MODIFIKASI IN-SITU DAN KARAKTERISASI PATI
TERMOPLASTIK SAGU (Metroxylon Sagu) DENGAN
DIFENILMETANA DIISOSIANAT
DAN MINYAK JARAK
DISERTASI
OLEH
ROZANNA DEWI
088103010/KIM
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MODIFIKASI IN-SITU DAN KARAKTERISASI PATI
TERMOPLASTIK SAGU (Metroxylon Sagu) DENGAN
DIFENILMETANA DIISOSIANAT
DAN MINYAK JARAK
DISERTASI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelas Doktor
Dalam Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
OLEH
ROZANNA DEWI
088103010/KIM
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Disertasi : MODIFIKASI IN-SITU DAN KARAKTERISASI PATI TERMOPLASTIK SAGU (Metroxylon Sagu) DENGAN DIFENILMETANA DIISOSIANAT DAN MINYAK JARAK
Nama Mahasiswa : Rozanna Dewi Nomor Pokok : 088103010
Program Studi : Doktor Ilmu Kimia
Menyetujui Komisi Pembimbing,
Promotor
Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil
Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D
Co-Promotor Co-Promotor Dr. Halimatuddahliana, ST, M.Sc
Ketua Program studi Dekan FMIPA USU
Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D Dr. Sutarman, M.Sc
Telah diuji pada
Tanggal : 27 Januari 2015
PANITIA PENGUJI DISERTASI
Ketua : Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil
Anggota : 1. Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D
2. Prof. Dr. Zul Alfian, M.Sc.
3. Prof. Dr. Yunazar Manjang
5. Prof. Dr. Drs. Tamrin, M.Sc
PERNYATAAN ORISINILITAS
MODIFIKASI IN-SITU DAN KARAKTERISASI PATI
TERMOPLASTIK SAGU (Metroxylon Sagu) DENGAN
DIFENILMETANA DIISOSIANAT
DAN MINYAK JARAK
DISERTASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Disertasi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh Gelar Kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan
sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebut
sumbernya dalam daftar pustaka.
Medan, 27 Januari 2015
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan
dibawah ini:
Nama : Rozanna Dewi
NIM : 088103010
Program Studi : Doktor Ilmu Kimia
Jenis Karya : Disertasi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-ekslusif (Non-Exclusive Royalty)
atas disertasi saya yang berjudul :
MODIFIKASI IN-SITU DAN KARAKTERISASI PATI
TERMOPLASTIK SAGU (Metroxylon Sagu) DENGAN
DIFENILMETANA DIISOSIANAT
DAN MINYAK JARAK
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalty
Non-Ekslusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihkan
media/formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan mempublikasikan
disertasi saya tanpa meminta izin dari saya seraya tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis dan pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Medan, 27 Januari 2015
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat yang tak
terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi yang berjudul Modifikasi
In-Situ dan Karakterisasi Pati Termoplastik Sagu (Metroxylon Sagu) Dengan
Difenilmetana Diisosianat Dan Minyak Jarak.
Disertasi ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti pendidikan yang
tengah penulis laksanakan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada semua pihak terutama kepada yang terhormat :
Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc
(CTM). Sp.A(K), atas kesempatan dan fasilitas serta ijin untuk mengikuti dan
menyelesaikan program pendidikan doktor dalam bidang Ilmu Kimia.
Dekan Fakultas MIPA USU, Dr. Sutarman, M.Sc. atas ijin dan kesempatan yang
diberikan untuk menjadi mahasiswa Program Doktor Ilmu Kimia.
Ketua Program Studi Doktor Ilmu Kimia FMIPA USU, Prof. Basuki Wirjosentono,
M.S., Ph.D., dan Dr. Hamonangan Nainggolan, MSc., selaku Sekretaris Program
Doktor Ilmu Kimia FMIPA USU serta kepada seluruh Staf Pengajar pada Program
Doktor Ilmu Kimia FMIPA USU.
Promotor Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil, Co-Promotor Prof. Basuki
Wirjosentono, MS, Ph.D dan Co-Promotor Dr. Halimatuddahliana, ST, M.Sc.,
dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran hingga
disertasi ini dapat terselesaikan.
Tim Penguji Prof. Dr. Drs. Tamrin, M.Sc., Prof. Dr. Zul Alfian, M.Sc., Prof. Dr.
Yunazar Manjang dan Dr. Ediyanto, MS atas kesediaan waktu untuk memberi
penilaian dan saran-saran untuk perbaikan disertasi ini.
Seluruh staf pengajar Program Studi S3 Ilmu Kimia dan staf pengajar Departemen
Kimia FMIPA USU.
Rektor Universitas Malikussaleh Prof. Dr. Apridar SE, MM, atas izin, dukungan dan
kasih juga kepada keluarga besar Universitas Malikussaleh atas dukungan yang telah
diberikan selama ini.
Kepada Ayahanda Alm. H.M. Ilyas Wahab dan Ibunda Hj. Marliah atas didikan dan
dorongan untuk terus belajar. Kepada suami Prof. Dr. Ir. Medyan Riza, M. Eng dan
Ananda Syahira Fairuz Medyan atas dukungan dan pengertiannya. Kakak-kakak dan
Adik-adik serta seluruh Anggota keluarga dan sahabat yang terus memberikan
dukungan yang tidak terbatas sehingga studi ini dapat selesai sepenuhnya.
Akhirnya saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
terlibat dalam proses penyusunan disertasi ini, baik dalam bentuk kontribusi data,
penyajian penulisan laporan, maupun dalam bentuk kontribusi yang lain. Semoga
desertasi ini dapat bermanfaat untuk kebaikan kita semua.
Medan, Januari 2015
Penulis
MODIFIKASI
IN-SITU
DAN KARAKTERISASI PATI
TERMOPLASTIK SAGU (
Metroxylon Sagu)
DENGAN
DIFENILMETANA DIISOSIANAT
DAN MINYAK JARAK
ABSTRAK
Pada penelitian ini dilakukan sintesa pati sagu Termoplastik (Modified Themoplastic Starch/TPS) pada keadaan in-situ dengan mereaksikan pati terplastisisasi dengan Difenilmetana Diisosianat (MDI) dan minyak jarak secara bersamaan untuk menghasilkan terbentuknya fase Poliuretan prepolimer (PUP) yang lebih homogen dan dalam ukuran yang lebih halus, serta reaksi modifikasi yang tidak hanya terjadi pada permukaan partikel tetapi juga kedalam fase ruah (kedalam bagian partikel) PUP. Sagu tersedia dalam jumlah yang cukup banyak di Indonesia dan perlu dimanfaatkan lebih optimal untuk meningkatkan nilai tambahnya (added value). TPS yang dihasilkan selanjutnya dikarakterisasi secara mekanis, fisika dan kimia untuk melihat kekuatan tarik dan elongasinya, interaksi kimia – fisika, dan optimalisasi proses modifikasi in-situ pati sagu tergelatinisasi dengan MDI dan minyak jarak melalui uji kuat tarik dan elongasi, Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Scanning Electron Microscope (SEM) dan Thermal Gravimetric Analysis (TGA), Differential Scanning Calorimetry (DSC), Swelling Index dan Gel Content, serta derajat biodegradabilitasnya. Film plastik biodegradabel sebagai pembanding karakteristik mekanis dan derajat biodegradabilitasnya juga telah disintesa. Hasil uji mekanis menunjukkan bahwa nilai kuat tarik TPS meningkatnya dengan penambahan PUP, sehingga mencapai nilai yang optimal yang diperoleh pada TPS 3 yaitu 0,66 kgf/cm2. Penambahan minyak jarak dan MDI telah menyebabkan meningkatnya fleksibilitas dari TPS karena poliol didalam PUP bersifat sebagai impact modifier. SEM menunjukkan PUP dan matrik pati berkesinambungan dan rapat serta terikat dengan baik, serta menunjukkan TPS mempunyai pori-pori dengan ukuran kecil yang membuktikan terjadinya cross-link antara pati sagu, MDI dan minyak jarak. FTIR menunjukkan adanya grup ester dan grup uretan didalam TPS termodifikasi dan membuktikan adanya ikatan silang/urethane linkage antara PUP dengan matrik pati. Uji termal yang dilakukan menunjukkan bahwa TPS mempunyai kestabilan termal yang cukup baik. TPS yang dihasilkan diuji biodegradibiltasnya dengan penguraian langsung oleh alam dan mampu terdegradasi dalam waktu 16 minggu.
IN-SITU MODIFICATION AND SAGO THERMOPLASTIC STARCH
(Metroxylon Sagu) CHARACTERIZATION WITH
DIPHENYLMETHANE DIISOCYANATE
AND CASTOR OIL
ABSTRACT
In this research, the synthesis of sago starch thermoplastics (Thermoplastic Starch Modified/TPS) in- situ was conducted by reacting plasticized starch with diphenylmethane diisocyanate (MDI) and castor oil simultaneously to produce polyurethane prepolymer (PUP) in more homogeneous phase and smaller size, as well as the modification reaction not only occurs on the surface of the particles but also into the PUP bulk phase (inside part of particles). Sago is available in considerable amounts in Indonesia and need to be utilized optimally to increase the value added. TPS was characterized mechanically , physics and chemistry to obtain the tensile strength and elongation, chemical – physics interaction, and in – situ modification process optimization of gelatinized sago starch with MDI and castor oil through the tensile strength and elongation test, Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Scanning Electron Microscope (SEM) and Thermal Gravimetric Analysis (TGA), Differential Scanning Calorimetry (DSC), Gel Content and Swelling Index, and biodegradability degree. Plastic film biodegradable is synthesized as a comparison for mechanical characteristics and biodegradability degree. The mechanical tests result showed that the tensile strength of TPS improved with PUP until it reach optimum value and the highest tensile strength was obtained at TPS 3 is 0.66 kgf/cm2 . The addition of castor oil and MDI has led to the increased flexibility of modified TPS because polyol in PUP acted as impact modifier. SEM test shows the PUP and starch matrix continuous and bound tightly and neat, and showed TPS has small size pores which proves the occurrence of cross -links between sago starch, MDI and castor oil. FTIR test showed the presence of ester groups and urethane groups in the modified TPS and prove the existence of cross-linking / urethane linkage between the PUP with starch matrix. Thermal tests conducted showed that TPS has a fairly good thermal stability. TPS was tested its biodegradability through direct decomposition by nature and result showed that TPS can be biodegraded in 16 weeks.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan Penelitian 6
1.3. Manfaat Penelitian 7
1.4. Ruang Lingkup Penelitian 7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 9
2.1. Jarak dan Minyak Jarak 9
2.2. Sintesa Poliol 12
2.2.1. Proses Epoksidasi dan Hidroksilasi 12
2.2.2. Asam Peroksi Formiat 13
2.2.3. Poliol 14
2.2.4. Polieter Poliol 14
2.2.5. Poliester Poliol (PESP) 15
2.3. Poliuretan 16
2.3.1. Poliueratan Termoplastik 19
20
2.4. Pati Polimer Biodegradable Alami 21
2.6. Penggunaan Sagu Sebagai Sumber Pati 25
2.7. Karakteristik Pati Sagu 26
2.8. Pati sebagai Biofilm 27
2.9. Polimerisasi 29
2.10. Plasticizer 30
2.11. Sorbitol 31
2. 12. Gliserol 32
2.13. Nisbah Pati dengan Air 33
2.14. Cross-link 33
2.15. Plastik 35
2.15.1. Plastik Konvensional 36
2.15.2. Plastik Biodegradable 37
2.16. Termoplastik 39
2.16.1. Amorphous 40
2.16.2. Kristalin dan semi Kristalin 40
2.17. Karakteristik Kemasan Plastik 41
2.17.1. Karakteristik Mekanik 41
2.17.2. Biodegradabilitas 42
2.18. Pengembangan Teknologi Kemasan Plastik Biodegradable 42
2.19. Fourier Transformation Infra Red (FTIR) 44
2.20. Scanning Electron Microskop (SEM) 49
2.20.1. Teknik pembuatan preparat pada mikroskop electron 51
2.21. Tensile testing 53
2.21.1. Peralatan dan Proses Tensile Test 54
2.22. Thermal Gravimetric Analysis (TGA) 55
2.22.1. Peralatan dan metodologi 56
BAB 3. METODE PENELITIAN 62
3.1. Lokasi Penelitian 62
3.2. Bahan dan Alat 62
3.2.1. Bahan-bahan 62
3.2.2. Alat-alat 62
3.3. Prosedur Kerja 63
3.3.1. Film Bioplastik berbasis Pati 63
3.3.1.1.Variable penelitian 63
3.3.1.2. Sintesa Film Bioplastik berbasis Pati 63
3.3.1.3. Pengujian Film Bioplastik berbasis Pati 66
3.3.1.3.1. Uji Kuat Tarik dan Persen Elongasi 66
3.3.1.3.2. Uji Daya Serap Air 66
3.3.1.3.3. Uji Biodegradabilitas Film Plastik 67
3.3.2. Sintesa pati termoplastik termodifikasi 67
3.3.2.1. Variabel Penelitian 67
3.3.2.2. Sintesa Plastic Starch (PS) 68
3.3.2.3. Sintesa Pati Termoplastik Termodifikasi 68
3.3.2.4. Analisa Termoplastic Starch (TPS) Termodifikasi 71
3.3.2.4.1. Uji Kuat Tarik dan Persen Elongasi 71
3.3.2.4.2. Uji Daya Serap Air 72
3.3.2.4.3. Uji Biodegradabilitas Film Plastik 73
3.3.2.4.4. Uji FTIR 73
3.3.2.4.5. Uji SEM 73
3.3.2.4.6. Uji TGA 74
3.3.2.4.7. Uji DSC 74
3.3.2.4.8. Uji Derajat Swelling dan Gel content 75
BAB 4. PEMBAHASAN 76
4.1.1. Kuat Tarik (Tensile Strength) 76
4.1.2. Elongasi 81
4.1.3. Uji Daya Serap Air 84
4.1.4. Uji Penguraian (Degradability) 88
4.2. Pati Termoplastik Termodifikasi (TPS) 92
4.2.1. Hasil Analisa Kuat Tarik (Tensile Strength) dan Elongasi 92
4.2.2. Uji Daya Serap Air 95
4.2.3. Mekanisme Pembentukan TPS Termodifikasi 95
4.2.4.Struktur Pati termoplastik Termodifikasi dengan menggunakan
Fourier transform infrared (FTIR) 98 4.2.5.Morfologi Pati Termoplastik Termodifikasi dengan Menggunakan
Scanning Electron Microscopy (SEM) 102
4.2.6. Uji Termal 109
4.2.7. Uji Dekomposisi Termal 112
4.2.8. Derajat Swelling dan Gel Content 114
4.2.9. Uji Penguraian (Degradability) 115
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 121
5.1. Kesimpulan 121
5.2. Saran 122
DAFTAR PUSTAKA 123
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Jenis dan Kadar asam lemak yang terkandung dalam minyak jarak 11
2.2. Karakteristik polieter poliol 15
2.3. Bentuk granula berbagai jenis pati 24
2.4. Perbedaan antara amilosa dan amilopektin 24
2.5. Komponen makronutrien pati sagu (100 gram) 26
2.6. Sifat fisik dan mekanik dari polietilen 37
2.7. Nilai bilangan gelombang senyawa organik 48
3.1. Perbandingan berat masing-masing komponen Sampel 69
4.1. Hasil Uji TPS 1, 2, 3, 4, dan 5 93
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman 2.1. Struktur Minyak Jarak 10
2.2. Gambar struktur beberapa polisakarida 23
2.3. Batang dan tepung sagu 26
2.4. Struktur Sorbitol 32
2.5. Struktur Gliserol 32
2.6. Alat Fourier Transformation Infra Red (FTIR) 48
2.7. Mikroskop Elektron 50
2.8. Scanning Electron Microscopy 51
2.9. Tensile Test 55
2.10. Thermal Gravimetric Analysis 57
2.11. Differential Scanning Calorimetry 61
3.1. Diagram proses sintesa dan pengujian Film Bioplastik 65
3.2. Proses Sintesa TPS termodifikasi dan analisa sampel 70
3.3. Proses sintesa lembar kontrol dan analisa sampel 71
4.1. Pengaruh Komposisi Plasticizer Terhadap Kuat Tarik dengan
Perbandingan Berat Pati Sagu dan Air 1 : 5 77
4.2. Pengaruh Komposisi Plasticizer Terhadap Kuat Tarik dengan
Perbandingan Berat Pati Sagu dan Air 1 : 7 78
4.3. Pengaruh Komposisi Plasticizer Terhadap Kuat Tarik dengan
Perbandingan Berat Pati Sagu dan Air 1 : 9 79
4.4. Pengaruh Komposisi Plasticizer terhadap Persen Elongasi
dengan Perbandingan Berat Pati Sagu dan Air 1 : 5 81
4.5. Pengaruh Komposisi Plasticizer terhadap Persen Elongasi
dengan Perbandingan Berat Pati Sagu dan Air 1 : 7 82
4.6. Pengaruh Komposisi Plasticizer terhadap Persen Elongasi
4.7. Pengaruh Komposisi Plasticizer terhadap Daya Serap Air pada
film plastik dengan Perbandingan Berat Pati Sagu dan Air 1:5 85
4.8. Pengaruh Komposisi Plasticizer terhadap Daya Serap Air pada
film plastik dengan Perbandingan Berat Pati Sagu dan Air 1 : 7 86
4.9. Pengaruh Komposisi Plasticizer terhadap Daya Serap Air pada
film plastik dengan Perbandingan Berat Pati Sagu dan Air 1 : 9 87
4.10. Pengaruh Komposisi Plasticizer terhadap Waktu Degradasi
dengan Perbandingan Berat Pati Sagu dan Air 1 : 5 88
4.11. Pengaruh Komposisi Plasticizer terhadap Waktu Degradasi
dengan Perbandingan Berat Pati Sagu dan Air 1 : 7 89
4.12. Pengaruh Komposisi Plasticizer terhadap Waktu Degradasi
dengan Perbandingan Berat Pati Sagu dan Air 1 : 9 89
4.13. Plastik biodegradabel dari pati sagu dengan perbandingan berat 1 : 9, konsentrasi sorbitol 9% yang terdegradasi (a) hari
ke 1, (b) hari ke 3, (c) hari ke 6, dan (d) hari ke 9 92
4.14. Skema Diagram untuk mempersiapkan TPS termodifikasi
dengan mikropartikel poliuretan 96
4.15. Hasil Fourir transform infrared (FTIR) Poliuretane prepolimer 99
4.16. Hasil Fourir transform infrared (FTIR) untuk Pati
Termoplastic Sagu termodifikasi (TPS 3) 99
4.17. Hasil Fourir transform infrared (FTIR) untuk Pati
Termoplastic Sagu termodifikasi (TPS 3) yang diekstrasi
dengan Pelarut Air 100
4.18. Hasil Fourir transform infrared (FTIR) Pati Termoplastic
Sagu termodifikasi (TPS 3) diekstrasi dengan Toluena 101
4.19. Foto SEM untuk Termoplastic termodifikasi (TPS 3) resolusi
1000 x 102
4.20. Foto SEM untuk Termoplastic termodifikasi (TPS 3) resolusi
3000 x 102
4.21. Foto SEM untuk PUP 104
4.22. Foto SEM untuk cross section Pati Termoplastik
4.23. Foto SEM untuk cross section Pati Termoplastik
termodifikasi (TPS3) resolusi 5000 x 105
4.24. Foto SEM untuk cross section Pati Termoplastik termodifikasi
(TPS3) diekstraksi dengan Toluena resolusi 3000 x 106
4.25. Foto SEM untuk cross section Pati Termoplastik
termodifikasi (TPS3) diekstraksi dengan Air resolusi 3000 x 107
4.26. Foto SEM untuk Pati Termoplastik termodifikasi (TPS3)
diekstraksi dengan Toluena resolusi 3000 x 107
4.27. Foto SEM untuk Pati Termoplastik termodifikasi (TPS3)
diekstraksi dengan Toluena resolusi 3000 x 108
4.28. Struktur Morfologi Termoplastic starch (TPS) Termodifikasi 109
4.29. Hasil Uji DSC untuk PUP 110
4.30. Hasil Uji DSC untuk TPS3 110
4.31. Hasil Uji DSC untuk TPS3 diekstrasi dengan Toluena 111
4.32. Hasil Uji DSC untuk TPS3 diekstrasi dengan Air 111
4.33. Dekomposisi Termal PUP 113
4.34. Dekomposisi Termal Termoplastic starch (TPS) Termodifikasi 114
4.35. Plastic starch (PS), sebelum dan sesudah terdegradasi 12 hari 117
4.36. Plastik Termoplastic starch (TPS1), sebelum dan sesudah
terdegradasi selama 10 minggu 117
4.37. Termoplastic starch (TPS 2), sebelum dan sesudah
terdegradasi selama 12 minggu 118
4.38. Termoplastic starch (TPS 3), sebelum dan sesudah
terdegradasi selama 13 minggu 118
4.39. Termoplastic starch (TPS 4), sebelum dan sesudah
terdegradasi selama 15 minggu 119
4.40. Plastik Termoplastic starch (TPS 5), sebelum dan sesudah
terdegradasi selama 16 minggu 119
4.41. Poliuretan prepolimer (PUP) murni sebelum dan sesudah
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran 1. Perbandingan berat pati sagu dan air denganberat
total 200 gr menggunakan gliserol sebagai plasticizer 128
Lampiran 2. Perbandingan berat pati sagu dan air denganberat
total 200 gr menggunakan sorbitol sebagai plasticizer 129
Lampiran 3. Contoh perhitungan komposisi komponen, uji kekuatan tarik, persen elastisitas dan daya serap air
dari Film Plastik Biodegradabel 130
Lampiran 4. Contoh perhitungan komposisi komponen, uji kekuatan tarik, persen elastisitas dan daya serap air
dari TPS Termodifikasi 133
Lampiran 5. Foto Sampel Hasil Penelitian Film Plastik
Biodegradabel 135
Lampiran 6. Foto Sampel Hasil Penelitian TPS 139
MODIFIKASI
IN-SITU
DAN KARAKTERISASI PATI
TERMOPLASTIK SAGU (
Metroxylon Sagu)
DENGAN
DIFENILMETANA DIISOSIANAT
DAN MINYAK JARAK
ABSTRAK
Pada penelitian ini dilakukan sintesa pati sagu Termoplastik (Modified Themoplastic Starch/TPS) pada keadaan in-situ dengan mereaksikan pati terplastisisasi dengan Difenilmetana Diisosianat (MDI) dan minyak jarak secara bersamaan untuk menghasilkan terbentuknya fase Poliuretan prepolimer (PUP) yang lebih homogen dan dalam ukuran yang lebih halus, serta reaksi modifikasi yang tidak hanya terjadi pada permukaan partikel tetapi juga kedalam fase ruah (kedalam bagian partikel) PUP. Sagu tersedia dalam jumlah yang cukup banyak di Indonesia dan perlu dimanfaatkan lebih optimal untuk meningkatkan nilai tambahnya (added value). TPS yang dihasilkan selanjutnya dikarakterisasi secara mekanis, fisika dan kimia untuk melihat kekuatan tarik dan elongasinya, interaksi kimia – fisika, dan optimalisasi proses modifikasi in-situ pati sagu tergelatinisasi dengan MDI dan minyak jarak melalui uji kuat tarik dan elongasi, Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Scanning Electron Microscope (SEM) dan Thermal Gravimetric Analysis (TGA), Differential Scanning Calorimetry (DSC), Swelling Index dan Gel Content, serta derajat biodegradabilitasnya. Film plastik biodegradabel sebagai pembanding karakteristik mekanis dan derajat biodegradabilitasnya juga telah disintesa. Hasil uji mekanis menunjukkan bahwa nilai kuat tarik TPS meningkatnya dengan penambahan PUP, sehingga mencapai nilai yang optimal yang diperoleh pada TPS 3 yaitu 0,66 kgf/cm2. Penambahan minyak jarak dan MDI telah menyebabkan meningkatnya fleksibilitas dari TPS karena poliol didalam PUP bersifat sebagai impact modifier. SEM menunjukkan PUP dan matrik pati berkesinambungan dan rapat serta terikat dengan baik, serta menunjukkan TPS mempunyai pori-pori dengan ukuran kecil yang membuktikan terjadinya cross-link antara pati sagu, MDI dan minyak jarak. FTIR menunjukkan adanya grup ester dan grup uretan didalam TPS termodifikasi dan membuktikan adanya ikatan silang/urethane linkage antara PUP dengan matrik pati. Uji termal yang dilakukan menunjukkan bahwa TPS mempunyai kestabilan termal yang cukup baik. TPS yang dihasilkan diuji biodegradibiltasnya dengan penguraian langsung oleh alam dan mampu terdegradasi dalam waktu 16 minggu.
IN-SITU MODIFICATION AND SAGO THERMOPLASTIC STARCH
(Metroxylon Sagu) CHARACTERIZATION WITH
DIPHENYLMETHANE DIISOCYANATE
AND CASTOR OIL
ABSTRACT
In this research, the synthesis of sago starch thermoplastics (Thermoplastic Starch Modified/TPS) in- situ was conducted by reacting plasticized starch with diphenylmethane diisocyanate (MDI) and castor oil simultaneously to produce polyurethane prepolymer (PUP) in more homogeneous phase and smaller size, as well as the modification reaction not only occurs on the surface of the particles but also into the PUP bulk phase (inside part of particles). Sago is available in considerable amounts in Indonesia and need to be utilized optimally to increase the value added. TPS was characterized mechanically , physics and chemistry to obtain the tensile strength and elongation, chemical – physics interaction, and in – situ modification process optimization of gelatinized sago starch with MDI and castor oil through the tensile strength and elongation test, Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Scanning Electron Microscope (SEM) and Thermal Gravimetric Analysis (TGA), Differential Scanning Calorimetry (DSC), Gel Content and Swelling Index, and biodegradability degree. Plastic film biodegradable is synthesized as a comparison for mechanical characteristics and biodegradability degree. The mechanical tests result showed that the tensile strength of TPS improved with PUP until it reach optimum value and the highest tensile strength was obtained at TPS 3 is 0.66 kgf/cm2 . The addition of castor oil and MDI has led to the increased flexibility of modified TPS because polyol in PUP acted as impact modifier. SEM test shows the PUP and starch matrix continuous and bound tightly and neat, and showed TPS has small size pores which proves the occurrence of cross -links between sago starch, MDI and castor oil. FTIR test showed the presence of ester groups and urethane groups in the modified TPS and prove the existence of cross-linking / urethane linkage between the PUP with starch matrix. Thermal tests conducted showed that TPS has a fairly good thermal stability. TPS was tested its biodegradability through direct decomposition by nature and result showed that TPS can be biodegraded in 16 weeks.
BAB 1 PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Pasar untuk bahan-bahan yang berasas minyak tumbuhan sangat berkembang
disebabkan oleh keuntungan-keuntungan dalam hal ekonomi, lingkungan dan
ketersediaannya. Bahan-bahan yang berasas minyak tumbuhan ini juga dikenali
sebagai bahan yang terbiodegradasikan dan berkelanjutan yang dapat memberikan
kontribusi terhadap pengurangan efek Pemanasan Global. Negara-negara di dunia
sedang memberikan perhatian yang sangat besar terhadap kondisi industri dunia yang
berkontribusi besar terhadap pencemaran lingkungan dan efek Pemanasan Global.
Pati adalah polisakarida utama yang terdapat dibumi, yang telah menarik
perhatian yang sangat luas atas biodegrabilitasnya dan ketersediaannya yang sangat
banyak dan dapat diperbaharui. Umumnya plastik yang disintesa dari pati (starch)
yang mengandung kandungan air dalam jumlah yang sedikit adalah sering rapuh.
Untuk mengurangi kerapuhan ini, pati diplastikkan dengan plastik hidrofilik seperti
gliserol dan dilelehkan untuk membuat pati termoplastik (Thermoplastic Starch/TPS).
Bagaimanapun juga, setelah beberapa bulan berada pada kondisi ambient, plastik
glicerol TPS menunjukkan perilaku rapuh yang disebabkan migrasi gliserol dari
matrik pati. Alasan mudahnya migrasi plastisizer gliserol adalah adanya interaksi pati
dengan ikatan non kovalen hidrogen yang menghasilkan pemisahan fasa pada kondisi
ambient. Salah satu cara efektif untuk mencegah terjadinya migrasi plastisizer adalah
dengan mencabangkan atau menghubungkan modifier yang mempunyai efek
fleksibel kepada pati dengan ikatan kovalen yang akan menghasilkan pati
termodifikasi yang mempunyai sifat elastis(Wu et al, 2008).
Diantara modifier yang saat ini tersedia, gugus isosianat mempunyai aktifitas
yang tinggi untuk bereaksi dengan gugus hidroksil pati. Sehingga, prepolimer
poliueratan (PUP) yang mengandung gugus isosianat sering digunakan untuk
pati melalui rantai uretan yang berfungsi sebagai pemberi dampak modifier.
Bagaimanapun juga, sebagian besar modifikasi ini dilakukan dalam pelarut organik,
yang menghasilkan polusi lingkungan yang serius. Meskipun beberapa modifikasi
dilakukan dalam bulk, dimana butiran pati langsung diisikan kedalam PUP, bahan
yang diperoleh adalah termoset. Permasalahan dengan termoset adalah bahan ini tidak
dapat dilelehkan atau dilarutkan sehingga membatasi aplikasinya. Secara singkat,
sangatlah penting untuk memodifikasi pati menggunakan PUP dengan cara yang
ramah lingkungan untuk membuat pati termoplastik yang elastis.
Poliuretan (PU) dengan sifat yang melingkupi elastomer yang sangat baik
hingga termoplastik yang kuat, telah digunakan secara luas disebabkan karena sifat
fisiknya misalnya kekuatan tensil yang tinggi, abrasi dan tahan koyak, tahan terhadap
minyak dan pelarut, suhu fleksibilitas yang rendah, dan versatilitas yang tinggi
didalam struktur kimia. Bagaimanapun juga, diarahkan oleh pengurangan yang terus
menerus dalam biaya dan pengontrolan emisi senyawa organik volatil,
pengembangan formula poliueratan waterborne telah meningkat. Poliuretan
waterborne yang dihasilkan memberikan banyak keuntungan seperti viskositas yang
rendah pada berat molekular yang tinggi dan keterpakaian yang baik. Perlindungan
terhadap lingkungan dapat lebih direalisasikan ketika poliol digantikan dengan bahan
yang dapat diperbaharui, seperti minyak tumbuhan untuk mensintesa bahan uretan
water- borne (Lu et al, 2005)
Diantara banyak jenis minyak tumbuhan, minyak jarak mempunyai tiga gugus
hidroksil yang merupakan calon yang baik untuk mensintesa poliueratan.
Menggabungkan poliueratan poliester ke dalam pati dapat meningkatkan sifat
mekanis atau daya tahan terhadap air. Sesuai dengan prinsip konservasi lingkungan
dan penggunaan yang memadai dari sumber bahan yang dapat diperbaharui, maka
minyak jarak (castor oil) merupakan sumber poliol yang sesuai untuk mensintesa
poliueretan prepolimer yang dapat meningkatkan sifat mekanis dari pati termoplastik.
Asia merupakan konsumen plastik terbesar di dunia yang menyerap sekitar
negara-negara lain sehingga setiap tahun sekitar 100 juta ton plastik diproduksi dunia untuk
digunakan diberbagai sektor industri dan kira-kira sebesar itu pula sampah plastik
yang dihasilkan setiap tahun (Dayanti, 2006). Seiring dengan meningkatnya
kesadaran untuk pelestarian lingkungan, kebutuhan bahan plastik biodegradable
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Di tahun 1999, produksi plastik
biodegradable hanya sebesar 2500 ton, yang merupakan 1/10.000 dari total produksi
bahan plastik sintetis. Pada tahun 2010, produksi plastik biodegradable mencapai
1.200.000 ton atau menjadi 1/10 dari total produksi bahan plastik (Dayanti, 2006).
Industri plastik biodegradable akan berkembang menjadi industri besar di masa yang
akan datang sehingga perlu menghasilkan bahan plastik yang mempunyai
karakteristik yang unggul dan dapat didegradasi oleh alam.
Ferrer et al, 2008 telah melakukan karakterisasi dari jaringan poliueretan yang
berasal dari poliol berbasis tumbuhan dengan membandingkannya dengan jaringan
poliueretan yang berbasis sintesis. Hasil yang diperoleh adalah poliueratan yang
berbasiskan poliol dari tumbuhan memiliki kekuatan tarik yang semakin rendah
sesuai dengan kenaikan berat molekul poliuretan. Hasil analisa swelling yang
dilakukan untuk menentukan berat molekul diantara cross-link dan jaringan polimer
yang dibuat dari poliol sintetis mempunyai berat molekul yang lebih tinggi diantara
cross-link. Jaringan poliuretan berbasis tumbuhan menunjukkan kandungan bahan
terlarut yang lebih tinggi. Persentase berat yang hilang yang paling tinggi diperoleh
pada jaringan poliueratan berbasis tumbuhan yang disebabkan oleh kandungan
poliolnya. Hal ini ditunjukkan oleh uji GPC, DSC dan IR. Sintetis poliuretan
menunjukkan kehilangan berat yang lebih ringan yang mengandung berat molekul
oligomer yang lebih rendah. Analisa sol-fraction telah dilakukan dengan beberapa
teknik. Dari hasil analisa ini ditemukan bahwa sol-fraction berbasis jaringan
poliueratan tumbuhan berhubungan dengan poliol mentah sementara oligomer dengan
berat molekul rendah ditemukan sebagian besar pada sol-fraction jaringan poliuretan
Qiu et al, 2005 mengembangkan selolosa mikrofiber kristalin dengan
polypropylene (PP) dan maleic anhydride grafted polypropylene (MAPP) disiapkan
dengan 1,6_diisosianatoheksan (DIC) sebagai compatibilizing agent. Reaksi yang
terjadi adalah reaksi bebas permukaan (gugus OH dari selulosa dan gugus NCO dari
isosianat). Polaritas dan hidropobisitas serat selulosa dikurangi sehingga
meningkatkan kesesuaian serat selolosa dan matrik PP. Sifat mekanis, morfologi dan
termalnya diuji dan hasil pengujian menunjukkan kekuatan tensil dan modulus Young
dari komposit meningkat dengan menggunakan DIC. Peningkatan ini disebabkan
adanya adhesi antar muka yang kuat yang disebabkan oleh pengurangan polaritas dan
hidrophobisitas dari serat selulosa didalam komposit berbasis PP, sementara lebih
banyak ikatan kimia rantai MAPP pada serat selulosa didalam komposit berbasis
MAPP. Sifat maksimum tensil komposit dapat diperoleh dengan melakukan
optimisasi kandungan DIC. Uji SEM menunjukkan adhesi antarmuka antara serat
selulosa dan matrik PP atau MAPP ditingkatkan didalam komposit DIC ganda. Oleh
karena itu, DIC juga menghasilkan beberapa efek pada pada sifat dinamika termal
seperti sifat leleh dan kristalinisasi dari komposit (Qiu et al, 2008).
Campuran film transparan dari PU berbahan dasar minyak jarak (castor oil)
dan p-phenylene diamine soy protein (PDSP) telah disiapkan oleh Liu et al 2008.
Miscibility, morfologi dan sifat dari film campuran diuji dengan FTIR, DSC, DMA,
SEM, adsorbsi kelembaban, degradasi termal dan uji tensil. Kedua komponen
tersebut sesuai untuk sejumlah besar rasio sebagai hasil dari ikatan hydrogen kuat
atau cross-link kimia yang terjadi antara PU dan PDSP. Ketika komponen protein
dominan, bagian kecil dari PU berlaku sebagai agen penguat yang efektif untuk
PDSP plastic, sedangkan ketika komponen PU dominan, bagian kecil dari partikel
protein dapat secara efektif menguatkan elastomer PU. Sejumlah komposisi dengan
sifat yang menjanjikan diperoleh dengan memvariasikan rasio kedua komponen.
Elongasi, stabilitas termal, dan daya tahan air dari film PU/PDSP meningkat dengan
dan penambahan PU berbasis minyak jarak dapat membentuk campuran film dengan
sifat yang lebih meningkat (Liu, 2008)
Lu et al, 2005 telah mengembangkan PU waterborne dari poliol yang berbasis
minyak lobak, dan kemudian menggunakannya untuk memodifikasi pati gliserol
terplastisasi (glycerol plasticized starch/PS) untuk mengatasi kelemahan dari bahan
pati yaitu sifat mekanis yang buruk dan sensitifitas terhadap air. Campuran film
tersebut disiapkan dengan mereaksikan pati tergelatinisasi dengan PU. Efek dari
kandungan PU pada morfologi, kelarutan dan sifat fisik campuran tersebut diteliti
dengan SEM, DSC, DMA, uji mekanis dan uji sensitivitas air. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pati gliserol terplastisasi dapat dicampur dengan PU berbasis
minyak lobak pada level molecular ketika kandungan PU dibawah 20 %, dimana
terjadi pemisahan fasa ketika kandungan PU meningkat didalam campuran.
Kehadiran dari interaksi antara ikatan hdirogen antara pati dan PU memainkan peran
kunci daalam meingkatkan kemampuan campuran. Jika dibandingkan dengan film PS
yang murni, campuran PS/PU menunjukkan nilai elongasi dan kekuatan tensil yang
lebih baik. Selanjutnya menambahkan PU kedalam matrik pati juga meningkatkan
resistensi campuran film terhadap air. Faktor kunci yang menentukan peningkatan
sifat dari campuran PS/PU disebabkan karena inetraksi intermolecular ikatan
hydrogen (Lu, et al, 2005).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Wu et al, 2008 mensintesa TPS
termodifikasi dengan menggunakan pati jagung dengan PUP yang dibuat dari
Difenilmetana Diisosianat (MDI) dan Poliol yang berasal dari minyak jarak.
Modifikasi ini menghasilkan bahan pengisi (Poliuretan Prepolimer) yang membentuk
mikropartikel sehingga diperoleh bahan mirokomposit pati sagu. Proses yang
dilakukan oleh Wu adalah memperkuat Termoplastik pati jagung dengan
menggunakan PUP yang berikatan dengan matrik pati melalui ikatan uretan. Dalam
hal ini PUP dicampurkan kedalam matrik pati sebagai pengisi (filler) dan pada
keadaan telah tersintesa secara terpisah terlebih dahulu dan sudah membentuk
sebagai modifier dampak, meningkatkan kekuatan dari TPS termodifikasi. Hampir
100 persen dari PU diikatkan secara silang (cross-link) kepada pati yang
mengindikasikan efisiensi modifikasi yang tinggi. Pembentukan mikropartikel PU
multifungsional adalah sangat penting untuk mencapai efisiensi reaksi yang tinggi
(Wu et al, 2008).
Pada penelitian ini ingin dicoba mensintesa pati sagu termoplastik
termodifikasi (TPS) pada keadaan in-situ dengan mereaksikan pati terplastisisasi
dengan MDI dan minyak jarak secara bersamaan, menghasilkan terbentuknya fase
poliuretan prepolimer (PUP) yang lebih homogen dan dalam ukuran yang lebih halus,
serta reaksi modifikasi yang tidak hanya terjadi pada permukaan partikel tetapi juga
kedalam fase ruah (kedalam bagian partikel) PUP. Pada penelitian ini ingin dipelajari
struktur/hubungan sifat dari TPS termodifikasi, mekasisme pembentukan, sifat
mekanis dan sifat termalnya melalui beberapa uji seperti uji tensile, daya serap air,
SEM, TGA, DSC dan FTIR. Minyak jarak digunakan dalam penelitian ini karena
berasal dari minyak tumbuh-tumbuhan yang dapat diperbaharui dan ramah
lingkungan. Oleh karena itu juga dilakukan uji biodegradabilitas juga dilakukan
untuk melihat penguraian TPS termodifikasi di alam oleh bakteri.
Keutamaan dari penelitian ini selain dari proses in-situ yang merupakan
mekanisme yang lebih menguntungkan, juga karena bahan bakunya yang berasal dari
pati sagu yang tumbuh terbiar di sebagian besar daerah di Indonesia dan masih
belum dioptimalkan pemanfaatnnya sebagai bahan makanan, sehingga merupakan
bahan baku yang harus diberdayakan untuk kebutuhan lainnya yang lebih mempunyai
nilai tambah (added value). Sedangkan jagung masih merupakan bahan makanan
yang banyak dikonsumsi di Indonesia baik sebagai makanan pokok maupun dijadikan
bahan makanan turunan lainnya sehingga dari sisi harga masih terhitung lebih mahal.
Selain itu, hingga saat ini masih terjadi keterbatasan produksi jagung di Indonesia.
1.2 Tujuan Penelitian
1. Optimalisasi proses modifikasi in-situ pati sagu (metroxylon sagu)
tergelatinisasi dengan MDI dan minyak jarak dan homogenisasi pengisi PUP
kedalam komposit pati termoplastik termodifikasi (TPS).
2. Mengetahui interaksi kimia – fisika yang terjadi pada pati termoplastik
termodifikasi (TPS) yang dipengaruhi oleh kadar MDI dan minyak jarak
3. Mengetahui karakteristik mekanis, morfologi, thermal dan biodegradablility
dari pati termoplastik termodifikasi (TPS) dan membandingkannya dengan film
plastik biodegradable yang berasal dari pati sagu.
1.3 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dihasilkan termoplastik pati sagu
termodifikasi dengan minyak jarak dan MDI yang mempunyai kekuatan yang baik
dan dapat diketahui mekanisme pembentukan pati termoplastik termodifikasi secara
in-situ. Disamping itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu penelitian
yang dapat mengarahkan kepada pengoptimalan penggunaan bahan-bahan hayati
yang mempunyai banyak manfaat kepada manusia dan tersedia dalam jumlah yang
banyak di Indonesia serta menyumbangkan kepada usaha-usaha pencegahan terhadap
perubahan iklim yang sedang dikembangkan secara global pada saat ini.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan untuk menghasilkan termoplastik pati sagu termodifikasi
yang berasal dari pati sagu, poliol dari minyak jarak dan Dipenil Metilen Diisosianat
(MDI) yang terjadi melalui mekanisme in-situ. Variabel dari penelitian ini adalah
jumlah variasi kandungan berat poliol dan MDI terhadap kandungan sagu dan
penambahan bahan plastisizer.
TPS termodifikasi ini diharapkan mempunyai kekuatan yang baik yang akan
ditunjukkan dengan analisa terhadap struktur dan morfologi untuk melihat cross
lingking antara poliuretan mikropartikel dan matrik pati melalui rantai uretan.
beberapa alat analisa yaitu Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR),
Scanning Electron Microscopy (SEM), Tensile Test, Diferential Scanning
Calorimetry (DSC) dan Thermal Gravimetric Analysis (TGA). Hasil analisa ini
diharapkan dapat memberikan informasi mengenai struktur pati termoplastik
termodifikasi, morfologi dan cross section pati termoplastik dengan PUP, kekuatan
mekanis, sifat termal, derajat biodegradabilitas dan mekanisme pembentukan pati
termoplastik termodifikasi secara in-situ.
Disamping itu juga dihasilkan plastik sagu biodegradable yang akan diuji sifat
mekanis dan kimiawinya. Penambahan dua jenis plastisizer yaitu sorbito dan gliserol
juga diharapkan memberikan nilai lebih kepada kualitas mekanis film plastik ini.
Pengujian yang dilakukan terhadap splastik sagu biodegradable ini adalah uji kuat
tarik, persen elongasi dan uji biodegrabilitas. Selanjutnya akan dibandingkan
karakteristik pati termoplastik termodifikasi (TPS) dengan karakteristik film plastik
biodegradable.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jarak dan Minyak Jarak
Ada beberapa jenis jarak yang ditanam di Indonesia, semuanya dari keluarga
Eyhorbiaceae, yaitu jarak kaliki/kastor (Ricimus communis), jarak pagar (Jatropha
Curcas), jarak gurita (Jatropha Multifida), dan jarak landi (Jatropha Gossypifolia).
Secara ekonomi, tanaman jarak pagar dapat dimanfaatkan seluruh bagiannya, mulai
dari daun, buah, kulit batang, getah dan batangnya. Daun bisa diekstraksi menjadi
bahan pakan ulat sutera dan obat-obatan herbal, kulit batang juga bisa diekstraksi
menjadi tannin atau sekedar dijadikan bahan bakar lokal untuk kemudian
menghasilkan pupuk. Bagian getah bisa diekstraksi menjadi bahan bakar.
Potensi terbesar jarak pagar ada pada buah yang terdiri biji dan cangkang
(kulit). Pada biji terdapat inti biji dan kulit biji. Setelah melalui proses pemerahan,
dari inti biji akan dihasilkan bungkil perahan, yang kemudian diekstraksi. Hasilnya
berupa minyak jarak pagar dan bungkil ekstraksi. Bungkil ekstraksi bisa
menghasilkan pupuk dan sebagai bahan dasar pembangkitan biogas yang produk
akhirnya berupa biogas pengganti minyak tanah, serta ekstoksifikasi yang hasil
akhirnya berupa pakan lemak. Sementara itu kulit biji jarak pagar bisa menghasilkan
bahan bakar lokal dan pupuk.
Jarak pagar merupakan tanaman semak yang tumbuh cepat dengan ketinggian
mencapai 3 – 5 m. Tanaman ini tahan kekeringan dan dapat tumbuh ditempat
bercurah hujan 200 milimeter per tahun hingga 1500 milimeter per tahun. Jarak pagar
hampir tidak memiliki hama karena sebagian besar bagian tubuhnya beracun.
Tanaman ini mulai berbuah setelah berusia lima bulan dan mencapai produktifitas
penuh setelah 5 tahun.
Biji jarak pagar rata-rata berukuran 18 x 11 x 9 mm, berat 0,62 gram, dan
terdiri atas 58,1 % biji inti berupa daging (kernel) dan 41,9 % kulit. Kulit hanya
dengan 55 % atau 33 % berat total biji. Produktivitas per pohon jarak mencapai 2 –
2,5 kg biji kering. Dalam 1 ha lahan dengan 2000 batang pohon, akan menghasilkan 4
– 5 ton biji kering dalam setahun. Satu ton biji kering akan menghasilkan 200 – 300
liter minyak jarak. Sehingga 1 ha lahan akan menghasilkan 1000 – 1500 liter minyak
jarak. (Budi, 2001)
Minyak jarak pagar berwujud cairan bening berwarna kuning dan tidak
menjadi keruh meski disimpan dalam waktu lama. Komposisi proksimat bungkil
bebas minyak terdiri dari 12,9 % air, 10,1 % abu, 45,1 % protein kasar, 31,9% serat
kasar dan bahan organik tak bernitrogen.
Jarak pagar mengandung kurang lebih 80 % daging buah dan 20 % buah yang
dilapisi kulit yang tipis. Warna biji adalah putih diwaktu masih muda dan berwarna
coklat setelah buah menjadi matang. Detail buah adalah kulit luar (epicarplum),
daging buah (mesocarpium), cangkang kulit biji (spermodosis), inti biji jarak
(endocarpium). Struktur kimia minyak jarak dapat dilihat pada Gambar 2.1 dibawah
[image:31.612.220.316.441.638.2]ini.
Asam lemak penyusun minyak jarak pagar terdiri atas 22,7 % asam jenuh dan
77,3 % asam tak jenuh. Kadar minyak dalam biji sekitar 40 – 60 %. Minyak jarak
pagar adalah minyak semi padat yang mempunyai komposisi tetap. Minyak jarak
(Ricinus Communis) adalah cairan yang tidak berwarna sampai dengan berwarna
kuning pucat dengan bau dan rasa yang sangat ringan bahkan kadang-kadang
cenderung tidak sama sekali. Minyak jarak mempunyai titik didih 313oC dan densitas
961 kg/m3. Minyak jarak dan turunnya digunakan dalam pembuatan sabun, pelumas,
minyak hidrolik dan minyak rem, cat, pewarna, pelapis, tinta, plastik, wax, farmasi,
parfum dll. Jenis dan kadar asam lemak minyak jarak dapat dilihat pada Table 2.1
dibawah ini.
Tabel 2.1. Jenis dan Kadar asam lemak yang terkandung dalam minyak jarak.
No Jenis Asam lemak Kadar asam lemak, %
1 Asam Ricinoleic 85-95
2 Asam Oleat 2-6
3 Asam Linoleat 1-5
4 Asam Linolenic 0,5-1
5 Asam Stearat 0,5-1
6 Asam Palmitat 0,5-1
Sumber : Budi, 2001
Minyak adalah sumber asam ricinoleic, sebuah
mempunyai gugus fungsional hidroksil pada karbon ke 12. Gugus Fungsional ini
telah menyebabkannya lebih polar dibadningkan dengan lemak lainnya. Reaktifitas
kimia gugus alkohol juga menyebabkan derivatisasi kimia yang tidak mungkin
dengan kebanyakan minyak lainnya. Dikarenakan kandungan asam ricinoleic, minyak
dibandingkan minyak biji lainnya. Minyak jarak digunakan sebagai bahan poliol
didalam industri poliuretan. Fungsionaliti rata-ratanya (jumlah gugus hidroksil per
molekul trigleserida) adalah 2,7, sehingga sering digunakan sebagai poliol rigid.
2.2. Sintesa Poliol
Poliol dapat dihasilkan dari minyak-minyak nabati, yaitu dari minyak kelapa sawit,
minyak kedelai, minyak bunga matahari, minyak kelapa, minyak jarak, dll. Dengan
kandungan trigliserida dan asam lemak tidak jenuh, minyak jarak dapat diubah
menjadi poliol melalui proses-proses epoksidasi dan hidroksilasi, (Budi, 2001).
2.2.1. Proses Epoksidasi dan Hidroksilasi
Dalam terminologi poliuretan, istilah poliol meliputi semua komponen yang
mengandung gugus hidroksil, termasuk diantaranya adalah senyawa polihidroksi
trigliserida alam. Polihidroksi trigliserida dibuat melalui epoksidasi minyak diikuti
dengan pembukaan cincin epoksida oleh air atau donor hidrogen lain seperti alkohol
dan amina. Proses sintesis ini disebut juga dengan proses hidroksilasi.
Epoksidasi adalah reaksi oksidasi ikatan rangkap oleh oksigen aktif
membentuk senyawa epoksida, dimana reaksi khas dari epoksida ini adalah reaksi
pembukaan cincin yang dapat berlangsung dalam suasana asam maupun basa. Pada
reaksi epoksida ini yang paling berpengaruh adalah suhu reaksi, bilangan iodin,
bilangan hidroksil dan persen oksiran.
Epoksidasi trigliserida dan ester akan menghasilkan suatu produk penting
dalam industri. Ester yanag dihasilkan dari reaksi epoksidasi mempunyai densitas
yang tinggi, volatilitas yang rendah dan lebih tahan terhadap proses oksidasi daripada
ester yang tidak diepoksidasi. Salah satu hasil epoksidasi trigliserida dan ester adalah
bahan baku pembuatan plastik dan aditif serta bahan baku pipa PVC (poly vinil
Proses hidroksilasi merupakan proses pembentukan gugus hidroksil dengan
membuka ikatan rangkap yang terdapat pada gliserida asam lemak tidak jenuh pada
minyak jarak. Gugus –OH sangat berperan dalam pembentukan karakteristik poliol
yang dihasilkan. Proses hidroksilasi ini merupakan lanjutan dari proses epoksidasi.
Pada umumnya epoksidasi menggunakan hidrogen peroksida sebagai pereaksi. Sifat
hidrogen peroksida sebagai oksidator tidak cukup kuat sehingga biasanya
ditransformasi ke bentuk yang lebih aktif.
Asam peroksida yang dibentuk dari reaksi hidrogen peroksida dengan asam
alifatis rendah (asam formiat dan asam asetat) merupakan bentuk yang reaktif. Asam
peroksida dapat bereaksi sangat cepat dengan senyawa tidak jenuh. Pada suhu 40oC,
laju pembentukan asam peroksi formiat (dari H2O2 dan CHOOH) dengan katalis
H2SO4). Sifat asam formiat yang kuat dapat juga membuka cincin oksiran untuk
menghasilkan senyawa turunan hidroksi-formoksi. Dengan adanya air akan terbentuk
senyawa dihidroksi asam formiat. Proses hidroksilasi asam oleat dengan hidrogen
peroksida dan asam formiat pada suhu 40oC menggunakan perbandingan H2O2 dan
HCOOH 1 : 14 mol, (Budi, 2001).
2.2.2. Asam Peroksi Formiat
Asam peroksi formiat merupakan suatu oksidator yang digunakan pada proses
epoksidasi minyak-minyak nabati. Asam peroksi formiat merupakan produk yang
diperoleh dengan mereaksikan asam dengan hidrogen peroksida.
Asam peroksi formiat pada dasarnya disebut sebagai zat organik yang berasal
dari komponen peroksida dan pada suhu 110oC dapat meledak. Untuk mencegah
ledakan biasanya dibuat dan disimpan pada keadaan cair. Asam sering digunakan
sebagai oxidizer pada sintesa organik dan sebagai katalis atu resin epoksi awal.
Sebagai komponen peroksida organik, asam peroksi formiat dalam mengalami proses
epoksidasi, oksidasi, hidroksilasi dan reduksi. Komponen peroksida organik ini
merupakan bahan pengoksidasi yang sangat kuat dalam melepaskan oksigen.
proses polimerisasi pada industri pembuatan plastik dan sebagai bahan kimia
intermediet, bahan pembantu proses bleaching, drying dan cleaning.
2.2.3. Poliol
Poliol merupakan polimer yang mempunyai komposisi berat, fungsionalitas dan berat
molekul yang sangat bervariasi. Berat molekulnya dari 250 – 8000 dan fungsionalitas
hidroksil dari 1-8. Karakteristik-karakteristik penting dari poliol yang berkaitan
dengan aplikasi untuk poliuretan adalah fungsionalitas hidroksilnya dan distribusinya,
berat ekuivalen hidroksil, komposisi rantai polimer dan struktur gugus hidroksil.
Sifat-sifat spesifik poliol dapat diperoleh dengan sintesa secara langsung atau
pencampuran poliol yang berbeda tipe, reaktivitas, berat molekulnya dan
fungsionalitasnya.
Ada dua kelompok poliol yang dapat digunakan dalam pembuatan poliuretan,
yaitu polieter poliol dan poliester poliol. Sekitar 90 % dari poliol yang digunakn
untuk pembuatan poliuretan adalah polieter poliol dengan gugus hidroksil di ujung.
Dominasi ini disebabkan oleh keanekaragaman struktur, biaya, performance produk
dan kemudahan penanganan poliol tersebut (Budi, 2001).
2.2.4. Polieter Poliol
Polieter Poliol (PEP) biasanya merupakan propilen oksida atau etilen oksida
kopolimer. PEP dibagi menjadi dua jenis, yaitu yang memiliki berat molekul tinggi,
linear atau bercabang dengan rata-rata fungsionalitas hidroksil 2 – 3 dan berat
molekul 1000 – 8000, yang kedua yaitu memiliki berat molekul yang rendah,
bercabang dengan rata-rata fungsionalitas hidroksil 3 – 7 dan berat molekul 250 –
1000. Adapun karateristik dari polieter poliol dapat dilihat pada Tabel 2.2 dibawah ini
Tabel 2.2. Karakteristik polieter poliol
No Karakteristik Berat molekul Tinggi Berat molekul Rendah
1 Rantai molekul Lurus Bercabang
2 Fungsionalitas hidroksil rata-rata 2 - 3 3 – 7
3 Berat Molekul 1000 - 8000 250 – 1000
4 Aplikasi Fleksibel Rigid/kaku
Sumber : Budi, 2001
2.2.5. Poliester Poliol (PESP)
Poliester poliol (PESP) merupakan senyawa kimia yang memiliki variasi berat
molekul, komposisi, reaktivitas dan fungsionalitas hidroksil. Karakteristik yang
umum dari poliester poliol adalah unit ester yang berulang, dimana unit tersebut dapat
berupa aromatik dan alifatik dan merupakan terminal primer atau kelompok hidroksil
sekunder. Penggunaan PESP biasanya pada aplikasi poliuretan, tetapi mereka
merupakan komponen kondensasi termoplastik polimer atau komponen reaksi
polimer seperti epoksi dan resin poliester tak jenuh.
PESP dibagi menjadi dua katagori bila didasarkan pada aromatik dan alifatik
jenuh dan kebanyakan berbentuk linear dan berat molekulnya 2000 – 4000.
Digunakan untuk membentuk senyawa dengan tingkat kemurnian tinggi dan biasanya
jenis ini biaya pembuatannya mahal dan sulit ditangani (karena memiliki viskositas
yang tinggi). Katagori kedua terdiri dari jenis PESP yang memiliki berat molekul
rendah yang didasarkan pada pendayagunaan atau material mentah yang tidak bagus
seperti etilen terefalat atau dimetil terefalat bagian dasar distilasi. PESP jenis ini
memiliki kombinasi yang unik dari segi biaya dan karakteristik kelembaman dan
dapat menjadi zat atau bahan yang sangat diperlukan pada pembuatan busa kaku,
2.3. Poliueretan
Poliuetan dihasilkan dengan mereaksikan polyol dan isocianate dengan kehadiran
blowing agent dan aditif. Isocianate yang umum digunakan adalah
diphenylmethylene diisocyanates (MDI) and toluene diisocyanates (TDI). Sekarang
ini, sumber penghasil poliol adalah bahan berasas minyak bumi. Dengan menurunnya
cadangan minyak bumi, sangatlah penting untuk mencari bahan yang dapat
diperbaharui untuk menghasilkan poliol dengan karakteristik yang dapat
dibandingkan dengan karakteristik poliol berasas minyak bumi. Bahan-bahan yang
berasal dari minyak/lemak dipandang sebagai salah satu bahan alternative dan
memberikan daya tarik tersendiri. (Siwayanan et al., 2002)
Blowing agent yang biasa digunakan adalah chlorofluorocarbons (CFC’s).
Bagaimanapun juga efek racun CFC’s terhadap lapisan ozon telah menyebabkan
pencarian terhadap jenis blowing agent yang lain. Sehingga air sebagai sebuah
blowing agent dianggap sebagai jawaban, karena tidak akan memberikan efek
terhadap pengrusakan lingkungan dan harganya murah. Blowing agent digunakan
untuk menciptakan gelembung-gelembung gas didalam proses polimerisasi antara
polyols dan isocyanate.
Aditif ditambahkan untuk mengontrol dan memodifikasi reaksi poliuretana itu
sendiri dan juga sifat akhir polimer. Aditif ini termasuk katalis, chain extenders,
cross-linking agent, surface active materials dan flame retardants. Katalysts
mengontrol pembusaan dan laju curing dan menjadikan pembuatan poliueratan pada
laju ekonomis. Katalis yang paling sering digunakan adalah tertiary amines dan
senyawa organometalic compounds. Chain extenders/cross-linkers adalah molekul
kecil diols atau diamines yang memperpanjang segment rigid dan juga densitas rantai
hydrogen poliuetan. Yang paling sering digunakan adalah diethanolamines (DEA),
triethanolamines (TEA), aminoethy-lethanolamine dan glycerol. Surfactants
memainkan peran yang kompleks dan multifungsi dalam pembentukan PU, seperti
organosilicone-polyether sangat banyak digunakan. Flame retardants adalah additive
yang menghalangi ignisani polimer lebih susah dan mengurangi laju pembakarannya.
Yang paling sering digunakan adalah turunan organic halogen, senyawa phosphorous,
antimony trioxide dan aluminium trihydrate. (Siwayanan et al., 2002)
Struktur dan karakteristik PU yang unik umumnya disebabkan karena tiga
reaksi penting dari isosianat dengan poliol, isosianat dengan air dan isocianate dengan
amina.
Reaksi 1:
Reaksi 2:
Reaksi pertama adalah reaksi dasar untuk pembentukan kelompok uretan dan dapat
dikatakan sebagai reaksi propogasi rantai. Reaksi kedua adalah pembentukan uretan
polimer. Isosianat bereaksi dengan air untuk membentuk asam karbamik yang tidak
stabil yang akan terdekomposisi menjadi amina dan karbon dioksida. Karbon
dioksida yang dihasilkan dijebak didalam jaringan polimer yang menghasilkan
pembentukan gelembung-gelembung pada sel, yang akan memberikan busa
poliuretan. Isosianat juga bereaksi dengan amina primer atau sekunder untuk
membentuk urea tersubstitusi (reaksi 3). (Tan and Ahmad, 2001).
Salah satu dari sifat poliuretan yang paling diinginkan adalah kemampuannya
membentuk busa. Kemampuan ini membutuhkan pemebentukan gas pada saat yang
sama dengan terjadingya polimerisasi uertan. Gas yang terbentuk dapat berupa
karbon dioksida, baik yang dihasilkan dengan merekasikan isosianat dengan air
maupun dengan menambahkan gas atau dihasilkan dengan mendidihkan cairan yang
volatil. Reaksinya dapat dilihat dibawah ini.
Gas Karbon dioksida dihasilkan oleh reaksi air dan isosianat
Reaksi menghasilkan karbon dioksida melibatkan air yang direaksikan dengan
isosianat untuk membentuk asam karbamat yang tidak stabil pada langkah pertama,
yang selanjutnya terdekomposisi menjadi karbon dioksida dan amina. Amina bereaksi
lebih lanjut dengan lebih banyak lagi isosianat untuk membentuk urea tersubstitusi.
Air mempunyai berat molekul yang sangat rendah, sehingga meskipun persen berat
yang terbentuk. Urea tidak terlalu larut dalam campuran reaksi dan cenderung
membentuk fase segmen keras terpisah yang mengandung sebagian besar poliurea.
Konsentrasi dan pengaturan dari poliurea dapat mempunyai dampak yang jelas
terhadap sifat busa poliueretan
2.3.1. Poliueratan Termoplastik
Poliueretan termoplastik adalah golongan plastik poliuretan dengan banyak sifat yang
berguna, termasuk elastis, transparan, dan tahan terhadap minyak, gemuk dan abrasi.
Secara teknis merupakan elastomer termoplastik yang terdiri dari blok kopolimer
linear tersegmentasi yang terdiri dari segmen keras dan lembut. Poliueretan
termoplastik dibentuk dengan reaksi pertama yaitu diisosianat dengan rantai pendek
diol (disebut chain extenders) dan kedua reaksi diisosianat dengan rantai panjang
diol. Secara parktis tidak tidak terbatas kemungkinan untuk kombinasi dengan
memvariasikan struktur dan berat molekul dari tiga senyawa reaksi menyebabkan
variasi produk yang sangat banyak dapat terjadi.
Resin akhir mengandung rantai polimer linear didalam struktur blok. Rantai
tersebut mengandung segmen polaritas rendah yang agak panjang (disebut dengan
segmen lembut), dan segmen polaritas tinggi yang pendek (disebut dengan segmen
keras). Kedua tipe segmen tersebut dihubungkan bersama dengan ikatan kovalen
sehingga membentuk blok kopolimer. Polaritas dari bagian keras menciptakan atraksi
kuat antara mereka yang menyebabkan agregrasi derajat tinggi dan teartur pada fase
ini, yang membentuk area cristalin atau psedo kristalin yang berlokasi didalam matrik
lembut dan fleksibel. Hal ini disebut dengan separasi fase antara kedua blok yang
dapat dianggap penting atau tidak, tergantung pada polaritas dan berat molekul rantai
fleksibel, kondisi produksi, dll. Area kristalin atau psedo kristalin bersifat sebagai
cross-link fisikal yang dihitung sebagai derajat elastisitas tinggi dari termoplastik
poliuretan, dimana rantai fleksibel akan memberikan sifat elongasi kepada polimer.
atutomotive, alat daya, alat olahraga, alat kesehatan, sepatu, film,
alat-alat eloktronika seperti telepon genggam, dll.
Isosianat yang digunakan untuk menghasilkan poliuretan harus memiliki dua atau
lebih gugus isosianat pada masing-masing molekulnya. Isosianat yang umum
digunakan adala a
TDI and MDI lebih murah dan lebih reaktif
dibandingkan isosianat yang lain. TDI and MDI dengan grade industri adalah
campuran isomer dan MDI sering mengandung bahan polimerik. MDI dan TID
dugunakan untuk membuat busa fleksibel (untuk membuat busa slabstock untukk
kasur atau busa untuk kursi mobil), busa rigid (untuk busa insulasi untuk lemari
pendingin/refrigerator), elastomer (untuk tapak sepatu), dll. Isosianat dapat
dimodifikasi dengan meraksikannya sebagian dengan poliol atau mencampurkan
dengan beberapa bahan lain untuk mengurangi volatilitas poliuretan (meningkatkan
toksisitasnya), mengurangi poin freezing untuk membuat penanganannya lebih
mudah atau untuk meningkatkan sifat akhir polimer. Struktur dari isosianat dapat
Formula Molekular MDI adalah C15H10N2O2, berbentuk padatan berwarna
putih atau kuning pucat. MDI mempunyai densitas 1,230 g/cm3, mempunyai titik
leleh pada suhu 30oC dan titik didih pada suhu 314oC. MDI lebih kurang berbahaya
dibandingkan dengan golongan isosianat yang lainnya. Tekanan uapnya yang sangat
rendah mengurangi bahayanya selama penanganan dibandingkan dengan TDI dan
HDI. Tetapi sebagaimana layaknya isosianat yang lain, MDI adalah pemicu alergi
dan sensitif.
2.4. Pati Polimer Biodegradable Alami
Polimer biodegradable adalah bidang yang masih baru. Sejumlah polimer
biodegradable telah disintesa baru-baru ini dan beberapa mikroorganisme dan enzim
yang mampu untuk menguraikannya telah diidentifikasi. Pada negara yang sedang
berkembang, polusi lingkungan oleh polimer sintetik telah menjadi berbahaya.
Sehingga usaha telah dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini yaitu memodifikasi
struktur polimer yang digunakan setiap hari sehingga dapat diuraikan. Biodegradasi
adalah sebuah proses alami dimana bahan-bahan kimia organik didalam lingkungan
diubah menjadi senyawa yang lebih sederhana, dimineralisasi dan didistribusikan
kembali melalui lingkaran elemen seperti karbon, nitogen dan sulphur. Biodegradasi
hanya dapat terjadi didalam biosphere dimana mikroorganisme memainkan peranan
utama didalam proses biodegradasi.
Biopolimer adalah polimer yang terbentuk didalam alam selama lingkaran
pertumbuhan semua organisme, sehingga disebut dengan polimer alami. Sintesanya
melibatkan katalisa enzim, reaksi pertumbuhan rantai polimerisasi dari monomer
aktif, yang biasanya terbentuk didalam sel oleh proses metabolik kompleks. (R
Chandra and R. Rustgi, 1998)
Untuk aplikasi bahan, perhatian sering ditujukan terhadap polisakarida yaitu
selulosa dan pati, tetapi selain itu juga pada polimer karbohidrat komplek yang
pullulan dan asam hyaluronik. Polimer terakhir ini mengandung lebih satu jenis unit
karbohidrat, dan pada banyak kasus polimer ini secara teratur diatur struktur
rantainya. Pati adalah kombinasi fisikal dari polimer bercabang (amilopektin) dan
dan linear (amilase), tetapi hanya mengandung satu jenis karbohidrat yaitu glukosa.
Salah satu hasil perkebunan yang banyak terdapat di Nanggroe Aceh
Darussalam (NAD) adalah Sagu. Batang sagu merupakan gudang penyimpanan pati
atau karbohidrat, yang lingkup pemanfaatannya dalam industri sangat luas, seperti
industri pangan, pakan, alkohol, dan bermacam-macam industri kimia lainnya
(Haryanto dan Pangloli, 1992). Pati sagu mengandung sekitar 27% amilosa dan 73%
amilopektin (Haryanto dan Pangloli, 1992). Untuk lebih meningkatkan nilai ekonomi
dari batang sagu, pati sagu dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan plastik
biodegradable.
Selulosa dan pati terbentuk dari ratusan ribu unit berulang d-glucopyranoside.
Unit-unit ini dihubungkan bersama-sama oleh ikatan asetal yang terbentuk antara
karbon atom hemiasetal, C1 dari struktur siklik glukosa dalam satu unit dan sebuah
gugus hidroksil pada atom C3 (untuk selulosa dan amilase) atau C6 (untuk unit
cabang pada amilopektin) pada unit yang berdekatan. Jenis struktur ini terjadi karena
didalam larutan aqeous. Glukosa dapat hadir baik didalam bentuk aldehid asiklik
maupun hemisetal siklik, dimana bentuk yang terakhir adalah struktur yang
dimasukkan kedalam polisakarida. Bentuk siklik juga dapat hadir sebagai satu dari
dua isomer, isomer-a dengan gugus OH aksial pada cincin atau isomer-b dengan
gugus OH equatorial. Pada pati, cincin glucopyranoside hadir dalam bentuk a
sementara didalam selulosa unit berulang hadir dalam bentuk b. Karena perbedaan
ini, enzim yang mengkatalis reaksi hidrolisa setal selama biodegradasi dari
masing-masing kedua sakarida ini adalah berbeda dan tidak dapat dipertukarkan. Gambar
Struktur beberapa polisakarida dapat dilihat dibawah ini. (R Chandra and R. Rustgi,
Gambar 2.2. Gambar struktur beberapa polisakarida
Table 2.3 menunjukkan berbagai bentuk granula berbagai jenis pati, sedangkan
ringkasan perbedaan antara amilosa dan amilopektin dapat dilihat pada Tabel 2.4
Tabel 2.3. Bentuk granula berbagai jenis pati
Sumber pati
Diameter (μm)
Rasio amilosa/ amilopektin
Bentuk granula Suhu gelatinisasi
Jagung 3-26 26/74 Bulat, poligonal 62-72 Kentang 5-100 24/76 Oval, spherical 58-68 Gandum 2-35 25/75 Bulat, lencular 58-64 Tapioka 4-35 17/83 Oval, truncated 59-69 Beras 3-8 17/83 Polygonal,angular 68-78 Sagu 5-65 25/75 Oval, truncated 60-72 Ubi Jalar 5-25 18/82 Polygonal 58-72 Sumber : Swinkels, 1997
Tabel 2.4. Perbedaan antara amilosa dan amilopektin
Amilosa Amilopektin Struktur molekul Linier Bercabang Berat molekul 103 – 106 105 – 106 Film Kuat, fleksibel Kaku Pola difraksi sinar-
X
Kristalin Amorf
Pembentukan kompleks
Cepat Lambat, sukar
Sifat larutan - Konfigurasi - Stabilitas Teratur Cepat teretrogradasi Tidak teratur Lambat teretrogradasi Sumber : Theresia, 2003
2.5. Karakteristik Pati
Karakteristik pati tidak hanya dapat dipelajari dari ukuran dan bentuk granula
tetapi dapat juga dilihat dari viskositas, faktor retrogradasi dan sifat gelatinisasinya (Schenk dan Hebeda, 1992). Laju retrogradasi dipengaruhi
oleh suhu, ukuran, bentuk, dan kepekatan molekul-molekul pati oleh
keberadaan bahan lain (Dreher, dkk, 1984).
Gelatinisasi mula-mula terjadi pada daerah yang amorf. Perubahan yang
paling mudah diamati selama pemanasan suspensi pati adalah kenaikan
penggelembungan granula lebih lanjut. Kenaikan kekentalan ini akhirnya
mencapai puncaknya, yaitu pada suhu yang dikenal dengan suhu pembentukan
pasta. Kekentalan selanjutnya turun, pada saat terjadi perusakan granula yang
terjadi karena pengadukan. Akhirnya keseimbangan tercapai antara granula yang utuh dan pecahan-pecahan granula yang tersebar berupa koloid (Haryadi,
1993).
2.6. Penggunaan Sagu Sebagai Sumber Pati
Tanaman sagu termasuk keluarga Palmae dari genus Metroxylon. Tanaman
sagu menyerupai tanaman kelapa dengan ketinggian mencapai 25 m dengan
diameter 70-100 cm. Panjang batang yang dapat dipanen mencapai 8-16 m
dengan ciri memiliki kulit batang berwarna coklat dan daun berwarna hijau tua
seperti terlihat pada gambar 2.2.(Rahayu dkk., 2000).
Batang sagu merupakan gudang penyimpanan pati atau karbohidrat,
yang lingkup pemanfaatannya dalam industri sangat luas, seperti industri
pangan, pakan, alkohol, dan bermacam-macam industri kimia lainnya.
Komposisi komponen yang terkandung di dalam pati sagu dapat dilihat pada
Tabel 2.5. Secara mikroskopis struktur batang sagu dari arah luar terdiri dari
lapisan sisa-sisa pelepah daun, lapisan kulit luar yang tipis dan berwarna
kemerah-merahan, lapisan kulit dalam yang keras dan padat berwarna coklat
kehitam-hitaman, kemudian lapisan serat dan akhirnya empelur yang
Gambar 2.3. Batang dan tepung sagu
Tabel 2.5. Komponen makronutrien pati sagu (100 gram)
Komponen Pati Sagu Kalori (kal) Protein (g) Lemak (%) Karbohidrat (%) Air (%) Natrium (mg) Kalsium (mg) Besi (mg) Fosfat (mg) Vitamin A (SI) Vitamin B (mg)
355,00 0,08 0 89,00 11,14 5,50 5,81 1,50 0,02 0 0,01 Sumber : Swinkles, 1997
2.7. Karakteristik Pati Sagu
Pati sagu biasanya terdapat dalam granula yang berbentuk oval atau bulat
telur dan beberapa granula terpotong bagian atasnya. Ukuran granula pati sagu
berkisar antara 50-60 μ (Rahayu dkk, 2000). Granula-granula tersebut bila
dicampur dengan air dingin akan mengalami peristiwa hidrasi reversible, yaitu
penyerapan air oleh molekul pati. Tapi bila molekul pati yang dicampur dengan
pembentukan gel (hidrasi reversible). Suhu gelatinisasi pati sagu adalah
60-72o
Pati sagu mengandung sekitar 27% amilosa dan 73% amilopektin. Rasio
amilosa dan amilopektin akan mempengaruhi sifat pati. Apabila kadar amilosa
tinggi maka pati akan bersifat kering, kurang lekat dan cenderung meresap air
lebih banyak dan bersifat lebih higroskopis (Haryanto dan Pangloli, 1992). C (Rahayu dkk, 2000).
2.8. Pati sebagai Biofilm
Pati adalah polimer yang berasal dari tanaman. Tumbuhan-tumbuhan utama yang
diproduksi menjadi pati adalah jagung, kentang, nasi dan sagu.