1. RANCANGAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR…TAHUN…. TENTANG
PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT
- Tetap
2. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, - Tetap
3. Menimbang
a. bahwa Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan Masyarakat Hukum Adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia;
4. b. bahwa Masyarakat Hukum Adat selama ini belum diakui dan dilindungi secara optimal dalam melaksanakan hak pengelolaan yang bersifat komunal, baik hak atas tanah, wilayah, budaya, dan sumber daya alam yang diperoleh secara turun-temurun, maupun yang diperoleh melalui mekanisme lain yang sah menurut hukum adat setempat;
Ditambahkan kata Pengesahan Protokol Nagoya.
Frasa”Masyarakat
b. bahwa dalam rangka pengakuan dan penghormatan keberadaan Masyarakat Hukum Adat beserta hak-hak tradisionalnya, Negara memberi jaminan pengakuan dan perlindungan atas masyarakat hukum adat beserta hak-haknya melalui pengaturan yang berkeadilan dan berkepastian hukum;
Frasa “belum diakui dan dilindungi secara optimal”, dapat mengandung pengertian bahwa masyarakat hukum adat belum diakui dan dilindungi, padahal selama ini telah ada pengakuan dan perlindungan Masyarakat Hukum Adat, namun belum optimal.
Disinkronkan dengan konsiderans menimbang huruf c.
5. c. bahwa belum optimalnya pengakuan dan pelindungan hak Masyarakat Hukum Adat yang bersifat komunal mengakibatkan munculnya konflik di Masyarakat Hukum Adat sehingga menimbulkan ancaman stabilitas keamanan nasional;
c. bahwa pengaturan pengakuan dan pelindungan hak Masyarakat Hukum Adat perlu diwujudkan untuk mingkatkan kesejahteraan Masyarakat
lebih luas.
- Rumusan lebih diperkaya.
- Prinsipnya pada dasar menimbang
dirumuskan konsepsi yang “positif”.
6. d. bahwa pengakuan dan perlindungan hak Masyarakat Hukum Adat dalam peraturan perundang-undangan saat ini belum diatur secara komprehensif sehingga perlu diatur secara khusus dalam satu Undang-Undang;
Ditambahkan kata
“parsial”. d. bahwa pelaksanaan pengakuandan perlindungan hak Masyarakat Hukum Adat selama ini tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan dan masih bersifat parsial sehingga perlu diatur dalam Undang-Undang tersendiri;
Sudah ada sepuluh UU yang mengatur ketentuan tentang MHA, tapi hanya secara parsial.
Terkandung maksud, RUU yang akan disusun bersifat lex generalis. 7. e. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tentang Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Hukum Adat;
- Tetap
8. Mengingat :
Pasal 18B ayat (2), Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28I ayat (3), dan Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
9. Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK
INDONESIA
UNDANG-UNDANG TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT.
- Tetap
11. BAB I
KETENTUAN UMUM - Tetap
12. Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud
dengan: - Tetap
13. 1. Masyarakat Hukum Adat adalah sekelompok orang yang secara turun temurun bermukim di wilayah geografis tertentu di Negara Indonesia karena adanya ikatan pada asal usul leluhur, hubungan yang kuat dengan tanah, wilayah, sumber daya alam, memiliki pranata pemerintahan adat, dan tatanan hukum adat di wilayah adatnya.
Ditambah kata ”karasteristik”, yang nanti akan diurai dalam norma serta kalimat ”memiliki, atau menduduki, atau memanfaatkan satu wilayah tertentu secara
berkesinambungan”.
1. Masyarakat Hukum Adat adalah kelompok masyarakat yang memiliki karakteristik tertentu, hidup secara harmonis sesuai hukum adatnya, memiliki ikatan pada asal-usul leluhur dan atau kesamaan tempat tinggal, terdapat hubungan yang kuat dengan lingkungan hidup, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial, budaya,
hukum memiliki dan memanfaatkan satu wilayah tertentu secara turun-temurun. Hukum Adat adalah pernyataan Negara sebagai penerimaan dan penghormatan atas keberadaan Masyarakat Hukum Adat beserta hak-haknya.
Pernyataan tertulis mengandung makna pemberian dan penerimaan keberadaan Masyarakat Hukum Adat oleh negara.
15. 3. Perlindungan Hak Masyarakat Hukum Adat adalah suatu bentuk berpartisipasi sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiannya serta terlindungi dari tindakan diskriminasi dan kekerasan.
Menghilangkan kata “wajib” dan kalimat “serta terlindungi dari tindakan diskriminasi dan kekerasan”.
Menambah kata “madani” .
3. Perlindungan Hak Masyarakat Hukum Adat adalah suatu bentuk pelayanan negara kepada Masyarakat Hukum Adat dalam rangka menjamin kelangsungan keberadaan serta terpenuhinya hak dan kewajiban, agar dapat hidup tumbuh dan berkembang sebagai satu kelompok masyarakat yang madani, berpartisipasi sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiannya.
Kalimat “terlindungi dari tindakan diskriminasi dan kekerasan” adalah hak seluruh warga negara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945, sehingga tidak perlu dinyatakan kembali.
Perlindungan juga menjamin (secara
kewajiban Masyarakat Hukum Adat.
Menjadi masyarakat madani adalah tujuan tumbuh dan menguatnya Masyarakat Hukum Adat.
16. 4. Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat adalah proses pembangunan dimana Masyarakat Hukum Adat berinisiatif memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri.
Rumusan baru 4. Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat adalah upaya
terencana untuk
mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.
Diuraikan agar lebih jelas proses dan tujuannya. Pemberdayaan adalah proses dari tidak berdaya menjadi berdaya sehingga berdampak pada kemandirian, kesejahteraan, dan pemenuhan kebutuhan. Definisi ini sesuai dengan UU Nomor 6/2014 tentang Desa.
17. Menambah pengertian
baru yaitu angka 4.a. 4.a Hak ulayat adalah hak komunalmasyarakat hukum adat untuk memiliki, memanfaatkan dan, melestarikan tanah adatnya beserta sumber daya alam di atasnya sesuai dengan tata nilai dan hukum adat yang
bertentangan dengan
peraturan
perundang-undangan.
18. 5. Wilayah Adat adalah satu kesatuan geografis dan sosial yang secara turun temurun dihuni dan dikelola oleh Masyarakat Hukum Adat sebagai penyangga sumber-sumber penghidupan yang diwarisi dari leluhurnya atau melalui kesepakatan dengan Masyarakat Hukum Adat lainnya.
Wilayah adat diganti dengan tanah adat dengan rumusan baru
5. Tanah Adat adalah suatu wilayah berupa tanah, air, dan atau perairan beserta sumber daya alam yang ada di atasnya dengan batas-batas tertentu, dimiliki, dimanfaatkan, dan dilestarikan secara turun-temurun dan secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, dan atau dihuni, diperoleh melalui pewarisan dari leluhur mereka atau gugatan kepemilikan, berupa tanah ulayat atau hutan adat.
Kata “dimiliki” kriteria atau bentuknya apa ?
19. Menambah pengertian
baru yaitu angka 6a.
6a. Hutan Adat adalah hutan yang
di atasnya terdapat hak ulayat, dikelola bersama-sama secara lestari sesuai dengan fungsi kawasan sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah.
pengelolaannya harus sesuai dengan RTRW.
20. 6. Tanah Ulayat adalah bidang tanah yang diatasnya terdapat hak ulayat dari suatu Masyarakat Hukum Adat
Uraiannya sudah masuk dalam definisi tanah adat.
21. 7. Hukum Adat adalah seperangkat norma dan aturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, yang hidup dan berlaku untuk mengatur kehidupan Masyarakat Hukum Adat, dan atas pelanggarannya dikenakan sanksi adat. tertulis, senantiasa ditaati dan dihormati, serta memiliki sanksi; dalam beberapa hal dan dibeberapa tempat
hukum adat
dipengaruhi pula oleh norma agama.
7. Hukum adat adalah seperangkat norma atau aturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, yang hidup dan berlaku untuk mengatur tingkah laku manusia yang bersumber pada nilai budaya nilai luhur bangsa Indonesia, yang diwariskan secara turun-menurun, yang senantiasa ditaati dan dihormati untuk keadilan dan ketertiban masyarakat, dan mempunyai akibat hukum (sanksi).
22. 8. Lembaga Adat adalah perangkat organisasi yang tumbuh dan berkembang bersamaan dengan sejarah suatu Masyarakat Hukum Adat untuk mengatur, mengurus, dan menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan sesuai dengan hukum adat.
Ditambahkan kalimat ”proses pengambilan keputusan lembaga dilakukan secara musyawarah dan mufakat”.
8. Lembaga Adat adalah perangkat organisasi yang terbentuk, tumbuh dan berkembang dan berfungsi bersamaan dengan sejarah suatu Masyarakat Hukum Adat untuk mengatur, mengurus, dan menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan sesuai dengan hukum adat dan nilai-nilai tersebut dimaksudkan untuk mengantisipasi munculnya lembaga adat yang otoriter.
23. 9. Panitia masyarakat hukum adat kabupaten/kota adalah lembaga bersifat ad hoc yang dibentuk untuk melakukan verifikasi terhadap hasil identifikasi sendiri masyarakat hukum adat yang berada di satu wilayah kabupaten/kota.
Rumusan baru 9. Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota adalah lembaga bersifat ad hoc yang keanggotaannya terdiri dari para pihak yang punya kompetensi di bidangnya, ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota untuk melakukan, identifikasi,
validasi, verifikasi dan mencatat klaim/ sengketa,
Identifikasi boleh dilakukan masyarakat (MHA, LSM, perg tinggi), juga oleh inisiatif
PemKab/Kota yang
dilaksanakan oleh Panitia Para pihak ini harus dijelaskan: jumlah, siapa saja, tugas dan
hasil identifikasi masyarakat hukum adat yang berada di satu wilayah kabupaten/kota.
dari SKPD terkait, Perg Tinggi, LSM pendamping, representasi MHA ybs, wakil MHA atau
komunitas tetangganya
24. 4. Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi adalah lembaga yang bersifat ad hoc yang dibentuk untuk melakukan verifikasi terhadap hasil identifikasi sendiri masyarakat hukum adat di wilayah paling sedikit dua kabupaten/kota dalam satu provinsi.
Rumusan baru 10. Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi adalah lembaga bersifat ad hoc yang keanggotaannya terdiri dari para pihak yang punya kompetensi di bidangnya, ditetapkan dengan Keputusan Gubernur untuk melakukan
identifikasi, validasi, dan verifikasi, mencatat klaim/sengketa hasil identifikasi Masyarakat Hukum Adat di wilayah paling sedikit dua kabupaten/kota dalam satu provinsi.
sda
25. 5. Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional adalah lembaga yang bersifat bersifat ad hoc yang dibentuk untuk melakukan verifikasi terhadap hasil identifikasi sendiri masyarakat hukum adat di wilayah paling sedikit dua provinsi.
Rumusan baru 11. Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional adalah lembaga bersifat ad hoc yang keanggotaannya terdiri dari para pihak yang punya kompetensi dibidangnya, ditetapkan dengan Keputusan Menteri yang bertugas dan
-membidangi urusan pemerintahan, untuk melakukan identifikasi, validasi dan verifikasi, mencatat klaim/sengketa hasil identifikasi Masyarakat Hukum Adat di wilayah paling sedikit 2 (dua) provinsi serta mendeklarasikan pengakuan dan perlindungan Masyarakat Hukum Adat;
26. 6. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintah Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Prasa ”Pemerintah Pusat” yang
selanjutnya disebut Pemerintah adalah” diubah menjadi ”Pemerintah adalah”
12. Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintah Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
27. 7. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
- Tetap
28. Usulan pengertian baru
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
29. Pasal 2
Pengakuan dan perlindungan hak
Masyarakat Hukum Adat berasaskan: - Tetap
30. a. partisipasi; - Tetap
31. b. keadilan; - Tetap
32. c. transparansi; - Tetap
33. d. kesetaraan; - Tetap
34. e. kepentingan umum; Kata ”umum” diganti
dengan ”nasional” e. kepentingan nasional; Kepentingan nasionaldimaksudkan untuk menjaga persatuan dan kesatuan NKRI serta terjaminya kelanjutan Pembangunan Nasional.
35. f. keselarasan; dan - Tetap
36. g. keberlanjutan lingkungan. Kata ”keberlanjutan” diganti dengan
”kelestarian ”
g. kearifan lokal dan kelestarian lingkungan;
37. Pasal 3
Pengaturan pengakuan dan perlindungan hak Masyarakat Hukum Adat bertujuan untuk:
38. a. melindungi hak Masyarakat Hukum Adat agar dapat hidup aman, tumbuh, dan berkembang sebagai kelompok masyarakat sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiannya serta terlindungi dari tindakan diskriminasi;
Kalimat “serta terlindungi dari tindakan diskriminasi” dihilangkan;
-a. melindungi hak Masyarakat Hukum Adat agar dapat hidup aman, tumbuh, dan berkembang sebagai kelompok masyarakat sesuai dengan harkat dan martabatnya;
Bebas tindakan diskriminasi telah dijamin dalam Undang-Undang Dasar.
39. b. memberikan kepastian hukum bagi Masyarakat Hukum Adat dalam melaksanakan haknya;
Menambahkan kalimat “termasuk dalam hal ini hak ulayat, serta hak untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan, tradisi dan adat mereka”.
b.memberikan kepastian hukum bagi Masyarakat Hukum Adat dalam melaksanakan hak-haknya, termasuk dalam hal ini hak ulayat, hak untuk mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat, hak pengetahuan tradisional, serta hak untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan, tradisi dan adat mereka;
Memberi penegasan hak-hak Masyarakat Hukum Adat yang harus mendapatkan kepastian hukum.
Hak mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat merupakan hak asasi sebagaimana dalam UUD, hak pengetahuan tradisional diatur dalam UU No. 11/2013 tentang Pengesahan Protokol Nagoya.
40. c. menjadikan pengakuan dan perlindungan terhadap hak Masyarakat Hukum Adat sebagai dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pengembangan program pembangunan; dan
Dihapus - Pengakuan dan
perlindungan bukan satu-satunya landasan penye-lenggaraan
pemerintahan.
pembangunan
merupakan bagian dari kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan.
41. d. melaksanakan pemberdayaan bagi
Masyarakat Hukum Adat. Kalimat”melaksanakan
pemberdayaan” diubah menjadi
”memberdayakan”.
d. memberdayakan Masyarakat Hukum Adat.
42. Pasal 4
Masyarakat Hukum Adat memiliki
karakteristik: Ditambahkan”meliputi” untukkata memberikan
pengertian
karekteristik bersifat komulatif.
Pasal 4
Masyarakat Hukum Adat memiliki karakteristik, meliputi:
43. a. sekelompok masyarakat secara
turun temurun; Rumusan baru a. komunitas tertentu yang hidupdalam kelompok dalam satu bentuk paguyuban, memiliki keterikatan karena kesamaan keturunan dan/atau territorial;
-44. b. bermukim di wilayah geografis
tertentu; Rumusan baru b. mendiami satu wilayah denganbatas-batas tertentu;
leluhur; sama; 46. d. adanya hubungan hukum yang kuat
dengan tanah, wilayah, sumber daya alam;
Rumusan baru d. memiliki kekayaan immaterial berupa kearifan lokal,
pengetahuan tradisonal dan budaya dan atau harta kekayaan dan atau benda adat; dan
47. e. memiliki pranata pemerintahan
adat; dan Rumusan baru e. memiliki perangkat kelembagaanadat yang masih diakui dan berfungsi;
Adanya perangkat kelembagaan adat yang masih aktif dan berperan merupakan ciri utama yang harus ada. Tidak ada MHA tanpa ada struktur kelembagaan adat yg masih aktif dan diakui. Kata depan ”dan” berfungsi untuk menunjukkan kriteria akumulatif.
48. f. adanya tatanan hukum adat di
wilayah adatnya. Rumusan baru. f. memiliki tata nilai serta hukumadat yang memiliki sanksi, dan ditaati kelompoknya sebagai pedoman dalam kehidupan mereka; dan
49. Menambah Pasal baru,
yaitu Pasal 4a Kriteria Tanah Adat:Pasal 4a
a. dikuasai berdasarkan bukti-bukti kepemilikan oleh masyarakat hukum adat;
Bukti-bukti kepemilikan meliputi:
a. penguasaan secara fisik oleh anggota Masyarakat Hukum Adat secara terus menerus dan berkesinambungan terhitung sejak sebelum
diproklamasikannya Kemerdekaan Repubik Indonesia, yang dikuatkan oleh keterangan
disekitarnya.
b. bukti-bukti tertulis yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang dan belum dalam penguasaan pemerintah.
Yang dimaksud pejabat yang
berwenang antara lain Pejabat Pemerintah Republik Indonesia, Pejabat Pemerintah Kolonial Belanda, Sultan/Raja atau dengan sebutan lain. c. tidak ada klaim dari
masyarakat lain disekitarnya.
d. batas yang jelas.
50. b. memiliki batas-batas tertentu
yang diakui oleh komunitas atau pemegang hak yang berbatasan dengan tanah adat;
51. c. dimanfaatkan dan dilestarikan
52. d. merupakan bagian kekayaan materiil Masyarakat Hukum Adat.
53. BAB II
RUANG LINGKUP PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN
Judul BAB kata “ Ruang Lingkup” diganti “Tata Cara”.
BAB II
TATA CARA PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN
54. Pasal 5
Pengakuan dan perlindungan hak Masyarakat Hukum Adat dilakukan dengan cara:
- Tetap
55. a. identifikasi Masyarakat Hukum Adat; - Tetap
56. b. Validasi
57. c. verifikasi Masyarakat Hukum Adat; dan Menambah kata
validasi b. validasi dan verifikasi MasyarakatHukum Adat; dan
58. d. penetapan Masyarakat Hukum Adat. Menambah kata “dan
deklarasi” c. penetapan Masyarakat Hukum Adat. Pernyataan keberadaantermasuk pengakuan dan perlindungan terhadap hak dan wilayah Masyarakat Hukum Adat.
59. Pasal 6
(1). Identifikasi Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a dilakukan sendiri oleh Masyarakat Hukum Adat dan/atau
Penunjukan Pasal 4 diganti Pasal 5
Menambahkan kalimat
Pasal 6
(1)Identifikasi Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dilakukan sendiri oleh Masyarakat Hukum
Pemerintah Daerah. “atau oleh kelompok masyarakat bersama Pemerintah Daerah”.
Adat, lembaga penelitian,
perguruan tinggi, Pemerintah Daerah, dan/ atau Pemerintah bersama kelompok masyarakat.
masyarakat serta tim pakar atau pemerintah daerah dapat melakukan pendampingan.
Identifikasi termasuk pendaftaran merupakan bentuk self identification, namun juga harus
identification by others
(pemerintah dan pihak lain). Identitas seseorang ditentukan oleh pengakuan dari dirinya dan orang lain (by others).
60. Menambah ayat baru
yaitu ayat (1)a (1)aDalam hal Identifikasi dilakukanoleh Masyarakat Hukum Adat, Pemerintah Daerah dapat melakukan pendampingan.
Pendampingan dilakukan atas permintaan masyarakat.
61. (2). Identifikasi sendiri Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat data dan informasi mengenai:
Rumusan baru (2)Identifikasi paling sedikit memuat data dan informasi mengenai:
62. a. sejarah Masyarakat Hukum Adat; - a. sejarah Masyarakat Hukum Adat paling tidak selama 4 (empat) generasi atau lebih;
Indonesia merdeka atau sedikitnya 4 generasi.
63. Menambah huruf baru
a.1. a.1. keberadaan kelompok yang memiliki keterikatan karena kesamaan keturunan dan atau teritorial;
Dimaksudkan untuk menunjukan ada tidaknya kelompok dimaksud (dapat ditelusuri melalui silsilah).
64. Masyarakat yang warganya
memiliki perasaan bersama dalam kelompok
65. b. Wilayah Adat; Rumusan baru b. letak, perkiraan luas, titik koordinat, dan batas-batas alam tanah adat;
Untuk kepastian hukum atas tanah adat, perlu kejelasan letak, luas dan batas-batas tanah adat (penetapan batas sebaiknya menyertakan pemilik atau pengelola wilayah di sekitarnya).
66. c. Hukum Adat; Rumusan baru c. tata nilai, kearifan lokal, dan
hukum adat yang masih berlaku; Tertulis maupun tidak tertulis. Tata nilai dimaksud meliputi kearifan lokal. 67. d. harta kekayaan dan/atau
pengetahuan tradisional dan
folklore; 68. e. kelembagaan/sistem pemerintahan
adat. Rumusan baru e. keberadaanpemerintahan adat ataupranata kelembagaan adat yang masih hidup dan berfungsi;
Masih hidup dan berfungsi penting utk mencegah upaya membuat yg sudah tidak ada.
69. Menamah huruf baru
yaitu huruf f f. pemenuhan kebutuhan hidupsehari-hari;
70. Menambah huruf baru
yaitu huruf g. g. ada atau tidak ada sengketa. Apabila ada sengketamaka sengketa tersebut dijelaskan bentuk, para pihak yang bersengketa dll.
71. Pasal 7
(1). Masyarakat Hukum Adat yang berada dalam satu wilayah Kabupaten menyampaikan hasil identifikasi dan usulan keberadaan dirinya kepada Masyarakat Hukum Adat”.
Pasal 7
(1) Masyarakat Hukum Adat yang berada dalam satu wilayah Kabupaten/kota menyampaikan hasil identifikasi berupa usulan pengakuan dan/atau klaim Masyarakat Hukum Adat kepada Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota.
72. (2). Masyarakat Hukum Adat yang berada di wilayah paling sedikit 2 (dua) kabupaten dalam 1 (satu) Provinsi menyampaikan hasil identifikasi dirinya kepada Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi.
Menambakan kalimat “hasil identifikasi berupa usulan
pengakuan atau klaim Masyarakat Hukum Adat”.
(2)Masyarakat Hukum Adat yang berada di wilayah paling sedikit 2 (dua) kabupaten/kota dalam 1 (satu) Provinsi menyampaikan hasil identifikasi berupa usulan pengakuan dan/atau klaim Masyarakat Hukum Adat kepada Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi.
-73. (3) Masyarakat Hukum Adat yang berada di minimal 2 (dua) Provinsi menyampaikan hasil identifikasi dirinya kepada Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional.
Menambakan kalimat “hasil identifikasi berupa usulan
pengakuan atau klaim Masyarakat Hukum Adat”.
(3)Masyarakat Hukum Adat yang berada di minimal 2 (dua) Provinsi menyampaikan hasil identifikasi berupa usulan pengakuan dan/atau klaim Masyarakat Hukum Adat kepada Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional.
-74.
Menambah Pasal baru yaitu Pasal 7a ayat (1).
Pasal 7a
(1)Validasi dan verifikasi Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b, dilakukan oleh Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota, Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi atau Panitia Masyarakat Hukum
Adat Nasional sesuai kewenangannya.
75. Menambah Pasal baru
yaitu Pasal 7a ayat (2). (2)Validasi meliputi kegiatanpemeriksaan administrasi atas keabsahan informasi dan data yang digunakan dalam kegiatan identifikasi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf g.
76. Menambah Pasal baru
yaitu Pasal 7a ayat (3). (3)Verifikasi meliputi kegiatanpemeriksaan fisik lapangan atas kebenaran informasi dan data hasil identifikasi termasuk sengketa/klaim yang diajukan para pihak, dan melakukan pemetaan tanah adat.
Pemetaan definitif tanah adat dilaksanakan oleh Panitia guna menghindari konflik.
77. Menambah Pasal baru
yaitu Pasal 7b ayat (1) (1)Deklarasi pengakuan danPasal 7b perlindungan masyarakat hukum adat dilaksanakan oleh Panitia Nasional.
78. Menambah Pasal baru
yaitu Pasal 7b ayat (2) (2)Penetapan Pengakuan danPerlindungan Masyarakat Hukum Adat dilakukan oleh Menteri yang bertugas dan membidangi
bidang pemerintahan, yang memuat pengakuan dan perlindungan terhadap tanah adat, hak masyarakat hukum adat, dan kelembagaannya.
79. Pasal 7c
Masyarakat dapat mengajukan keberatan terhadap hasil
identifikasi, validasi, verifikasi serta deklarasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7a dan Pasal 7b.
80. Menambah Pasal baru
yaitu Pasal 7d Tata cara Pasal 7didentifikasi, validasi, verifikasi dan pengajuan keberatan/sengketa/ klaim hasil validasi dan verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7a, Pasal 7b dan Pasal7c diatur dengan Peraturan Pemerintah.
81. Pasal 8
(1) Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota melakukan verifikasi terhadap usulan keberadaan Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1).
Pasal 8 s/d 12 dipindahkan ke Bagian Ketiga (Tugas dan Fungsi) Pasal 39 s/d Pasal 41.
-82. (2) Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi melakukan verifikasi terhadap usulan keberadaan Masyarakat Hukum Adat yang disampaikan oleh
-Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2).
83. (3) Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional melakukan verifikasi terhadap usulan keberadaan Masyarakat Hukum Adat yang disampaikan oleh Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3).
Sda -
-84. Pasal 9
(1)Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota, Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi dan Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional memberitahukan dan/atau mengumumkan hasil verifikasi yang telah dilakukan melalui pengumuman di media massa, kantor-kantor Pemerintah, dan sarana publik lainnya.
Sda -
-85. (2)Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota, Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi, dan Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional memberikan kesempatan kepada pihak lain untuk mengajukan keberatan selama 90 (sembilan puluh) hari setelah hasil verifikasi diberitahukan dan/atau diumumkan.
-86. (3)Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota, Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi dan Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional melakukan pemeriksaan terhadap pengajuan keberatan yang dilakukan oleh pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Sda
-87. Pasal 10
(1) Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota mengajukan hasil akhir proses verifikasi kepada Bupati.
Sda
-88. (2) Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi mengajukan hasil akhir proses verifikasi kepada Gubernur.
Sda
89. (2)Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional mengajukan hasil akhir proses verifikasi kepada Presiden
sda
-90. Pasal 11
(1). Bupati menetapkan hasil akhir verifikasi Masyarakat Hukum Adat yang disampaikan oleh Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota dengan Keputusan Bupati.
-91. (2). Gubernur menetapkan hasil akhir verifikasi Masyarakat Hukum Adat yang disampaikan oleh Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi dengan Keputusan Gubernur.
Sda -
-92. (3). Presiden menetapkan hasil verifikasi Masyarakat Hukum Adat yang disampaikan oleh Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional dengan Keputusan Presiden.
Sda
93. Pasal 12
(1) Masyarakat dapat mengajukan keberatan terhadap keputusan Bupati, keputusan Gubernur, dan keputusan Presiden sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.
Sda -
-94. (2) Pengajuan keberatan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Sda
-95. BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT
- Tetap
96. Bagian Kesatu
97. Paragraf 1
Hak atas Tanah Ulayat, Wilayah Adat, dan Sumber Daya Alam
- Paragraf 1
Hak Atas Tanah Adat
98. Pasal 13
(1) Masyarakat Hukum Adat berhak atas Tanah Ulayat, Wilayah Adat, dan sumber daya alam yang mereka miliki atau tempati secara turun temurun yang diperoleh melalui mekanisme lain yang sah menurut hukum adat setempat.
Rumusan baru Masyarakat Hukum Adat berhakPasal 13 mengelola tanah adat sesuai dengan hukum adatnya.
a.
Diringkas karena definisi hak ulayat/tanah adat pengertian mengenai tanah adat Pasal 1 angka 5.
(1) Masyarakat Hukum Adat berhak mendapatkan kompensasi atas hilangnya hak masyarakat sebagaimana di maksud dalam Pasal 13 yang dilakukan atas izin pemerintah atau pemerintah daerah sesuai kewenangannya.
101. (3) Masyarakat Hukum Adat berhak untuk menentukan dan mengembangkan prioritas, serta strategi untuk
pengembangan atau penggunaan
atau penggunaan dan pemanfaatan secara berkelanjutan tanah adat sesuai dengan kearifan lokal dan inovasi yang berkembang.
102. Menambah Pasal baru
yaitu Pasal 13a ayat (4)
(3) Pengelolaan tanah Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dilakukan sesuai pemberdayaan dari pemerintah untuk mewujudkan tujuan pengeloaan tanah adatnya.
104. Pasal 14
(1) Hak atas Tanah Ulayat dapat bersifat komunal dan bersifat perseorangan sesuai dengan Hukum Adat yang berlaku.
Kata “Tanah Ulayat” diganti dengan “Tanah Adat”.
Pasal 14
(1)Hak mengelola Tanah Adat dapat bersifat komunal dan bersifat perseorangan sesuai dengan Hukum Adat yang komunal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat
dipindahtangankan kepada pihak lain. lain . 106. (3) Hak atas Tanah Ulayat yang bersifat
perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipindahtangankan kepada pihak lain sepanjang masih dalam satu oleh pihak lain hanya dapat dilakukan melalui mekanisme pengambilan keputusan bersama Masyarakat Hukum Adat berdasarkan Hukum Adat.
Kata “Tanah Ulayat diganti “Tanah Adat”, dan menghilangkan kalimat “dan bersifat perseorangan”.
Pemanfaatan Tanah Adat oleh pihak lain hanya dapat dilakukan melalui
mekanisme pengambilan
keputusan bersama Masyarakat Hukum Adat berdasarkan Hukum Adat.
-108. Pasal 15
(1) Masyarakat Hukum Adat berhak mendapatkan restitusi dan kompensasi yang layak dan adil atas Tanah Ulayat, perairan, Wilayah Adat, dan sumber daya alam yang dimiliki secara turun temurun yang diambil alih, dikuasai, digunakan atau dirusak tanpa persetujuan dari Masyarakat Hukum Adat.
Dihapus - Masukperalihan, mengingatketentuan ketentuan ini mengatur
permasalahan yang
terjadi sebelum adanya UU ini.
109. (2) Ketentuan mengenai mekanisme pelaksanaan restitusi dan kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Rumusan baru Pasal 15
Pasal 13a ayat (1), diatur dengan Peraturan Pemerintah.
110. Paragaraf 2
Hak Atas Pembangunan - Tetap
111. Pasal 16
(1) Masyarakat Hukum Adat berhak mengakses layanan pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, hukum, dan politik.
Kata “mengakses” berhak mendapat layanan pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, hukum, politik dan informasi dari pemerintah/pemerintah daerah.
112. (2) Masyarakat Hukum Adat berhak menentukan dan mengembangkan bentuk pembangunan yang sesuai mengembangkan pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan dan kebudayaan mereka di tanah adat yang bersangkutan.
113. Pasal 17
(1) Masyarakat Hukum Adat berhak terlibat secara penuh dalam program pembangunan Pemerintah sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pengawasan.
pelaksanaan, sampai dengan pengawasan.
114. (2) Masyarakat Hukum Adat memiliki hak untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan akurat mengenai program pembangunan yang direncanakan oleh Pemerintah dan pihak-pihak lain di luar Pemerintah yang akan berdampak pada tanah, wilayah, sumber daya alam, budaya, dan sistem pemerintahan adat.
Setelah kata “informasi” ditambah kata “awal”
(2) Masyarakat Hukum Adat berhak untuk mendapatkan informasi awal mengenai rencana pembangunan yang akan dilaksanakan di wilayahnya oleh Pemerintah/pihak lain, yang akan berdampak pada keutuhan wilayah, kelestarian sumber daya alam, budaya, dan sistem wilayah hukum adat yang bersangkutan”.
(3)Masyarakat Hukum Adat berhak menyampaikan usulan perubahan terhadap rencana pembangunan yang akan dilaksanakan di wilayahnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
116. (4) Masyarakat Hukum Adat berhak mengusulkan bentuk pembangunan yang lain yang sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan mereka.
Diakhir kalimat menambah kata ”di wilayah hukum adat yang bersangkutan”.
(4)Masyarakat Hukum Adat berhak mengusulkan bentuk pembangunan yang lain yang sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan mereka di tanah adat yang bersangkutan.
117. Menambah Pasal baru
yaitu Pasal 17a (1) Tata cara mendapat informasiPasal 17a awal, menyampaikan usulan
perubahan rencana pembangunan dan mengusulkan bentuk pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) ditetapkan dengan Peraturan Presiden.
118. (2) Masyarakat hukum adat
berhak mendapatkan pembagian keuntungan atas pemanfaatan pengetahuan tradisional terkait dengan sumber daya genetik.
119. (3) Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan penataan kesatuan masyarakat hukum adat dan ditetapkan menjadi desa adat sesuai peraturan peraturan perundangan.
120. Paragraf 3
Hak atas Spiritualitas dan
Kebudayaan
121. Pasal 18
(1) Masyarakat Hukum Adat berhak menganut dan melaksanakan sistem kepercayaan dan ritual yang diwarisi dari leluhurnya.
Pasal 18 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3)
digabung menjadi 1 (satu) ayat dengan rumusan baru.
Pasal 18
Hak untuk mewujudkan, mempraktekkan, mengembangkan dan mengajarkan tradisi, kebiasaan dan upacara spiritual dan religi mereka serta hak untuk memperbarui, menggunakan dan mengembangkan serta mewariskan kepada generasi yang akan datang, sejarah, tradisi lisan, filsafat dan mengontrol sistem pendidikan mereka sesuai dengan budayanya. 122. (2) Masyarakat Hukum Adat berhak untuk
melestarikan dan mengembangkan tradisi, adat istiadat, serta kebudayaannya.
Digabung ke Pasal 18,
rumusan baru -
-123. (3) Masyarakat Hukum Adat memiliki hak untuk menjaga, mengendalikan, melindungi, dan mengembangkan pengetahuan tradisional serta kekayaan intelektual.
Digabung ke Pasal 18,
rumusan baru -
-124. Paragraf 4
Hak atas Lingkungan Hidup - Tetap
125. Pasal 19
(1) Masyarakat Hukum Adat berhak atas
perlindungan lingkungan hidup. Rumusan baru
Pasal 19
(1) Masyarakat Hukum Adat berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
126. (2) Dalam rangka pemenuhan hak atas lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Masyarakat Hukum Adat mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses atas informasi, akses partisipasi yang luas dan lingkungan hidup sesuai dengan kearifan lokal.
Rumusan baru (2)Dalam rangka pemenuhan hak atas lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Masyarakat Hukum Adat mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses atas informasi, akses partisipasi yang luas dan akses keadilan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan kearifan lokal.
127. Usulan ayat baru yaitu
ayat (2)a (2)a Berhak mengajukan usuldan/atau keberatan terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup.
128. Usulan ayat baru yaitu
ayat (2)b (2)b Berhak melakukan pengaduanakibat dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.
129. Usulan ayat baru yaitu
adil dan seimbang.
130. (3) Masyarakat Hukum Adat berhak atas pemulihan lingkungan hidup di wilayah adat yang mengalami kerusakan.
Rumusan baru (3) Masyarakat Hukum Adat berhak atas pemulihan lingkungan hidup di tanah adat yang mengalami kerusakan dan pencemaran lingkungan.
131. Paragraf 5
Hak untuk Menjalankan Hukum
dan Peradilan Adat - Tetap
132. Pasal 20
(1)Masyarakat Hukum Adat berhak untuk menjalankan hukum dan peradilan adat dalam penyelesaian sengketa terkait dengan hak-hak adat dan pelanggaran atas Hukum Adat.
- Tetap
133. (2)Ketentuan mengenai hak untuk menjalankan hukum dan peradilan adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
- Tetap
134. Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat Hukum Adat - Tetap
135. Pasal 21
Masyarakat Hukum Adat berkewajiban: - Tetap 136. a. berpartisipasi dalam setiap proses
pembangunan; - Tetap
137. b. melestarikan nilai-nilai budaya
ditambah kata “mengembangkan dan” dan diakhir kalimat ditambah kalimat “dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.”
budayanya dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
138. c. melaksanakan toleransi
antar-Masyarakat Hukum Adat; - Tetap
139. d. mematuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan - Tetap
140. e. bekerja sama dalam proses identifikasi
dan verifikasi Masyarakat Hukum Adat. - Tetap
141. Menambah huruf baru
yaitu huruf f. f. memelihara kelestarian fungsilingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
Sesuai UU No 32/2009 ttg PPLH
142. Menambah huruf baru
yaitu huruf g. g. menjaga keseimbangan ekologibagi kelestarian flora/fauna dan kelestarian lingkungan hidup di hutan adat.
143. Menambah huruf baru
yaitu huruf h. h. memulihkan hutan adat yangmengalami kerusakan;
144. Menambah huruf baru
145. Menambah huruf baru
yaitu huruf j. j. melaksanakan kegiatan sesuaidengan perutukan ruang/ wilayah ( RTRW);
146. Menambah huruf baru
yaitu huruf j. j. menjaga kelestarian hutan adatdengan mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung dan fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi yang seimbang.
147. BAB IV
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
HUKUM ADAT - Tetap
148. Pasal 22
(1)Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat.
- Tetap
149. (2) Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terencana, terkoordinasi, dan terpadu dengan melibatkan Masyarakat Hukum Adat.
Kalimant “dengan melibatkan” diganti dengan kata
“bersama”
(2) Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terencana, terkoordinasi, dan terpadu bersama Masyarakat Hukum Adat.
150. Pasal 23
(1)Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 mencakup aspek kelembagaan,
pendampingan, dan penyediaan
fasilitas. perluasanmelalui” akses mencakup aspek kelembagaan,dan perluasan akses melalui kegiatan pendampingan, dan penyediaan fasilitas.
151. (2)Ketentuan mengenai pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
- Tetap
152. BAB V
TUGAS DAN WEWENANG - Tetap
153. Bagian Kesatu
Tugas Judul Bagian Kesatu diubah dari “Tugas” menjadi “Wewenang”.
Bagian Kesatu Wewenang
154. Usulan baru yaitu Pasal
23a ayat (1) (1) Negara Pasal 23amenyelenggarakan pengakuan dan perlindungan Masyarakat Hukum Adat untuk sebesar-besar kemakmuran Masyarakat Hukum Adat.
155. Usulan baru yaitu Pasal
23a ayat (2) huruf a sampai dengan huruf c.
156. a. mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan pengakuan dan perlindungan Masyarakat Hukum Adat;
157. b. menetapkan wilayah tertentu
sebagai tanah adat;
158. c. mengatur dan menetapkan
hubungan-hubungan hukum antara Masyarakat Hukum Adat dengan tanah adat, dalam hal pemanafaatan tanah adat untuk kepentingan umum;
159. d. mengevaluasi keberadaan
Masyarakat Hukum Adat.
160. Usulan baru yaitu Pasal
23a ayat (3) (3)Penyelenggaraan pengakuandan perlindungan Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan tetap menghormati hak-hak yang telah ada sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
161. Pasal 24
Pemerintah Kabupaten/Kota, bertugas:
162. Menambah huruf baru,
yaitu huruf aa. aa. menetapkankeberadaan Masyarakat Hukumkebijakan Adat;
163. a. mengembangkan dan melaksanakan program pemberdayaan Masyarakat
Hukum Adat dengan
mempertimbangkan kearifan lokal;
Tetap
164. b. menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan Masyarakat Hukum Adat;
Kata “diperlukan” diganti dengan ”terkait dengan upaya pemberdayaan”.
b. menyediakan sarana dan prasarana yang terkait dengan upaya pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat;
165. c. melakukan sosialisasi dan informasi program pembangunan kepada
Masyarakat Hukum Adat; dan - Tetap
166. d. melakukan pembinaan kepada Masyarakat
Hukum Adat. - Tetap
167. Menambah huruf baru
yaitu huruf e e membangun wadah koordinasidan harmonisasi hubungan antara masyarakat hukum adat dengan masyarakat lokal di sekitarnya;
168. Menambah huruf baru
yaitu huruf f f. melakukan fasilitasi danpendampingan dalam penyusunan peta partisipatif tanah adat;
yaitu huruf g kalau terjadi konflik antar Masyarakat Hukum Adat;
170. Menambah huruf baru
yaitu huruf h h. mengembangkan prinsip prinsipkearifan lokal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat hukum adat; dan
171. Menambah huruf baru
yaitu huruf i i. mengesahkan dan mencatatkandalam peta tanah Indonesia peta partisipatif yang disusun masyarakat sebagai tanah adat.
172. Bagian Kedua
Wewenang Dihapus Sudah diatur dalam Pasal23 b.
173. Pasal 25
Pemerintah berwenang untuk: Dihapus 174. a. menetapkan keberadaan Masyarakat
Hukum Adat; Dihapus
-175. b. menetapkan kebijakan mengenai program pemberdayaan Masyarakat
Hukum Adat dengan
mempertimbangkan kearifan lokal;
Dihapus
-176. c. menetapkan kebijakan sarana dan prasarana yang diperlukan Masyarakat Hukum Adat;
Dihapus
-177. d. menetapkan kebijakan perlindungan terhadap karya seni, budaya, dan bahasa masyarakat hukum adat;
-178. e. menetapkan kebijakan sosialisasi dan informasi program pembangunan kepada Masyarakat Hukum Adat; dan
Dihapus
-179. f. menetapkan kebijakan mengenai pembinaan kepada Masyarakat Hukum Adat. dalam mendukung upaya pelestarian, pengembangan, dan pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat beserta kearifan lokalnya.
Rumusan baru Pasal 26
Lembaga adat merupakan pranata Pemerintah Kabupaten/Kota, atau Pemerintah Provinsi. kepentingan tertentu, dan ini menuai konflik dan merusak lingkungan.
182. Pasal 27
(1) Lembaga Adat berfungsi dan berperan mengatur, mengurus, dan menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan Masyarakat Hukum Adat dengan mengacu kepada Hukum Adat.
Tetap
183. (2) Lembaga Adat dalam melaksanakan
-dimaksud pada ayat (1) berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah.
184. (3) Ketentuan mengenai fungsi dan peran Lembaga Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Daerah.
- Tetap
185. BAB VII
KELEMBAGAAN - Tetap
186. Bagian Kesatu
Umum - Tetap
187. Pasal 28
Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota, Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi dan Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional merupakan lembaga yang bersifat ad hoc.
- Tetap
188. Bagian Kedua
Pembentukan dan Keanggotaan - Tetap
189. Paragraf 1
Pembentukan - Tetap
190. Pasal 29
Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota, Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi dan Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional dibentuk Pemerintah Daerah dan/atau Pemerintah dalam melakukan verifikasi
atas hasil identifikasi Masyarakat Hukum Adat.
191. Menambah ayat baru
yaitu ayat (2) (2)Panitia Masyarakat Hukum AdatNasional dibentuk oleh Menteri yang bertugas dan membidangi urusan pemerintahan.
192. Pasal 30
(1)Pembentukan Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota dilakukan oleh Bupati/Walikota.
Rumusan baru Pasal 30
(1) Pembentukan Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota dilakukan dengan Keputusan Bupati/Walikota.
193. (2)Pembentukan Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi dilakukan oleh Gubernur.
Rumusan baru (2) Pembentukan Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi dilakukan dengan Keputusan Gubernur.
194. (3)Pembentukan Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional dilakukan oleh Presiden.
Rumusan baru (3)Pembentukan Panitia Nasional Masyarakat Hukum Adat dilakukan dengan Keputusan Menteri yang bertugas dan membidangi urusan pemerintahan.
195. Menambah Pasal baru
Hukum Adat diatur dengan
198. (2)Unsur Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 2 (dua) orang dari Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota.
- Tetap
199. (3)Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 1 (satu) orang akademisi, 1 (satu) orang tokoh Masyarakat Hukum Adat, dan 1 (satu) orang dari organisasi yang memiliki pengalaman dan kompetensi dalam hal Masyarakat Hukum Adat.
Setelah kata “akademisi” ditambah kalimat “dibidang hukum adat atau bidang sosial”.
Setelah kalimat “Masyarakat Hukum Adat ditambah Kalimat di “Kabupaten/Kota yang bersangkutan”.
200. (4)Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dan disahkan oleh Bupati.
Dihapus
-201. Pasal 32
Anggota Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota dari unsur masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (3) adalah Warga Negara Indonesia yang memenuhi persyaratan:
Digabung dalam Pasal 36, dengan rumusan baru
-202. a. mendapatkan rekomendasi dari organisasi Masyarakat Hukum Adat dan atau komunitas masyarakat adat;
sda
-203. b. memiliki pengalaman dalam upaya pembelaan, perlindungan, dan pelayanan masyarakat hukum adat di Kabupaten/Kota;
sda
-204. c. tidak terindikasi pernah atau sedang terlibat dalam pelanggaran Hak Asasi manusia;
sda
-205. d. tidak menjadi anggota dan/atau
pengurus partai politik; dan sda
-206. e. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
-207. Paragraf 3
Keanggotaan Panitia Masyarakat
Hukum Adat Provinsi - Tetap
208. Pasal 33
(1)Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi berjumlah 7 (tujuh) orang yang berasal dari unsur Pemerintah Daerah dan unsur masyarakat.
- Tetap
209. (2)Unsur Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 3 (tiga) orang dari Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi.
- Tetap
210. (3)Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 1 (satu) orang akademisi, 2 (dua) orang tokoh Masyarakat Hukum Adat, dan 1 (satu) orang dari organisasi yang memiliki pengalaman dan kompetensi dalam hal Masyarakat Hukum Adat.
Setelah kata “akademisi” ditambah kalimat “dibidang hukum adat atau bidang sosial”.
Setelah kalimat “Masyarakat Hukum Adat ditambah kalimat di “Provinsi yang
bersangkutan”.
(3) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri organisasi masyarakat yang memiliki pengalaman dan kompetensi dalam hal Masyarakat Hukum Adat.
211. (4) Anggota Panitia Masyarakat Hukum
-pada ayat (1) dipilih dan disahkan oleh Gubernur.
212. Pasal 34
Anggota Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi dari unsur masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3) adalah Warga Negara Indonesia yang memenuhi persyaratan:
Digabung dalam Pasal 36, dengan rumusan baru
-213. a. mendapatkan rekomendasi dari organisasi Masyarakat Hukum Adat dan atau komunitas Masyarakat Adat;
sda
-214. b. memiliki pengalaman dalam upaya pembelaan, perlindungan, dan pelayanan masyarakat hukum adat di Provinsi;
sda
-215. c. tidak terindikasi pernah atau sedang terlibat dalam pelanggaran Hak Asasi Manusia;
sda
-216. d. tidak menjadi anggota dan/atau
pengurus partai politik; dan sda
-217. e. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
-218. Paragraf 4
Keanggotaan Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional
sda
-219. Pasal 35
(1) Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional berjumlah 9 (Sembilan orang) orang yang berasal dari unsur Pemerintah dan unsur masyarakat.
Rumusan baru (1)Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional berjumlah paling sedikit 5 (lima) orang yang berasal dari unsur Pemerintah dan unsur masyarakat.
220. (2) Unsur Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 1 (satu) orang dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang urusan dalam negeri, 1 (satu) orang dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang hukum dan hak asasi manusia. 1 (satu) orang dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang sosial. dan 1 (satu) orang dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.
- Tetap
221. (3)Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 1 (satu) orang akademisi, 2 (dua) orang tokoh Masyarakat Hukum Adat, dan 2 (satu) orang dari organisasi yang memiliki pengalaman dan kompetensi dalam hal Masyarakat Hukum Adat.
Rumusan baru (3)Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 1 (satu) orang akademisi dibidang hukum adat atau sosial, 1 (satu) orang tokoh Masyarakat Hukum Adat Nasional, 1 (satu)
masyarakat yang memiliki pengalaman dan kompetensi dalam hal Masyarakat Hukum Adat, serta satu orang dari unsur masyarakat adat setempat sebagai anggota tidak tetap. 222. (4) Anggota Panitia Masyarakat Hukum
Adat Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dan disahkan oleh Presiden.
Dihapus
-223. Menmbah Paragraf
Baru Persyaratan KeanggotaanParagraf 4a Panitia Masyarakat Hukum
Adat
224. Pasal 36
Anggota Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi persyaratan:
Rumusan baru, penggabungan
persyaratan Panitia Masyrakat Hukum Adat
Pasal 36
Anggota Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota, Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi dan Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi persyaratan:
225. a. mendapatkan rekomendasi dari organisasi Masyarakat Hukum Adat dan atau komunitas masyarakat adat;
- Tetap
226. b. memiliki pengalaman dalam upaya pembelaan, perlindungan, dan pelayanan Masyarakat Hukum Adat di Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional;
227. c. tidak terindikasi pernah atau sedang terlibat dalam pelanggaran Hak Asasi Manusia;
- Tetap
228. d. tidak menjadi anggota dan/atau
pengurus partai politik; dan Kata “anggota dan/atau” di hapus d. tidak menjadi pengurus partai politik; dan
229. e. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
- Tetap
230. Paragraf 5
Pemberhentian - Tetap
231. Pasal 37
Anggota Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota, anggota Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi dan anggota Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional berhenti atau diberhentikan karena:
- Tetap
232. a. meninggal dunia; - Tetap
233. b. penggantian personel oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah atau kementerian yang bersangkutan;
- Tetap
mengakibatkan anggota tidak dapat menjalankan tugas selama 3 (tiga) bulan secara terus menerus;
235. d. mengundurkan diri secara tertulis;
dan/atau - Tetap
236. e. dipidana karena bersalah melakukan tindak pidana kejahatan atau perbuatan yang mencemarkan Masyarakat Hukum Adat.
- Tetap
237. Bagian Ketiga
Tugas dan Fungsi - Tetap
238. Paragraf 1
Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota
- Tetap
239. Pasal 38
Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota bertugas melakukan verifikasi terhadap hasil identifikasi sendiri Masyarakat Hukum Adat.
Dihapus
-240. Pasal 39
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota menyelenggarakan fungsi:
Rumusan baru Pasal 39
Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota bertugas:
241. a. menerima pendaftaran Masyarakat
Hukum Adat; Rumusan baru a. memvalidasi dan memverifikasihasil identifikasi yang disampaikan masyarakat di
wilayah kabupaten/kota; sesuai inisiatif dari Pemerintah Kab/Kota ybs
242. b. melakukan verifikasi terhadap
keberadaan Masyarakat Hukum Adat; dan
Rumusan baru b. mencatat klaim/sengketa yang disampaikan masyarakat sesuai hasil indentifikasi di wilayah kabupaten/kota;
243. c. mengajukan hasil verifikasi kepada
Bupati untuk ditetapkan. Rumusan baru c. melakukan verifikasi lapanganbersama para pihak atas klaim/sengketa yang disampaikan masyarakat di wilayah kabupaten/kota;
244. Menambah huruf huruf
baru yaitu huruf d d. mengumumkan hasil validasi danverifikasi melalui media di kabupaten/kota serta mencatat keberatan para pihak dalam hal terdapat pihak – pihak yang keberatan terhadap data dan informasi yang dipakai dalam identifikasi;
245. Menambah huruf huruf
Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi, Pemerintah dan Pakar;
246. Menambah huruf huruf
baru yaitu huruf f f. memfasiliasi pengajuan gugatanke Pengadilan Negeri dan memantau Putusan Pengadilan sampai mempunyai kekuatan hukum tetap, atas sengketa/ klaim yang tidak dapat diselesaikan secara musyawarah;
247. Menambah huruf huruf
baru yaitu huruf g g. meneruskan hasil validasi danverifikasi tanpa sengketa serta hasil Putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap atas sengketa/klaim kepada Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional melalui Bupati/ Walikota.
248. Paragraf 2
Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi
- Tetap
249. Pasal 40
Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi bertugas melakukan verifikasi terhadap hasil identifikasi sendiri Masyarakat Hukum Adat.
Dihapus
-250. Pasal 41
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, Panitia
Rumusan baru Pasal 41
Masyarakat Hukum Adat Provinsi menyelenggarakan fungsi:
251. a. menerima pendaftaran Masyarakat
Hukum Adat; Rumusan baru a. memvalidasi dan memverifikasihasil identifikasi yang disampaikan masyarakat di wilayah lintas kabupaten/kota;
Panitia di semua level seharusnya juga dapat melakukan identifikasi sesuai inisiatif dari Pemerintah Prov ybs
252. b. melakukan verifikasi terhadap keberadaan Masyarakat Hukum Adat; dan
Rumusan baru b. mencatat klaim/sengketa yang disampaikan masyarakat sesuai hasil indentifikasi wilayah lintas kabupaten/kota;
253. c. mengajukan hasil verifikasi kepada
Gubernur untuk ditetapkan. Rumusan baru c. melakukan verifikasi lapanganbersama para pihak atas klaim/ sengketa yang disampaikan masyarakat di wilayah lintas kabupaten/kota;
254. Menambah huruf huruf
baru yaitu huruf d d. mengumumkan hasil validasi danverifikasi melalui media di provinsi serta mencatat keberatan para pihak dalam hal ada pihak–pihak yang keberatan terhadap data dan informasi yang dipakai dalam identifikasi Masyarakat Hukum Adat di wilayah lintas kabupaten/kota;
255. Menambah huruf huruf
kabupaten/kota terhadap hasil validasi dan verifikasi dengan mengundang Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi, Pemerintah dan Pakar;
256. Menambah huruf huruf
baru yaitu huruf f f. memfasiliasi pengajuan gugatanke Pengadilan Negeri atas sengketa/klaim di wilayah lintas kabupaten/kota, dan memantau Putusan Pengadilan sampai mempunyai kekuatan hukum tetap yang tidak dapat diselesaikan secara musyawarah;
257. Menambah huruf huruf
baru yaitu huruf g g. meneruskan hasil validasi danverifikasi tanpa sengketa serta hasil Putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap atas sengketa/klaim di wilayah lintas kabupaten/kota kepada Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional melalui Gubernur.
258. Paragraf 3
Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional
- Tetap
259. Pasal 42
Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional bertugas melakukan verifikasi terhadap
-hasil identifikasi sendiri Masyarakat Hukum Adat.
260. Pasal 43
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional menyelenggarakan fungsi:
Rumusan baru Pasal 43
Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional, bertugas:
261. a. menerima pendaftaran Masyarakat
Hukum Adat; Rumusan baru a. memvalidasi dan memverifikasihasil identifikasi yang disampaikan masyarakat di wilayah lintas provinsi;
Panitia di semua level seharusnya juga dapat melakukan identifikasi sesuai inisiatif dari Pemerintah
262. b. melakukan verifikasi terhadap keberadaan Masyarakat Hukum Adat; dan
Rumusan baru b. mencatat klaim/sengketa yang disampaikan masyarakat sesuai hasil indentifikasi Masyarakat Hukum Adat di wilayah lintas provinsi;
263. c. mengajukan hasil verifikasi kepada
Presiden untuk ditetapkan. Rumusan baru c. melakukan verifikasi lapanganbersama para pihak atas sengketa/klaim di wilayah lintas provinsi;
264. Menambah huruf huruf
ada pihak–pihak yang keberatan terhadap data dan informasi yang dipakai dalam identifikasi di wilayah lintas provinsi;
265. Menambah huruf huruf
baru yaitu huruf e e. melaksanakanpenyelesaian fasilitasisecara musyawarah terhadap sengketa/klaim para pihak di wilayah lintas provinsi terhadap hasil validasi dan verifikasi dengan mengundang Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi, Pemerintah dan Pakar;
266. Menambah huruf huruf
baru yaitu huruf f f. memfasiliasi pengajuan gugatanke Pengadilan Negeri atas sengketa/klaim di wilayah lintas provinsi, dan memantau Putusan Pengadilan sampai mempunyai kekuatan hukum tetap, yang tidak dapat diselesaikan secara musyawarah;
267. Menambah huruf huruf
kabupaten/kota dan di wilayah lintas provinsi.
268. h. menyampaikan Deklarasi
Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat kepada Menteri yang bertugas dan membidangi urusan pemerintahan untuk ditetapkan dengan Keputusan tentang Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat, serta diundangkan dalam Berita Negara.
269. BAB VIII
MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA
- Tetap
270. Bagian Kesatu
Umum - Tetap
271. Pasal 44
(1)Penyelesaian Sengketa Masyarakat Hukum Adat dapat diselesaikan melalui lembaga adat dan/atau Peradilan Adat.
Kalimat ”dan/atau Peradilan adat diganti ”Pengadilan Negeri”
Pasal 44
(1)Penyelesaian Sengketa Masyarakat Hukum Adat dapat diselesaikan melalui lembaga adat dan/atau Pengadilan Negeri
Dalam struktur sistem peradilan negara sudah tidak dikenal lagi peradilan adat.
272. (2)Lembaga Adat memiliki kewenangan menyelesaikan sengketa Masyrakat Hukum Adat.
-273. (3)Peradilan Adat tidak berwenang mengadili tindak pidana berat dan tindak pidana khusus.
Kata “Peradilan Adat”
(3)Lembaga Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menangani sengketa adat yang bukan merupakan tindak pidana.
Semua tindak pidana merupakan kewenangan peradilan umum.
274. (4)Peradilan Adat dapat dibentuk oleh Lembaga Adat secara berjenjang dari Kabupaten/Kota sampai dengan tingkat Provinsi.
Rumusan baru (4) Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menanganai sengketa masyarakat hukum adat yang tidak dapat diselesaikan oleh lembaga adat, dan sengketa yang merupakan tindak pidana.
275. Bagian Kedua
Sengketa Internal - Tetap
276. Pasal 45
(1)Sengketa internal dalam Masyarakat Hukum Adat diselesaikan melalui Lembaga Adat.
- Tetap
277. (2)Lembaga Adat mengeluarkan putusan Lembaga Adat sebagai hasil penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
- Tetap
278. (3)Dalam hal terdapat keberatan terhadap putusan Lembaga Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sengketa
Kata “Peradilan adat” diganti “Pengadilan Negeri”
diselesaikan melalui Peradilan adat. wilayahnya.
279. (4) (4) Dalam hal sengketa tidak dapat
diselesaikan atau terdapat keberatan terhadap putusan Lembaga Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sengketa diselesaikan melalui Pengadilan Negeri.
280. (5)Peradilan adat mengeluarkan putusan sebagai hasil penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
Dihapus
-281. (6)Putusan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) bersifat final dan mengikat. Dihapus
-282. Bagian Ketiga
Sengketa antar-Masyarakat Hukum Adat
- Tetap
283. Pasal 46
(1)Sengketa antar-Masyarakat Hukum Adat diselesaikan melalui musyawarah antar-Lembaga Adat.
- Tetap
284. (2)Dalam hal musyawarah antar-Lembaga Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat menyelesaikan sengketa, sengketa diselesaikan melalui peradilan adat.
Kata “Peradilan adat” diganti “Pengadilan Negeri”
285. (3)Peradilan adat mengeluarkan putusan sebagai hasil penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Dihapus
-286. (4)Dalam hal terdapat keberatan terhadap putusan peradilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sengketa dapat diselesaikan di tingkat Mahkamah Agung.
Dihapus
-287. Bagian Keempat
Sengketa antara Masyarakat Hukum Adat dan pihak lain
- Tetap
288. Pasal 47
(1) Sengketa antara Masyarakat Hukum Adat dan pihak lain yang menyangkut hak Masyarakat Hukum Adat diselesaikan melalui peradilan adat.
Rumusan baru Pasal 47
(1)Sengketa antara Masyarakat Hukum Adat dan pihak lain, diutamakan dapat diselesaikan melalui musyawarah Lembaga Adat, pihak lain dan pihak pemerintahan.
289. (2)Peradilan adat mengeluarkan putusan sebagai hasil penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Rumusan baru (2)Musyawarah Lembaga Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengeluarkan putusan penyelesaian sengketa.
290. (3) Dalam hal terdapat keberatan terhadap putusan peradilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sengketa dapat diselesaikan di tingkat Mahkamah Agung.
Pengadilan Negeri.
291. Usulan Pasal baru
“Pasal 47a” Pemeriksaan perkara sengketaPasal 47a Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45, Pasal 46 dan Pasal 47, dilakukan oleh Majelis Hakim yang berjumlah 3 (tiga) orang yang terdiri dari 1 (satu) orang Hakim Karier dan 2 (dua) orang Hakim Ad Hoc.
292. Usulan Pasal baru
“Pasal 47b ayat (1) s/d ayat (3)”
Pasal 47b
(1)Pengangkatan Hakim Ad Hoc sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) dilakukan oleh Presiden atas usulan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia melalui Keputusan Presiden.
293. (2) Dalam mengusulkan calon
Hakim Ad Hoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia wajib mengumumkan kepada masyarakat.
294. (3) Syarat menjadi Hakim Ad Hoc:
296. b. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
297. c. berusia paling rendah 40
(empat puluh) tahun pada saat pengangkatan;
298. d. berizasah Sarjana Hukum atau
sarjana lain yang memiliki keahlian dan pengalaman sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun dalam bidang sosiologi;
299. e. tidak pernah dijatuhi pidana
penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam pidana 5 (lima) tahun atau lebih;
300. f. tidak pernah melakukan
perbuatan tercela;
301. g. cakap, jujur serta memiliki
integritas moral yang tinggi dan memiliki reputasi yang baik;
302. h. tidak menjadi pengurus salah