengan menggunakan alat kuas, spidol atau alat yang lainnya.

Bila menggunakan kuas, dirasa memiliki kelemahan, yaitu, goresannya terlalu banyak, dan menyebar sehingga, sulit untuk menciptakan detail yang diinginkan. Sedangkan, jika menggunakan rapido dan spidol, memiliki kelemahan, yaitu, selain mudah rusak, penekanan jejak tinta yang dihasilkan juga sulit untuk diarahkan (tidak mudah diatur), dan menjadikan kertas menjadi terlalu basah saat menggunakan teknik

commit to user

arsir. Sehingga, hal tersebut mempersulit penulis dalam membuat detail bentuk yang diharapkan.

Kesimpulan dari penjelasan di atas, bahwa penulis lebih cenderung

memilih ballpoint-pen dibandingkan alat-alat yang lainya, yaitu,

berdasarkan kemampuannya. Sedangkan, kemampuan yang dimaksud adalah, cocok digunakan, tidak mudah rusak, sehingga, dalam penekanan jejak tinta mudah diatur untuk menciptakan berbagai karakter garis yang mendukung gagasan penulis, dibandingkan dengan alat lain seperti, rapido, spidol ataupun kuas.

3. Teknik

Teknik yang diterapkan penulis dalam proses berkarya pada tugas akhir ini, menggunakan teknik konvensional (yang telah lazim atau biasa) berupa sentuhan secara langsung di atas kertas, yaitu:

a. Teknik gores

Teknik arsir dalam hal ini adalah teknik menarik garis-garis dengan cara menggoreskan mata pena secara berulang, untuk menciptakan kesan gelap terang pada suatu bentuk objek atau figure dengan susunan garis-garis sejajar atau menyilang (miring, vertikal atau horizontal). Dengan cara tersebut maka akan memunculkan kesan tekstur semu dengan karakter seperti bekas goresan, yang mendukung kesan gelap terang pada bentuk objek atau figur.

b. Teknik gosok

Teknik gosok atau dusel dalam hal ini adalah teknik untuk menciptakan kesan gelap terang pada bentuk objek atau figur, dengan

commit to user

cara menggosokan mata pena dalam posisi rebah pada permukaan suatu bidang. Dengan cara tersebut maka akan memunculkan kesan tekstur (semu) dengan karakter seperti bekas gosokan, yang mendukung kesan gelap terang pada bentuk objek atau figur.

4. Proses Visualisasi

Pada konsep perwujudan bentuk dalam karya tugas akhir ini selain mengandalkan spontanitas dalam praktek penggarapanya, juga membutuhkan kesabaran dalam proses penyelesaiannya. Hal tersebut menjadikan alasan tersendiri bagi penulis, untuk memulai proses visualisasi berdasarkan tahap-tahap yang dilakukan. Sedangkan, proses visualisasi pada karya tugas akhir ini, melalui beberapa tahap, yaitu:

a. Tahap Pertama:

Tahap pertama dalam proses ini yaitu membuat goresan-goresan dasar yang masih samar dengan menggunakan teknik penekanan ballpoint-pen yang lemah secara langsung (tanpa menggunakan sket pensil atau alat lainnya). Goresan tersebut dilakukan secara terus-menerus sampai membentuk suatu sketsa, yang kemudian sedikit demi sedikit mulai diperjelas menjadi bentuk figur atau objek sebagaimana konsep perwujudan bentuk yang dimaksud.

b. Tahap kedua:

Tahap kedua sebagai lanjutan tahap pertama, yaitu dengan

meningkatkan tekanan mata ballpoint-pen, sehingga, memperjelas figur

commit to user

Selanjutnya dimulai dengan teknik pengarsiran untuk mempertajam bentuk tersebut.

c. Tahap ketiga:

Tahap ketiga, yaitu dengan memantapkan bobot bentuk pada objek atau figur dengan teknik arsiran atau teknik dusel sampai menuju intensitas gelap terang untuk memperkuat karakter bentuk figur maupun objek yang dimaksud.

d. Tahap keempat:

Tahap keempat adalah tahap terakhir atau disebut juga sebagai tahap penyelesaian yaitu mempertajam detail bentuk yang dihadirkan.

5. Deskripsi Karya

Menurut etimologinya deskripsi atau dalam bahasa inggrisnya

„deskription‟, diambil dari sebuah kata kerja transitif „describe‟, yang berasal dari

kata Latin „describere‟ yang artinya “menuliskan”. Pada masa kini kata tersebut

berarti untuk memberi penjelasan verbal mengenai sesuatu. Dengan kata lain, pengertian deskripsi adalah tindakan representasi verbal mengenai sesuatu. Sehingga, dalam hal ini penulis akan mendeskripsikan karya seni lukis yang disajikan dalam tugas akhir ini dalam bentuk tulisan. Penjelasan karya dalam penulisan ini sebagai deskripsi umum tentang karya yang ditampilkan, yaitu seperti yang terlihat pada lampiran 1 sampai dengan lampiran 8. Sementara dari segi ukuran dan medium yang digunakan, masing-masing karya mempuyai ukuran panjang kali lebar, yaitu 109 cm x 79,5 cm. Sedangkan, medium yang

commit to user

(salah satu lembaran bagian dalam dengan melalui proses pemisahan lapisan; lihat medium, hal. 47).

Ringkasan tema kehidupan alam monster dalam hal ini bahwa monster

super ego selalu berupaya menghalangi monster id keluar dari lubang tempat dia

berasal, dan sebaliknya monster id selalu berupaya untuk keluar dari lubang

kekuasaanya menuju monster ego dengan cara apapun agar dapat terhubung ke

dunia luar. Sementara monster ego memiliki dua buah kabel penghubung yang digunakan untuk mengendalikan perilaku ke duanya. Sedangkan panjang dan pendeknya kabel yang terhubung antara monster ego dengan masing-masing monster yang dikendalikannya, menunjukan kuat lemahnya monster tersebut dibawah kendali ego. Kabel yang semakin pendek untuk menunjukkan bahwa, monster tersebut semakin lemah dan berada dibawah kendali monster ego. Sedangkan, kabel yang semakin panjang menunjukan monster tersebut semakin kuat dan monster ego-lah yang berada dibawah kendali monster yang kabelnya paling panjang.

Sedangkan visualisasi figur dan objek yang ditampilkan pada setiap karya Tugas Akhir ini, yaitu :

Sesosok figur berwujud fisik seperti manusia yang memiliki karakter bentuk seperti robot (yang kemudian disebut sebagai monster super ego). Bentuk tersebut terdiri dari perpaduan antara lempengan-lempengan besi, dan silinder. Sedangkan elemen-elemen seni rupa untuk menyusun bentuk tersebut, penulis memanfaatkan sifat garis lengkung, lurus, dan perpaduan antara bidang geometris dan bidang organis yang tak beraturan, yaitu segitiga, segi empat, dan segi lainnya yang tak beraturan serta bulatan-bulatan yang kecil yang dihasilkan oleh adanya

commit to user

permainan jejak tinta hitam ballpoint-pen di atas putih kertas ivory. Lebih lanjut

lagi yaitu penggunaan teknik dusel pada shape tersebut memberikan kesan gelap

terang, tekstur semu dan kesan ruang yang memperjelas bentuk figur serta menampilkan kesan yang kaku. Sedangkan keragaman dari bentuk robot yang tercipta pada karya yang dihadirkan merupakan gerak spontanitas penulis semata. Penjelasan karakter bentuk tersebut, untuk karya pertama sampai dengan karya ke delapan (lihat gambar 1. sampai dengan gambar 8.). Sedangkan deskripsi gesture akan dijelaskan sesuai dengan judul masing-masing karya, yaitu, pada penomoran „a‟ sampai „h‟.

Kemudian figur selanjutnya, yaitu abstaksi figur kepala manusia yang berpadu dengan bentuk siput darat (sebagai monster ego). Figur kepala tersebut menggantikan cangkang siput darat (rumah siput), yaitu posisi wajah menghadap ke arah belakang dengan besaran sudut kurang lebih 45º (derajat). Sedangkan pada tubuh siput tersebut digabungkan dengan bentuk tulang leher hingga ujung tulang sumsung belakang. Tulang tersebut dilukiskan keluar dari celah cangkang kepala sampai menjalar ke bagian kepala siput, sehingga terlihat seperti tulang punggung yang menyangga tubuh siput tersebut. Lebih lanjut lagi, pada kepala siput tersebut digubah lagi menjadi bentuk lain dengan dua buah kabel yang terhubung ke monster lainnya. Perpaduan bentuk siput dipilih untuk menunjukan, sebagaimana, peran otak manusia yang terlihat seperti organ yang lemah, namun, mampu mengendalikan fungsi organ tubuh lainnya. Elemen-elemen seni rupa dalam bentuk tersebut yaitu beragam sifat garis lengkung, lurus, panjang dan

pendek yang saling bersinggungan membentuk shape organis. Lebih lanjut lagi

commit to user

lengkung, pendek dan tidak terlalu tebal. Sedangkan kesan gelap terang dalam shape yang membentuk figur kepala, dan tulang punggung pada karya tersebut,

didominasi dengan teknik dusel (lihat teknik hal.50). Sementara, shape yang

membentuk badan siput tersebut didominasi dengan teknik arsir searah (lihat gambar 1, 2, 4, 5, 7, 8), namun ada pula yang mengunakan campuran teknik dusel

(lihat gambar 3 dan 6). Sifat garis yang menyusun pada bentuk shape tersebut

lebih tebal dan lebih banyak dari pada garis yang menyusun shape di bagian

kepala (rumah siput).

Dan terakhir adalah objek monster campuran yaitu abstraksi dari organ tubuh manusia dan organ tubuh binatang (monster id). Perpaduan antara abstraksi bentuk organ tubuh manusia seperti wajah tanpa mata, paha yang menyambung dengan tangan, tulang sumsung belakang, daging, otot dan abstraksi bentuk

kepala anjing. Abstraksi bentuk tersebut dapat dilihat dari hampir semua shape

organis yang disangatkan menjadi semakin membesar dan mengecil pada aspek yang diabstraksikan. Seperti pada bentuk matanya yang melotot tanpa pupil, iris, maupun lensa mata di bagian tengahnya menunjukkan bahwa monsters id tersebut buta (lihat gambar 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, kecuali karya nomor 4., yaitu, tanpa mata). Kesatuan bentuk dari susunan bagian-bagian organ tubuh yang diabstraksi pada objek monster yang tak lazim tersebut menambah kesan bahwa monster tersebut memiliki karakter yang kuat, liar, dan terus bergerak untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam keadaan yang buta. Hal tersebut sebagaimana sifat

id dalam struktur alam pikiran manusia yaitu tidak mempedulikan apakah

perbuatan yang dilakukan individu yang berada di bawah pengaruh prinsip kenikmatan id sesuai dengan nilai-nilai yang dianggap baik ataupun tidak baik

commit to user

dimasyarakat. Sedangkan sifat garis yang membatasi shape tersebut beragam,

mulai dari lengkung, lurus, panjang, pendek, tebal dan tipisnya garis berpadu menjadi satu kesatuan. Namun, dalam bentuk objek monster id tersebut lebih didominasi garis lengkung yang panjang. Seperti yang terlihat pada bentuk kulit yang membalut organ dalam monster id tersebut terlihat memanjang dengan arah yang lurus kemudian melengkung dan juga sebaliknya.

Penempatan antara objek dan figur tersebut meghadirkan kesatuan bentuk yang dinamis, bergerak, hidup tetapi tidak formal. Penataan antara unsur yang

satu dengan unsur lainnya memanfaatkan keseimbagan informal (informal

balance) atau keseimbangan asimetris. Hal ini karena keberagaman bentuk dan ukuran antara figur dan objek yang dihadirkan tidak sama bahkan sangat berbeda. Kesederhanaan dalam karya Tugas Akhir ini lebih ditekankan pada

penggunaan warna. Curahan tinta hitam dari ballpoint-pen memperlihatkan kesan

kontras dengan baground putih yang sedikit coklat kekuningan yaitu dari warna

dasar kertas ivory yang telah mengalami proses pemisahan dengan permukaan

lapisan pemutihnya. Penulis memilih hitam dan putih mengingat bahwa peran hitam dan putih diantara warna-warna benda yang terlihat di alam sering diabaikan dari pandangan mata manusia. Padahal peran antara hitam dan putih sangat penting dalam menentukan intensitas gelap terangnya warna yang dipersepsikan. Dengan kata lain, hitam dan putih merupakan faktor yang menentukan kehidupan warna tersebut yaitu menyatu dengan warna-warna benda yang terlihat oleh mata. Namun, kemampuan mata manusia (tanpa alat bantu khusus) terbatas dalam mengamati kadar kecerahan dari hitam dan putih tersebut. Sebagaimana, peran aktifitas kehidupan alam pikiran manusia yang sering luput

commit to user

dari kesadaran manusia terhadap segala bentuk aktifitas yang dilakukan dalam kehidupan di dunia nyata.

Sedangkan gesture tubuh yang ditampilkan pada masing-masing karya merupakan wujud pencitraan mengenai peristiwa proses mekanisme pertahanan diri dari masing-masing kebutuhan monster untuk menjadi makhluk yang paling dominan. Hal tersebut sebagai penggambaran wujud dari persepsi penulis bahwa setiap perilaku berfikir yang dialami manusia dalam kehidupan nyata merupakan

atas dasar dibawah kendali monster (antara id, ego dan super ego) yang paling

dominan tersebut.

Untuk lebih rinci dalam deskripsi karya berikut ini diulas setiap karya, mulai dari karya pertama sampai karya kedelapan sebagai berikut:

a. Karya pertama : Kehidupan Alam Monster I

Pada karya kedelapan ini sedikit berbeda dengan bentuk-bentuk sebelumnya. Figur monster super ego dengan pose tangan kanan memegang mulut kabel pada objek monster id sedangkan tangan kirinya juga memegang lanjutan dari kabel yang menghubungkannya dengan figur monster ego. Sedangkan kaki sebelah kanan, menginjak, dan sekaligus menopang sepuruh berat tubuhnya pada organ tubuh objek monster id dan kaki sebelah kirinya

bergelantung lurus. Sementara objek monster id pada karya ini dengan posisi

kedua kaki yang menyerupai tangan manusia dengan jari-jari yang menancap ke tanah yaitu tempat objek monster id tersebut berpijak. Sedangkan figur monster ego berada pada posisi di belakang sebelah atas dari figur monster

super ego. Sementara sifat garis dan bentuk tersebut merupakan spontanitas

commit to user

disekeliling objek dan penempatan tersebut memberikan kesan keseimbangan asimetris serta menunjukan bahwa batas antara kehidupan alam monster dengan kehidupan alam lainnya.

b. Karya kedua : Kehidupan Alam Monster II

Kesan pertama yang terlihat pada karya kedua ini diarahkan pada penataan komposisi objek dan figur yang ditampilkan. Komposisi tersebut yaitu sesosok robot berbentuk manusia dengan posisi tubuh tergantung, dengan keadaan kedua kakinya terjerat oleh bagian tubuh monster id. Sedangkan, monster id tersebut dengan wujud bentuk organ campuran antara kepala anjing, dan bagian wajah manusia, serta tangan manusia, dengan balutan kulit yang terkesan lentur, lengket, dan lunak yang menjadi satu kesatuan objek. Sehingga menyebabkan posisi kepala monster super ego

(robot) menghadap ke bawah yaitu ke arah objek monster id yang keluar dari

lubang yang menghubungkan alam mereka berada. Sedangkan, tangan bagian kirinya terjerat oleh jaringan organ yang lengket dari bagian tubuh monster id yang unik, yang muncul dari atasnya.

Komposisi jarak antara monster id dan super ego tersebut sebagai penggambaran luapan emosi antara tekanan prinsip kesenangan id dengan tekanan prinsip ideal super ego yang menuntut kesempurnaan terhadap tindakan yang harus direalisasikan ego. Sedangkan, figur kepala manusia yang menempel seperti rumah siput berada di sebelah kiri, sebagai terminal kabel

penghubung antara monster super ego dan Monster id. Penampilan bentuk

tersebut sebagai penggambaran keadaan Ego penulis dalam upaya melakukan

commit to user

dengan id yang saling bertentangan. id berusaha menjadikan ego selalu merasa senang sebagai naluri dasar untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Sedangkan, sebuah lubang yang terletak di sebelah kanan monster ego tersebut merupakan tempat monster id muncul sebagai penggambaran pintu gerbang menuju alam bawah sadar. Penempatan antara objek dan figur tersebut meghadirkan komposisi yang dinamis , bergerak, hidup tetapi tidak

formal sehingga memunculkan kesan informal balance atau keseimbangan

yang tidak simetris.

c. Karya ketiga: Kehidupan Alam Monster III

Karya ketiga memperlihatkan figur monster super ego dengan pose seluruh bagian tubuhnya menghadap kesamping (kiri) dengan kondisi yang rusak yaitu kabel yang terletak di bagian tempurung kepala bagian belakang yang menghubungkannya dengan figur monster ego telah terputus, sehingga, terlihat lunglai tak berdaya. Posisi figur monster ego tersebut tergantung dengan kepala berada di atas dan kaki berada di bawah. Kepala figur monster

super egotersebut diremat oleh objek monster id dengan wujud bentuk tangan

yang menyatu dengan bentuk seperti kepala anjing yang muncul dari atas. Hal tersebut menunjukan perlawanan terakhir dari keganasan figur monster super ego terhadap keganasan monster id. Sedangkan salah satu kaki bagian kanan figur monster super ego tersebut terbelit oleh bagian tubuh objek monster id yang muncul dari bawah. Sedangkan bagian tangan sebelah kanan figur monster super ego tersebut dalam pose masih memegang kabel yang terputus antara objek monster id dengan monster ego.

commit to user

Hal tersebut menunjukkan bahwa objek monster id telah menguasai monster ego yaitu dengan keberhasilannya menyingkirkan monster super ego sebagai penjaganya. Sedangkan figur monster ego yang berada dibawah kendali objek monster id tersebut mengalami transformasi bentuk yaitu tumbuh lagi bagian kepala siput beserta tulang punggungnya yang muncul dari cangkang yang berbentuk seperti kepala manusian. Kemudian kabel tersebut terhubung dengan objek monster id yang berada di atas. Sifat garis

yang membatasi shape yang membentuk figur monster ego tersebut lebih tebal

serta lebih pendek. Ketebalan garis yang dipadu dengan penataan antara figur dan objek monster tersebut menjadikan figur monster super ego sebagai “center point” dari karya tersebut.

d. Karya ketiga: Kehidupan Alam Monster IV

Karya ketiga, pandangan audiens akan terarah pada figur monster super ego dengan pose membelakangi audiens dengan posisi kaki bagian kanan (dari telapak kaki sampai dengan paha bagian atas) dan tangan (dari telapak tangan sampai bagian atas sikut) tengelam (terlilit) dalam organ kepala objek monster id. Sementara kaki kirinya menahan beban tubuhnya yang hampir tenggelam dengan tangan sebelah kiri memegang kabel yang yang menghubungkan antara objek monster id dan figur monster ego. Sementara objek monster id dalam posisi menahan beban tubuhnya dengan kedua kakinya yang berbentuk seperti tangan manusia dan juga modifikasi bentuk organ bagian tubuhnya yang lain, dengan dinding lubang tempat monster id tersebut muncul. Hal tersebut menunjukan, bahwa objek monster

commit to user

menghubungkan antara keduanya semakin panjang, yang menunjukkan bahwa monster ego dalam keadaan dibawah pengaruh konflik antara keduannya. Penataan komposisi antara figur dan objek tersebut terlihat begitu mendominasi sehingga kesatuan bentuk monster super ego dan objek monster

id menjadi “center point” pada karya tersebut.

e. Karya keempat: Kehidupan Alam Monster V

Figur monster super ego dengan pose duduk di atas organ tubuh objek monster id, dimana seluruh tubuhnya menghadap ke kiri dengan kaki kiri ditekuk. Sedangkan kaki kanannya bergelantung, namun tertutup oleh bagian organ objek monster id. Sementara tangan sebelah kiri memegang kabel

monster id, sedangkan tangan kanannya menyangga beban tubuhnya. Pose

figur monster super ego tersebut memperlihatkan kesan santai, karena tidak

adanya berlawanan dari objek monster id. Sedangkan objek monster id

tersebut terlihat tak berdaya. Sementara figur monster ego justru terlihat menyeramkan dan lebih kuat dari karya sebelumnnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa monster ego sedang berada dibawah kendali monster

super ego. Sedangkan “center point” pada karya tersebut adalah pose figur

Dokumen terkait