• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIPHENYLMETHANE DIISOCYANATE AND CASTOR OIL

METODE PENELITIAN

4.1. Plastik Biodegradable

4.2.3. Mekanisme Pembentukan TPS Termodifikas

Pembentukan dari pati termoplastik termodifikasi ini melibatkan beberapa tahapan yaitu pertama adalah granula pati terplastisasi (Gambar 4.14.a) oleh air yang

ditambahkan kedalam campuran dan mengalami destrukturisasi. Makromolekul pati menjadi fleksible, menghasilkan pembentukan pati termoplastik (Gambar 4.14.b). Air adalah sejenis chain extender dan cross-linker yang efektif untuk menyiapkan mikropartikel poliuretan waterborne. Oleh karena itu, PUP yang berasal dari sintesa minyak jarak dan MDI (Gambar 1.14.c) akan bereaksi dengan air untuk membentuk

cross lingking mikropartikel poliuretan waterborne selama terjadinya pengadukan

yang intensif. Permukaan dari mikropartikel PUP terdiri dari gugus NCO, sehingga mikropartikel multifungsional terbentuk (Gambar 4.14.d). PUP terbentuk secara langsung dengan cara in-situ pada saat pengadukan yang intensif terjadi. Tingginya gugus NCO mikropartikel multifungsional akan meningkatkan probabilitas dan efisiensi reaksi PUP terikat (link) ke pati yang seharusnya akan meningkatkan rasio reaksi yang tinggi.

Gambar 4.14. Skema Diagram untuk mempersiapkan TPS termodifikasi dengan Poliuretan Prepolimer

Biasanya granula pati cross link dengan PUP dan produk akhirnya hanya berupa satu jaringan saja, dan tidak bisa meleleh didalam proses pembuatan plastik sehingga disebut dengan termoset. Dalam penelitian ini, dengan pengadukan intensif yang dilakukan maka sistem reaksi tidak hanya membentuk satu jaringan yang besar melainkan sejumlah besar mikro jaringan (networks) yang bebas dan berdiri sendiri seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4.14.e. Tidak terjadi ikatan kovalen antara kedua jaringan mikro bebas tersebut. Didalam pati termoplastik termodifikasi ini, PUP adalah elastis dan memainkan peran sebagai modifier impact (dampak) untuk matrik pati, sehingga meningkatkan elongasinya.

Selain itu, dikarenakan proses sintesa TPS dilakukan secara in-situ, maka terjadi beberapa tahapan reaksi pembentukan. Reaksi yang pertama adalah gelatinisasi pati dengan air sehingga terbentuk pati termoplastik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.14.b. Reaksi yang kedua adalah minyak jarak dengan MDI yang menghasilkan poliuretan prepolimer yang ditunjukkan oleh Gambar 4.14.c. Reaksi ketiga adalah pati yang mempunyai gugus OH dengan MDI dan reaksi yang keempat adalah sorbitol dengan MDI yang juga berkontribusi terhadap terbentuknya lebih banyak jaringan tunggal yang berdiri sendiri dalam ukuran yang lebih kecil.

Selain itu terbentuk reaksi menghasilkan karbon dioksida melibatkan air yang direaksikan dengan isosianat untuk membentuk asam karbamat yang tidak stabil pada langkah pertama, yang selanjutnya terdekomposisi menjadi karbon dioksida dan amina. Amina bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak lagi isosianat untuk membentuk urea tersubstitusi. Air mempunyai berat molekul yang sangat rendah, sehingga meskipun persen berat air mungkin kecil namun proporsi molar air mungkin tinggi dan banyak jumlah urea yang terbentuk. Urea tidak terlalu larut dalam campuran reaksi dan cenderung membentuk fase segmen keras terpisah yang mengandung sebagian besar poliurea. Konsentrasi dan pengaturan dari poliurea dapat mempunyai dampak yang jelas terhadap sifat busa poliueretan

4.2.4. Struktur Pati termoplastik Termodifikasi dengan menggunakanFourier Transform Infrared (FTIR)

Analisis FTIR pada Pati Termoplastik(TPS) termodifikasi dan Poliuretan prepolimer (PUP) dilakukan untuk melihat struktur dari komponen tersebut. Dapat dilihat pada Gambar 4.15 menunjukkan poliuretan prepolimer, C=O dari gugus ester terjadi pada 1700 cm-1. Range daerah serapan untuk gugus ester adalah 1690-1760 cm-1. Hal ini hampir sama dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wu et All, 2009, dimana tranmisi C=O dari gugus ester diperoleh pada 1704 – 1744 cm-1. Gugus OH pada polyol ditunjukkan pada panjang gelombang 3000 cm-1, dimana dari referensi nilai panjang gelombang OH adalah 3000 - 3500. Selain itu juga dapat dilihat gugus ester C-O pada panjang gelombang sekitar 1250 cm-1 dengan referensi panjang gelombang gugus C-O dalah 1080-1300 cm-1.

C:\Program Files\OPUS_65\MEAS\PUP.0 PUP Instrument type and / or accessory 29/01/2014 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 Wavenumber cm-1 88 90 92 94 96 98 1 0 0 T ra ns m it tanc e [% ] Page 1/1

Gambar 4.15. Hasil Fourier Transform Infrared (FTIR) untuk Poliuretan prepolimer (PUP)

C:\Program Files\OPUS_65\MEAS\TPS.0 TPS Instrument type and / or accessory 29/01/2014

1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 Wavenumber cm-1 90 92 94 96 98 1 0 0 T ra ns m it tanc e [% ] Page 1/1

Gambar 4.16. Hasil Fourier Transform Infrared (FTIR) untuk Pati Termoplastik Sagu termodifikasi (TPS 3)

Gambar 4.16 menunjukkan hasil analisis FTIR untuk pati termoplastik termodifiksi (TPS). Gugus ester diperoleh pada puncak 1700 cm-1. C=O dari gugus ester terjadi pada 1700 cm-1 dan gugus OH pada polyol ditunjukkan pada panjang gelombang 3000 cm-1, sama seperti hasil FTIR untuk PUP. Selain itu C-O ester terjadi pada panjang gelombang sekitar 1250 cm

Jika dibandingkan antara Pati termoplastik termodifikasiTPS 3 dan Poliuretan prepolimer (PUP), maka profil dari panjang gelombang hampir sama satu sama lain. Hal ini mengindikasikan bahwa struktur ikatan urethan untuk ke dua sampel tersebut sama, yang disebabkan adanya pengaruh ikatan antara minyak jarak dan MDI. Selain itu struktur ikatan uretan tidak menganggu matrik pati sehingga cocok dengan minyak jarak dan MDI. Oleh karna itu komponen poliuretan dari pati termoplastik termodifikasiTPS 3 terikat silang kepada matrik pati oleh ikatan uretan.

-1

C:\Program Files\OPUS_65\MEAS\TPS - AIR.0 TPS - AIR Instrument type and / or accessory 29/01/2014

1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 Wavenumber cm-1 92 94 96 98 1 0 0 T ra ns m it tanc e [% ] Page 1/1

Gambar 4.17. Hasil Fourier Transform Infrared (FTIR) untuk Pati termoplastik termodifikasi (TPS 3) yang diektraksi dengan pelarut air.

C:\Program Files\OPUS_65\MEAS\TPS - TOLUENA.0 TPS - TOLUENA Instrument type and / or accessory 29/01/2014 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 Wavenumber cm-1 75 80 85 90 95 1 0 0 T ra ns m it tanc e [% ] Page 1/1

Gambar 4.18. Hasil Fourier Transform Infrared (FTIR) untuk Pati termoplastik termodifikasi (TPS 3) yang diektraksi dengan pelarut toluene

Gambar 4.17 dan 4.18 Menunjukkan bahwa TPS yang telah diekstraksi dengan menggunakan pelarut air dan toluene. Hasil uji FTIR menunjukkan bahwa Gugus OH pada polyol ditunjukkan pada panjang gelombang 3200 cm-1, dimana dari referensi nilai panjang gelombang OH adalah 3000 - 3500. Selain itu juga dapat dilihat gugus amina ester C-O pada panjang gelombang sekitar 1000 cm-1 dengan referensi panjang gelombang gugus ester C-O adalah 1180-1360 cm-1. Hal ini mengindikasikan bahwa pelarut air dan toluene hanya melarutkan minyak jarak dan MDI yang tidak bereaksi, tetapi tidak dapat melarutkan ikatan cross link antara minyak jarak dan MDI.

4.2.5. Morfologi Pati Termoplastik Termodifikasi dengan Menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM)

Gambar 4.19. Foto SEM untuk Pati Termoplastik termodifikasi(TPS 3) resolusi 1000x

Gambar 4.19 dan Gambar 4.20 menunjukkan bahwa permukaan TPS 3 adalah kasar yang disebabkan adanya pemisahan mikrofasa (microphase) didalam TPS. Dari Gambar terlihat adanya bagian berkesinambungan (continous) yang sebagain besar merupakan matrik pati dengan sedikit jumlah PUP. Sejumlah PU mikropartikel terdispersi didalam matrik pati yang berkesinambungan tersebut melalui ikatan cross link. Ukuran partikel poliuretan prepolimer sangat kecil, yaitu sekitar 2 µm. Kesesuaian antara hydrophobic polimer dan hydrophilic polimer biasanya tidak baik yang disebabkan lemahnya adhesi antarmuka (interface). Namun, pada penelitian ini intarmuka antara PUP dan matrik pati adalah berkesinambungan dan rapat serta terikat dengan baik kepada matrik pati yang menunjukkan kesesuaian yang baik antara PU hydrophobic dan pati hydrophilic. Selain itu, jika dihubungkan dengan hasil FTIR diatas, maka kesesuaian yang baik ini telah berkontribusi kepada pembentukan jaringan uretan (urethane linkage) antara PUP dan matrik pati. Gambar ini berbeda jika dibandingkan dengan Gambar 4.21 yaitu hasil SEM PUP, dimana tidak terjadi bagian berkesinambungan dan bagian yang terdispersi.

Gambar 4.21. Foto SEM untuk PUP

Hasil SEM untuk TPS juga menunjukkan terjadinya inflasi pada sampel pada saat pengujian. Hal ini disebabkan karena besarnya energy cahaya dan besarnya pembesaran yang diberikan pada saat scanning sampel sehingga menyebabkan terjadi inflasi/peradangan pada sampel menjadi beberapa area berwarna putih dan beberapa retakan terlihat. Meskipun demikian, dibawah tekanan inflasi/peradangan, antarmuka antara matrik pati putih dan PU dispersion tetap terlihat rapat dan tebal, yang menunjukkan bahwa terjadi kesesuaian yang baik antara matrik pati dan mikropartikel PU.

Hasil uji SEM untuk cross-section dari Pati Termoplastik termodifikasi (TPS 3) ditunjukkan pada Gambar 4.22 dan Gambar 4.23 dibawah ini. Bagian cross-section tersebut dihasilkan dari bekas tarikan uji tensil yang dilakukan. Hasil SEM menunjukkan gambar permukaan yang kasar dan tidak beraturan. PU Mikropartikel sangat sulit terlepas dari matrik pati dan hampir tidak terlihat pori-pori kosong yang ditinggalkan oleh PU mikropartikel. Hal ini mengindikasikan bahwa PU mikropartikel terikat ke matrik pati melalui ikatan cross-link dan antarmuka antara kedua polimer tersebut sangat kuat melalui ikatan uretan.

Gambar 4.22. Foto SEM untuk cross-section Pati Termoplastik termodifikasi(TPS 3) resolusi 3000x

Gambar 4.23. Foto SEM untuk cross-section Pati Termoplastik tremodifikasi(TPS 3) resolusi 5000x

TPS Cross-section direndam dengan pelarut toluen dan air selama 24 jam dan hasil SEM nya ditunjukkan oleh Gambar 4.24 dan 4.25. Gambar 4.24 menunjukkan hampir tidak ada PU mikropartikel yang terekstraksi keluar dari matrik pati, yang menyatakan bahwa PU mikropartikel terikat ke matrik pati melalui ikatan cross-link dan antarmuka antara kedua polimer tersebut sangat kuat melalui ikatan uretan. Gambar 4.25 menunjukkan hal yang sama, dimana permukaan matrik pati tidak terlarut ketika diekstraksi dengan air. Hasil ini mengidentifikasikan bahwa daya tahan matrik pati terhadap air meningkat jika dibandingkan dengan pati mentah.

Gambar 4.24. Foto SEM untuk cross-section Pati Termoplastik tremodifikasi(TPS 3) diekstraksi dengan toluena resolusi 3000x

Gambar 4.25. Foto SEM untuk cross-section Pati Termoplastik tremodifikasi(TPS 3) diekstraksi dengan air resolusi 3000x

Gambar 4.26. Foto SEMuntuk Pati Termoplastik termodifikasi(TPS 3) diekstraksi dengan toluena resolusi 3000x

Gambar 4.27. Foto SEM untuk Pati Termoplastik tremodifikasi(TPS 3) diekstraksi dengan air resolusi 3000x

Gambar 4.26 dan 4.27 menunjukkan TPS non fracture yang direndam dengan pelarut toluen dan air selama 24 jam. Hasil SEM menunjukkan hal yang sama dengan hasil SEM TPS fracture, dimana hampir tidak ada PU mikropartikel yang terekstraksi keluar dari matrik pati ketika diekstraksi dengan pelarut toluena, yang menyatakan bahwa PU mikropartikel terikat ke matrik pati melalui ikatan cross-link dan antarmuka antara kedua polimer tersebut sangat kuat melalui ikatan uretan. Ketika diekstraksi dengana air maka permukaan matrik pati tidak terlarut ketika diekstraksi dengan air. Hasil ini mengidentifikasikan bahwa daya tahan matrik pati terhadap air meningkat jika dibandingkan dengan pati mentah

Gambar 4.28 menunjukkan morfologi dari TPS termodifikasi. Mekanisme pembentukan jaringan yang terjadi antara PUP dan matrik pati adalah melalui ikatan uretan (urethane linkages). Kesesuaian antara PUP hydrophobic dan Pati Hydrophilic meningkat secara efektif dikarenakan hadirnya ikatan uretan tersebut. Hasil yang sama diperoleh oleh Qianxian Wu yang melakukan penelitian dengan menggunakan pati

jagung dan PUP yang berasal dari minyak jarak, namun terjadi perbedaan dalam mensintesa PUP dimana dalam penelitian mereka PUP disintesa terlebih dahulu sebelum direaksikan dengan matrik pati. PUP yang berbasis minyak jarak yang fleksible terdispersi kedalam matrik pati yang rapuh, yang menyebabkan meningkatnya kuat tarik dan elongasi TPS.

Gambar 4.28. Struktur Morfologi Termoplastic starch(TPS) Termodifikasi.

4.2.6. Uji Termal

Titik leleh merupakan suatu kondisi dimana suhu yang terjadi pada sampel mengalami perubahan hingga wujud dari sampel yang berupa zat padat menjadi cair karena perubahan suhu tersebut. Berbeda dengan logam, plastik umumnya tidak memiliki titik leleh yang spesifik. Sedangkan nilai titik leleh sangat diperlukan untuk menentukan kondisi proses dan aplikasi produk yang dihasilkan. Apakah plastik tersebut akan baik sebagai pengemas produk atau tidak sehingga plastik tersebut akan bertahan pada suhu tertentu sesuai dengan ketahanan dari plastik itu sendiri.

Uji Differential scanning Calorymetric (DSC) dilakukan untuk sampel PUP, TPS 3, TPS 3 diesktraksi dengan toluen dan TPS 3 diekstraksi dengan air. Gambar hasil uji DSC ditunjukkan oleh Gambar 2.29 – Gambar 2.32.

Gambar 4.29. Hasil uji DSC untuk PUP.

Gambar 4.31. Hasil uji DSC untuk TPS 3 diekstraksi dengan toluena

Hasil uji DSC untuk PUP menunjukkan titik leleh adalah 105,55oC dan panas laten peleburan ΔH adalah 224,38 J/g, sedangkan untuk TPS 3 titik leleh adalah 104,69oC dan ΔH adalah 234,27 J/g. Titik leleh TPS yang diperoleh hampir sama dengan titik leleh PUP yang menunjukkan bahwa terjadi pembentukan cros-link antara pati dan PUP, jika dibandingkan dengan titik leleh pati sagu yang hanya sekitar 70o

Setelah TPS diekstraksi dengan pelarut toluene dan air, maka terjadi penurunan suhu titik leleh dan panas laten peleburan. TPS yang diekstraksi dengan pelarut toluene menunjukkan titik leleh adalah 98,23

C. Penambahan PUP kedalam matrik pati telah meningkatkan titik leleh dari TPS termodifikasi yang membuktikan telah terjadinya cross-link. Semakin tinggi titik leleh menunjukkan semakin banyak cross-link yang terjadi. Titik leleh dipengaruhi oleh ikatan hidrogen yang terkandung dalam plastik. Semakin banyak ikatan hidrogen dalam film plastik maka akan semakin tinggi pula titik lelehnya, karena energi yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan juga akan semakin besar.

oC dan ΔH adalah 178,76 J/g,

sedangkan untuk TPS 3 yang diekstraksi dengan air menunjukkan titik leleh adalah 74,86oC dan ΔH adalah 87,74 J/g. Penurunan titik leleh dan panas laten peleburan disebabkan karena adanya sebagian tertentu jumlah minyak jarak dan MDI yang terlarut didalam pelarut toluen dan pati sagu yang terlarut didalam pelaurt air.

4.2.7. Uji Dekomposisi Termal

Hasil uji TGA menunjukkan bahwa bahwa PUP mulai terdekomposisi secara termal pada suhu 300 – 5000C seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4.20. Kehilangan berat terjadi secara curam dan habis sama sekali pada suhu 500oC, yang disebut dengan kehilangan berat transisi (weight loss transition). Sedangkan TPS termodifikasi ditunjukkan dengan Gambar 4.33, mulai terdekomposisi dan kehilangan berat pada suhu 150 – 200oC dalam jumlah yang kecil dan dilanjutkan dengan kehilangan berat secara curam dan habis sama sekali pada suhu 500oC. TPS termodifikasi kehilangan berat lebih cepat dibandingkan dengan PUP dikarenakan terjadinya kehilangan berat

pada tahap transisi pertama yang menunjukkan bahwa komponen pati mempunyai kestabilan termal yang lebih rendah dibandingkan dengan PUP.

Gambar 4.34. Dekomposisi Termal Termoplastic starch(TPS) Termodifikasi.

4.2.8. Derajat Swelling dan Gel Content

Hasil Pengujian derajat Swelling dan Gel content dapat dilihat pada Tabel 4.2 dibawah ini untuk sampel TPS fracture dan non fracture yang diekstraksi dengan pelarut toluen dan air. Deajat Swelling TPS non fractured dan fracgtured yang di ekstraksi dengan toluen lebih rendah dibandingkan dengan yang diekstraksi dengan air. Hal ini menunjukkan bahwa matrik pati menyerap air lebih banyak, sehingga nilai derajat swellingnya lebih tinggi. Pada eksatraksi dengan pelarut toluen, polyol dan MDI tidak terekstraksi karena sudah terikat kepada matrik pati melalui ikatan cross- link.

Gel content menunjukkan banyaknya kandungan gel yang terbentuk setelah ekstraksi yang menunjukkan ikatan cross-link yang terjadi. TPS yang diekstraksi dengan toluen menunjukkan persen gel content yang lebih tinggi dari pada yang diekstraksi dengan air. Hal ini membuktikan bahwa sebagian pati sagu yang tidak terikat telah larut didalam air, sementara sebagian besar minyak jarak dan poliol telah tercross-link ke matrik pati.

Tabel 4.2. Derajat Swelling dan Gel content TPS No Jenis Sampel Berat

Awal (gr) Berat Akhir (gr) Derajat Swelling Gel Content (%) 1 TPS 30 non fractured

diekstraksi dengan Toluene 2.7525 2.7242 1.0103 98.9718 2 TPS 30 non fractured

diekstraksi dengan air 2.9370 2.2136 1.3267 75.3694 3 TPS 30 Fractured

diekstraksi dengan Toluene 0.1688 0.1545 1.0925 91.5284 4 TPS 30 Fractured

diekstraksi dengan Air 0.1196 0.0916 1.3056 76.5886 4.2.9. Uji Penguraian (Degradability)

Plastik biodegradabel diartikan sebagai film kemasan yang dapat didaur ulang dan dapat dihancurkan secara alami. Proses terjadinya biodegradasi plastik ini pada lingkungan dimulai dengan tahap degradasi kimia yaitu dengan proses oksidasi molekul menghasilkan polimer dengan berat molekul yang rendah. Proses selanjutnya adalah serangan mikroorganisme (bakteri, jamur dan alga) dan aktivitas enzim (intracellular, extracellular). Contoh mikroorganisme diantaranya bakteri phototrop

(Rhodospirillium, Rhodopseudomonas, Chromatium, Thiocystis), pembentuk

endospora (Bacillus, Clostridium), dan gram negatif aerob (Pseudomonas, Zoogloa,

Uji ini dilakukan dengan cara mengubur film plastik selama selama 4 bulan. Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya kandungan Poliuretan

prepolimer (PUP) didalam Termoplastic starch (TPS) akan menyebabkan

termoplastic starch (TPS) terdegradasi lebih lama. Waktu degradasi semakin lama

disebabkan karena sifat Poliuretan prepolimer (PUP) mengandung MDI yang merupakan golongan Isocyanate yang tidak mudah untuk terdegradasi. Namun demikian waktu degradasi masih terhitung cepat karenakan polyol yang digunakan berasas minyak jarak yang merupakan bahan yang berasal dari minyak nabati. Waktu yang dibutuhkan untuk TPS termodifikasi menjadi terdegradasi sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan plastic Starch (PS) yang hanya membutuhkan waktu selama 2 minggu untuk terdegradasi di alam, sedangkan TPS termodifikasi membutuhkan waktu mulai dari 10 sampai dengan 16 minggu untuk terdegradasi, tergantung dari kandungan Poliuretan Prepolimer (PUP) didalam campuran TPS. TPS 5 terdegradasi paling lama yaitu 16 minggu, sedangkan TPS 1 terdegradasi dalam waktu 10 minggu. Faktor mikroorganisme pengurai, kelembaban tanah dan kadar air tanah yang terkandung didalam tanah tersebut mempunyai pengaruh terhadap lamanya waktu yang dibutuhkan oleh TPS untuk terdegradasi, oleh karena itu diharapkan kedepan untuk keberlanjutan penelitian dengan topik ini diperlukan analisa kelembaban tanah dan kandungan mikroba tanah tersebut agar dapat distandarkan pengujian degradabilitas dari TPS yang dihasilkan. Sedangkan untuk PUP murni, penguburan selama 4 bulan menunjukkan bahwa belum terjadinya degradasi PUP oleh lingkungan, hal ini disebabkan karena kandungan isocyanate didalam PUP bukanlah bahan organisk sehingga susah terurai secara alami, sehingga diperlukan penambahan waktu penguburan PUP didalam tanah.

Gambar 4.35 sampai dengan Gambar 4.41 menunjukkan PS dan Termoplastic

Starch (TPS 1 - TPS 5) telah terdekomposisi/terdegradasi secara alamiah didalam

tanah walaupun masih tersisa sedikit dan pengecekan berikutnya yaitu per satu minggu hampir seluruh TPS telah terdegradasi dan sudah tidak bisa didokumentasikan lagi. Sedangkan untuk penguraian PUP ditunjukkan oleh Gambar

4.41, dimana hingga minggu ke 20 penguburan belum terjadi proses degradasi sehingga diasumsikan PUP tidak terdegradasi dibawah 6 bulan.

Gambar 4.35. Plastic starch (PS), sebelum dan sesudah terdegradasi selama 12 hari.

Gambar 4.36. Plastik Termoplastic starch (TPS 1), sebelum dan sesudah terdegradasi selama 10 minggu.

Gambar 4.37. Termoplastic starch (TPS 2), sebelum dan sesudah terdegradasi selama 12 minggu.

Gambar 4.38. Termoplastic starch (TPS 3), sebelum dan sesudah terdegradasi selama 13 minggu.

Gambar 4.39. Termoplastic starch (TPS) 4, sebelum dan sesudah terdegradasi selama 15 minggu.

Gambar 4.40. Plastik Termoplastic starch (TPS) 5, sebelum dan sesudah terdegradasi selama 16 minggu.

Gambar 4.41. Poliuretan prepolimer (PUP) murni sebelum dan sesudah terdegradasi selama 20 minggu

BAB 5