commit to user
i
KEHIDUPAN ALAM MONSTER
DALAM KARYA SENI LUKIS
s
PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Seni
Jurusan Seni Rupa Murni
Oleh:
BASUKI NIM.C. 0607002
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
commit to user
commit to user
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Allah SWT
Ayah, Ibu dan keluarga tercinta
commit to user
vi
MOTTO
Rabalah dadamu, ketuklah, dan tanyakan pada hatimu apa yang diketahuinya.
(William Shakespeare)
Jika Anda benar-benar merenungkan tentang kehidupan yang Anda jalani
di dunia ini maka Anda akan menemukan bahwa
sesungguhnya makna manusia hidup adalah berjalan menuju Allah SWT, dan
kehidupan adalah bingkai perjalanan itu sendiri.
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir ini
dengan baik. Shalawat dan salam diperuntukkan kepada Rasulullah Muhammad
SAW yang memberikan suri tauladan kepada seluruh umat muslim di dunia.
Penulis mendapatkan pengalaman berharga selama mengerjakan Tugas Akhir.
Hal tersebut dapat terwujud dengan bantuan Allah SWT melalui para hamba-nya
dalam bentuk dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya, serta mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph. D., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa.
2. Drs. Agustinus Sumargo, M.Sn., selaku Ketua Jurusan Seni Rupa Murni dan
pembimbing II, yang dengan sabar membimbing dan bersedia memberikan
sumbangan baik berupa masukan, saran, kritik, gagasan, wawasan, yang cukup
menyita tenaga dan waktu beliau kepada penulis.
3. Drs. Arfial Arsad Hakim, M.Sn., selaku pembimbing I, yang dengan sabar
membimbing, menuntun dan mengarahkan penulis. Beliau telah bersedia
memberikan sumbangan baik berupa masukan, saran, kritik, gagasan, serta
commit to user
viii
4. Drs. Agus Nur Setyawan, M.Hum., selaku koordinator Tugas Akhir yang dengan
sabar memberikan arahan dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan
penulisan Tugas Akhir ini. Berkat sikap kritis beliau, penulis menjadi merasa
senang dan semangat untuk menulis.
5. Drs. Suatmadji, M.Sn., selaku pihak yang pernah menjadi pembimbing penulis
pada mata kuliah studio seni lukis IV, bahwa, apa yang dahulu pernah beliau
ajarkan sangat membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Drs. Nooryan Bahari., M.Sn, selaku pihak yang memberikan tambahan wawasan
tentang seni dalam bentuk teori-teori yang telah diungkapkan oleh beliau.
Sehingga, memberikan banyak sumbangan referensi dalam penulisan tugas akhir
ini.
7. Sigit Purnomo Adi, S.Sn., M.Sn., selaku pihak yang telah memberi motivasi
kepada penulis untuk tetap semangat.
8. Teman-teman seperjuangan, Stephanus Budi SP., S.sn., Galih R.A., S.sn., Wahyu
Wijaya, Jundi Al-Hadidi, dan teman-teman angkatan 2006 Seni Rupa Murni
UNS.
9. Keluarga Besar Mahasiswa Seni Rupa Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS.
10.Semua pihak yang telah membantu tidak dapat penulis sebutkan namanya satu
commit to user
ix
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan ini masih jauh
dari kesempurnaan, maka penulis berharap pada sikap kritis pembaca untuk bersedia
memberikan saran, masukan, pendapat, dan kritik yang membangun supaya penulisan
ini lebih baik. Semoga di dalam penulisan ini mampu memberikan manfaat bagi
pembaca pada umumnya dan bagi mahasiswa Seni Rupa Murni pada khususnya.
Surakarta,……… 2012
Penulis
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
ABSTRAK ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penulisan ... 6
E. Manfaat Penulisan ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
A. Alam dan Kehidupan ... 7
1. Pemahaman tentang alam ... 7
2. Pemahaman tentang kehidupan ... 8
commit to user
xi
4. Kehidupan alam pikiran dalam konsep psikoanalisis ... 13
B. Pemahaman tentang Monster ... 18
1. Pengertian monster ... 18
2. Sejarah dan perkembangan pemahaman tentang monster... 18
3. Jenis-jenis monster menurut konsep bentuknya ... 22
C. Seni, Seni Rupa dan Seni Lukis ... 26
1. Pemahaman seni ... 26
2. Seni Rupa ... 28
3. Seni Lukis ... 29
4. Kertas karton ivory sebagai material (bahan) karya seni lukis ... 32
D. Komponen Seni Rupa ... 37
F. Organisasi dari Unsur Desain ... 38
commit to user
xii
2. Keseimbangan ... 39
3. Dominasi ... 40
4. Kesederhanaan ... 40
G. Abstrak, Abstraksi ... 48
BAB III IMPLEMENTASI ... 50
A. Implementasi Teoritis ... 50
B. Implementasi Visual... 54
1. Konsep dan Perwujudan Karya ... 54
a. Konsep bentuk ... 54
b. Bentuk atau Perwujudan karya ... 56
2. Medium ... 59
3. Teknik ... 62
4. Proses visualisasi ... 63
5. Deskripsi karya ... 64
6. Penyajian karya ... 75
BAB IV PENUTUP ... 77
A. Kesimpulan ... 77
B. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
xiii
ABSTRAK
Basuki. C. 0607002. 2012. Kehidupan Alam Monster dalam Karya Seni Lukis.
Pengantar Karya Tugas Akhir (S-1) Jurusan Seni Rupa Murni, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tugas Akhir ini mencitrakan tema tentang Kehidupan Alam Monster, sebagai bentuk ekspresi penggambaran kehidupan yang terjadi dalam alam pikiran manusia. Kehidupan yang terjadi didalam alam pikiran manusia dipersepsikan sebagai suatu medan pertempuran para monster yang tidak terbatas pada ruang dan waktu. Dalam hal ini berdasarkan konsep psikoanalisis Sigmund Freud mengenai struktur kepribadian manusia yang dianggap sebagai faktor terbesar dalam menentukan perilaku manusia. Struktur tersebut terdiri dari tiga instansi psikis, yaitu, id, ego dan super ego. Sedangkan, batasan permasalahan yang akan diketengahkan, yaitu, hubungan antara struktur alam pikiran manusia, tentang id, ego dan super ego dalam salah satu bentuk mekanisme pertahannan ego sebagai monster dalam diri manusia itu sendiri. Adapun permasalahan yang diketengahkan dalam pembahasan ini, yaitu; (1) Bagaimana penjelasan karakter perilaku antara id, ego dan super ego dalam struktur kehidupan pikiran manusia?, (2) Bagaimana gagasan kreatif id, ego dan superego di dalam kehidupan alam monster sebagai tema dalam karya lukis? (3) Bagaimana konsep perwujudan bentuk kehidupan alam monster sebagai tema dalam karya lukis?. Tujuannya, yaitu; (1) Menjelaskan mengenai karakter antara id, ego dan super ego dalam kehidupan pikiran manusia. (2) Menjelaskan gagasan kreatif mengenai karakter id, ego dan super ego dalam mekanisme pertahanan ego merupakan kehidupan alam monster sebagai tema dalam karya lukis. (3) Menjelaskan konsep perwujudan bentuk kehidupan alam monster sebagai tema dalam karya lukis. Karya yang dihadirkan merupakan persepsi kreator tentang perilaku ketiga instansi dalam sistem mekanisme pertahanan ego, yang disublimasikan melalui wujud bentuk figur ataupun objek, yang dihadirkan dalam karya seni lukis. Semoga karya ini mampu memberikan tambahan wawasan, wacana maupun inspirasi yang baru untuk semuanya.
KEHIDUPAN ALAM MONSTER DALAM KARYA SENI LUKIS
Basuki1
Drs. Arfial Arsad Hakim, M.Sn.2 Drs. Agustinus Sumargo, M.Sn3
ABSTRAK
2012. Pengantar Karya Tugas Akhir (S-1) Jurusan Seni Rupa Murni, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tugas Akhir ini mencitrakan tema tentang Kehidupan Alam Monster, sebagai bentuk ekspresi penggambaran kehidupan yang terjadi dalam alam pikiran manusia. Kehidupan yang terjadi didalam alam pikiran manusia dipersepsikan sebagai suatu medan pertempuran para monster yang tidak terbatas pada ruang dan waktu. Dalam hal ini berdasarkan konsep psikoanalisis Sigmund Freud mengenai struktur kepribadian manusia yang dianggap sebagai faktor terbesar dalam menentukan perilaku manusia. Struktur tersebut terdiri dari tiga instansi psikis, yaitu, id, ego dan super ego. Sedangkan, batasan permasalahan yang akan diketengahkan, yaitu, hubungan antara struktur alam pikiran manusia, tentang id, ego dan super ego dalam salah satu bentuk mekanisme pertahannan ego sebagai monster dalam diri manusia itu sendiri. Adapun permasalahan yang diketengahkan dalam pembahasan ini, yaitu; (1) Bagaimana penjelasan karakter perilaku antara id, ego dan super ego dalam struktur kehidupan pikiran manusia?, (2) Bagaimana gagasan kreatif id, ego dan superego di dalam kehidupan alam monster sebagai tema dalam karya lukis? (3) Bagaimana konsep perwujudan bentuk kehidupan alam monster sebagai tema dalam karya lukis?. Tujuannya, yaitu; (1) Menjelaskan mengenai karakter antara id, ego dan super ego dalam kehidupan pikiran manusia. (2) Menjelaskan gagasan kreatif
1
Mahasiswa Jurusan Sni Rupa Murni dengan NIM C0607002
2
Dosen Pembimbing I
3
Dosen Pembimbing II
mengenai karakter id, ego dan super ego dalam mekanisme pertahanan ego merupakan kehidupan alam monster sebagai tema dalam karya lukis. (3) Menjelaskan konsep perwujudan bentuk kehidupan alam monster sebagai tema dalam karya lukis. Karya yang dihadirkan merupakan persepsi kreator tentang perilaku ketiga instansi dalam sistem mekanisme pertahanan ego, yang disublimasikan melalui wujud bentuk figur ataupun objek, yang dihadirkan dalam karya seni lukis. Semoga karya ini mampu memberikan tambahan wawasan, wacana maupun inspirasi yang baru untuk semuanya.
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap mahasiswa pasti pernah mengalami kendala dalam setiap
kegiatannya di dunia akademis. Pengalaman selama lima tahun terakhir sebagai
mahasiswa, penulis kesulitan ketika harus dihadapkan pada saat penyusunan
laporan dalam bentuk penulisan. Salah satu faktor penyebab terbesar adalah
kurangnya wawasan tentang literatur yang mengakibatkan berbagai dampak
saling berhubungan. Hal ini menurut hemat penulis juga sering dialami oleh
sebagian mahasiswa lainnya.
Dampak yang akan terjadi semakin meluas, yaitu mahasiswa mengalami
krisis ketidak percayaan diri dalam menyusun laporan. Ketidakpercayaan diri
tersebut menjadikan ketidakmampuan individu kesulitan memfokuskan
permasalahan yang akan diangkat, serta menyebabkan ketakutan akan bobot
kualitas pembahasan yang harus diselesaikannya. Lebih buruknya lagi adalah
kondisi ini dapat menjadikankan individu mengalami tekanan batin yang luar
biasa besar, serta semakin memperparah keadaan pada dirinya sendiri.
Hal yang sama juga dialami oleh mahasiswa yang lain seperti pernyataan
Dian (2012), berikut ini:
“Seorang kawan mengaku sulit melepaskan kebiasaan memikirkan
commit to user
kebiasaan lama: menganggap semua hal penting dan ingin menuangkan semuanya ke dalam laporan. Ia takut ada yang terlewat. Akibatnya, ia sering menunda menulis laporan karena sibuk
menghimpun bahan-bahan terlebih dulu.”
(http://blog.tempointeraktif.com/tips-trick/fokuslah-pada-apa-yang-ingin-anda-kerjakan/. 26/03/2012).
Masalah di atas menjadi pemikiran tersendiri bagi penulis bahwa, individu
tidak mampu menemukan pemahaman yang memuaskan bagi dirinya, sehingga
memaksakan diri untuk terus memenuhi aktifitas berpikir dalam kehidupannya.
Hal tersebut membuat otak pikir kelelahan, bahkan menjadikan kekacauan di
dalam benaknya sendiri, sehingga menjadikan perilaku berpikir individu semakin
tak terarah. Dengan kata lain, individu akan mengalami kebimbangan dalam
proses berfikir untuk menemukan jawaban atas permasalahan kehidupan yang
dialaminya.
Perilaku berpikir seperti diatas menurut Turner dan Helms biasa dialami
oleh individu pada masa dewasa muda yaitu individu telah memasuki penalaran
postformal (post-formal reasioning), yaitu kemampuan tersebut ditandai dengan
pemikiran yang bersifat dialektikal (dialektical thought). Sifat dialektikal yang
dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan untuk memahami, menganalisis dan
mencari titik temu dari berbagai macam ide, gagasan, pendapat, dan
pemikiran-pemikiran yang saling kontradiktif (bertentangan), sehingga individu mampu
mensintesiskan dalam pemikiran yang baru dan kreatif (Turner & Helms, 1995
dalam Agoes Dario, 2008: 56-57). Pada masa kekacauan tersebut, akan
berlangsung pertentangan imajiner terus-menerus dalam waktu yang lama, dan
individu secara perlahan menjadi tidak sadar bahwa dalam benaknya sedang
commit to user
imajinasi dalam hal ini adalah, suatu kekuatan atau daya dalam diri manusia untuk
menghasilkan citra mental dan ide dalam benak individu (Sarte, 1972 dalam
Sillvester G. Sukur, 2000).
Lebih lanjut lagi menurut Sigmund Freud, bahwa sebagian besar individu
seringkali tidak menyadari faktor-faktor yang menentukan emosi dan tingkah laku
mereka sendiri. Kenyataannya sebagian besar individu mengalami imajinasi yang
berlangsung dalam benak saat konflik sedang terjadi dalam pikiran. Freud,
memandang bahwa kehadiran imaji tersebut sebagai kerja sistem mekanisme
pertahanan psikis yang dilakukan oleh id dalam kehidupan psikis-nya.
Imajinasi yang dialami berfungsi untuk mengurangi beban pikiran berlebih
(tegangan) dari aktivitas berpikir individu yang dirasa cukup berat. Freud
membedakan tiga sistem dalam kehidupan psikistersebut, yaitu id, ego, dan super
ego. Pertama, id adalah bagian bawah sadar psikis yang berusaha memenuhi
dorongan naluriah dasar, dimana id selalu bekerja sejalan dengan prinsip-prinsip
kenikmatan. Kedua, ego adalah struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran
dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Sedangkan yang ketiga, super
ego yaitu buah hasil internalisasi; sejauh larangan-larangan dan perintah-perintah
yang sebelumnya merupakan sesuatu yang asing bagi si subjek, dan akhirnya
dianggap sebagai sesuatu yang berasal dari subjek sendiri (Bertens, 2006: 32-34).
Pada dasarnya ketiga instansi dalam kehidupan psikis tersebut saling
berupaya untuk menguasai wilayahnya. Keadaan tersebut menyebabkan hasrat
dan kehendak yang ada dalam pikiran individu akan selalu berpikir, bahkan
mencoba memahami bagaimana kita berada di alam sekitar. Keadaan tersebut
commit to user
ada di luar diri mereka berada, namun juga suatu objek alam di dalam diri mereka.
Pada akhirnya penulis menyadari tentang perilaku setiap individu dalam
kehidupannya sehari-hari tidak hanya hidup dalam alam yang nyata saja, namun
juga hidup dalam alam semu (tidak nyata) yaitu alam pikiran individu itu sendiri.
Hal di atas memunculkan persepsi bagi penulis bahwa yang hanyut dalam
alam pikiran tanpa melakukan tindakan sama sekali, sebenarnya telah
membiarkan monster tumbuh dan berkembang dalam alam pikirannya sendiri.
Monster yang dimaksud dalam hal ini adalah pencitraaan makhluk abnormal.
Selanjutnya monster-monster tersebut semakin liar, hingga kadang kala sulit
untuk dikendalikan sehingga muncul gagasan bahwa alam pikiran seperti suatu
medan pertempuran para monster yang tak terbatas pada ruang dan waktu.
Sehingga dalam keadaan seperti di atas maka penulis bermaksud untuk
mensublimasikan keadaan tersebut ke dalam bentuk karya seni lukis dengan tema
“kehidupan alam monster.” Dari uraian paragraf di atas maka penulis bermaksud
mengangkat peran id, ego dan super ego dalam mekanisme pertahanan ego
menjadi wujud bentuk monster yang berbeda diantara mereka sesuai dengan sifat
commit to user
B. Batasan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan dibatasi dalam
hubungan antara struktur alam pikiran manusia yaitu id, ego dan super ego dalam
mekanisme pertahanan ego sebagai monster dalam diri manusia itu sendiri.
Batasan ini ditentukan supaya pokok utama tidak meluas dari konsep bentuk yang
dimaksud, sehingga fokus pada implementasi karya rupa yang disajikan.
C. Rumusan Masalah
Rumuskan permasalahan yang akan diketengahkan dalam penulisan
tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana penjelasan karakter perilaku antara id, ego dan super ego
dalam struktur kehidupan pikiran manusia?
2. Bagaimana gagasan kreatif id, ego dan super ego di dalam kehidupan alam
monster sebagai tema dalam karya lukis?
3. Bagaimana konsep perwujudan bentuk kehidupan alam monster sebagai
commit to user D. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan mengenai karakter antara id, ego dan super ego dalam
kehidupan pikiran manusia.
2. Menjelaskan gagasan kreatif mengenai karakter id, ego dan super ego
dalam mekanisme pertahanan ego merupakan kehidupan alam monster
sebagai tema dalam karya lukis.
3. Menjelaskan konsep perwujudan bentuk kehidupan alam monster sebagai
tema dalam karya lukis.
E. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini dapat disimpulkan beberapa manfaat, diantaranya
sebagai berikut:
1. Kejelasan mengenai karakter antara ketiga struktur kepribadian manusia.
2. Kejelasan gagasan kreatif mengenai karakter id, egodan super ego dalam
mekanisme pertahanan ego merupakan kehidupan alam monster sebagai
tema dalam karya lukis.
3. Kejelasan konsep perwujudan bentuk yang divisualisasikan.
4. Sebagai tambahan wawasan bagi penulis maupun pembaca, pentingnya
memahami (menilai) diri sendiri, baik kekurangan maupun kelebihan yang
commit to user
kualitas penting atau disposisi bawaan, serta dapat juga mengarah pada kekuatan
kreatif di dunia materi. Kata nature diambil dari kata Latin natura yang berarti
bagian kursus mata pelajaran yang mengarah pada suatu hal (benda), sifat alami,
jagad raya (alam semesta). Sedangkan di masa kuno secara harfiah berarti
kelahiran (http://www.etymonline.com/index.php?term=nature. 21/02/2012).
Sementara dalam artikel Wikipedia dijelaskan bahwa, alam ialah seluruh
zat dan energi, khususnya dalam bentuk esensi. Sedangkan ilmu alam ialah mata
pelajaran studi ilmiah. Alam termasuk segala sesuatu dari semesta pada sub-atom
yang ada dalam pengertian lebih luas, antara lain organisme, manusia, binatang,
tanaman, dan mineral serta seluruh sumber daya alam dan peristiwa (badai
tornado, gempa bumi). Hal tersebut juga termasuk perilaku binatang hidup, dan
proses yang dihubungkan dengan benda mati (http://id.wikipedia.org/wiki/Alam.
03/03/2011).
Merujuk pada pemahaman di atas dapat disimpulkan bahwa alam adalah
keseluruhan zat dan energi khususnya dalam bentuk dasarnya masing-masing
sebagai struktur satu kesatuan untuk saling melengkapi. Sedangkan keseluruhan
commit to user
tersebut juga termasuk perubahan peristiwa yang tercakup di dalamnya, baik yang
dapat dijangkau maupun yang belum oleh persepsi manusia.
2. Pemahaman tentang kehidupan
Kehidupan adalah suatu konsep tentang alam yang berhubungan dengan
proses kelangsungan hidup di dalamnya. Hal tersebut mengingat bahwa pada
suatu kehidupan, terdapat berbagai fenomena yang begitu kompleks dalam upaya
memahami kehidupan itu sendiri. Belum ada suatu pemahaman yang memuaskan
tentang definisi ‗kehidupan‘ secara universal yang dianggap paling tepat sampai
saat ini. Proses pemahaman diperlukan secara bertahap untuk menemukan
pemahaman tentang definisi kehidupan itu sendiri.
Sementara itu, definisi ‗hidup‘ atau dalam bahasa inggrisnya dikenal
dengan kata „life‟, menurut etimologinya berawal dari bahasa kuno Inggris „lif‟
yang berarti keberadaan, seumur hidup, cara, sesuatu kondisi menjadi hidup,
kebalikan dari kematian. Kata tersebut berasal dari bahasa Proto-Germanic
*libam, yang artinya (Serumpun dengan bahasa kuno Belanda „lif‟ yang berarti
―hidup, tubuh‖, sedangkan dalam bahasa Jerman‘nya yaitu ‗leib‟ yang berarti
―tubuh‖, serta dalam bahasa Swedia‘nya yaitu „liv‟ yang artinya ―pinggang‖),
benar, kelanjutan, ketekunan dari Proto-Indo-Eropa *leip, yang artinya tetap,
bertahan, melanjutkan, menempel, mematuhi.
(http://www.etymonline.com/index.php?term=life. 21/02/2012).
Simpulan dari definisi di atas bahwa pemahaman hidup dalam pengertian
yang paling dasar adalah berhubungan dengan kelanjutan keberadaan tubuh, atau
dalam hal ini dapat mengarah pada keadaan suatu organisme. Sementara itu
commit to user
membahas tentang kehidupan organisme (makhluk hidup). Lebih jelasnya lagi
bahwa, biologi berasal dari bahasa Yunani yaitu „bio‟ yang berarti ―hidup‖, dan
„logos‟ yang berarti ―ilmu‖. Menurut ilmu biologi bahwa hidup adalah
karakteristik yang membedakan organisme antara makhluk hidup dengan
benda-benda mati yang tidak hidup. Ciri hidup dalam hal ini yaitu adanya proses
bernafas, bergerak, makan ataupun minum, tumbuh, berkembang biak, menerima
rangsang serta beradaptasi terhadap lingkungan, sehingga dalam ilmu tersebut
memandang bahwa hidup sebagai suatu cara maupun keaadaan yang bersifat
sementara.
Sudut pandang filsafat lebih melihat hidup sebagai kekal (abadi). Namun,
pemahaman berdasarkan definisi-definisi tersebut perlu penjelasan yang panjang
dan rumit, yaitu materi dan organisme yang kemudian berubah menjadi bentuk
energi untuk membentuk organisme sadar yang kemudian mengeksplorasi alam
dan akhirnya menemukan kebenaran menurut pemikirannya masing-masing filsuf.
Simpulan dari pemahaman diatas bahwa ‗kehidupan‘ dalam pengertian terbatas,
adalah suatu keadaan yang di dalamnya terdapat proses berjalannya suatu sistem
kerja objek yang bersifat hidup menuju kematian (berhentinya kehidupan),
dengan berdasarkan keadaan tempat proses tersebut berlangsung.
3. Kehidupan alam pikiran
Alam pikiran merupakan suatu tempat yang hanya berada di dalam diri
manusia, yaitu memuat ingatan dari keseluruhan informasi yang dicerap oleh
penginderaan manusia berdasarkan pengalaman hidup individu terhadap objek
alam diluar dirinya. Sedangkan pengertian pikiran adalah gagasan dan proses
commit to user
merefleksikan proses pengenalan pola pada situasi dan pengalaman baru, dan
selanjutnya dinilai berdasarkan apa yang telah diingatnya
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pikiran. 03/03/2011).
Lebih lanjut lagi bahwa untuk membuat penilaian di atas yaitu, dengan
mempertahankan pengalaman saat ini serta mengurutkan pengalaman masa lalu
yang relevan. Tujuan proses tersebut adalah untuk mempertahankan agar
pengalaman saat ini dan masa lalu sebagai pengalaman yang terpisah. Berpikir
melibatkan manipulasi otak terhadap informasi, seperti halnya saat kita
membentuk suatu konsep, terlibat dalam pemecahan suatu masalah, menggunakan
penalaran, dan membuat suatu keputusan. Penalaran adalah proses pikiran
melakukan pengolahan dengan cara mencampur, mencocokan, menggabungkan,
menukar, dan mengurutkan konsep-konsep, persepsi dan pengalaman
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pikiran. 03/03/2011).
Lebih lanjut lagi menurut Wattles, dalam bukunya yang berjudul ―The
Science of Being Great”, ketika individu sedang berfikir fokus pada suatu yang
ideal dan menuju kearahnya, maka semua daya dari keberadaan kita akan
dialihkan untuk mewujudkan ideal tersebut. Hal itu lebih banyak melibatkan
kekuatan darah dan saraf yang menuju ke bagian otak yang terkait dengan bidang
tersebut, dan sel-sel dipercepat, ditingkatkan dan digandakan jumlahnya. Lebih
lanjut lagi penggunaan pikiran yang tepat dari setiap individu, akan membangun
tindakan yang mampu melakukan apa yang ingin dilakukan oleh pikiran tersebut
commit to user
Sementara di dalam kehidupan alam pikiran tersebut, yaitu ada dua hal
yang paling sering dialami dan mendominasi dalam perilaku kehidupan alam
pikiran setiap individu. Dua hal tersebut yaitu, persepsi dan imajinasi. Lebih
jelasnya sebagai berikut:
a. Persepsi
Secara etimologi, persepsi berasal dari bahasa Latin „perceptio‟
yang berarti ‗menerima atau mengambil‘. Maksudnya, persepsi
merupakan sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan
kesan-kesan sensoris yang diterima individu, guna memberikan arti bagi
lingkungan mereka (http://id.wikipedia.org/wiki/Persepsi, 03/03/2011).
Sementara menurut Walgito mengungkapkan bahwa persepsi
merupakan proses yang didahului oleh proses pengindraan, yaitu proses
diterimannya stimulus oleh individu melalui alat indera atau disebut juga
proses sensoris. Proses tersebut diteruskan dan merupakan persepsi.
Dengan kata lain, proses persepsi tidak dapat lepas dari pengindraaan dan
merupakan proses pendahulu dari persepsi. Sehingga penggabungan kedua
pemahaman di atas bahwa persepsi merupakan suatu proses di mana
berbagai stimulus diorganisir dan diinterpretasi menjadi informasi yang
bermakna (Erna Ferrina Dewi, 2008 :42; B. Walgito, 2004 : 87-88).
Berdasarkan pemahaman diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi
adalah proses pemberian makna pada stimulus inderawi yang bersifat
individual, sehingga dapat berbeda antara individu yang satu dengan
commit to user b. Imajinasi
Pengertian imajinasi menurut etimologinya, berawal dari
pertengahan abad ke-14 M yaitu, „ymaginacion‟ dari bahasa kuno Perancis
„imagination‟ yang berarti ―fakultas dari pikiran yang membentuk dan
memanipulasi gambar‖. Kata tersebut diambil dari bahasa Latin
„imatinationem‟ yang berarti ―konsep, gambaran mental, halusinasi‖ dari
akar kata „imaginary‟ yang artinya ―tindakan yang disukai‖
(http://dictionary.reference.com/browse/imagination. 03/03/2011).
Sementara itu secara terminologi, yang dimaksud dengan istilah
imajinasi adalah ―daya untuk membentuk gambaran (imaji) atau konsep
-konsep mental yang tidak secara langsung didapat dari sensasi
(pengindraan)‖. Imaji adalah suatu daya, dan karenanya, imaji itu
berkaitan langsung dengan manusia yang memiliki daya tersebut. Secara
umum pula dapat dipahami bahwa hanya manusialah yang memiliki daya,
bukan makhluk hidup yang lainnya (H. Tedjoworo, 2001: 21).
Lebih lanjut lagi, untuk menjelaskan hal tersebut H. Tedjoworo
(2001) mengungkapkan bahwa:
―....proses mengimajinasikan itu selalu merupakan proses
membentuk gambaran tertentu, dan ini terjadi secara mental.
Artinya, gambaran tersebut tidak berada secara visual dan
tektural. Sebuah lukisan adalah imajinasi seorang pelukis.
Namun lukisan yang kita lihat dan kita raba itu tidak sama
dengan imaji yang muncul tatkala sang pelukis berimajinasi.
commit to user
yang tertuang dalam kombinasi tertentu goresan cat minyak
pada kanvas. Dengan begitu lebih jelaslah bahwa istilah
imajinasi umumnya diterapkan pada suatu proses mental,
bukan pada proses visual-jasmaniah yang dilakukan seketika
itu juga oleh manusia. Namun kelak akan tampak bahwa,
proses visualisasi-jasmaniah tertentu dapat diimajinasikan,
meskipun imajinasi tetap tidak sama dengannya (2001:
21-22).‖
Sehingga dapat disimpulkan mengenai pengertian imajinasi
tersebut seperti yang dijelaskan oleh Sarte bahwa, imajinasi adalah suatu
kekuatan atau daya dalam diri (alam pikiran) manusia untuk menghasilkan
citra mental dan ide dalam benak individu (Sarte dalam Sillvester, 2000).
4. Kehidupan alam pikiran dalam konsep psikoanalisis
Gagasan untuk mempermudah memahami kehidupan alam pikiran
tersebut, bahwa Freud menjelaskan istilah psikoanalisis dengan cara yang
berbeda. Hal tersebut seperti yang tertulis di dalam suatu artikel pada tahun 1923
yang dia tulis bagi sebuah kamus ilmiah Jerman. Dalam artikel tersebut,
dibedakan menjadi tiga arti, seperti yang diungkapkan oleh K. Bertens dalam
buku terjemahannya yang berjudul „Psikoanalisis Sigmund Freud‟, yaitu sebagai
berikut:
―….Pertama, istilah psikoanalisis didipakai untuk menunjukkan
suatu metode penelitian terhadap proses-proses psikis yang
sebelumnya hampir tidak terjangkau oleh penelitian ilmiah. Kedua, istilah ini menunjukan juga suatu teknik untuk mengobati
gangguan –gangguan psikis yang dialami oleh neurosis-. Ketiga,
istilah yang sama dipakai pula dalam arti lebih luas lagi, untuk
commit to user
Psikoanalisis ialah sebuah metode perawatan medis bagi orang-orang yang
menderita gangguan syaraf, dan bertujuan untuk mengobati seseorang yang
mengalami penyimpangan mental dan syaraf. Intinya bahwa konsep psikoanalisis
telah memberikan gagasan yang mendasar tentang kehidupan alam pikiran setiap
individu yaitu, semua pikiran dan tindakan sadar merupakan proses yang tidak
disadari yang diringkas dalam frase pikiran yang tidak sadar. Penulis merujuk
pada poin utama pemikiran Freud untuk mempermudah pemahaman tersebut
mengenai tiga sistem hidup psikis, atau dalam peristilahan psikoanalisis tiga
sistem tersebut dikenal sebagai tiga instansi hidup psikis yang menentukan
perilaku manusia.
Tiga instansi dalam kehidupan alam pikiran tersebut, yaitu, id, ego, dan
super ego. Ketiga istilah tersebut merupakan terjemahan dalam bahasa Inggris,
sedangkan bahasa aslinya adalah bahasa Jerman. Dalam bahasa Jerman istilah id
tersebut adalah das es, sedangkan ego adalah das ich, dan super ego yaitu das
uber ich. Jelasnya yaitu sebagai berikut:
a. Id adalah bagian bawah sadar psikis yang berusaha memenuhi dorongan
naluriah dasar, dimana id selalu bekerja sejalan dengan prinsip-prinsip
kenikmatan.
b. Ego adalah struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran dan
mengambil keputusan atas perilaku manusia.
c. Super ego yaitu buah hasil internalisasi, dimana sejauh larangan-larangan
dan perintah-perintah yang sebelumnya merupakan sesuatu yang asing
bagi si subjek, akhirnya dianggap sebagai sesuatu yang berasal dari subjek
commit to user
Kehidupan psikis diasumsikan sebagai alam pikiran yang terdiri dari
wilayah alam sadar, wilayah alam pra-sadar dan wilayah alam bawah sadar.
Wilayah alam sadar merupakan suatu wilayah yang didominasi oleh peran ego.
Sedangkan wilayah alam pra-sadar merupakan suatu wilayah yang didominasi
oleh peran super ego dan wilayah alam bawah sadar merupakan suatu wilayah
yang didominasi oleh id.
Pada konsep psikoanalisis perilaku individu dalam kehidupan alam pikiran
sehari-hari merupakan perilaku sadar dalam ketidaksadaran. Maksudnya
pernyataan tersebut sehubungan dengan sistem kerja antara ketiga instansi
tersebut dalam kehidupan alam pikiran manusia yaitu manusia mengalami
dorongan-dorongan psikis yang didominasi oleh prinsip kesenangan (pleasure
principle) sebagai tuntutan id terhadap ego. Hal tersebut mengingatkan bahwa
ketiga instansi tersebut bekerja sama secara teratur sehingga memungkinkan
individu bergerak secara efisien dan mampu memuaskan dirinya terhadap
lingkungannya di dunia realitas. Namun, hal tersebut juga berlaku sebaliknya
yaitu bila ketiga instansi tersebut saling bertentangan (terjadi konflik) antara satu
sama lainya. Dengan kata lain, tuntutan yang belum mampu direalisasikan
menjadi tindakan dikarenakan ego masih harus melakukan pertimbangan. Prinsip
kesenangan id tersebut sesuai dengan prinsip realitas terhadap norma di
masyarakat yang juga merupakan tuntutan super ego terhadap ego.
Ego individu membutuhkan suatu strategi dalam mempertahankan dirinya
dari konflik antara tuntutan super ego yang bersifat ideal (menuju kesempurnaan)
dan dorongan id (yang berlebih dan tidak terarah dengan baik). Strategi yang
commit to user
untuk menghadapi dorongan-dorongan id, maupun tuntutan-tuntutan super ego
terhadap ego, dengan tujuan meredakan atau mengurangi beban tegangan berlebih
yang dialaminnya.
Menurut Freud (dalam E. Koswara, 1991: 46-48), menjelaskan bahwa di
dalam mekanisme pertahanan ego setiap individu dibagi menjadi tujuh macam,
yaitu:
a. Represi
Represi adalah salah satu bentuk mekanisme pertahanan ego
dengan cara, menekan dorongan-dorongan yang menjadi penyebab
tekanan batin ke alam bawah sadar.
b. Sublimasi
Sublimasi adalah suatu usaha mekanisme pertahanan ego dengan
cara, mengubah dan menyesuaikan dorongan primitif id kedalam bentuk
tingkah laku yang bisa diterima atau dianggap baik (dihargai) di
masyarakat.
c. Proyeksi
Proyeksi adalah salah satu bentuk mekanisme pertahannan ego
dengan cara pengalihan dorongan, sikap atau tingkahlaku kepada objek
lain (atau individu lain) yang dianggap tidak berbahaya.
d. Displacement
Displacement adalah usaha untuk mereduksi dorongan yang
menimbulkan tekanan batin dengan cara, mengungkapkannya kepada
objek atau individu yang dianggap kurang berbahaya dibanding individu
commit to user
e. Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah upaya individu untuk memutar balikkan
kenyataan yang mengancam ego, melalui dalih tertentu yang seakan-akan
dinilai lebih masuk akal.
f. Pembentukan reaksi
Pembentukan reaksi adalah upaya mengatasi dorongan penyebab
tekanan batin dengan cara berperilaku sebaliknya.
g. Regresi
Regresi adalah salah satu starategi mekanisme pertahanan ego
dengan cara bertingkah laku yang tidak sesuai dengan tingkat
perkembangannya (E. Koswara, 1991: 46-48).
Meskipun dalam hal ini masing-masing bagian instansi tersebut
mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dan dinamisme serta
mekanismenya sendiri, namun mereka sebenarnya berinteraksi begitu erat satu
sama lain, sehingga sulit (tidak mungkin) untuk memisahkan pengaruhnya dan
menilai sumbangan relatifnya yang terdapat dalam tingkah laku setiap individu.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa tingkah laku setiap individu hampir selalu
commit to user
B. Pemahaman tentang Monster
1. Pengertian monster
Menurut etimologi’nya bahwa, kata monster berawal dari
bahasa kuno Prancis monstre yang berasal dari kata latin ‘monstros’
atau ‘monstrum’ yang artinya "raksasa, ganjil, atau pertanda" yang
diambil dari akar kata ‘monere’, yang berarti "memperingatkan", atau
dapat juga berarti "keajaiban". Sementara pengertian monster
menurut wikipedia, yaitu sejenis makhluk yang bentuk atau rupanya
sangat menyimpang dari yang biasa pada umumnya atau bisa juga
mengarah pada makhluk yang berukuran sangat besar (raksasa)
(sumber: http://www.etymonline.com/index.php?term=monster.
21/02/2012)
2. Sejarah dan perkembangan pemahaman tentang monster
Kajian pemahaman tentang monster dalam bab ini, dibagi
menjadi beberapa sub kategori berdasarkan beberapa literatur yang
ada selama ini, yaitu sebagai berikut:
a. Pemahaman tentang monster dan sejarah perkembanganya
Pada tahun 1300 M, istilah monster berawal dari bahasa
Perancis kuno yairu ‘monstre’ untuk menyebut makhluk, binatang yang
menderita cacat lahir. Pada masa itu, hewan abnormal atau luar biasa
dianggap sebagai tanda-tanda atau pertanda kejahatan yang akan
datang. Pemahaman tersebut berlanjut sampai abad ke 14, untuk
bagian-commit to user
bagian tubuh binatang yang berbeda jenis. Lalu pada tahun 1520-an,
kata monster diartikan sebagai hewan yang berukuran besar kemudian
tahun 1550-an kata monster mulai dipergunakan untuk menyebut
perilaku menyimpang manusia yaitu, rasa dari kekejaman orang yang
jahat atau tidak manusiawi
(http://www.etymonline.com/index.php?term=monster. 21/02/2012).
b. Pemahaman sejarah monster menurut konsep kepercayaan
Menurut pemahaman sejarah dari sudut pandang beberapa
agama dan mitologi, yaitu agama hindu dan juga agama Yunani kuno
seperti pada mitologi Norse, menganggap monster sebagai musuh dari
para dewa. Pada zaman dahulu, masyarakat menganggap kelahiran
"manusia-manusia dengan kondisi dan wujud yang tidak wajar" yang
dipersepsikan oleh masyarakat sebagai bentuk kemarahan dari para
dewa. Kejanggalan tersebut meliputi bentuk tubuh yang tidak wajar
(kelebihan hormon pertumbuhan, cacat lahir) atau juga keanehan pada
ketidakseimbangan pada perkembangan otak yang menimbulkan
perilaku yang tidak wajar (penyakit mental: autis, hiperaktif). Pada
masa itu belum diketahui penyebab medis pada keanehan tersebut,
sehingga, mereka menyebut "manusia-manusia tidak normal" tersebut
sebagai ‘monstra’, yang diartikan sebagai ‘keajaiban’ yang diturunkan
oleh para dewa.
c. Pemahaman sejarah monster menurut konsep ilmu pengetahuan.
Pada zaman Renaissance dan Abad Pencerahan, hubungan
commit to user
sebuah konsep penting, dimana masyarakat Eropa mulai menggunakan
ilmu pengetahuan serta disiplin akademis yang lainnya untuk mencoba
mengerti hal tersebut. Masyarakat Eropa pada zaman dahulu
menganggap bahwa, monster dipercaya tinggal di pulau-pulau yang
liar yang belum pernah terjamah. Hal tersebut akhirnya membuka
pandangan bahwa monster untuk dilihat sebagai misteri dalam ilmu
pengetahuan yaitu sesuatu yang perlu dimengerti dan dipecahkan.
d. Pemahaman sejarah tentang monster dalam perkembangan dunia sastra
Khusunya cerita novel dalam dunia sastra, dimana hubungan
antara ilmu pengetahuan dan keajaiban-keajaiban tersebut kemudian
menjadi suatu tema penting dalam novel-novel yang diterbitkan pada
era Victoria. Ilmu pengetahuan tersebut selain sebagai metode untuk
mempelajari tentang monster, namun juga telah turut menciptakannya.
Dikisahkan sosok monster yang tercipta akibat pengaruh dari reaksi
bahan kimia. Ada pula penelitian yang dilakukan oleh seorang ilmuwan
melalui suatu percobaannya untuk menghidupkan kembali sesosok
mayat. Kemudian seiring dengan perkembangan zaman, persepsi
tentang monster pada karya novel tersebut hampir sama dengan
pemahaman sejarah tentang monster dalam perkembangan dunia
perfilman (Asma, 2009: 183).
e. Pemahaman sejarah tentang monster dalam perkembangan dunia
perfilman
Pada masa pra-perang dunia kedua, yaitu zaman film bisu para
commit to user
yang menyeramkan, dengan ukuran tubuh yang sedikit lebih besar dari
ukuran tubuh manusia pada umumnya. Setelah ditemukannya teknik
pengambilan gambar pada kamera yaitu teknik stop-motion
(penghentian gerakan), kemudian berkembang karakter monster
dengan ukuran tubuh yang jauh lebih besar dari ukuran tubuh
sebelumnya(raksasa). Salah satu film yang menggunakan teknik
tersebut yaitu film yang berjudul King Kong (gorilla raksasa), dan pada
perkembangan selanjutnya menjadi monster besar pertama pada masa
film bersuara. Pada masa tersebut mulai bermunculan berbagai jenis
karakter baru tentang monster dengan ukuran tubuh yang hampir
sama dengan manusia pada umumnya.
Pada masa perang dunia kedua, fenomena perang senjata nuklir
mulai digunakan oleh pasukan sekutu untuk melumpuhkan para
pasukan lawannya, khususnya negara Jepang. Senjata nuklir tersebut
tidak hanya menimbulkan kematian pada saat mengenai targetnya
secara langsung, namun juga menciptakan efek radiasi yang buruk
teutama bagi manusia dan makhluk hidup lainya. Setelah perang dunia
kedua, fenomena radiasi nuklir tersebut menjadi pengaruh yang kuat
sebagai sumber inspirasi para pencipta cerita fiksi. Pada masa itu
monster tercipta dari makhluk hidup yang mampu bertahan dan
bermutasi akibat adanya pengaruh radiasi nuklir pada tubuhnya. Hal
tersebut justru menghidupkan kembali karakter monster pada masa
sebelumnya yang telah lama vakum, yaitu dengan ciri-ciri ukuran
commit to user
Namun, pada perkembangannya, persepsi masyarakat tentang monster
yang menyeramkan mulai menunjukkan perubahan, mengikuti arah
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju pula.
Pada masa selanjutnya, seiring dengan perkembangan teknologi
perfilman, yaitu, pada masa film berwarna membuat pandangan baru
para pencipta fiksi tentang monster. Dorongan kreatifitas, serta
imajinasi yang dimiliki kreator, memunculkan ide baru untuk
menggambarkan monster tidak hanya ditampilkan sebagai makhluk
yang buruk dan jahat. Para kreator tersebut mencoba menampilkan
monster sebagai makhluk dengan karakter yang bodoh, cerdas, baik,
suka menolong, bahkan dengan wujud bentuk yang lucu. Fenomena
3. Jenis-jenis monster menurut konsep bentuknya
Jenis-jenis monster menurut konsep bentuknya, dibedakan
menjadi beberapa macam jenis berdasarkan kelompoknya
masing-masing yaitu:
a. Monster perpaduan antara sesama makhluk hidup
1) Monster perpaduan antara manusia dan binatang
Figur monster yang tercipta oleh adanya proses perpaduan antara
commit to user
sifat, kemampuan masing-masing (kelebihan ataupun kelemahan) yang
dimiliki keduanya hingga menjelma menjadi satu kesatuan yang baru.
2) Monster perpaduan antara manusia dan tanaman
Figur monster yang tercipta oleh adanya proses perpaduan antara
manusia dan tanaman, yaitu meliputi organ tubuh termasuk sifat alami,
kemampuan masing-masing (keunggulan ataupun kelemahan) yang
dimiliki keduanya hingga menjelma menjadi satu kesatuan yang baru.
3) Monster perpaduan antara binatang dan tanaman
Figur monster yang tercipta oleh adanya proses perpaduan antara
binatang dan tanaman, yaitu, meliputi organ tubuh termasuk sifat alami,
kemampuan masing-masing (keunggulan ataupun kelemahan) yang
dimiliki keduanya hingga menjelma menjadi satu kesatuan yang baru.
4) Monster perpaduan antara binatang dan binatang
Figur monster yang tercipta oleh adanya proses perpaduan antara
binatang yang satu dengan binatang yang lain, yaitu meliputi organ tubuh
termasuk sifat alami, kemampuan masing-masing (keunggulan ataupun
kelemahan) yang dimiliki keduanya hingga menjelma menjadi satu
kesatuan yang baru.
5) Monster perpaduan antara tanaman dan tanaman
Figur monster yang tercipta oleh adanya proses perpaduan antara
tanaman yang satu dengan tanaman yang lain, yaitu meliputi organ
tubuh termasuk sifat alami, kemampuan masing-masing (keunggulan
ataupun kelemahan) yang dimiliki keduanya hingga menjelma menjadi
commit to user
6) Monster perpaduan antara manusia, binatang dan tanaman
Figur monster yang tercipta oleh adanya proses perpaduan antara
manusia, binatang, dan tanaman yang satu dengan tanaman yang lain,
yaitu meliputi organ tubuh termasuk sifat alami, kemampuan
masing-masing (keunggulan ataupun kelemahan) yang dimiliki keduanya hingga
menjelma menjadi satu kesatuan yang baru.
b. Monster perpaduan antara makhluk hidup dan perangkat teknologi
1) Monster perpaduan antara manusia dan mesin (robot)
Figur monster yang tercipta oleh adanya proses perpaduan antara
manusia dan mesin yaitu meliputi organ tubuh termasuk sifat alami,
kemampuan masing-masing (keunggulan ataupun kelemahan) yang
dimiliki keduanya hingga menjelma menjadi satu kesatuan yang baru.
2) Monster perpaduan antara binatang dan mesin (robot)
Figur monster yang tercipta oleh adanya proses perpaduan antara
binatang dan mesin, yaitu meliputi organ tubuh termasuk sifat alami,
kemampuan masing-masing (keunggulan ataupun kelemahan) yang
dimiliki keduanya hingga menjelma menjadi satu kesatuan yang baru.
3) Monster perpaduan antara tanaman dan mesin (robot)
Figur monster yang tercipta oleh adanya proses perpaduan antara
tanaman dan mesin, yaitu meliputi organ tubuh termasuk sifat alami,
kemampuan masing-masing (keunggulan ataupun kelemahan) yang
dimiliki keduanya hingga menjelma menjadi satu kesatuan yang baru.
4) Monster perpaduan antara manusia, binatang, tanaman dan mesin
commit to user
Figur monster yang tercipta oleh adanya proses perpaduan antara
manusia, binatang, tanaman, dan mesin, yaitu meliputi organ tubuh
termasuk sifat alami, kemampuan masing-masing (keunggulan ataupun
kelemahan) yang dimiliki keduanya hingga menjelma menjadi satu
kesatuan yang baru.
c. Monster perpaduan antara makhluk hidup dan alam benda
Monster Perpaduan antara Makhluk hidup (manusia/ binatang/
tanaman) dan benda mati (tanah, air, udara, api, udara, asap, halilintar
dan sejenisnya). Pada intinya figur monster tersebut tercipta oleh
adanya proses perpaduan antara Makhluk hidup (manusia/ binatang/
tanaman) dan alam benda (benda mati: tanah/ air/ udara/ api), yaitu
meliputi organ tubuh termasuk sifat alami, kemampuan masing-masing
(keunggulan ataupun kelemahan fisik maupun nonfisik) yang dimiliki
keduanya hingga menjelma menjadi satu kesatuan yang baru.
Perpaduan selanjutnya seperti pada penjelasan sebelumnya, yaitu
variasi susunan antara masing-masing jenis makhluk hidup dan
masing-masing jenis benda mati (elemen dasar di alam) beserta proses
perubahan yang dialaminya. Perubahan tersebut sebagai contoh;
proses perubahan yang dialami oleh air yang dipengaruhi oleh udara
dingin kemudian berubah menjadi es, kemudian tabrakan udara yang
membawa butiran-butiran es menimbulkan kilat. Dengan kata lain
hasil proses perubahan yang dialami oleh benda mati tersebut
masing-masing atau gabungan yang berubah sifat maupun wujud bentuk yang
commit to user d. Monster perpaduan antara sesama alam benda
e. Monster perpaduan antara perangkat teknologi dan perangkat teknologi
f. Monster perpaduan antara perangkat teknologi dan alam benda (benda
mati)
Mengingat penjelasan yang disebutkan diatas maka sementara
dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya monster-monster tersebut
tercipta berdasarkan latar belakang budaya yang menyatu dengan
pengalaman hidup manusia (sebagai pencipta atau subjek) oleh adanya
pengaruh objek alam. Alam yang dimaksud dalam hal ini tidak hanya
alam eksternal (alam nyata), namun juga alam internal (alam pikiran)
sang kreator monster tersebut yang saling mempengaruhi satu sama
lainnya. Dengan kata lain bahwa monster adalah suatu konsep
karakter (fisik maupun nonfisik) yang terbentuk sebagai
penggambaran wujud suatu objek oleh adanya hubungan batin antara
persepsi luar dengan persepsi dalam yang dialami sang kreator
commit to user
C. Seni, Seni Rupa dan Seni Lukis
1. Pemahaman seni
Pendefinisian istilah seni dari zaman dulu hingga sekarang ini selalu
mengalami perkembangan, yang menuju pada keberagaman pengertian baik
didunia barat maupun non-barat. Pertama, di dunia barat bahwa pengertian kata
seni dikenal dengan istilah ‗art‘ yang berasal dari ‗artes liberales‟, di mana dalam
bahasa latinnya merupakan terjemahan dari bahasa Yunani‗mousike techne‟. Kata
‗mousike‘ diartikan sebagai ‗inspirasi‘ dan ‗dorongan rasa puisi‘, sedangkan kata
‟techne‟mempunyai arti yaitu ‗pekerjaan yang berguna dan berfaedah‘.
Gabungan kedua pengertian tersebut menunjukkan kegiatan yang dalam
kepercayaan Yunani kuno dilindungi oleh dewi Muse (salah satu putri dari
sembilan putri mahadewa Zeus), dimana dalam pengertian sekarang adalah
kegiatan-kegiatan budaya. Lebih lanjut lagi sebagai kegiatan, „mousike techne‟
dikenal sebagai aktifitas mental yang pada satu sisi dibedakan dari aktivitas kerja
fisik dan disisi lain dibedakan dari aktivitas berfikir (rasional) yang berhubungan
dengan episteme yaitu ilmu pengetahuan (Jim Supangkat, 2006).
Sementara pengertian seni melalui beberapa pendekatan teori barat
lainnya, yaitu, melalui teori formalisme, teori ekspresi, teori metafisika, teori
kontekstual, dan teori psikologi. Pengertian seni menurut teori formalisme, adalah
perbuatan yang menampilkan bentuk yang perlu dicerna oleh perasaan estetik.
Sedangkan dalam teori ekspresi menjelaskan, bahwa, seni sebagai kegiatan
mengungkapkan perasaan batin dan kesan-kesan imajinatif penciptanya.
Sedangkan teori metafisika menjelaskan, bahwa, seni sebagai suatu upaya
commit to user
dari realita yang sesungguhnya. Kemudian dalam teori kontekstual, seni sebagai
kegiatan maupun upaya berdasarkan sudut pandang yang bertautan dengan
lingkungan, dan kehidupan dalam masrayakat. Teori psikologi, seni sebagai
aktifitas mengungkapkan sesuatu dari kecenderungan-kecenderungan alam bawah
sadar, dan dorongan serta hasrat untuk bermain-main (Nooryan Bahari, 2008).
Pemahaman seni dari sudut pandang psikologi tersebut seperti yang
termuat dalam filsafat seni yang diungkapkan oleh Arthur Schopenhaeur.Dalam
pemikirannya tentang seni sebagai pembebasan hasrat mengungkapkan bahwa,
dunia merupakan pergulatan hasrat-hasrat manusia dalam merealisasikan
gagasannya. Schopenhaeur melihat karya seni sebagai pembebasan manusia dari
―diri pribadi‖ dan ―kematerian‖, melalui pengertian hasrat dan keinginan. Dalam
berinteraksi dengan karya itulah, antara hasrat dan keinginan akan terhanyut
dalam permainan imajinasi dalam alam pikirannya (Bagoes P. Wiryomartono,
2001: 51-52).
Kedua, pengertian seni di dunia non-barat dimana dalam hal ini
khususnya di Indonesia. Hal tersebut mengingat bahwa, di Indonesia sendiri
istilah seni tidak sama dengan pengertian seni pada zaman dulu, yaitu seni yang
berasal dari kata ‗sani‘ dalam bahasa melayu yang artinya ‗kecil‘ dan ‗halus‘.
Lebih luas lagi menurut I.G. Bg. Sugriwa mengungkapkan bahwa, kata ‗seni‘
diduga berasal dari bahasa Sansekerta, yang artinya penyembahan, pelayanan, dan
pemberian. Namun hal tersebut tidak sepaham dengan Padmapuspita (seorang ahli
bahasa Sansekerta), yang menganggap bahwa kata seni tidak ditemukan dalam
bahasa Sansekerta, namun berasal dari bahasa Belanda ‟genie‟ yang diambil dari
commit to user
dimaksud sebagai suatu kemampuan lebih yang dimiliki seseorang, dimana secara
khusus kemampuan (seniman) tersebut tidak sama dengan yang dimiliki orang
awam pada umumnya.
Pada dasarnya, pengertian seni sebanyak orang yang mendefinisikannya.
Mengingat bahwa banyaknya karya seni yang tercipta dari berbagai negara
dengan jenis karakter sifat yang berbeda satu sama lainya, dimana masing-masing
seniman tersebut memiliki konsep tersendiri sesuai dengan latar belakang
kehidupan budayanya. Beberapa pemaparan diatas, intinya merujuk pada
pemahaman bahwa, seni adalah segala kegiatan manusia yang secara khusus
mencurahkan suatu gagasan, perasaan, maupun kondisi mental dengan
pengalaman pribadi seniman terhadap alam, melalui medium yang
dikehendakinya dan mewujud menjadi karya cipta. Lebih lanjut lagi, bahwa karya
cipta dalam hal ini sesuai dengan konsep bentuk maupun dalam wujud essensinya
masing-masing (disesuaikan dengan media ungkapan yang dikehendaki sang
seniman) yaitu dalam bentuk benda, maupun tindakan.
2. Seni Rupa
Seni rupa adalah cabang seni yang secara khusus menghasilkan suatu
wujud sebagai hasil karya manusia yang diterima dengan indra penglihatan. Hal
tersebut juga mengarah pada pengertian seni dalam arti terbatas, yaitu visual arts
atau seni penglihatan dimana fungsi mata memegang peranan yang cukup
signifikan dalam kegiatan observasi, kreasi, dan apresiasi, serta evaluasi. Secara
garis besar, seni rupa dibagi menjadi dua kategori yaitu seni rupa murni dan seni
rupa terapan. Pertama, seni rupa murni adalah seni rupa yang secara khusus
commit to user
semata, dengan mengabaikan fungsi ekonomi dan kegunaan praktis. Kedua, seni
rupa terapan adalah seni rupa yang tidak hanya dimaksudkan untuk menghasilkan
karya rupa sebatas ekspresi semata, namun juga dimaksudkan untuk fungsi
ekonomi dan kegunaan praktis. Sedangkan menurut wujud jenis dimensinya, seni
rupa di bagi menjadi dua, yaitu wujud dua dimensi dan wujud tiga dimensi
(Nooryan Bahari, 2008:51).
3. Seni Lukis
Pengertian seni lukis adalah cabang dari seni rupa yang menampilkan
permainan unsur-unsur seni rupa yaitu meliputi unsur warna, bidang, garis,
bentuk dan tekstur pada permukaan benda dua dimensi maupun tiga dimensi.
Dalam hubungannya sebagai seni rupa murni, bahwa seni lukis merupakan bahasa
ungkapan pengalaman artistik dan ideologi sang pelukis. Pemahaman tersebut
didukung oleh pernyataan Darsono Sony Kartika yang mengungkapkan bahwa,
seni lukis merupakan ungkapan pengalaman estetik yang diwujudkan dalam
bentuk dua dimensional (Nooryan Bahari, 2008: 82; Darsono Sony Kartika, 2004:
36).
Sementara dalam sejarah seni lukis di indonesia, khususnya para pelukis
pada masa PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia) yaitu pada tahun 1937,
secara umum lebih dikenal dengan sebutan ahli gambar. Seni lukis dianggap
memiliki kekuatan dan kapasitas dalam menghadirkan dan berkomunikasi antara
satu dunia dengan dunia lain, melalui karakteristik goresan dan gambaran yang
sesuai dengan sang seniman tersebut. Hal tersebut menjadikan suatu karya seni
diciptakan hanya atas dorongan dari dalam yang memaksa seniman untuk
commit to user
Lebih lanjut bahwa, penjelasan tersebut seperti yang dijelaskan dalam
filsafat seni yaitu, pelukis adalah asal muasal karya dan dunia lukisan adalah
dunia si pelukis. Lebih lanjut, bahwa lukisan tersebut tercipta dan tergambar
melalui pelukis sesuai dengan ide dan teknik yang dikehendaki sang pelukis.
Sedangkan berkarya tidak akan lepas dari membuat suatu bingkai yang satu
terhadap sesuatu yang lain. Sehingga karya lukis membuka mata batin kita untuk
melihat yang tak terlihat (Bagoes P. Wiryomartono, 2001). Pada intinya, seni
lukis merupakan cabang seni rupa yang mengungkapkan pengalaman estetik sang
penciptanya melalui permainan unsur-unsur seni rupa yaitu meliputi unsur warna,
bidang, garis, bentuk dan tekstur pada permukaan suatu objek yang menjadi
medianya.
a. Drawing sebagai media dalam proses penciptaan karya seni lukis
Media merupakan suatu sarana untuk mengungkapkan gagasan.
Drawing sebagai media dalam proses penciptaan karya seni lukis. Drawing
merupakan istilah kata dalam bahasa inggris yang artinya menggambar.
Sedangkan menggambar adalah aktifitas membentuk imaji, dengan
menggunakan banyak pilihan teknik dan alat pada permukaan benda. Pada
esensinya menggambar melibatkan tidak lebih dari selembar kertas, rintisan
coretan pensil yang cerdas, dan penglihatan yang tajam. Menggambar
merupakan yang paling dasar dari semua bentuk seni rupa (Sayre, 2004).
Berbagai macam media gambar dapat dibagi menjadi dua kategori
dasar yaitu, media kering dan media basah. Pertama, media kering yaitu,
dalam penggunaan alat maupun bahannya tanpa melibatkan unsur cairan atau
commit to user
digunakan pada media kering tersebut diantaranya yaitu meliputi; pensil,
batang arang, konte, silverpoint. Kedua, media cair yaitu dalam penggunaan
alat maupun bahannya membutuhkan campuran unsur cairan atau tinta cair
pada saat proses berkarya berlangsung. Beberapa jenis alat ataupun bahan
yang termasuk dalam kategori media basah tersebut yaitu meliputi; tinta cina
atau tinta embak, cat air, cat akrilik, pena, ballpoint-pen.
Menurut perkembangan teknologi saat ini, media menggambar juga
dapat dilakukan dengan media digital. Perangkat bantu yang digunakan adalah
dengan memanfaatkan teknologi komputer, sehingga istilah media
menggambar dengan media tersebut lebih dikenal dengan media digital.
b. Pemahaman dalam proses menggambar
Pengamatan proses menggambar secara umum, dapat disimpulkan
bahwa menggambar merupakan aktivitas komprehensif yang meliputi proses
kognitif, afektif, dan psiko-motorik. Proses-proses tersebut seperti yang
dijelaskan dalam ilmu biopsikologi (perpaduan antara disiplin ilmu biologi
dengan psikologi), yaitu sebagai berikut:
1) Kognitif
Kognitif adalah kemampuan berpikir dan menganalisis suatu
kebenaran berdasarkan pemikiran yang rasional. Kemampuan Kognitif
dalam menggambar selama proses tersebut meliputi: daya ingat bentuk
ruang 2D/ 3D, struktur geometri, bentuk, dimensi, identifikasi, analisis
(mengurai, mendefinisi), dan evaluasi.
commit to user
Afektif adalah kemampuan mengolah kepekaan rasa dan emosi
berdasarkan suatu kebenaran relatif. Kemampuan Afektif dalam
menggambar meliputi: komposisi, keseimbangan, kepekaan, persepsi,
selera, dan sensasi.
3) Psikomotorik
Psikomotorik adalah integrasi kemampuan otak dan anggota
tubuh dalam menerjemahkan sesuatu yang ada di pikiran menjadi
wujud visual. Kemampuan psikomotorik merupakan koordinasi antara
proses kognitisi dan afeksi pada gerakan motorik dalam melakukan
aktifitas menggambar :
a) Ketrampilan membentuk, menggaris dan mengarsir.
b) Keahlian merender, memindahkan obyek yang dilihat atau
dipikir ke suatu bidang gambar.
c) Mengolah sensasi, persepsi, sketsa, dan konsep bentuk.
Ketiga kemampuan tersebut secara sinergis berguna dalam
mendiskripsikan dan mempresentasikan ide sang seniman. Dalam arti terbatas
menggambar merupakan bagian dari seni lukis, dimana karya lukis dalam hal
ini sebagai hasil akhir dari kelanjutan proses menggambar. Dengan kata lain
bahwa, menggambar dalam hal ini hanya dimanfaatkan sebagai teknik dalam
proses penciptaan karya lukis yaitu, dengan cara mencurahkan gagasan,
perasaan, pengalaman estetik dan kondisi batin atau alam pikir sang seniman.
4. Kertas karton ivory sebagai material (bahan) karya seni lukis
Sebelum berkarya, seniman cenderung ingin memperoleh pemahaman
commit to user
gagasan sang seniman. Karya lukis merupakan hasil dari melukis. Sedangkan
pengertian melukis secara umum adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi
atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapatkan kesan tertentu.
Selanjutnya dari batasan pemahaman melukis tersebut sehingga mengarah pada
pemahaman tentang material (bahan) yang digunakan untuk melukis sangatlah
beragam. Keberagaman tersebut mengingat perkembangan teknologi yang ada
serta daya kreatif individu, sehingga terciptalah berbagai macam material yang
digunakan oleh seniman. Berbagai material tersebut yaitu, dinding, kanvas, kertas,
serta permukaan benda yang lainnya. Sedangkan sehubungan dengan pemahaman
material yang digunakan dalam tugas akhir ini yaitu kertas, maka perlunya penulis
mencoba memahami tentang kertas berdasarkan referensi yang didapat.
Pemahaman kertas dan jenis kertas yang akan digunakan kreator dalam
hubungannya sebagai media karya lukis.
a. Pengertian kertas
Secara umum pengertian kertas adalah sejenis lembaran serbasama
yang terbuat dari jalinan serat selulosa, dengan bantuan zat pengikat, dan
dibuat dalam berbagai jenis berdasarkan macam dan jenis tujuan
penggunaannya (A. Hadyana Pudjaatmaka, 2002: 386). Sedangkan menurut
etimologinya bahwa pengertian kertas atau dalam bahasa Inggrisnya dikenal
dengan kata „paper‟, (juga dalam bahasa Belanda, Jerman, serta Perancis
dikenal dengan kata „papier‟, sedangkan di Spanyol dikenal dengan kata
„papel‟) berasal dari kata „papyprus‟, yaitu nama sejenis tanaman yang
ditemukan di sepanjang Sungai Nil yang digunakan sebagai bahan untuk
commit to user
b. Pemahaman sejarah tentang terciptanya kertas
Pada zaman dahulu sebelum ditemukannya kertas, manusia
menggunakan permukaan gambar dari tanah dan dinding gua, namun yang
paling sering digunakan adalah tablet lempung yang telah dibakar. Hal
tersebut terlihat pada peradaban bangsa Sumeria yang banyak sekali dijumpai
prasasti dari berbagai media mulai dari batu, kayu, bambu, kulit dan tulang
pada hewan. Di Indonesia sendiri juga dapat dijumpai pada naskah kuno
nusantara dari beberapa abad lampau yang ditulis pada daun lontar
(Eunike,Yoanita, 2010).
Cikal bakal kertas baru ditemukan pada peradaban Mesir Kuno, yaitu
pada masa wangsa Firaun yang menyumbangkan ilmu pengetahuan tentang
‗papirus‟ sebagai media untuk menulis. Hal tersebut kemudian menyebar ke
seluruh bagian Timur Tengah, sampai Romawi di Laut Tengah lalu menyebar
ke seantero Eropa. Penggunaan papirus diluar wilayah Mesir dirasa sangat
mahal karena dari bahan papirus kering hanya banyak ditemukan di sekitar
wilayah sepanjang tepi Sungai Nil (Rachman Cahyono, 2007). Selanjutnya
seiring dengan ditemukannya teknologi alat dan teknik untuk membuat kertas
yang terus berkembang dan semakin maju seperti sekarang ini, sehingga
mampu menciptakan berbagai jenis kertas dengan bentuk dan ukuran yang
beragam yaitu disesuaikan dengan jenis kebutuhan penggunaannya.
c. Jenis kertas
Kertas tersedia dalam berbagai kelas kualitas, mulai dari kertas koran
(merupakan kertas berkualitas terendah dan yang termurah, terbuat dari bubur