• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Psikologis Tokoh Heikichi Umezawa dalam Novel “The Tokyo Zodiac Murders” Karya Soji Shimada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Psikologis Tokoh Heikichi Umezawa dalam Novel “The Tokyo Zodiac Murders” Karya Soji Shimada"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH HEIKICHI UMEZAWA DALAM NOVEL “THE TOKYO ZODIAC MURDERS” KARYA SOJI SHIMADA

SOJI SHIMADA NO SAKUHIN NO “THE TOKYO ZODIAC MURDERS” TO IU SHOUSETSU NI OKERU SHUJI HEIKICHI UMEZAWA NO SHINRITEKINA

BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh :

Yulia Putri Paradida Nim : 090708043

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH HEIKICHI UMEZAWA DALAM NOVEL “THE TOKYO ZODIAC MURDERS” KARYA SOJI SHIMADA

SOJI SHIMADA NO SAKUHIN NO “THE TOKYO ZODIAC MURDERS” TO IU SHOUSETSU NI OKERU SHUJI HEIKICHI UMEZAWA NO SHINRITEKINA

BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Bidang Ilmu Sastra Jepang

Pembimbing I : Pembimbing II :

Drs. Eman Kusdyana, M.Hum

NIP : 19600919 1988 03 1001 NIP : 19670807 2005 01 1001 Zulnaidi, S.S., M.Hum

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Disetujui Oleh :

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Medan

Departemen Sastra Jepang

Ketua,

Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum

NIP : 19600919 1988 03 1001

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat beserta karuniaNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Psikologis Tokoh Heikichi Umezawa dalam Novel “The Tokyo Zodiac Murders” Karya Soji Shimada ini diajukan untuk memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Budaya Program Studi Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan di berbagai sisi, baik dalam susunan kalimatnya maupun proses analisisnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi perbaikan skripsi ini agar dapat menjadi skripsi yang lebih bermanfaat dan lebih sempurna kedepannya.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak baik moril dan materil. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, Selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

(5)

3. Bapak Zulnaidi,S,S., M.Hum selaku dosen pembimbing II yang telah banyak membantu dan meluangkan waktunya membaca serta mengoreksi skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat selesai.

4. Dosen penguji yang telah menyediakan waktunya untuk membaca dan menguji skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada dosen-dosen dan staf-staf Fakultas Ilmu Budaya, khusunya dosen-dosen Sastra Jepang yang telah membimbing dan mengajar saya selama belajar di Fakultas Sastra Jepang.

5. Untuk kedua orang tua saya yang sudah membantu dan mendukung anaknya untuk segera menyelesaikan skripsi ini, terutama ibu saya Dra. Parida Ariani, M.pd.

6. Buat teman-teman saya di Sastra Jepang 09 Miita, Nisha, Mery, Uci, Sary. dan Eliza juga teman-teman 09 yang lain yang juga telah banyak membantu saya.

7. Buat teman-teman saya di SMA Suma, Nisa, Uti, dan Tya yang walaupun udah masuk dunia perkuliahan masih saja akrab dan tetap sama gilanya.

8. Semua pihak yang turut membantu dan mendukung saya selama ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan teman-teman yang tertarik dengan hal mengenai Jepang.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan dan keslahan. Oleh karena itu saran dan kritik sangat penulis harapkan demi perbaikan untuk masa yang akan datang.

Medan, 23 Agustus 2013

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan ... 8

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 9

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 16

1.6. Metode Penelitian ··· 17

BAB II. TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL DAN PSIKOLOGI SASTRA ... 19

2.1 Defenisi Novel ··· 19

2.1.1. Unsur Intrinsik ··· 21

2.1.2. Klasifikasi Novel ··· 26

2.2 Setting Novel The Tokyo Zodiac Murders ··· 27

2.2.1 Latar Tempat ··· 28

2.2.2 Latar Waktu ··· 28

2.2.3 Latar Sosial ··· 28

2.3 Karakteristik Tokoh Heikichi Umezawa ··· 30

(7)

2.5 Psikoanalisa Freud ··· 32

2.5.1 Psikoanalisis Sebagai Teori Kepribadian ··· 33

2.5.2 Sistem Kepribadian ··· 34

a. Id ··· 34

b. Ego ··· 36

c. Super Ego ··· 37

2.5.3 Dinamika Kepribadian ··· 37

2.5.3.1 Naluri (Insting) ··· 38

(1) Insting-Insting Hidup ··· 38

(2) Insting-Insting Mati ··· 38

2.5.3.2 Kecemasan ··· 39

BAB III. ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH HEIKICHI UMEZAWA DALAM NOVEL “THE TOKYO ZODIAC MURDERS” ... 41

3.1 Ringkasan Novel ··· 41

3.2 Analisis Psikologis Tokoh Heikichi Umezawa ··· 47

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ··· 60

4.2 Saran ··· 62

DAFTAR PUSTAKA

(8)

ABSTRAK BAHASA JEPANG

荘司 島田 の 作品 の THE TOKYO ZODIAC MURDERS と 言う 小説

に おける 平吉 梅沢 と 言う 主人公 の 心理的な 分析

この 論文 の 題名 は 荘司そ う じ 島田し ま だ の 作品 の “The Tokyo Zodiac

Murders” と 言う 小説 に おける 平吉 梅沢 と 言う 主人公 の

心理的な 分析 である。この 小説 は 平吉へいきち うめざわ梅沢 の 心理的な 問題 に

ついて 説明する。心理学 は 人間 の 精神せいしん や こうどう行動 に ついて の

研 究 けんきゅう

を する 学問 である。この 小説 の 中 では 心理的な じょうたい状 態

を 語った 主人公 は 平吉 梅沢 であり、1930 年代 に 東京 で

有名な 芸術家げいじゅつか であった。この 論文 の 目的 は “The Tokyo Zodiac Murders

の 小説の中に 平吉 梅沢 の じょうたい状 態 や 心理的 負担ふ た ん

平 吉 は 1 9 3 0 年 代 に 有 名 な 芸 術 家 で あ っ た 。 有 名 な

芸術家 として は いつも 楽しくない と 感じられた。彼 は

を 知る ため

であった。

変 へん

な の

ささやき を 聞き つづ続 けている のは よく うつ 病びょう を けいけん経験 した。平吉

(9)
(10)
(11)
(12)

によって 制御せいぎょ する こと が できる が その はんたい反対 こと も あった。

この 小説 の 中 で 生せいのほんのう本能 と 死し のほんのう本能 も 平吉 の 不安ふ あ ん の

そくめん

側面 が ある 表示ひょうじ された。

全体 ぜんたい

に “The Tokyo Zodiac Murders” の 小説 の 中 で 平吉 梅沢

の 心理学的 ぶんせき分析 に 議論ぎ ろ ん な ので、 平吉 梅沢 せいてきいつだつ性的逸脱 行動こうどう が

けいけん

経験した 心理的な しょうがい障 害 を 説明した。それ は 普通ふ つ う の 人 によって

行われる こと が 妥当だ と う ではなかった。だから、彼 の がんぼう願望 を 達成たっせいする

ために、彼 は ある の モラル に したが従 って 行動こうどう しなかった。さらに、

この 小説 の 中 で 作家として 荘司 島田 の 伝える メッセージ も

あった。彼 は 過度の願望か ど がんぼう と きょうはくかんねん強 迫 観 念 が 自分自身じ ぶ ん じ し ん と ほかに 人 の

ために 良くない こと を しめ示 したい と 考えている。あなた が 達成たっせい

したい こと か きょうはく強 迫 観念かんねん が 良い か、 私たち は ロジック と 既存き ぞ ん

(13)

ABSTRAK INDONESIA

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA HEIKICHI UMEZAWA DALAM NOVEL “THE TOKYO ZODIAC MURDERS” KARYA SOJI SHIMADA

Skripsi ini berjudul Analisis Psikologis Tokoh Heikichi Umezawa dalam Novel “The Tokyo Zodiac Murders” karya Soji Shimada. Novel ini membahas masalah psikologis dari tokoh Heikichi Umezawa. Psikologi merupakan ilmu yang objek penelitiannya tertuju pada jiwa dan perilaku manusia. Tokoh yang diceritakan kondisi psikologisnya di novel ini adalah Heikichi Umezawa, seorang seniman terkenal di Tokyo pada tahun 1930an. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui kondisi dan beban psikologis dari Heikichi Umezawa dalam novel “The Tokyo Zodiac Murders”.

Heikichi merupakan seorang seniman yang terkenal di tahun 1930an. Sebagai seorang seniman terkenal kehidupannya tidak selalu menyenangkan. Ia sering mengalami depresi karena terus mendengar suara bisikan-bisikan asing. Heikichi Umezawa merupakan seseorang yang memiliki obsesi yang sangat berlebihan terhadap wanita. Obsesi tersebut sama besar dengan keinginannya untuk menciptakan karya seni baru. Hal inilah yang membuatnya merencanakan untuk membuat suatu karya seni yang ia sebut dengan “Azoth”. Karya seni ini terinspirasi dari rasa cinta, kagum dan obsesinya terhadap wanita.

(14)

dinamika kepribadian yaitu Naluri dan Kecemasan. Dalam hal ini penulis menggunakan dua teori pendekatan yaitu Psikologi Sastra dan Semiotika.

Tema yang terdapat di dalam novel ini adalah tentang rencana dan ambisi dari seorang seniman yang ingin menciptakan suatu karya seni yang dapat membuat dunia gempar. Heikichi merupakan seorang pria yang sangat menyukai sosok seorang wanita. Hal ini dapat kita lihat dari pernikahannya yang lebih dari sekali. Rasa sukanya ini juga terlihat dari banyaknya wanita yang menjadi model lukisannya. Selain wanita Heikichi juga menyukai sesuatu yang mirip dengan sosok seorang wanita asli yaitu sebuah manekin. Manekin adalah sebuah boneka model peraga berbentuk manusia yang digunakan untuk memperagakan baju-baju yang dijual ditoko.

Karena melihat sebuah manekin setiap hari, ia mulai merasakan ketertarikan aneh yang tidak dialami pria-pria normal lain. Ketertarikan pada manekin ini juga yang mengawali hidupnya sebagai seorang pelukis. Menjadi seorang pelukis terkenal membuat Heikichi tidak sadar dari fakta bahwa ia sudah mengalami gangguan psikologis yang menyebabkannya mengidam penyakit penyimpangan perilaku seksual.

(15)

Fakta tersebut tidak membuatnya membatalkan rencana. Heikichi berfikir anak-anak dan para keponakannya juga akan senang karena dapat menjadi bagian dari pembuatan karya seni ini. Di akhir cerita, pembunuhan wanita-wanita ini terlaksana sesuai dengan rencana Heikichi. Banyak orang yang percaya Azoth berhasil diciptakan, tetapi sampai akhir cerita tidak ada satu pun orang yang tahu dimana Azoth berada.

Melihat uraian diatas berdasarkan kajian psikologis Freud, tokoh Heikichi dalam novel “The Tokyo Zodiac Murders” dominan memiliki perilaku Id. Namun demikian bukan berarti Ego dan Super Ego tidak berperan. Dalam cuplikan Heikichi yang berniat membunuh bayangan-bayangan yang selalu mengganggunya tampak muncul niatan Id. Tetapi niat untuk membunuh bayangan-bayangan tersebut tidak jadi dilakukan. Ia merasa tidak memiliki tenaga yang cukup untuk melakukannya. Hal ini menunjukkan Ego yang berusaha mengontrol Id yang memiliki keinginan untuk membunuh. Ego juga mencoba untuk memperlihatkan kepada Heikichi yang mana yang nyata dan yang mana yang hanya khayalan saja. Dari banyaknya perilaku Id dari Heikichi ada yang dapat dikontrol oleh Ego sehingga tidak muncul penyesalan dalam Super Ego, tetapi dan ada juga yang tidak. Tampak juga insting hidup dan insting mati juga aspek kecemasan dari Heikichi dalam novel ini.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Jepang dikenal sebagai negara yang sangat kaya warisan budaya, tradisi dan juga kehidupan sastranya. Bisa dibilang, kehidupan masyarakat Jepang sangat erat kaitannya dengan kebudayaan dan juga sastra. Pada awalnya, sastra Jepang memang banyak dipengaruhi oleh sastra dari Negeri Tirai Bambu China. Namun secara bertahap, Jepang menemukan dan mengembangkan sendiri karya sastranya sehingga memiliki daya tarik dan keunikan tersendiri. Kesusastraan di Negara Jepang terbagi dua yaitu Kesusastraan Lisan yang disebut dengan Koosho Bungaku dan Kesusastraan Tulisan yang disebut dengan Kisai Bungaku.

Kooshoo Bungaku lahir dari kelompok masyarakat dan dinikmati oleh masyarakat pula. Karena penyampaiannya secara lisan, maka kooshoo bungaku ini bersifat tidak stabil dan berubah-ubah. Pengaruh kooshoo bungaku menjadi berkurang karena pemakaian tulisan kanji dan adanya kesadaran individual. Kesadaran individual ini melahirkan kreativitas-kreativitas pada kesusastraannya. Sedikit demi sedikit hilangnya sifat ketidakstabilan ini terlihat pada beberapa hasil karya sastra kooshoo bungaku yang sudah tertulis seperti, Kojiki, Nihonshoki dan Fudoki.

(17)

dipergunakan sebagai sumber untuk menganalisa sistem masyarakat. Sastra juga mencerminkan kenyataan dalam masyarakat dan merupakan sarana untuk memahaminya.

Karya sastra terbagi atas dua jenis yaitu karya sastra fiksi dan non fiksi. Menurut Aminuddin (2010:66), fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Sedangkan nonfiksi adalah karya sastra yang dibuat berdasarkan data – data yang otentik, tetapi bisa juga data itu dikembangkan menurut imajinasi penulis.

Novel merupakan contoh dari karya sastra fiksi yang mempunyai dua unsur yang mempengaruhinya yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Yang dimaksud dengan unsur intrinsik adalah unsur-unsur sastra yang mempengaruhi ceritanya. Diantaranya tema, plot/alur, gaya bahasa, sudut pandang, latar, amanat, penokohan/tokoh dan lain-lain.

Menurut Sudjiman (1988:16) tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan. Seorang pengarang dapat dengan bebas menentukan tokoh yang bagaimana yang ia buat. Baik itu dari perwatakannya, permasalahan yang terjadi, kondisi psikologis, dan lain-lain. Pengarang secara langsung, dapat mengungkap watak tokoh dalam ceritanya. Sedangkan secara tidak langsung, pengarang hanya menampilkan pikiran-pikiran, ide-ide, pandangan hidup, perbuatan, keadaan fisik, dan ucapan-ucapannya dalam sebuah cerita.

(18)

sebagainya. Dalam analisis ini, penulis menggunakan psikologis sastra sebagai salah satu unsur ekstrinsik yang digunakan untuk menganalisis isi novel.

Psikologis Sastra adalah analisis teks dengan mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologis. Artinya, psikologi turut berperan penting dalam penganalisisan sebuah karya sastra dengan bekerja dari sudut kejiwaan karya sastra tersebut baik dari unsur pengarang, tokoh, maupun pembacanya. Dengan dipusatkannya perhatian pada tokoh-tokoh, maka akan dapat dianalisis konflik batin yang terkandung dalam karya sastra. Jadi, Secara umum dapat disimpulkan bahwa hubungan antara sastra dan psikologi sangat erat sehingga melebur dan melahirkan ilmu baru yang disebut dengan “Psikologi Sastra”.

Psikologi dan sastra memiliki hubungan fungsional karena sama-sama untuk mempelajari keadaan kejiwaan orang lain, bedanya dalam psikologi gejala tersebut riil, sedangkan dalam sastra bersifat imajinatif. Menurut Rene Wellek dan Austin Warren (1995:90) bahwa pendekatan psikologis sastra dikaitkan dengan pengarang, proses kreatif, karya sastra, dan pembaca. Meskipun demikian, pendekatan psikologis pada dasarnya berhubungan dengan tiga gejala utama, yaitu pengarang, karya sastra, dan pembaca, dengan pertimbangan bahwa pendekatan psikologis lebih banyak berhubungan dengan pengarang dan karya sastra.

(19)

Di dalam kajian psikologi sastra ini akan dijelaskan tentang psikoanalisis kepribadian yang terdiri dari tiga unsur kejiwaan yaitu id, ego, dan super ego. Kendatipun ketiga aspek ini masing-masing mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dan dinamika yang sendiri-sendiri, namun ketiganya berhubungan dengan erat sehingga sukar untuk memisahkan pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia. Heikichi Umezawa sebagai tokoh cerita di novel “The Tokyo Zodiac Murders” ini selalu berfikiran tidak ada wanita yang memiliki kecantikan yang sesuai dengan kriterianya. Hal ini membuatnya mulai membayangkan bagaimana cara agar ia dapat memiliki dan menguasai wanita cantik itu sendiri. Salah satu cara yang difikirkannya yaitu dengan menciptakan wanita cantik itu sendiri. Karena hanya dengan membayangkan jelas tidak mungkin dapat terwujud tanpa adanya usaha. Keinginan untuk menguasai dan memiliki ini termasuk dalam kategori Id. Hanya dengan membayangkan (Bagian dari Id) jelas tidak dapat memenuhi keinginan Umezawa untuk dapat memiliki dan menguasai wanita cantik tersebut sehingga diperlukan sistem lain yaitu Ego.

Id saling menekan satu sama lain dalam setiap tindakan dan selalu berkaitan dengan dinamika kepribadian. Di dalam dinamika kepribadian ada Insting Hidup dan Insting Mati. Insting Hidup adalah melayani maksud individu untuk tetap hidup dan memperpanjang ras contohnya makan, minum, dan seksual. Sedangkan Insting Mati disebut juga dengan Insting Merusak. Adalah suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri, bahwa tiap orang itu pada akhirnya akan mati juga. Insting mati terbagi dua yaitu Insting mati Ekstern dan Intern. Insting mati Ekstern contohnya yaitu ingin membunuh, gila, dan depresi. Sedangkan Insting mati Intern contohnya yaitu keinginan untuk membunuh diri sendiri. Dalam bukunya yang berjudul “Jenseits des Lust prinzips (1920) Freud merumuskan bahwa “Tujuan semua yang hidup adalah mati”.

(20)

Shimada ini, terdiri dari 354 halaman dalam bahasa Indonesia. Novel ini berisikan cerita fiksi dimana tokoh Heikichi Umezawa ditampilkan sebagai seorang seniman sukses pada tahun 1936. Dibalik kesuksesannya ia memiliki obsesi yang harus diwujudkan. Heikichi Umezawa selalu memusatkan perhatiannya kepada karya seni yang dibuatnya. Ia selalu mengurung diri di dalam studionya dan jarang berinteraksi dengan lingkungan luar. Ia juga hanya memiliki sedikit teman. Ia memiliki ambisi untuk menjadi seorang seniman yang berbeda dengan seniman yang lain, ia mulai merencanakan untuk menciptakan suatu karya seni yang belum pernah dibuat oleh seniman lain.

Karya seni itu yaitu “Azoth”. Azoth merupakan seorang wanita yang sangat sempurna menurut pengarang yang diceritakan oleh Heikichi Umezawa. Azoth dibuat dengan mengambil bagian-bagian tubuh wanita perawan kemudian menyatukannya menjadi satu bagian dan menciptakan seorang wanita baru dari bagian-bagian tubuh itu. Heikichi Umezawa juga memiliki obsesi yang berlebihan terhadap wanita. Ia pernah menyukai seorang manekin yang dimatanya merupakan cerminan dari seorang wanita yang sempurna. Karena sangat menyukai manekin, hampir setiap hari ia datang ke butik tempat manekin dipajang. Obsesi inilah yang membuat ia berfikir bahwa tidak ada wanita yang mendekati kriteria sempurna sesuai dengan fikirannya. Kesepian inilah yang tanpa ia sadari mulai membuatnya merencanakan hal-hal gila dan tanpa sadar mulai menyebabkannya mengalami depresi ringan dan terkena penyakit penyimpangan perilaku seksual. Hal ini membuat penulis tertarik untuk menelitinya dengan harapan dapat memberikan informasi kepada pembaca tentang psikologis yang digambarkan Soji Shimada dalam karya sastranya. Dengan demikian penulis dalam pembuatan skripsi ini memilih judul “Analisis Psikologis Tokoh Heikichi

(21)

1.2 Perumusan Masalah

Tokoh Heikichi Umezawa dalam novel The Tokyo Zodiac Murders ini digambarkan Soji Shimada sebagai seorang seniman yang sukses, kaya, penyendiri, dan memiliki obsesi yang berlebihan terhadap wanita. Ia juga memiliki keinginan untuk menciptakan suatu karya seni yang belum pernah dibuat oleh para seniman lain.

Karena keinginannya untuk menghasilkan sebuah karya seni yang baru, ia menyanggupi cara apapun, meskipun itu harus mengorbankan anak-anak perempuannya. Hal ini dilakukannya untuk memuaskan hasratnya sebagai seorang seniman. Ia pun merencanakan untuk membunuh ke enam anaknya itu. Keinginannya untuk membunuh termasuk ke dalam struktur jiwa manusia Freud yaitu id. Dorongan dan hasratnya untuk menciptakan azoth membuatnya mulai melupakan fakta bahwa anak-anak yang ia besarkan dan ia rawatlah yang akan ia bunuh. Dalam hal ini ego yang bertugas untuk melaksanakan dorongan yang tidak bertentangan dari super ego tidak dapat bekerja dengan baik. Seharusnya ego mampu menahan id yang ada dalam diri Heikichi Umezawa. Karena keinginannya untuk membunuh anak-anaknya demi untuk menghasilkan suatu karya seni yang baru merupakan hal yang bertentangan dengan moral di dalam masyarakat. Namun Heikichi tidak peduli dengan pandangan masyarakat karena baginya karya seni yang direncanakannya ini harus ia selesaikan sebelum ada seniman lain yang membuat karya seni yang sama dengannya.

(22)

Untuk memudahkan arah sasaran yang akan dikaji, maka masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan berikut ini :

1. Bagaimana kondisi psikologis dan kejiwaan tokoh Heikichi Umezawa berkaitan dengan rencananya demi menghasilkan sebuah karya seni?

2. Gangguan psikologis apakah yang dialami Heikichi Umezawa yang diungkapkan oleh Soji Shimada melalui pendekatan Sigmund Freud?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dari berbagai permasalahan-permasalahan yang ada maka penulis perlu membatasi agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan berkembang terlalu jauh. Penelitian hanya akan membahas tentang masalah psikologis yang berkaitan dengan struktur kejiwaan manusia yang didalamnya termasuk Id, Ego, dan Super Ego yang masing-masing dapat berdiri sendiri dan saling berkaitan dengan dinamika kepribadian yang juga berkaitan dengan Insting hidup dan mati yang dialami oleh tokoh utama dalam novel The Tokyo Zodiac Murders karya Soji Shimada, yang digambarkan sebagai seorang seniman yang karena obsesinya yang berlebihan dengan rencananya untuk membuat karya seni ia sampai merencanakan pembunuhan. Karena kegilaannya dengan karya seni ia juga mulai mengalami penyimpangan-penyimpangan diantaranya mulai tertarik dengan hal-hal aneh seperti pemotongan tubuh manusia. Karena hasrat yang tidak tercapai untuk memiliki wanita yang tercantik di dunia juga, ia mulai tertarik dengan manekin.

(23)

mempermudah analisis cerita novel The Tokyo Zodiac Murders ini penulis juga akan akan menjelaskan mengenai definisi novel, setting novel The Tokyo Zodiac Murders, biografi pengarang dan psikoanalisa Sigmund Freud.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka

Di dalam karya sastra fiksi ada satu unsur intrinsik yang sangat menaruh peranan penting dalam jalannya cerita, unsur tersebut merupakan tokoh. Dalam karya sastra fiksi tokoh mempunyai tugas yang sangat penting yaitu sebagai sosok yang benar-benar mengambil peran dalam jalannya cerita, dapat juga merupakan penyampai pesan, kesan, amanat, moral atau sesuatu yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.

Tokoh dalam karya sastra fiksi merupakan tokoh yang dihasilkan pengarang murni dari hasil pemikirannya. Boulton dalam Aminuddin (2010:79), mengungkapkan bahwa cara pengarang menggambarkan dan menunjukkan tokohnya itu ada bermacam-macam. Mungkin pengarang menampilkan tokoh tersebut sebagai pelaku yang hidup di dunia nyata atau hanya di mimpi, pelaku yang mengemban tugas yang penting atau memiliki tujuan yang ingin dicapai, pelaku yang hidupnya biasa seperti masyarakat kebanyakan, pelaku yang egois, mempunyai obsesi yang berlebihan dan hanya ingin keinginannya terpenuhi, atau bisa juga pelaku yang mempunyai kelainan yang membuat ia berbeda dengan orang kebanyakan. Dalam cerita fiksi tokoh tersebut dapat berupa manusia, tumbuhan ataupun benda.

(24)

dilakukan dalam tindakan. Dari kutipan diatas kita dapat mengetahui bahwa antara tokoh dan karakternya berhubungan erat dengan para pembaca.

Tokoh-tokoh dalam karya sastra fiksi biasanya memiliki kesamaan dengan manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Masing-masing individu memiliki watak yang berbeda-beda sama halnya dengan tokoh yang ada di dalam karya sastra. Aminudin (2010:79) mengungkapkan Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku. Dalam upaya memahami watak pelaku pembaca dapat menelusuri melalui :

(a). Melalui tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya.

(b). Melalui gambaran lingkungan kehidupannya.

(c). Menunjukan secara langsung bagaimana perilakunya.

(d). Melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri.

(e). Memahami bagaimana jalan pikirannya.

(f). Melihat bagamana tokoh lain berbicara tentang tokoh itu.

(g). Melihat tokoh-tokoh yang lain berbicara dengannya.

(h). Melihat bagaimana cara tokoh itu bereaksi dengan tokoh yang lain.

(25)

Secara kategori, sastra berbeda dengan psikologi, sebab sebagaimana yang kita pahami sastra terkait dengan dunia fiksi, drama, puisi, esai yang diklasifikasikan ke dalam seni (art), sedangkan psikologi merujuk pada suatu studi ilmiah tentang perilaku yang dialami atau pun yang dilakukan manusia yang termasuk dalam proses mental. Atau dengan kata lain gejala yang terdapat pada psikologi bersifat riil sedangkan dalam sastra gejalanya bersifat imajinatif. Namun, kedua hal tersebut memiliki titik temu atau kesamaan, yaitu keduanya berangkat dari manusia dan kehidupan sebagai sumber kajian utama.

Realita psikologis adalah salah satu realita yang paling sering muncul dalam sebuah karya sastra contohnya di novel. Yang dimaksudkan realita psikologis disini ialah kehadiran suatu fenomena kejiwaan tertentu yang dialami oleh tokoh utama ketika bereaksi pada lingkunganya dan mungkin juga terhadap dirinya sendiri. Bagian terbesar dari jiwa seseorang tidak dapat terlihat dari luar dan itu merupakan ketidaksadaran. Di samping itu Freud mengatakan bahwa dalam diri setiap individu terdapat sistem kepribadian yaitu Id, Ego, Super Ego, Dinamika kepribadian yaitu Naluri (Insting) hidup dan mati.

(26)

penyimpangan seksual yang membuat ia tertarik dengan sebuah manekin yang di pajang di etalase toko. Sifat yang selalu mengurung diri mengakibatkan selain mengalami gangguan psikologis ternyata tokoh juga mengidam penyakit yang lain.

1.4.2 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan landasan atau titik tolak untuk menganalisis atau meneliti suatu permasalahan. Untuk meniliti dan menganalisis karya sastra diperlukan suatu teori pendekatan yang dapat berfungsi sebagai acuan yang dapat digunakan oleh penulis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan psikologis yang dalam hal ini menggunakan teori psikoanalisa Sigmund Freud dan juga pendekatan semiotik.

Menurut Hoed dalam Nurgiyantoro (2009:40) semiotik adalah ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda merupakan sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan dan lain-lain.

Menurut Saussure dalam Nurgiyantoro (2009:43) bahasa sebagai sebuah sistem tanda yang memiliki dua unsur yang tidak dapat terpisahkan yaitu signifier dan signified atau penanda dan petanda. Wujud penanda dapat berupa bunyi-bunyi ujaran atau huruf-huruf tulisan, sedangkan signified (petanda) adalah unsur konseptual, gagasan, atau makna yang terkandung dalam penanda tersebut.

(27)

manusia. Psikologi sastra juga merupakan ilmu sastra yang digunakan untuk mendekati karya sastra dari sudut psikologi (Endraswara, 2008:70).

Penulis menggunakan teori pendekatan semiotika dalam menganalisis psikologis tokoh karena dalam mengetahui adanya tekanan batin yang berdampak kepada psikologis tokoh di dalam novel ini, dapat dilihat dari bahasa-bahasa yang berperan sebagai tanda yang menunjukkan adanya psikologis yang terganggu akibat tekanan batin yang dialami. Setelah menemukan tanda yang menunjukkan psikologis tokoh tersebut, maka penulis akan melakukan analisis dengan menggunakan pendekatan psikologis khususnya teori psikoanalisa Sigmund Freud.

Psikoanalisis yang diciptakan Freud terbagi atas beberapa bagian, yaitu :

a. Struktur Kepribadian

Menurut Freud dalam Koswara (1991:32) kepribadian memiliki tiga unsur penting, yaitu id (aspek biologis), ego (aspek psikologis), dan super ego (aspek sosiologis).

Id adalah sistem kepribadian yang di dalamnya terdapat faktor – faktor bawaan. Faktor bawaan ini adalah insting atau naluri yang dibawa sejak lahir. Naluri yang terdapat dalam diri manuasia dibedakan menjadi dua, yaitu naluri kehidupan (life instincts) dan naluri kematian (death insticts) (Koswara, 1991:32).

Ego adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan pribadi untuk berhubungan dengan dunia nyata. Dikatakan aspek psikologis karena dalam memainkan peranannya ini, ego melibatkan fungsi psikologis yang tinggi, yaitu fungsi konektif atau intelektual (Koswara, 1991:33-34).

(28)

nilai-nilai atau aturan-aturan oleh individu dari sejumlah figur yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu tersebut seperti orang tua dan guru. (Koswara, 1991:34).

b. Dinamika Kepribadian

Menurut konsep Freud dalam Suryabrata (2007:129) insting adalah sumber perangsang somatis dalam yang dibawa sejak lahir, keinginan adalah perangsang psikologis, sedangkan kebutuhan adalah perangsang jasmani. Insting dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu :

1. Insting Hidup

Insting hidup disebut juga eros yaitu dorongan yang menjamin survival dan reproduksi, seperti lapar, haus, dan seks. Energi yang dipakai oleh insting hidup disebut libido. Menurut insting seks bukan hanya berkenaan dengan kenikmatan organ seksual tetapi berhubungan dengan kepuasan yang diperoleh dari bagian tubuh lainnya yang dinamakan daerah erogen (erogenous zone). Suatu daerah atau bagian tubuh yang peka dan perangsangan pada daerah itu akan menimbulkan kepuasan dan menghilangkan ketegangan.

2. Insting Mati

Menurut Freud tujuan semua kehidupan adalah kematian, dorongan agresif (agressive drive) adalah derivatif insting mati yang terpenting. Insting mati mendorong seseorang untuk merusak dirinya sendiri dan dorongan agresif merupakan bentuk penyaluran agar orang tidak membunuh dirinya sendiri (suicide). Insting mati dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu insting mati intern dan insting mati ekstern.

(29)

tentang sistem kontrol atas energi psikis yang ada. Menurut Freud kecemasan itu terbagi tiga yaitu kecemasan realita, neurotik dan moral.

Dengan menggunakan teori psikoanalisa Sigmund Freud tentang struktur kepribadian manusia yaitu Id, Ego, dan Super Ego yang saling berkaitan satu dengan yang lain dan menuntut agar dorongan-dorongan dari dalam diri agar dipenuhi, ditambah dengan dinamika kepribadian yang tidak lain merupakan insting dan kecemasan, maka dengan menggunakan pandangan kerangka teori seperti diatas penulis dapat menganalisis psikologis tokoh Heikichi Umezawa dalam novel The Tokyo Zodiac Murders yang berkaitan dengan struktur kejiwaan manusia dan juga berhubungan dengan dinamika kepribadian.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kondisi psikologis dan struktur kejiwaan yang dilihat pengarang dari tokoh Heikichi Umezawa menurut teori Sigmund Freud.

2. Untuk mendeskripsikan gangguan psikologis yang dialami Heikichi Umezawa yang diungkapkan Soji Shimada melalui pendekatan Sigmund Freud.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat teoritis khususnya untuk menambah ilmu dalam pengkajian karya sastra. 2. Untuk para pembaca dan penikmat sastra, penelitian ini dapat digunakan sebagai

(30)

3. Bagi mahasiswa Jurusan Sastra Jepang dapat digunakan sebagai bahan referensi atau penunjang tentang analisis novel dengan tujuan untuk memotivasi ide yang lebih kreatif dan inovatif.

1.6 Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah Metode Deskriptif. Menurut Whitney dalam Moh. Nazir (2003:16) bahwa metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Menurut Nazir (1999:63) dalam Buku Metode Penelitian, Metode Deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

(31)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “THE TOKYO ZODIAC MURDERS”, TOKOH HEIKICHI UMEZAWA, DAN PSIKOANALISA SIGMUND FREUD

2.1. Definisi Novel

Novel berasal dari bahasa Italia yaitu Novella, yang dalam bahasa Jerman Novelle, dan dalam bahasa Yunani yaitu Novellus. Kemudian setelah masuk ke Indonesia berubah menjadi Novel. Dewasa ini istilah Novella dan Novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia Novelette (Inggris : Novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cakupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus.

Novel menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelakunya. Dalam The American Colage, dikatakan bahwa novel adalah suatu cerita fiksi dengan panjang tertentu, melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata representative dalam suatu alur atau suatu kehidupan yang agak kacau dan kusut.

(32)

dengan pengaruh tertentu atau ikatan yang dihubungkan dengan tercapainya gerak-gerik hasrat manusia.

Novel memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Menceritakan sebagian kehidupan yang luar biasa.

2. Terjadinya konflik hingga menimbulkan perubahan nasib. 3. Terdapat beberapa alur atau jalan cerita.

4. Terdapat beberapa insiden yang mempengaruhi jalan cerita. 5. Perwatakan atau penokohan dilukiskan secara mendalam.

Novel yang baik adalah novel yang mengandung keindahan yang dapat menimbulkan rasa senang, nikmat, terharu, menarik perhatian, dan menyegarkan perasaan pembaca. Pengalaman jiwa yang terdapat dalam karya sastra juga dapat memperkaya kehidupan batin bagi pembaca. Banyak para sastrawan yang memberikan definisi atau batasan novel. Definisi atau batasan yang mereka berikan juga berbeda-beda karena menggunakan sudut pandang yang berbeda-beda pula. Beberapa defenisi novel antara lain adalah sebagai berikut :

1. Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu : unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang keduanya saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra.

2. Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya sosial, moral, dan pendidikan.

3. Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus.

(33)

Setiap karya sastra fiksi (novel) pasti mempunyai unsur-unsur pendukung, baik dari dalam karya sastra itu sendiri (unsur intrinsik) ataupun dari luar karya sastra tersebut (unsur ekstrinsik) yang secara tidak langsung sangat mempengaruhi cerita dari karya sastra tersebut.

2.1.1 Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur yang ikut membangun karya sastra dari dalam. Unsur-unsur yang termasuk dalam Unsur-unsur intrinsik yaitu :

a. Tema

(34)

Tema terbagi menjadi dua jenis:

1) Tema mayor : tema pokok, tema utama, yaitu permasalahan dominan yang menjiwai cerita.

2) Tema minor : tema bawahan, yaitu persoalan-persoalan kecil yang mendukung keberadaan tema mayor (Najid, 2003: 28).

Pada dasarnya tema adalah dasar cerita, yakni pokok persoalan yang mendominasi suatu karya sastra, sebagaimana dikemukakan oleh Aminuddin (2010:91), tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakan. Selain ide cerita, tema dapat berupa pandangan hidup. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Brook dkk, bahwa tema adalah pandangan hidup yang tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun dasar atau gagasan utama dari suatu karya sastra (Tarigan, 1984:125).

Sesuai dengan cerita yang ada dalam novel “The Tokyo Zodiac Murders”, novel ini berceritakan kehidupan tokoh Heikichi Umezawa yang merupakan seorang seniman yang sangat terkenal ditahun 1930an. Sebagai seorang seniman, ia mempunyai ambisi-ambisi tertentu yang ingin ia capai walaupun dalam proses pencapaiannya itu harus memakan banyak korban. Ambisi berlebihan yang menyebabkan terganggunya kondisi psikologis dari seorang Heikichi Umezawa inilah yang menjadi fokus utama cerita dalam novel “The Tokyo Zodiac Murders” karya Soji Shimada.

b. Plot atau Alur Novel

(35)

maupun secara kausalitas, yang membentuk satu kesatuan yang utuh, padu, dan bulat dalam suatu prosa fiksi disebut alur cerita (Najid, 2003: 20).

Susunan alur dalam sebuah prosa fiksi secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian:

1) Bagian awal : berisi informasi penting yang berkaitan dengan hal-hal yang diceritakan pada tahap-tahap berikutnya. Informasi-informasi tersebut dapat berupa pengenalan latar, pengenalan tokoh, dan penciptaan suasana.

2) Bagian tengah : menyajikan konflik yang sudah mulai dimunculkan. Konflik bisa terjadi secara internal (konflik batin) maupun eksternal (konflik sosial).

3) Bagian akhir : merupakan tahap peleraian. Berbagai jawaban atas berbagai persoalan yang dimunculkan dalam cerita terlihat alternatif penyelesaiannya (Najid, 2003: 20).

Plot atau alur adalah jalan cerita atau rangkaian peristiwa dari awal sampai akhir. Rangkaian peristiwa ini disusun berdasarkan hukum kausalitas (hubungan yang menunjukkan sebab-akibat). Berdasarkan hubungan tersebut setiap cerita memiliki plot/alur cerita sebagai berikut :

1. Tahapan perkenalan ialah tahap dimana permulaan suatu cerita dimulai dengan suatu kejadian, tetapi belum ada ketegangan. Di tahap ini berisi pengenalan tokoh, reaksi antar pelaku, penggambaran fisik dan penggambaran tempat.

2. Menuju ketahap pertikaian ialah tahap dimana terjadinya pertentangan antar pelaku (awal mula pertentangan selanjutnya). Konflik dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

a). Konflik Internal ialah konflik yang terjadi dalam diri sang tokoh.

(36)

3. Komplikasi/tahap penanjakan konflik, ketegangan dirasakan mulai semakin berkembang dan rumit terjadi pada tahap ini (nasib pelaku semakin sulit diduga).

4. Klimaks merupakan ketegangan yang semakin memuncak (perubahan nasib pelaku sudah mulai dapat diduga, kadang pula tidak terbukti pada akhir cerita).

5. Penyelesaian, tahap akhir cerita pada bagian ini terdapat penjelasan mengenai nasib-nasib yang dialami para tokoh dalam cerita setelah mengalami konflik dalam cerita. Beberapa cerita terkadang menyerahkan penyelesaian kepada pembaca, sehingga akhir cerita seperti ini tak ada penyelesaian atau menggantung.

c. Tokoh

Suatu peristiwa dalam prosa fiksi selalu didukung oleh sejumlah tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mendukung peristiwa sehingga mampu menjalin suatu cerita disebut tokoh, sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh disebut penokohan. Oleh karena itu, penokohan merupakan unsur cerita yang tidak dapat ditiadakan. Dengan adanya penokohan, sebuah cerita menjadi lebih nyata dan lebih hidup. Melalui penokohan itu pula, seorang pembaca dapat dengan jelas menangkap wujud manusia atau makhluk lain yang perikehidupannya sedang diceritakan pengarangnya (Najid, 2003: 23). Istilah penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2009: 166).

Adapun cara pengarang menampilkan watak tokoh cerita adalah sebagai berikut:

1) Disampaikan sendiri oleh pengarang kepada pembaca.

2) Disampaikan oleh pengarang melalui perkataan tokoh-tokoh cerita itu sendiri.

(37)

4) Disampaikan melalui pemikiran, perasaan, pekerjaan, dan perbuatan tokoh cerita (Rahmanto, 1992: 72).

Dalam novel ini tokoh yang digunakan bernama Heikichi Umezawa yang dikesehariannya adalah seorang seniman yang mempunyai ambisi-ambisi yang ingin ia capai dengan menghalalkan berbagai macam cara.

2.1.2 Unsur Ektrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Atau secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang dapat mempengaruhi jalan cerita sebuah karya sastra, namun ia sendiri tidak ikut menjadi bagian didalamnya. Walau demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh atau cukup menentukan terhadap totalitas jalan cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu, unsur ekstrinsik sebuah novel haruslah tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting.

Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan, latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang, dan lain-lain diluar unsur intrinsik. Perhatian-perhatian terhadap unsur ini akan membantu keakuratan penafsiran isi suatu karya sastra.

2.2 Setting Novel “The Tokyo Zodiac Murders”

Latar / setting yang disebut juga sebagai landas tumpu menyarankan pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams, 1981 : 175).

(38)

kesan realistis kepada pembaca. Menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi.

Latar adalah penggambaran situasi tempat, waktu serta suasana terjadinya sebuah peristiwa. Sudah tentu latar yang dikemukakan, yang berhubungan dengan sang tokoh atau beberapa tokoh. Latar berfungsi sebagai pendukung alur dan perwatakan. Gambaran situasi yang tepat akan membantu memperjelas peristiwa yang sedang dikemukakan. Untuk dapat melukiskan latar yang tepat pengarang harus mempunyai pengetahuan yang memadai tentang keadaan atau waktu yang akan digambarkannya. Hal itu dapat diperoleh melalui pengamatan langsung atau melalui bacaan-bacaan atau informasi dari orang lain.

Nurgiyantoro (2009:227) mengatakan setting dapat dibedakan kedalam tiga unsur pokok yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur ini membahas permasalahan yang berbeda-beda tetapi pada kenyataannya tetap saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.

2.2.1 Latar Tempat

Latar tempat menunjukkan pada pengertian tempat di mana cerita yang dikisahkan itu terjadi (Nurgiyantoro, 2009:251). Unsur tempat yang digunakan dapat berupa suatu tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, lokasi tertentu tanpa nama yang jelas. Deskripsi tempat yang teliti dan realistis sangat penting sehingga pembaca seolah-olah terkesan bahwa waktu dan tempat yang diceritakan sungguh ada dan benar-benar terjadi.

(39)

2.2.2 Latar Waktu

Latar waktu dapat dipahami sebagai kapan berlangsungnya berbagai peristiwa yang dikisahkan dalam cerita fiksi. Dalam banyak kasus masalah waktu lazimnya dikaitkan dengan waktu kejadian yang ada di dunia nyata, waktu faktual, dan waktu yang mempunyai referensi sejarah (Nurgiyantoro, 2009:47). Novel “The Tokyo Zodiac Murders” menggambarkan latar waktu bangsa Jepang sekitar tahun 1936-1980an, saat terjadinya kasus pembunuhan 6 orang wanita muda pada tahun 1936 yang misteri pembunuhannya tidak dapat terpecahkan oleh siapa pun sampai tahun 1979.

2.2.3 Latar Sosial

Latar sosial-budaya menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks, dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas. (Nurgiyantoro, 2009: 233-234).

(40)

Sikap ini terjadi semua karena suatu sebab. Demi tetap menjaga kredibilitasnya sebagai seorang seniman, Heikici harus selalu dapat menghasilkan karya-karya baru yang dapat diterima oleh masyarakat. Dikarenakan perhatiannya yang selalu terpusat untuk menghasilkan karya seni yang bagus pastilah ia selalu berada di studio seni yang berada di halaman belakang rumahnya. Secara tidak langsung ia mulai jarang berinteraksi dengan dunia luar. Sekalinya keluar pun hanya menemui teman-teman yang sudah ia kenal saja itu pun jumlahnya sangat sedikit dan bisa dihitung.

2.3 Karakteristik Tokoh Heikichi Umezawa

Soji shimada menggambarkan tokoh utama dalam novel “The Tokyo Zodiac Murders sebagai seorang seniman terkenal yang penyendiri, ambisius, sedikit mengalami gangguan psikologis dan juga seorang ayah yang tidak begitu baik bagi anak-anak perempuannya. Ambisinya untuk menciptakan sebuah karya seni yang belum pernah diciptakan oleh para seniman lain melatarbelakangi sehingga Heikichi rela untuk membunuh dan mengorbankan putri-putrinya sebagai bahan utama untuk mebuat karya seni tersebut.

(41)

2.4 Biografi Pengarang

Soji Shimada lulus dari Sekolah Menengah Umum Seishikan di Fukuyama City, Perfecture Hiroshima, dan juga dari Musashino Art University Desain Arts Komersial. Dia saat ini tinggal di Los Angeles, California, Amerika Serikat. Setelah menghabiskan bertahun-tahun sebagai sopir truk, penulis lepas, dan musisi, Shimada melakukan debut sebagai novelis pada tahun 1981 ketika novelnya The Tokyo Zodiac Murders (sebelumnya dikenal sebagai Astrologi’s Magic) menjadi finalis dalam penghargaan Rampo Edogawa.

Karya-karyanya yang terkenal yaitu Detektif Mitarai Series dan Detektif Yoshiki Series. Karya-karyanya sering mengungkapkan tema-tema seperti hukuman mati, Nihonjinron (teorinya pada orang-orang Jepang), budaya Jepang dan budaya internasional. Dia adalah pendukung kuat dari Logic Mistery sekaligus penulis amatir cerita dengan genre Logic Mistery. Mengikuti tren "Misteri Shakaiha" (Logika Misteri di Masyarakat) yang dipimpin oleh Seicho Matsumoto, Shimada adalah pelopor dari genre Logic Mistery "Shinhonkaku". Dia dibesarkan oleh penulis seperti Yukito Ayatsuji dan Shogo Utano, dan ia merupakan penulis yang memimpin boomingnya cerita misteri dari tahun 1980-an hingga saat ini. Sebagai bapak "Shinhonkaku" Shimada kadang-kadang disebut sebagai "The Godfather of Shinhonkaku" atau "The God of Mistery."

(42)

muda, dan kelangsungan hidup. Tema-tema yang berwarna-warni ini membuat bukunya menjadi hit besar, dan dibuat menjadi seri pendek.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, Shimada telah memulai sebuah tantangan serial animasi baru yang disebut "Novel Taiga," berkolaborasi dengan ilustrator terkenal Masamune Shirow. Setelah peluncuran perdananya pada bulan Januari 2008, ia berencana untuk menciptakan serangkaian dua belas buku melalui penerbit Kodansha Box. Di Kodansha Box, Shimada juga memegang sebuah kolom di sebuah majalah terkenal, yaitu Shincho Weekly. Dia juga mengadakan kontes pertama "The City of Roses Fukuyama Mystery Award” untuk para penulis misteri amatir di jepang, dan “Soji Shimada Logic Mystery Award” di Taiwan, yang disponsori oleh Crown Publishing Company. Bahkan meskipun sudah melewati usia enam puluh, gairah Shimada untuk menulis menjadi lebih kuat daripada sebelumnya, ia benar-benar merupakan seorang maestro misteri Shinhonkaku.

2.5 Psikoanalisa Freud

Jiwa oleh Freud dibagi dalam 3 bagian, yaitu : Kesadaran (consciousness), Prakesadaran (preconsciousness), dan Ketidaksadaran (uncounsciousness).

Kesadaran adalah bagian kejiwaan yang berisi hal-hal yang yang disadarinya, diketahuinya. Fungsi kesadaran diatur oleh hukum-hukum tertentu yang dinamakannya “proses sekunder”, yaitu antara lain : logika, kesadaran jiwa yang berorientasi kepada realitas dan isinya berubah terus. Isi kesadaran terdiri dari hal-hal yang terjadi diluar maupun didalam tubuh seseorang.

(43)

terjadi pada prakesadaran dan bagian ini memang kecil peranannya dalam sistem kejiwaan yang diajukannya.

Ketidaksadaran adalah bagian yang terpenting dan yang paling banyak diuraikan dalam sistem kejiwaan Freud. Bagian ini berisi proses-proses yang tidak disadari, akan tetapi tetap berpengaruh pada tingkah laku orang yang bersangkutan. Proses yang tidak disadari itu dinamakan “proses primer” dan ditandai emosi, keinginan-keinginan dan insting. Realitas tidak akan mendapat tempat dalam ketidaksadaran.

Sehubungan dengan eksperiman-eksperimen dan teori yang dikemukakan Freud maka psikoanalisa dikenal dengan adanya tiga aspek, yaitu psikoanalisa sebagai teori kepribadian, sebagai teknik evaluasi kepribadian, dan sebagai teknik terapi. Sesuai dengan masalah yang akan dianalisis maka dari ketiga aspek diatas yang akan dibahas adalah teori kepribadian.

2.5.1 Psikoanalisa Sebagai Teori Kepribadian

Freud menganggap bahwa kesadaran hanya merupakan sebagian kecil saja daripada seluruh kehidupan psikis. Freud memisalkan jiwa manusia sebagai gunung es di tengah lautan, yang ada di atas permukaan air laut menggambarkan kesadaran, sedangkan yang ada di bawah permukaan air laut yang merupakan bagian yang menggambarkan ketidaksadaran. Di dalam ketidaksadaran itulah terdapat kekuatan-kekuatan dasar yang mendorong pribadi. Karena itu untuk benar-benar memahami kepribadian manusia psikologi kesadaran yang oleh Freud disebut psikologi permukaan tidak mencukupi.

(44)

ketiga aspek itu masing-masing mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dinamika sendiri-sendiri, namun ketiganya berhubungan dengan rapatnya sehingga sukar untuk memisah-misahkan pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia.

2.5.2 Sistem Kepribadian a. Id

Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir atau sistem dasar kepribadian. Aspek kepribadian sepenuhnya sadar dan termasuk dari perilaku naluriah dan primitif. Menurut Freud, Id adalah sumber segala energi psikis, sehingga komponen utama kepribadian. Id didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk kepuasan segera dari semua keinginan, keinginan, dan kebutuhan. Jika kebutuhan ini tidak puas langsung, hasilnya adalah kecemasan atau ketegangan.

Sebagai contoh, peningkatan rasa lapar atau haus harus menghasilkan upaya segera untuk makan atau minum. Id ini sangat penting awal dalam hidup, karena itu memastikan bahwa kebutuhan bayi terpenuhi. Jika bayi lapar atau tidak nyaman, ia akan menangis sampai tuntutan id terpenuhi.

Dorongan-dorongan dari Id dapat dipusatkan melalui proses primer yang dapat diperoleh dengan tiga cara:

a. Perbuatan

(45)

b. Fungsi kognitif

Yaitu kemampuan individu untuk membayangkan atau mengingat hal-hal yang memuaskan yang pernah dialami dan diperoleh. Dalam kasus ini individu akan berkhayal terhadap hal-hal yang nikmat atau menyenangkan.

c. Ekspresi dari Afeksi atau Emosi

Yaitu dengan memperhatikan emosi tertentu akan terjadi pengurangan terhadap dorongan-dorongan premitifnya.

Namun segera memuaskan kebutuhan ini tidak selalu realistis atau bahkan mungkin. Jika kita diperintah seluruhnya oleh prinsip kesenangan, kita mungkin menemukan diri kita meraih hal-hal yang kita inginkan dari tangan orang lain untuk memuaskan keinginan kita sendiri. Perilaku semacam ini akan baik mengganggu dan sosial tidak dapat diterima. Menurut Freud, Id mencoba untuk menyelesaikan ketegangan yang diciptakan oleh prinsip kesenangan melalui proses utama, yang melibatkan pembentukan citra mental dari objek yang diinginkan sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan.

Id tidak mampu untuk menilai atau membedakan apa yang benar dan salah, sehingga harus dikembangkan jalan untuk memperoleh khayalan itu secara nyata yang memberi kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru khususnya maslah moral. Alasan inilah yang kemudian membuat Id memunculkan Ego.

b. Ego

(46)

(dunia batin) sedangkan Ego dapat membedakan sesuatu yang hanya terdapat di dalam dunia batin dan sesuatu yang ada di dunia luar (dunia objektif/realitas).

Di dalam berfungsinya Ego berpegang pada “Prinsip Kenyataan” atau “Prinsip Realitas” dan bereaksi dengan proses sekunder. Ego dapat pula dipandang sebagai aspek eksekutif kepribadian, oleh karena itu Ego mengontrol jalan-jalan yang ditempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan yang dapat dipenuhi serta cara-cara memenuhinya, serta memilih objek-objek yang dapat memenuhi kebutuhan. Di dalam menjalankan fungsi ini seringkali Ego harus mempersatukan pertentangan- pertentangan antara Id, Super Ego dan dunia luar. Namun haruslah selalu diingat, bahwa Ego adalah derivate dari Id dan bukan untuk merintanginya. Peran utamanya adalah menjadi perantara antara kebutuhan- kebutuhan instingtif dengan keadaan lingkungan, demi kepentingan adanya orgasme.

Pelaksanaan potensi ini dicapai melalui pengalaman, latihan dan pendidikan. Dalam tugasnya Ego harus menjaga benar bahwa pelaksanaan dorongan ini tidak bertentangan dengan kenyataan dan tuntutan –tuntutan dari Super Ego.

c. Super Ego

(47)

Adapun fungsi pokok Super Ego itu dapat dilihat dalam hubungan dengan ketiga aspek kepribadian itu, yaitu :

(a) Merintangi impuls-impuls Id, terutama impuls-impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat.

(b) Mendorong Ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralistis daripada yang realitis. (c) Mengejar kesempurnaan.

Dalam keadaan biasa ketiga sistem kepribadian ini bekerja sama dengan diatur oleh Ego, kepribadian berfungsi sebagai kesatuan.

2.5.3 Dinamika Kepribadian

Menurut Freud semua orang termotivasi untuk mencari kepuasan dan mengurangi ketegangan serta kecemasan. Motivasi ini diperoleh dari energi fisik maupun psikis yang berasal dari dorongan-dorongan dasar. Dorongan-dorongan dasar sering diterjemahkan sebagai insting, namun sebetulnya lebih tepat jika disebut sebagai dorongan atau rangsangan. Dorongan-dorongan secara konstan bekerja sebagai kekuatan yang memotivasi, sebagai stimulus dari dalam diri dorongan-dorongan yang tidak dapat dihindari.

2.5.3.1Naluri (Insting)

Menurut Freud dalam Sumadi (2007:103) di dalam diri setiap manusia ada dua macam insting-insting, yaitu :

(48)

(1) Insting –insting Hidup

Fungsi insting-insting hidup adalah melayani maksud individu untuk tetap hidup dan memperpanjang ras. Bentuk-bentuk utama daripada insting ini ialah insting-insting makan, minum, dan seksual. Bentuk energi yang dipakai oleh insting-insting hidup itu disebut “libido”. Walaupun Freud mengakui adanya bermacam-macam bentuk insting hidup, namun dalam kenyataannya yang paling diutamakan adalah insting seksual.

(2) Insting-Insting Mati

Insting-insting mati disebut juga insting merusak. Insting-insting ini berfungsinya kurang jelas jika dibandingkan dengan insting-insting hidup, karenanya tidak begitu dikenal. Akan tetapi adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, bahwa tiap orang itu pada akhirnya akan mati juga. Inilah yang menyebabkan Freud dalam Sumadi (2007: 132) merumuskan bahwa “Tujuan semua hidup adalah mati”. Freud berpendapat bahwa tiap orang mempunyai keinginan yang tidak disadarinya untuk mati. Pendapat tentang adanya keinginan mati itu didasarkan kepada prinsip konstansi yang dirumuskan oleh Frechner, yaitu bahwa semua proses kehidupan itu cenderung untuk kembali kepada ketetapan dunia tiada kehidupan.

(49)

Insting-insting hidup dan insting-insting mati dapat saling bercampur, saling menetralkan. Makan misalnya merupakan campuran dorongan makan dan dorongan destruktif, yang dapat dipuaskan dengan menggigit, mengunyah, dan menelan makanan.

2.5.3.2 Kecemasan

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari Bahasa Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango”, “anci” yang berarti mencekik. Menurut Freud dalam Alwisol (2009:28) mengatakan bahwa kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan.

Lingkungan mempunyai kekuatan untuk memberikan kepuasan dan mereduksikan tegangan, maupun menimbulkan sakit dan meningkatkan tegangan, dapat juga menyenangkan maupun mengganggu. Biasanya reaksi individu terhadap ancaman ketidaksenangan dan pengrusakan yang belum dihadapinya ialah menjadi cemas atau takut. Orang yang merasa terancam umumnya adalah orang yang penakut.

Freud mengemukakan ada tiga macam kecemasan, yaitu :

(1) Kecemasan realita adalah rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat kecemasan semacam itu sangat tergantung kepada ancaman nyata.

(50)
(51)

BAB III

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH HEIKICHI UMEZAWA

3.1. Ringkasan Novel

The Tokyo Zodiac Murders adalah novel yang menceritakan tentang suatu kasus pembunuhan berantai yang terjadi di Jepang pada tahun 1936 yang lebih dikenal dengan nama “Pembunuhan Zodiak di Tokyo”. Pembunuhan ini merupakan salah satu kasus yang paling aneh dan dan sukar untuk dipahami dalam sejarah dunia kriminal. Orang-orang yang terlibat dalam kasus ini bahkan tidak dapat membayangkan kejahatan semacam itu dapat terjadi, dan bagaimana cara untuk menemukan pembunuhnya. Tanpa diduga dibalik kasus pembunuhan ini terdapat suatu catatan tertinggal di lokasi pembunuhan yang dapat mengungkap misteri rahasia dibalik pembunuhan itu. Catatan itu ternyata dibuat oleh seorang seniman yang sangat terkenal pada saat itu. Seniman itu bernama Heikichi Umezawa.

Heikichi merupakan seorang seniman yang terkenal di tahun 1930an. Di dalam catatan yang ditemukan di lokasi terbunuhnya Heikichi, terungkap bahwa ia sering mengalami depresi karena mendengar suara bisikan-bisikan asing, dan juga memiliki obsesi berlebihan untuk menciptakan suatu karya seni. Di dalam catatan itu terungkap rencana pembunuhan anak perempuan dan para keponakannya demi menghasilkan suatu karya seni. Sebelum terbunuh Heikichi meninggalkan suatu catatan dengan niatan untuk tidak menerbitkan catatan tersebut. Akan tetapi catatan itu pada akhirnya ditemukan di lokasi ia terbunuh.

(52)

dokumen ini berisi pesan dan wasiat terakhir saya, tetapi tak dapat dihindari bahwa ini juga merupakan catatan mengenai kekaguman saya kepada wanita. Jika karya saya ternyata dianggap lebih menarik setelah kematian saya, seperti yang terjadi pada Van Gough, saya berharap mereka yang membaca dokumen ini akan memahami harapan terakhir saya, dan hendaknya warisan saya akan terus dikenal hingga generasi-generasi mendatang.”

Heikichi Umezawa

Jumat, 21 Februari 1936

Dari kalimat pembuka surat peninggalan Heikichi diatas dapat diketahui bahwa Heikichi Umezawa memiliki obsesi yang amat sangat di luar kendali terhadap wanita. Di catatan peninggalan ini juga diceritakan bawa Heikichi menuliskan rencana-rencananya untuk membuat suatu karya seni yang dia sebut dengan “Azoth”. Karya seni ini terinspirasi dari rasa cinta, kagum dan obsesinya terhadap wanita.

(53)

dari fakta bahwa ia sudah mengalami gangguan psikologis yang menyebabkannya mengidam penyakit penyimpangan seksual. Hal itu tidak disadarinya dan kekagumannya akan wanita pun masih terus berlanjut.

Dengan wanita sebagai model utama lukisannya dan juga demi menghasilkan lukisan-lukisan yang bermutu ia banyak menyewa model-model wanita untuk dijadikan sebagai model lukisannya. Dari pose yang biasa dengan pakaian lengkap sampai dengan pose telanjang. Terkadang apabila model-model yang ingin ia sewa tidak dapat datang ia akan menyuruh anak-anak dan keponakan perempuannya untuk menjadi modelnya.

Perlakuan yang didapat anak-anak dan keponakan perempuannya sebagai model tidak jauh berbeda dengan perlakuannya kepada model-modelnya yang biasa. Bahkan terkadang ia juga meyuruh anak-anak dan keponakannya untuk berpose setengah telanjang juga. Hal ini mungkin merupakan hal yang umum bagi para seniman dengan meminta anggota keluarga sendiri untuk menjadi model lukisan. Tetapi dengan pose yang seperti itu dan apabila dilihat oleh masyarakat, mereka akan dicap sebagai keluarga yang aneh.

Dengan kegiatan dan fikiran yang tidak pernah lepas dari wanita ia selalu memimpikan sosok seorang wanita sempurna. Baik dari kecantikan, kemampuan, dan kekuatannya. Ia rela mengorbankan hidupnya apabila wanita sempurna itu bisa menjadi kenyataan. “Berdasarkan pemahaman saya mengenai tubuh manusia, ada enam bagian tubuh yang utama : kepala, dada, perut, pinggul, paha, dan kaki. Dalam astrologi, tubuh manusia diibaratkan sebuah objek berbentuk kantong yang merupakan cerminan miniatur alam semesta.”

(54)

kaki yang sempurna, kemudian menyatukannya menjadi tubuh seorang wanita, maka saya akan mendapatkan sang wanita sempurna! Dia pasti berwujud seorang dewi. Dan jika saya bisa menyatukan enam bagian tubuh perawan, kecantikan gabungan yang tercipta tak akan tertandingi.”

Dengan pemikiran seperti itu mulai saat ini fokus hidup seorang Heikichi Umezawa hanya berpusat bagaimana ia dapat mewujudkan wanita cantik ini. Bagian-bagian tubuh yang akan dikumpulkan, tidak bisa dari sembarangan wanita. Zodiak dari si wanita perawan yang akan di bunuh pun harus sesuai. Ia mulai merencanakan rencana pembunuhan itu dan tiba sesuatu hal yang tidak ia sadari mengejutkannya. Seketika juga ia sadar bahwa enam perawan dengan lambang zodiak yang berbeda hidup didekatnya. Perempuan-perempuan itu adalah anak perempuan dan para keponakannya.

Jadi sekarang ada enam wanita muda dirumah saya : Tomoko (Aquarius, lahir tahun 1910), Akiko (Scorpio, lahir tahun 1911), Yukiko (Cancer, lahir tahun 1913), Tokiko (Aries, juga lahir tahun 1913), Reiko salah satu keponakan (Virgo, juga lahir tahun 1913), dan Nobuyo adik Reiko (Sagitarius, lahir tahun 1915). Dengan demikian, saya mendapati bahwa takdir saya sudah digariskan. Dia menyuruh saya mengorbankan wanita-wanita muda ini.”

Untuk membuat azoth tidak dapat memilih wanita perawan sembarangan. Zodiak mereka juga sangat menentukan. Zodiak mereka juga menentukan bagian tubuh manakah dari mereka yang paling bagus yang dapat diambil sebagai bahan pembuat azoth.

(55)

tidak boleh terlalu serakah. Karena Azoth adalah wanita, dadanya dapat diwakili oleh payudara dan perutnya oleh rahim. Karena sang iblis bermurah hati, saya tahu rencana saya akan berhasil.”

Betapa bersemangat Heikichi Umezawa membayangkan seperti apa rupa Azoth nanti. Menurutnya ini akan menjadi karya seni yang kecantikannya akan memucatkan semua karya seni patung yang lain. Dengan menjalankan rencana-rencana yang sudah ia rancang tampak jelas bahwa psikologis Heikichi sudah sangat terganggu. Manusia mana yang tega ingin membunuh seseorang demi menghasilkan suatu karya seni. Tapi rencana inilah yang akan membuatnya berbeda dengan para seniman lain di mata orang banyak.

Setelah mengumpulkan bagian-bagian tubuh dari para wanita perawan itu, bagian tubuh yang tidak digunakan tidak dapat dibuang sembarangan. Bagian-bagian tubuh yang tidak diperlukan tadi harus dibuang di lokasi yang berkaitan dengan lambang zodiak mereka masing-masing.

Kaitan yang ideal adalah sebuah tempat dimana jenis logam tertentu ditambang. Misalnya, emas berkaitan Leo, besi dengan Aries dan Scorpio, perak dengan Cancer, dan timah dengan Sagitarius serta Pisces. Dengan demikian, sisa-sisa mayat akan dibuang sebagai berikut :

~ Tokiko (Aries), di tempat yang menghasilkan besi.

~ Yukiko (Cancer), di tempat yang menghasilkan perak.

~ Reiko (Virgo), di tempat yang menghasilkan merkuri.

~ Akiko (Scorpio), di tempat yang menghasilkan besi.

(56)

~ Tomoko (Aquarius), di tempat yang menghasilkan timbal.

Setelah mayat-mayat itu dikembalikan ke tempat mereka yang seharusnya, Azoth akan muncul dengan kekuatan tertinggi. Setelah itu mahakarya ini akan selesai.”

Dari catatan ini juga diketahui bahwa Heikichi menciptakan Azoth bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi menurutnya juga untuk kepentingan kekaisaran Jepang. Menurut Heikichi Negara Jepang telah menyusuri jalan yang keliru, dan sejarah sudah dirusak oleh peristiwa-peristiwa sial. Heikichi berfikir bahwa azoth akan menyelamatkan Negara Jepang. Dengan tujuan-tujuan itu tidak ada kata gentar dalam menjalankan rencananya.

3.2 Analisis Psikologis Tokoh Heikichi Umezawa

1. Cuplikan (hal.12)

Saya dirasuki iblis, roh jahat yang bertindak di luar kehendak saya. Ia memainkan tipuan keji pada saya. Saya menderita. Di bawah kendali si iblis, tubuh saya sekedar boneka. Suatu malam, seekor remis besar, sebesar sapi, muncul di bawah meja saya. Hewan itu meregangkan kakinya meluncur menyebrangi kamar saya, dan meninggalkan jejak lendir pada lantai kayu. Pada malam lain, saya melihat beberapa ekor tokek bersembunyi di kamar saya, tubuh mereka dinaungin bayangan kisi-kisi. Saya berusaha membunuh mereka, tetapi mendapati bahwa saya tidak bertenaga.”

Analisis

(57)

fikirannya disebabkan oleh iblis yang sudah mulai menguasai dirinya. Kecemasan jelas tampak dari perilaku Heikichi yang merasa tidak bisa melakukan apa-apa untuk melawan kendali dari iblis tersebut karena tubuhnya sudah dikendalikan seperti boneka. Rasa takut pun terus menguasai dirinya dikarenakan mulai banyaknya bayangan-bayangan asing yang ia lihat di kamarnya yang terus mengganggu ketentramannya.

Pada cuplikan “Saya berusaha membunuh mereka, tetapi mendapati bahwa saya tidak bertenaga

Niatan untuk membunuh bayangan-bayangan yang ia lihat yang ia rasa terus mengganggunya itu juga termasuk dalam naluri insting mati ekstern. Dimana disini ia berkeinginan untuk membunuh dan menghabisi bayangan tersebut karena hal-hal yang ia lihat dan ia dengar sudah sangat mengganggunya. Hal ini juga disebabkan karena hanya Heikichi sendiri yang bisa mendengar suara dan melihat bayangan-bayangan itu sehingga hal ini sangat mempengaruhi kondisi psikologisnya. Lambat laun hal ini dapat berakibat buruk bagi dirinya.

(58)

2. Cuplikan (hal.16)

“Tidak ada orang yang sempurna, karena semua orang mendapatkan anugerah dari planet yang menguasainya hanya pada satu bagian tubuhnya saja. Jadi saya berfikir : jika saya bisa memperoleh kepala yang sempurna, payudara yang sempurna, pinggul yang sempurna, dan kaki yang sempurna, kemudian menyatukannnya menjadi tubuh seorang wanita, maka saya akan mendapatkan sang wanita sempurna! Dia pasti berwujud seorang dewi. Dan jika saya bisa menyatukan enam bagian tubuh yang masih perawan, kecantikan gabungan yang tercipta tak akan tertandingi.”

Analisis

Cuplikan “jika saya bisa memperoleh kepala yang sempurna, payudara yang sempurna, pinggul yang sempurna, dan kaki yang sempurna, kemudian menyatukannnya menjadi tubuh seorang wanita, maka saya akan mendapatkan sang wanita sempurna! Dia pasti berwujud seorang dewi

Rencana Heikichi ini mengarah kepada perilaku Id. Rencana tersebut juga menggambarkan bahwa untuk mengumpulkan potongan-potongan tubuh itu Heikichi tidak keberatan untuk melanggar hukum ataupun norma di masyarakat. Untuk membuat karya seni ini, pertama-tama ia harus membunuh wanita-wanita muda yang masih perawan itu dan kemudian ia akan mengumpulkan potongan-potongan tubuhnya. Niatan ingin membunuh tersebut termasuk kedalam naluri insting mati ekstern.

(59)

3. Cuplikan (hal.18)

Tentu saja, keenam wanita muda ini harus mati. Tubuh mereka akan dipotong menjadi tiga bagian (dua bagian dalam kasus Tokiko dan Tomoko). Azoth akan tersusun dari bagian-bagian terpilih, dan sisa tubuh mereka akan dibuang dengan selayaknya. Wanita-wanita muda itu akan mati, tetapi bagian tubuh mereka akan hidup selamanya dalam diri Azoth. Seandainya mereka tahu mengapa mereka harus mati, saya yakin mereka akan puas dengan takdir mereka.”

Analisis

Cuplikan “Tentu saja, keenam wanita muda ini harus mati. Tubuh mereka akan dipotong menjadi tiga bagian (dua bagian dalam kasus Tokiko dan Tomoko)” menunjukkan bahwa Heikichi sudah merencanakan apa yang akan dilakukannya setelah ia menghabisi keenam wanita muda itu. Ia berniat akan memotong-motong bagian tubuh wanita-wanita muda itu sesuai dengan yang ia inginkan. Hal ini mengarah kepada perilaku Id. Kemudian keinginannya untuk membunuh dan memotong-motong bagian tubuh wanita-wanita muda itu juga termasuk ke dalam insting mati. Insting mati yang dinampakkan oleh Heikichi merupakan insting mati ekstern yang ciri-cirinya dapat kita ketahui dengan niatannya yang ingin membunuh seseorang.

4. Cuplikan (hal.20)

Referensi

Dokumen terkait

Unsur kejahatan adalah salah satu komponen yang utama dalam

Muder” dapat bahwa hubungan yang terjalin antara seorang anak dengan keluarga.. barunya adalah hubungan yang tidak baik atau buruk, keluarga barunya

tertarik untuk membahas psikologis tokoh utama dalam novel tersebut. Penulis lebih memilih unsur psikologis sebagai pendekatan dalam penelitian ini, karena

kepribadian id, ego dan super ego tokoh Ray dalam novel Rembulan Tenggelam Di Wajahmu Karya Tere Liye yang telah diulas dalam hasil penelitian di atas, maka

terarah dan tersusun maka, dalam penelitian ini penulis secara khusus akan membahas kepribadian dan kondisi psikologis dari tokoh utama yaitu Shiraishi Itsumi

Dengan menganalisis interaksi sosial tokoh dalam novel yang kemudian. dihubungkan dengan pendekatan semiotik yang digunakan untuk

Latar sosial-budaya menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi..

Kata Kunci: Struktur, Kepribadian, Id, Ego, dan Superego, Tokoh Utama Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur kepribadian id, ego, dan superego tokoh utama yang