HUKUM ADAT - Tetap
148. Pasal 22
(1)Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat.
- Tetap
149. (2) Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terencana, terkoordinasi, dan terpadu dengan melibatkan Masyarakat Hukum Adat.
Kalimant “dengan melibatkan” diganti dengan kata
“bersama”
(2) Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terencana, terkoordinasi, dan terpadu bersama Masyarakat Hukum Adat.
150. Pasal 23
(1)Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 mencakup aspek kelembagaan,
Setelah kata kelembagaan
ditambah kalimat “dan
Pasal 23
(1) Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
pendampingan, dan penyediaan
fasilitas. perluasanmelalui” akses mencakup aspek kelembagaan,dan perluasan akses melalui kegiatan pendampingan, dan penyediaan fasilitas.
151. (2)Ketentuan mengenai pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
- Tetap
152. BAB V
TUGAS DAN WEWENANG - Tetap
153. Bagian Kesatu
Tugas Judul Bagian Kesatu diubah dari “Tugas” menjadi “Wewenang”.
Bagian Kesatu Wewenang
154. Usulan baru yaitu Pasal
23a ayat (1) (1) Negara Pasal 23amenyelenggarakan pengakuan dan perlindungan Masyarakat Hukum Adat untuk sebesar-besar kemakmuran Masyarakat Hukum Adat.
155. Usulan baru yaitu Pasal
23a ayat (2) huruf a sampai dengan huruf c.
(2) Dalam pelaksanaan penyelenggaraan pengakuan dan perlindungan Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), negara memberikan kewenangan kepada Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota, untuk:
156. a. mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan pengakuan dan perlindungan Masyarakat Hukum Adat;
157. b. menetapkan wilayah tertentu
sebagai tanah adat;
158. c. mengatur dan menetapkan
hubungan-hubungan hukum antara Masyarakat Hukum Adat dengan tanah adat, dalam hal pemanafaatan tanah adat untuk kepentingan umum;
159. d. mengevaluasi keberadaan
Masyarakat Hukum Adat.
160. Usulan baru yaitu Pasal
23a ayat (3) (3)Penyelenggaraan pengakuandan perlindungan Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan tetap menghormati hak-hak yang telah ada sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
161. Pasal 24
Pemerintah bertugas: Rumusan baru Kewenangan Pasal 24penyelenggaraan pengakuan dan perlindungan Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23a ayat (2), Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan
Pemerintah Kabupaten/Kota, bertugas:
162. Menambah huruf baru,
yaitu huruf aa. aa. menetapkankeberadaan Masyarakat Hukumkebijakan Adat;
163. a. mengembangkan dan melaksanakan program pemberdayaan Masyarakat
Hukum Adat dengan
mempertimbangkan kearifan lokal;
Tetap
164. b. menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan Masyarakat Hukum Adat;
Kata “diperlukan” diganti dengan ”terkait dengan upaya pemberdayaan”.
b. menyediakan sarana dan prasarana yang terkait dengan upaya pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat;
165. c. melakukan sosialisasi dan informasi program pembangunan kepada
Masyarakat Hukum Adat; dan - Tetap
166. d. melakukan pembinaan kepada Masyarakat
Hukum Adat. - Tetap
167. Menambah huruf baru
yaitu huruf e e membangun wadah koordinasidan harmonisasi hubungan antara masyarakat hukum adat dengan masyarakat lokal di sekitarnya;
168. Menambah huruf baru
yaitu huruf f f. melakukan fasilitasi danpendampingan dalam penyusunan peta partisipatif tanah adat;
yaitu huruf g kalau terjadi konflik antar Masyarakat Hukum Adat;
170. Menambah huruf baru
yaitu huruf h h. mengembangkan prinsip prinsipkearifan lokal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat hukum adat; dan
171. Menambah huruf baru
yaitu huruf i i. mengesahkan dan mencatatkandalam peta tanah Indonesia peta partisipatif yang disusun masyarakat sebagai tanah adat.
172. Bagian Kedua
Wewenang Dihapus Sudah diatur dalam Pasal23 b.
173. Pasal 25
Pemerintah berwenang untuk: Dihapus 174. a. menetapkan keberadaan Masyarakat
Hukum Adat; Dihapus
-175. b. menetapkan kebijakan mengenai program pemberdayaan Masyarakat
Hukum Adat dengan
mempertimbangkan kearifan lokal;
Dihapus
-176. c. menetapkan kebijakan sarana dan prasarana yang diperlukan Masyarakat Hukum Adat;
Dihapus
-177. d. menetapkan kebijakan perlindungan terhadap karya seni, budaya, dan bahasa masyarakat hukum adat;
-178. e. menetapkan kebijakan sosialisasi dan informasi program pembangunan kepada Masyarakat Hukum Adat; dan
Dihapus
-179. f. menetapkan kebijakan mengenai pembinaan kepada Masyarakat Hukum Adat.
Dihapus
-180. BAB VI
LEMBAGA ADAT -
-181. Pasal 26
Lembaga Adat bersinergi secara dinamis dalam mendukung upaya pelestarian, pengembangan, dan pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat beserta kearifan lokalnya.
Rumusan baru Pasal 26
Lembaga adat merupakan pranata adat yang masih hidup dan berfungsi sesuai kedudukan dan perannya, yang dalam pelaksanaannya berkoordinasi dengan Pemerintah Desa, Pemerintah Kabupaten/Kota, atau Pemerintah Provinsi.
Dalam kenyataan ada lembaga adat yg sudah mati dan tidak berfungsi lagi, namun belakangan ada upaya sekelompok masyarakat untuk menghidupkan untuk kepentingan tertentu, dan ini menuai konflik dan merusak lingkungan.
182. Pasal 27
(1) Lembaga Adat berfungsi dan berperan mengatur, mengurus, dan menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan Masyarakat Hukum Adat dengan mengacu kepada Hukum Adat.
Tetap
183. (2) Lembaga Adat dalam melaksanakan
-dimaksud pada ayat (1) berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah.
184. (3) Ketentuan mengenai fungsi dan peran Lembaga Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Daerah.
- Tetap 185. BAB VII KELEMBAGAAN - Tetap 186. Bagian Kesatu Umum - Tetap 187. Pasal 28
Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota, Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi dan Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional merupakan lembaga yang bersifat ad hoc.
- Tetap
188. Bagian Kedua
Pembentukan dan Keanggotaan - Tetap
189. Paragraf 1
Pembentukan - Tetap
190. Pasal 29
Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota, Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi dan Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional dibentuk Pemerintah Daerah dan/atau Pemerintah dalam melakukan verifikasi
Rumusan baru (1)Panitia Masyarakat Hukum AdatPasal 29 Kabupaten/Kota atau Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi dibentuk Pemerintah Daerah.
atas hasil identifikasi Masyarakat Hukum Adat.
191. Menambah ayat baru
yaitu ayat (2) (2)Panitia Masyarakat Hukum AdatNasional dibentuk oleh Menteri yang bertugas dan membidangi urusan pemerintahan.
192. Pasal 30
(1)Pembentukan Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota dilakukan oleh Bupati/Walikota.
Rumusan baru Pasal 30
(1) Pembentukan Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota dilakukan dengan Keputusan Bupati/Walikota.
193. (2)Pembentukan Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi dilakukan oleh Gubernur.
Rumusan baru (2) Pembentukan Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi dilakukan dengan Keputusan Gubernur.
194. (3)Pembentukan Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional dilakukan oleh Presiden.
Rumusan baru (3)Pembentukan Panitia Nasional Masyarakat Hukum Adat dilakukan dengan Keputusan Menteri yang bertugas dan membidangi urusan pemerintahan.
195. Menambah Pasal baru
yaitu Pasal 30a Ketentuan mengenai tata caraPasal 30a Pembentukan Panitia Masyarakat
Hukum Adat diatur dengan Peraturan Menteri yang bertugas dan membidangi urusan pemerintahan.
196. Paragraf 2
Keanggotaan Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota
- Tetap
197. Pasal 31
(1)Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota berjumlah 5 (lima) orang yang berasal dari unsur Pemerintah Daerah dan unsur masyarakat.
- Tetap
198. (2)Unsur Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 2 (dua) orang dari Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota.
- Tetap
199. (3)Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 1 (satu) orang akademisi, 1 (satu) orang tokoh Masyarakat Hukum Adat, dan 1 (satu) orang dari organisasi yang memiliki pengalaman dan kompetensi dalam hal Masyarakat Hukum Adat.
Setelah kata “akademisi” ditambah kalimat “dibidang hukum adat atau bidang sosial”.
Setelah kalimat “Masyarakat Hukum Adat ditambah Kalimat di “Kabupaten/Kota yang bersangkutan”.
(3) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 1 (satu) orang akademisi dibidang hukum adat atau sosial, 1 (satu) orang tokoh Masyarakat Hukum Adat di Kabupaten/Kota yang bersangkutan, dan 1 (satu) orang dari organisasi masyarakat yang memiliki pengalaman dan kompetensi dalam hal Masyarakat Hukum Adat.
200. (4)Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dan disahkan oleh Bupati.
Dihapus
-201. Pasal 32
Anggota Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota dari unsur masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (3) adalah Warga Negara Indonesia yang memenuhi persyaratan:
Digabung dalam Pasal 36, dengan rumusan baru
-202. a. mendapatkan rekomendasi dari organisasi Masyarakat Hukum Adat dan atau komunitas masyarakat adat;
sda
-203. b. memiliki pengalaman dalam upaya pembelaan, perlindungan, dan pelayanan masyarakat hukum adat di Kabupaten/Kota;
sda
-204. c. tidak terindikasi pernah atau sedang terlibat dalam pelanggaran Hak Asasi manusia;
sda
-205. d. tidak menjadi anggota dan/atau
pengurus partai politik; dan sda
-206. e. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
-207. Paragraf 3
Keanggotaan Panitia Masyarakat
Hukum Adat Provinsi - Tetap
208. Pasal 33
(1)Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi berjumlah 7 (tujuh) orang yang berasal dari unsur Pemerintah Daerah dan unsur masyarakat.
- Tetap
209. (2)Unsur Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 3 (tiga) orang dari Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi.
- Tetap
210. (3)Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 1 (satu) orang akademisi, 2 (dua) orang tokoh Masyarakat Hukum Adat, dan 1 (satu) orang dari organisasi yang memiliki pengalaman dan kompetensi dalam hal Masyarakat Hukum Adat.
Setelah kata “akademisi” ditambah kalimat “dibidang hukum adat atau bidang sosial”.
Setelah kalimat “Masyarakat Hukum Adat ditambah kalimat di “Provinsi yang
bersangkutan”.
(3) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 1 (satu) orang akademisi dibidang hukum adat atau bidang sosial, 1 (satu) orang tokoh Masyarakat Hukum Adat di Provinsi yang bersangkutan, dan 1 (satu) orang dari organisasi masyarakat yang memiliki pengalaman dan kompetensi dalam hal Masyarakat Hukum Adat.
211. (4) Anggota Panitia Masyarakat Hukum
-pada ayat (1) dipilih dan disahkan oleh Gubernur.
212. Pasal 34
Anggota Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi dari unsur masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3) adalah Warga Negara Indonesia yang memenuhi persyaratan:
Digabung dalam Pasal 36, dengan rumusan baru
-213. a. mendapatkan rekomendasi dari organisasi Masyarakat Hukum Adat dan atau komunitas Masyarakat Adat;
sda
-214. b. memiliki pengalaman dalam upaya pembelaan, perlindungan, dan pelayanan masyarakat hukum adat di Provinsi;
sda
-215. c. tidak terindikasi pernah atau sedang terlibat dalam pelanggaran Hak Asasi Manusia;
sda
-216. d. tidak menjadi anggota dan/atau
pengurus partai politik; dan sda
-217. e. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
-218. Paragraf 4
Keanggotaan Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional
sda
-219. Pasal 35
(1) Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional berjumlah 9 (Sembilan orang) orang yang berasal dari unsur Pemerintah dan unsur masyarakat.
Rumusan baru (1)Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional berjumlah paling sedikit 5 (lima) orang yang berasal dari unsur Pemerintah dan unsur masyarakat.
220. (2) Unsur Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 1 (satu) orang dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang urusan dalam negeri, 1 (satu) orang dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang hukum dan hak asasi manusia. 1 (satu) orang dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang sosial. dan 1 (satu) orang dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.
- Tetap
221. (3)Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 1 (satu) orang akademisi, 2 (dua) orang tokoh Masyarakat Hukum Adat, dan 2 (satu) orang dari organisasi yang memiliki pengalaman dan kompetensi dalam hal Masyarakat Hukum Adat.
Rumusan baru (3)Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 1 (satu) orang akademisi dibidang hukum adat atau sosial, 1 (satu) orang tokoh Masyarakat Hukum Adat Nasional, 1 (satu)
masyarakat yang memiliki pengalaman dan kompetensi dalam hal Masyarakat Hukum Adat, serta satu orang dari unsur masyarakat adat setempat sebagai anggota tidak tetap. 222. (4) Anggota Panitia Masyarakat Hukum
Adat Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dan disahkan oleh Presiden.
Dihapus
-223. Menmbah Paragraf
Baru Persyaratan KeanggotaanParagraf 4a Panitia Masyarakat Hukum
Adat
224. Pasal 36
Anggota Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi persyaratan:
Rumusan baru, penggabungan
persyaratan Panitia Masyrakat Hukum Adat
Pasal 36
Anggota Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota, Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi dan Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi persyaratan:
225. a. mendapatkan rekomendasi dari organisasi Masyarakat Hukum Adat dan atau komunitas masyarakat adat;
- Tetap
226. b. memiliki pengalaman dalam upaya pembelaan, perlindungan, dan pelayanan Masyarakat Hukum Adat di Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional;
227. c. tidak terindikasi pernah atau sedang terlibat dalam pelanggaran Hak Asasi Manusia;
- Tetap
228. d. tidak menjadi anggota dan/atau
pengurus partai politik; dan Kata “anggota dan/atau” di hapus d. tidak menjadi pengurus partai politik; dan
229. e. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
- Tetap
230. Paragraf 5
Pemberhentian - Tetap
231. Pasal 37
Anggota Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota, anggota Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi dan anggota Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional berhenti atau diberhentikan karena:
- Tetap
232. a. meninggal dunia; - Tetap
233. b. penggantian personel oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah atau kementerian yang bersangkutan;
- Tetap
mengakibatkan anggota tidak dapat menjalankan tugas selama 3 (tiga) bulan secara terus menerus;
235. d. mengundurkan diri secara tertulis;
dan/atau - Tetap
236. e. dipidana karena bersalah melakukan tindak pidana kejahatan atau perbuatan yang mencemarkan Masyarakat Hukum Adat.
- Tetap
237. Bagian Ketiga
Tugas dan Fungsi - Tetap
238. Paragraf 1
Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota
- Tetap
239. Pasal 38
Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota bertugas melakukan verifikasi terhadap hasil identifikasi sendiri Masyarakat Hukum Adat.
Dihapus
-240. Pasal 39
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota menyelenggarakan fungsi:
Rumusan baru Pasal 39
Panitia Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota bertugas:
241. a. menerima pendaftaran Masyarakat
Hukum Adat; Rumusan baru a. memvalidasi dan memverifikasihasil identifikasi yang disampaikan masyarakat di
Panitia di semua level seharusnya juga dapat melakukan identifikasi
wilayah kabupaten/kota; sesuai inisiatif dari Pemerintah Kab/Kota ybs
242. b. melakukan verifikasi terhadap
keberadaan Masyarakat Hukum Adat; dan
Rumusan baru b. mencatat klaim/sengketa yang disampaikan masyarakat sesuai hasil indentifikasi di wilayah kabupaten/kota;
243. c. mengajukan hasil verifikasi kepada
Bupati untuk ditetapkan. Rumusan baru c. melakukan verifikasi lapanganbersama para pihak atas klaim/sengketa yang disampaikan masyarakat di wilayah kabupaten/kota;
244. Menambah huruf huruf
baru yaitu huruf d d. mengumumkan hasil validasi danverifikasi melalui media di kabupaten/kota serta mencatat keberatan para pihak dalam hal terdapat pihak – pihak yang keberatan terhadap data dan informasi yang dipakai dalam identifikasi;
245. Menambah huruf huruf
baru yaitu huruf e e. melaksanakanpenyelesaian fasilitasisecara musyawarah terhadap sengketa/keberatan para pihak terhadap hasil validasi dan verifikasi di wilayah kabupaten/kota dengan mengundang Pemerintah
Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi, Pemerintah dan Pakar;
246. Menambah huruf huruf
baru yaitu huruf f f. memfasiliasi pengajuan gugatanke Pengadilan Negeri dan memantau Putusan Pengadilan sampai mempunyai kekuatan hukum tetap, atas sengketa/ klaim yang tidak dapat diselesaikan secara musyawarah;
247. Menambah huruf huruf
baru yaitu huruf g g. meneruskan hasil validasi danverifikasi tanpa sengketa serta hasil Putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap atas sengketa/klaim kepada Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional melalui Bupati/ Walikota.
248. Paragraf 2
Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi
- Tetap
249. Pasal 40
Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi bertugas melakukan verifikasi terhadap hasil identifikasi sendiri Masyarakat Hukum Adat.
Dihapus
-250. Pasal 41
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, Panitia
Rumusan baru Pasal 41
Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi, bertugas:
Masyarakat Hukum Adat Provinsi menyelenggarakan fungsi:
251. a. menerima pendaftaran Masyarakat
Hukum Adat; Rumusan baru a. memvalidasi dan memverifikasihasil identifikasi yang disampaikan masyarakat di wilayah lintas kabupaten/kota;
Panitia di semua level seharusnya juga dapat melakukan identifikasi sesuai inisiatif dari Pemerintah Prov ybs
252. b. melakukan verifikasi terhadap keberadaan Masyarakat Hukum Adat; dan
Rumusan baru b. mencatat klaim/sengketa yang disampaikan masyarakat sesuai hasil indentifikasi wilayah lintas kabupaten/kota;
253. c. mengajukan hasil verifikasi kepada
Gubernur untuk ditetapkan. Rumusan baru c. melakukan verifikasi lapanganbersama para pihak atas klaim/ sengketa yang disampaikan masyarakat di wilayah lintas kabupaten/kota;
254. Menambah huruf huruf
baru yaitu huruf d d. mengumumkan hasil validasi danverifikasi melalui media di provinsi serta mencatat keberatan para pihak dalam hal ada pihak–pihak yang keberatan terhadap data dan informasi yang dipakai dalam identifikasi Masyarakat Hukum Adat di wilayah lintas kabupaten/kota;
255. Menambah huruf huruf
baru yaitu huruf e e. melaksanakanpenyelesaian fasilitasisecara musyawarah terhadap sengketa/klaim para pihak lintas
kabupaten/kota terhadap hasil validasi dan verifikasi dengan mengundang Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi, Pemerintah dan Pakar;
256. Menambah huruf huruf
baru yaitu huruf f f. memfasiliasi pengajuan gugatanke Pengadilan Negeri atas sengketa/klaim di wilayah lintas kabupaten/kota, dan memantau Putusan Pengadilan sampai mempunyai kekuatan hukum tetap yang tidak dapat diselesaikan secara musyawarah;
257. Menambah huruf huruf
baru yaitu huruf g g. meneruskan hasil validasi danverifikasi tanpa sengketa serta hasil Putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap atas sengketa/klaim di wilayah lintas kabupaten/kota kepada Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional melalui Gubernur.
258. Paragraf 3
Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional
- Tetap
259. Pasal 42
Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional bertugas melakukan verifikasi terhadap
-hasil identifikasi sendiri Masyarakat Hukum Adat.
260. Pasal 43
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional menyelenggarakan fungsi:
Rumusan baru Pasal 43
Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasional, bertugas:
261. a. menerima pendaftaran Masyarakat
Hukum Adat; Rumusan baru a. memvalidasi dan memverifikasihasil identifikasi yang disampaikan masyarakat di wilayah lintas provinsi;
Panitia di semua level seharusnya juga dapat melakukan identifikasi sesuai inisiatif dari Pemerintah
262. b. melakukan verifikasi terhadap keberadaan Masyarakat Hukum Adat; dan
Rumusan baru b. mencatat klaim/sengketa yang disampaikan masyarakat sesuai hasil indentifikasi Masyarakat Hukum Adat di wilayah lintas provinsi;
263. c. mengajukan hasil verifikasi kepada
Presiden untuk ditetapkan. Rumusan baru c. melakukan verifikasi lapanganbersama para pihak atas sengketa/klaim di wilayah lintas provinsi;
264. Menambah huruf huruf
baru yaitu huruf d d. mengumumkan hasil validasidan verifikasi melalui media nasional serta mencatat keberatan para pihak dalam hal
ada pihak–pihak yang keberatan terhadap data dan informasi yang dipakai dalam identifikasi di wilayah lintas provinsi;
265. Menambah huruf huruf
baru yaitu huruf e e. melaksanakanpenyelesaian fasilitasisecara musyawarah terhadap sengketa/klaim para pihak di wilayah lintas provinsi terhadap hasil validasi dan verifikasi dengan mengundang Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi, Pemerintah dan Pakar;
266. Menambah huruf huruf
baru yaitu huruf f f. memfasiliasi pengajuan gugatanke Pengadilan Negeri atas sengketa/klaim di wilayah lintas provinsi, dan memantau Putusan Pengadilan sampai mempunyai kekuatan hukum tetap, yang tidak dapat diselesaikan secara musyawarah;
267. Menambah huruf huruf
baru yaitu huruf g g. mendeklarasikan Pengakuan danPerlidungan Masyarakat Hukum Adat hasil validasi dan verifikasi tanpa sengketa serta hasil Putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap, di wilayah kabupaten/Kota, di wilayah lintas
kabupaten/kota dan di wilayah lintas provinsi.
268. h. menyampaikan Deklarasi
Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat kepada Menteri yang bertugas dan membidangi urusan pemerintahan untuk ditetapkan dengan Keputusan tentang Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat, serta diundangkan dalam Berita Negara. 269. BAB VIII MEKANISME PENYELESAIAN