• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA

- Tetap 270. Bagian Kesatu Umum - Tetap 271. Pasal 44

(1)Penyelesaian Sengketa Masyarakat Hukum Adat dapat diselesaikan melalui lembaga adat dan/atau Peradilan Adat.

Kalimat ”dan/atau Peradilan adat diganti ”Pengadilan Negeri”

Pasal 44

(1)Penyelesaian Sengketa Masyarakat Hukum Adat dapat diselesaikan melalui lembaga adat dan/atau Pengadilan Negeri

Dalam struktur sistem peradilan negara sudah tidak dikenal lagi peradilan adat.

272. (2)Lembaga Adat memiliki kewenangan menyelesaikan sengketa Masyrakat Hukum Adat.

-273. (3)Peradilan Adat tidak berwenang mengadili tindak pidana berat dan tindak pidana khusus.

Kata “Peradilan Adat” diganti dengan “Lembaga Adat”.

Menghapus kata “berat dan tindak pidana khusus”.

(3)Lembaga Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menangani sengketa adat yang bukan merupakan tindak pidana.

Semua tindak pidana merupakan kewenangan peradilan umum.

274. (4)Peradilan Adat dapat dibentuk oleh Lembaga Adat secara berjenjang dari Kabupaten/Kota sampai dengan tingkat Provinsi.

Rumusan baru (4) Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menanganai sengketa masyarakat hukum adat yang tidak dapat diselesaikan oleh lembaga adat, dan sengketa yang merupakan tindak pidana.

275. Bagian Kedua

Sengketa Internal - Tetap

276. Pasal 45

(1)Sengketa internal dalam Masyarakat Hukum Adat diselesaikan melalui Lembaga Adat.

- Tetap

277. (2)Lembaga Adat mengeluarkan putusan Lembaga Adat sebagai hasil penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

- Tetap

278. (3)Dalam hal terdapat keberatan terhadap putusan Lembaga Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sengketa

Kata “Peradilan adat” diganti “Pengadilan Negeri”

(3) Lembaga adat dapat melibatkan Pemerintahan Desa dalam menyelesaikan sengketa di

diselesaikan melalui Peradilan adat. wilayahnya.

279. (4) (4) Dalam hal sengketa tidak dapat

diselesaikan atau terdapat keberatan terhadap putusan Lembaga Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sengketa diselesaikan melalui Pengadilan Negeri.

280. (5)Peradilan adat mengeluarkan putusan sebagai hasil penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

Dihapus

-281. (6)Putusan sebagaimana dimaksud pada

ayat (4) bersifat final dan mengikat. Dihapus

-282. Bagian Ketiga

Sengketa antar-Masyarakat Hukum Adat

- Tetap

283. Pasal 46

(1)Sengketa antar-Masyarakat Hukum Adat diselesaikan melalui musyawarah antar-Lembaga Adat.

- Tetap

284. (2)Dalam hal musyawarah antar-Lembaga Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat menyelesaikan sengketa, sengketa diselesaikan melalui peradilan adat.

Kata “Peradilan adat” diganti “Pengadilan Negeri”

(2)Dalam hal musyawarah antar-Lembaga Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat menyelesaikan sengketa, sengketa diselesaikan melalui Pengadilan Negeri.

285. (3)Peradilan adat mengeluarkan putusan sebagai hasil penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Dihapus

-286. (4)Dalam hal terdapat keberatan terhadap putusan peradilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sengketa dapat diselesaikan di tingkat Mahkamah Agung.

Dihapus

-287. Bagian Keempat

Sengketa antara Masyarakat Hukum Adat dan pihak lain

- Tetap

288. Pasal 47

(1) Sengketa antara Masyarakat Hukum Adat dan pihak lain yang menyangkut hak Masyarakat Hukum Adat diselesaikan melalui peradilan adat.

Rumusan baru Pasal 47

(1)Sengketa antara Masyarakat Hukum Adat dan pihak lain, diutamakan dapat diselesaikan melalui musyawarah Lembaga Adat, pihak lain dan pihak pemerintahan.

289. (2)Peradilan adat mengeluarkan putusan sebagai hasil penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Rumusan baru (2)Musyawarah Lembaga Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengeluarkan putusan penyelesaian sengketa.

290. (3) Dalam hal terdapat keberatan terhadap putusan peradilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sengketa dapat diselesaikan di tingkat Mahkamah Agung.

Rumusan baru (3)Dalam hal terdapat keberatan terhadap putusan Musyawarah Lembaga Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sengketa diselesaikan di

Pengadilan Negeri.

291. Usulan Pasal baru

“Pasal 47a” Pemeriksaan perkara sengketaPasal 47a Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45, Pasal 46 dan Pasal 47, dilakukan oleh Majelis Hakim yang berjumlah 3 (tiga) orang yang terdiri dari 1 (satu) orang Hakim Karier dan 2 (dua) orang Hakim Ad Hoc.

292. Usulan Pasal baru

“Pasal 47b ayat (1) s/d ayat (3)”

Pasal 47b

(1)Pengangkatan Hakim Ad Hoc sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) dilakukan oleh Presiden atas usulan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia melalui Keputusan Presiden.

293. (2) Dalam mengusulkan calon

Hakim Ad Hoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia wajib mengumumkan kepada masyarakat.

294. (3) Syarat menjadi Hakim Ad Hoc:

296. b. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

297. c. berusia paling rendah 40

(empat puluh) tahun pada saat pengangkatan;

298. d. berizasah Sarjana Hukum atau

sarjana lain yang memiliki keahlian dan pengalaman sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun dalam bidang sosiologi;

299. e. tidak pernah dijatuhi pidana

penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam pidana 5 (lima) tahun atau lebih;

300. f. tidak pernah melakukan

perbuatan tercela;

301. g. cakap, jujur serta memiliki

integritas moral yang tinggi dan memiliki reputasi yang baik;

302. h. tidak menjadi pengurus salah

303. i. melepaskan jabatan struktural dan jabatan lainnya selama menjadi Hakim Ad Hoc,

304. Pasal 48

Perwakilan Masyarakat Hukum Adat yang menjadi pihak dalam penyelesaian sengketa atau menjadi saksi di pengadilan harus merepresentasikan seluruh kepentingan Masyarakat Hukum Adat.

- Tetap

305. Pasal 49

Hakim dan/atau hakim agung dalam memutuskan perkara yang berkaitan dengan Masyarakat Hukum Adat wajib memperhatikan Hukum Adat dan kebiasaan yang berlaku dalam Masyarakat Hukum Adat.

Kalimat ”dan/atau hakim agung” dihapus. Diakhir kalimat ditambah kalimat serta kepentingan strategis nasional.

Pasal 49

Hakim dalam memutuskan perkara yang berkaitan dengan Masyarakat Hukum Adat wajib memperhatikan Hukum Adat dalam Masyarakat Hukum Adat, serta kepentingan strategis nasional.

306. Pasal 50

Putusan peradilan adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (4), Pasal 46 ayat (3), dan Pasal 47 ayat (2) dilaksanakan oleh Masyarakat Hukum Adat dan/atau pengadilan negeri.

Kata “peradilan adat” diganti “lembaga adat”

Pasal 50

Putusan Lembaga Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (4), Pasal 46 ayat (3), dan Pasal 47 ayat (2) dilaksanakan oleh Masyarakat Hukum Adat dan/atau Pengadilan Negeri.

307. Bagian Kelima

Kewenangan Mengadili Dihapus

-308. Pasal 51

Peradilan Umum tidak berwenang mengadili kasus yang berhubungan dengan sengketa Masyarakat Hukum Adat.

Dihapus - Disesuaikan dengan

Pasal 46 ayat (4) dan Pasal 47 ayat (3)

309. Bagian Keenam

Sanksi Dihapus

-310. Pasal 52

Dalam hal terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50, putusan tersebut batal demi hukum.

Dihapus

-311. Menambah BAB baru,

yaitu BAB VIII A HAPUSNYA MASYARAKATBAB VIII A HUKUM ADAT

312. Menambah Pasal baru

yaitu Pasal 52a Ayat (1)

Pasal 52a

(1)Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi, atau Pemerintah dapat melakukan evaluasi terhadap penetapan Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat yang telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri yang bertugas dan menyelenggrakan

urusan Pemerintahan.

313. Menambah Pasal baru

yaitu Pasal 52a Ayat (2)

(2)Dalam pelaksanaan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi atau Pemerintah membentuk Panitia Evaluasi Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat yang beranggotakan unsur Pemerintah Kabupaten//Kota,Pemerintah Provinsi, Pemerintah dan unsur masyarakat.

314. Menambah Pasal baru

yaitu Pasal 52a Ayat (3)

(3)Evaluasi dilakukan apabila diperoleh informasi tidak dipenuhinya lagi karakteristik Masyarakat Hukum Adat, atau dapat dilakukan paling lama 10 (sepuluh) tahun sekali sejak ditetapkannya Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat.

315. Menambah Pasal baru

yaitu Pasal 52a Ayat (4)

(4)Panitia evaluasi Masyarakat Hukum Adat melakukan evaluasi atas Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan kriteria Masyarakat Hukum Adat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.

316. Menambah Pasal baru

yaitu Pasal 52b Ayat (1)

Pasal 52b

(1)Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 52a, Panitia Evaluasi melaporkan hasil evaluasi Masyarakat Hukum Adat kepada Bupati/Walikota, Gubernur atau Menteri yang bertugas dan menyelenggarakan urusan di bidang pemerintahan.

317. Menambah Pasal baru

yaitu Pasal 52b Ayat (2)

(2)Berdasarkan laporan Panitia Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam hal sudah tidak memenuhi kriteria Masyarakat Hukum Adat:

318. a. Bupati/Walikota, Gubernur atau

Menteri yang bertugas dan menyelenggarakan urusan di bidang pemerintahan, melakukan pembinaan terhadap Masyarakat Hukum Adat;

319. b. dalam hal pembinaan telah

dilaksanakan dan kriteria Masyarakat Hukum Adat tidak

dapat dipenuhi Menteri yang bertugas dan menyelenggarakan urusan di bidang pemerintahan menetapkan hapusnya Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat.

320. (3)Dengan hapusnya Pengakuan

dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat, maka tanah adat menjadi tanah negara yang peruntukannya ditetapkan Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi atau Pemerintah sesuai kewenangannya.

321. BAB IX

PENDANAAN - Tetap

322. Pasal 53

Pendanaan bagi Masyarakat Hukum Adat bertujuan untuk menjamin pelaksanaan tugas serta wewenang Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam melakukan identifikasi, verifikasi, dan penetapan serta melaksanakan program untuk memberikan pelayanan dalam peningkatan kapasitas dan kemampuan Masyarakat Hukum Adat.

Rumusan baru Pasal 53

Dana yang diperlukan untuk menjamin pelaksanaan tugas serta wewenang Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan perlindungan dan pengakuan Masyarakat Hukum Adat

dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Sesuai UU No 6 /2014 tentang Desa

323. Pasal 54

(1) Sumber pendanaan dalam melakukan identifikasi, verifikasi, dan penetapan Masyarakat Hukum Adat serta pelaksanaan program untuk memberikan pelayanan dalam peningkatan kapasitas dan kemampuan masyarakat hukum adat dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Dihapus

324. (2) Selain sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sumber pendanaan dalam upaya Pengakuan Hak Masyarakat Hukum Adat dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat dapat berasal dari sumber lain yang sah.

- Tetap

325. (3) Masyarakat dapat memberikan dukungan dana dalam upaya Pengakuan Hak Masyarakat Hukum dan perlindungan Masyarakat Hukum Adat.

- Tetap

326. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendanaan dalam upaya Pengakuan dan perlindungan hak Masyarakat

Hukum Adat diatur dengan Peraturan Pemerintah.

327. BAB X

PERAN SERTA MASYARAKAT - Tetap

328. Pasal 55

(1) Peran serta masyarakat dapat

dilakukan dengan cara: - Tetap

329. a. memberikan informasi terkait identifikasi Masyarakat Hukum Adat;

- Tetap

330. b. memberikan saran, pertimbangan,

dan pendapat kepada Pemerintah; - Tetap

331. c. menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian lingkungan Masyarakat Hukum Adat;

Rumusan baru c. menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup Masyarakat Hukum Adat;

332. d. menyampaikan laporan terjadinya bahaya, pencemaran, dan/atau perusakan lingkungan di Wilayah Adat;

- Tetap

333. e. memantau pelaksanaan rencana pembangunan dan pemberdayaan

Masyarakat Hukum Adat; - Tetap

334. f. memberikan bantuan tenaga, dana, fasilitas, serta sarana dan prasarana dalam perlindungan Masyarakat Hukum Adat;

335. g. melestarikan adat istiadat milik

Masyarakat Hukum Adat; - Tetap

336. h. menciptakan lingkungan tempat tinggal yang kondusif bagi

Masyarakat Hukum Adat; - Tetap

337. i. melaporkan tindakan kekerasan yang dialami oleh Masyarakat Hukum Adat; dan

- Tetap

338. j. membantu pemerintah dalam memberikan sosialisasi mengenai pentingnya Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Hukum Adat kepada masyarakat.

- Tetap

339. (2)Dalam melaksanakan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap memperhatikan kearifan lokal.

- Tetap

340. Menambah BAB baru

yaitu BAB XA KETENTUAN PERALIHANBAB XA 341.

Menambah Pasal baru yaitu Pasal 55a

Pasal 55a

Dengan berlakunya Undang-Undang ini:

342. Menambah Pasal baru

yaitu Pasal 55a huruf a. a. Peraturan Daerah tentangKeberadaan Masyarakat Hukum Adat yang telah ada dinyatakan tetap berlaku.

yaitu Pasal 55a huruf

b. Keberadaan Masyarakat HukumAdat yang telah ada dinyatakan tetap berlaku dan disesuaikan proses selanjutnya sesuai dengan Undang-Undang ini.

344. Menambah Pasal baru

yaitu Pasal 55a huruf c c. dalam hal kawasan hutanditetapkan sebagai tanah adat tetap dipertahankan fungsinya sesuai fungsi hutan sebelumnya.

345. Menambah Pasal baru

yaitu Pasal 55a huruf d d. Izin pemanfaatan atau izinpenggunaan kawasan hutan, dan atau izin-izin lainnya di bidang kehutanan yang telah ada sebelum kawasan hutan ditetapkan sebagai tanah adat, dinyatakan tetap sah dan berlaku sampai dengan izinnya berakhir.

346. Menambah Pasal baru

yaitu Pasal 55b ayat (1)

Pasal 55b

(1) Dalam hal kawasan hutan telah dibebani izin sebelum adanya Penetapan Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat, maka pemegang izin wajib:

347. Menambah Pasal baru

yaitu Pasal 55b ayat (1) huruf a

a. melaksanakan bagi hasil atau kemitraan atas hasil kegiatan setelah berlakunya penetapan Pengakuan dan Perlindungan

Masyarakat Hukum Adat;

348. Menambah Pasal baru

yaitu Pasal 55b ayat (1) huruf b

b. merencanakan kegiatan di areal izinnya bersama dan atas persetujuan Masyarakat Hukum Adat;

349. Menambah Pasal baru

yaitu Pasal 55b ayat (1) huruf c

c. melaksanakan pemberdayaan terhadap Masyarakat Hukum Adat yang ada di areal izinnya;

350. Menambah Pasal baru

yaitu Pasal 55b ayat (1) huruf d

d.melaksanakan pemulihan terhadap wilayah Masyarakat Hukum Adat yang telah dieksploitasi.

351. Menambah Pasal baru

yaitu Pasal 55b ayat (1) huruf f

e. melaksanakan perlindungan dan pelestarian tanah adat antara lain situs Masyarakat Hukum Adat;

352. Menambah Pasal baru

yaitu Pasal 55b ayat (2)

(2)Kewajiban sebagaimana dimaksud ayat (1) dituangkan dalam bentuk perjanjian yang dibuat kedua belah pihak dan diketahui pemberi izin.

353. BAB XI

KETENTUAN PENUTUP - Tetap

354. Pasal 56

Pada saat Undang-Undang ini mulai

undangan yang mengatur mengenai Masyarakat Hukum Adat dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.

355. Pasal 57

Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus telah ditetapkan dalam waktu 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.

- Tetap

356. Pasal 58

Undang-undang ini berlaku pada tanggal

diundangkan, Diantara”Undang-Undang ini”Kata dan kata ” berlaku” disisipkan kata ”Mulai:, dan diakhiri tanda baca ”titik”.

Pasal 58

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Dasar UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

357. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

- Tetap

358. Disahkan di Jakarta pada tanggal ...

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

- Tetap

359. Diundangkan di Jakarta pada tanggal …

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI

MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA, AMIR SYAMSUDDIN

360. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEHUTANAN

Dokumen terkait