• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

3) Melayang di Udara

Sikap dan gerakan badan di udara sangat erat kaitannya dengan kecepatan awalan dan kekuatan tolakan. Karena pada waktu lepas dari papan tolak, badan si pelompat dipengaruhi oleh suatu kekuatan yang disebut “daya penarik bumi”.

commit to user

Daya penarik bumi ini bertitik tangkap pada suatu titik yang disebut titik berat badan (T.B./center of gravity). Titik berat badan ini letaknya kira-kira pada pinggang si pelompat sedikit di bawah pusar agak ke belakang.

Salah satu usaha untuk mengatasi daya tarik bumi tersebut yaitu harus melakukan tolakan yang sekuat-kuatnya disertai dengan ayunan kaki dengan kedua tangan ke arah lompatan. Semakin cepat awalan dan semakin kuat tolakan yang dilakukan, maka akan semakin lebih lama dapat membawa titik berat badan melayang di udara. Dengan demikian akan dapat melompat lebih tinggi dan lebih jauh, karena kedua kedua kecepatan itu akan mendapatkan perpaduan (resultante) yang menentukan lintasan gerak dari titik berat badan tersebut. Hal yang perlu diperhatikan pada saat melayang di udara yaitu menjaga keseimbangan tubuh, sehingga akan membantu pendaratan. Jonath et al. (1987: 200) menyatakan, “Pada fase melayang bertujuan untuk menjaga keseimbangan dan mempersiapkan pendaratan”. Pendapat lain dikemukakan Adang Suherman dkk., (2001: 120) bahwa:

Sasaran pokok dari teknmik melayang di udara adalah: 1) Memelihara keseimbangan badan saat melayang di udara. 2) Mengusahakan tahanan udara sekecil mungkin

3) Mengusahakan melayang di udara selama mungkin dan

4) Mentyiapkan letak kaki dalam posisi menguntungkan pada waktu mendarat, yaitu dengan cara menjulurkan kaki lemas ke depan.

Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi gerakan melayang di udara lompat jauh gaya jongkok sebagai berikut:

Gambar 3. Sikap Melayang di Udara Gaya Jongkok (Aip Syarifuddin, 1992:93)

commit to user 4) Pendaratan

Pendaratan merupakan tahap terakhir dari rangkaian gerakan lompat jauh. Pendaratan merupakan prestasi yang dicapai dalam lompat jauh. Mendarat dengan sikap dan gerakan yang efisien merupakan kunci pokok yang harus dipahami oleh pelompat. Mendarat dengan sikap badan hampir duduk dan kaki lurus ke depan merupakan pendaratan yang efisien. Pada waktu mulai menyentuh pasir, pelompat memegaskan lutut dan menggeserkan pinggang ke depan, sehingga badan bagian atas menjadi agak tegak dan lengan mengayun ke depan. Menurut Soegito (1992: 41) teknik pendaratan sebagai berikut:

1) Pada saat badan akan jatuh di pasir lakukan pendaratan sebagai berikut: a) Luruskan kedua kaki ke depan.

b) Kedua kaki sejajar.

c) Bungkukkan badan ke depan. d) Ayunkan kedua tangan ke depan. e) Berat badan dibawa ke depan. 2) Pada saat jatuh di pasir atau mendarat:

a) Usahakan jatuh pada ujung kaki sejajar. b) Segera lipat kedua lutut.

c) Bawa dagu ke dada sambil mengayun kedua tangan ke bawah arah belakang.

Teknik pendaratan seperti tersebut di atas sangat penting dipahami dan dikuasai oleh seorang pelompat. Kesalahan pendaratan akan mengakibatkan lompatan yang dihasilkan tidak maksimal. Berikut ini disajikan ilustrasi teknik gerakan mendarat lompat jauh gaya jongkok sebagai berikut:

Gambar 4. Teknik Pendaratan Lompat Jauh (Soegito, 1992:42)

commit to user 2. Kekuatan Otot

a. Kekuatan Otot Tungkai

Kekuatan merupakan salah satu unsur kondisi fisik yang sangat penting untuk meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan, karena kekuatan memiliki beberapa manfaat. KONI (1993: 18) menjelaskan, “Manfaat kekuatan yaitu: “(1) kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik, (2) kekuatan mempunyai peran dalam melindungi otot/orang dari kemungkinan cidera dan, (3) dengan kekuatan atlet akan dapat lebih cepat, melempar atau menendang lebih jauh efisien, memukul lebih keras, demikian pula membantu memperkuat stabilitas sendi-sendi”.

Banyak manfaat yang diperoleh dari kekuatan untuk aktivitas sehari-hari termasuk kegiatan olahraga. Berkaitan dengan kekuatan KONI (1993: 18) menjelaskan, “Kekuatan adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan”. Menurut Sudjarwo (1993: 25) bahwa, “Kekuatan adalah kemampuan otot-otot atau kelompok otot untuk mengatasi suatu beban atau tahanan dalam menjalankan aktivitas". Menurut M. Sajoto (1995: 8) bahwa, “Kekuatan (strength) adalah “Komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja”. Hal senada dikemukakan Andi Suhendro (1999: 4.3) bahwa, “Kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengerahkan tenaga maksimal dalam menahan beban tertentu dalam suatu aktivitas dengan waktu terbatas”.

Berdasarkan pengertian kekuatan yang dikemukakan para ahli tersebut dapat disimpulkan, kekuatan merupakan kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi atau menahan beban selama menjalankan suatu aktivitas kerja fisik. Kekuatan merupakan kemampuan dasar untuk mengatasi tahanan dalam setiap aktivitas fisik. Dari pengertian tersebut dapat dirumuskan pengertian kekuatan otot tungkai adalah kemampuan otot atau segerombol otot tungkai untuk mengatasi suatu beban atau tahanan dalam menjalankan suatu aktivitasnya secara maksimal.

commit to user b. Macam-Macam Kekuatan

Dalam melakukan kegiatan olahraga tahanan atau beban yang harus diatasi bermacam-macam dan bervariasi bentuknya. Tahanan atau beban yang diatasi dalam kegiatan olahraga tersebut menuntut adanya kekuatan otot yang bermacam-macam pula. Berdasarkan beban yang harus dihadapi atau diatasi, maka kekuatan yang harus dikerahkan disesuaikan dengan tuntutan dari kegiatan olahraga tersebut. Menurut Suharno HP. (1993: 40) membedakan kekuatan menjadi tiga jenis yaitu, “(1) Kekuatan maksimal, (2) Explosive power = kekuatan daya ledak, dan (3) Daya tahan kekuatan otot = power endurance”. Menurut Harre yang dikutip Noseck (1982: 46) bahwa, “Kekuatan dibagi menjadi kekuatan maksimum, kekuatan kecepatan dan daya tahan kekuatan”.

Perbedaan jenis kekuatan tersebut didasarkan pada jenis beban yang harus diatasi dan dihadapi. Kekuatan dapat pula dibedakan atas dasar jenis kontraksi otot. Sudjarwo (1993: 26) menyatakan, “Sesuai dengan cara atau tipe kontraksi otot, maka dapat dibedakan dua macam kekuatan yaitu, kontraksi isotonik dan kontraksi isometrik. Dalam kontraksi isotonik ini akan terlihat adanya perubahan sikap atau gerakan-gerakan dari anggota tubuh yang disebabkan memanjang dan memendeknya otot". Kekuatan dinamis (isotonis) merupakan kekuatan otot yang dikembangkan oleh otot dalam kelangsungan gerak terhadap suatu tahanan, dengan ditandai adanya perubahan memanjang dan memendeknya otot. Sedangkan kekuatan statis atau isometrik merupakan kekuatan otot yang dapat dikembangkan oleh otot-otot atau sekelompok otot terhadap tahanan yang tetap. Menurut KONI (1993: 18) bahwa, "Dalam kontraksi isometrik otot-otot yang berkontraksi tidak memanjang dan memendek sehingga tidak akan nampak suatu gerakan yang nyata, atau dengan kata lain tidak ada jarak yang ditempuh”. Jenis kekuatan yang lebih banyak digunakan dalam olahraga, terutama adalah kekuatan dinamis.

c. Otot-Otot Tungkai

Otot merupakan bagian tubuh yang sangat penting untuk aktivitas sehari-hari. Kita dapat bergerak karena otot dan persendian. Kekuatan kontraksi

commit to user

tergatung dari otot. Berkaitan dengan otot Evelyn Pearce (1999: 15) menyatakan “Otot adalah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi, dan dengan jalan demikian maka gerakan terlaksana". Menurut Syaifuddin (1997: 35) bahwa, "Otot dapat mengadakan kontraksi dengan cepat, apabila mendapat rangsangan dari luar".

Tungkai termasuk tulang anggota gerak bawah. Anggota gerak bawah atau tulang extremitas dikaitkan pada batang tubuh dengan perantaraan gelang panggul yang terdiri atas 31 tulang. Menurut Evelyn Pearce (1999: 75) tulang-tulang anggota gerak bawah yaitu:

1) Satu tulang coxae– tulang pangkal paha. 2) Satu femur– tulang paha

3) Satu tibia– tulang kering 4) Satu fibula– tulang betis 5) Satu patela– tempurung lutut

6) Tujuh tulang tarsal– tulang pangkal kaki 7) Lima tulang metetarsal– tulang telapak kaki 8) Empat belas falanx– ruas jari kaki

Secara anatomis otot-otot yang terlibat dalam gerakan yang memerlukan power tungkai menurut Blattner dan Noble (1979:583-588), dan Thompson (1981:71) dalam penelitian Sarwono (1999: 8) yaitu:

1) Otot-otot tungkai atas: gluteus maximus, biceps femoris, semitendinosus, semimembranosus, gluteus medius, gluteus minimus, adductor magnus, adductor brevis, adductor longus, gracilis, pectineus, sartorius, rectus femoris, vastus medialis, vastus leteralis. 2) Otot-otot tungkai bawah: gastrocnemius, soleus, peroneus anterior,

plantaris, tibialis, flexor digitorum longus, extensor digitorum longus, dan flexor calcaneal.

Berikut ini disajikan ilustrasi otot-otot penunjang power otot tungkai sebagai berikut:

commit to user

Gambar 5. Otot-Otot Tungkai (Syaifuddin, 1997:47)

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Otot

Latihan kekuatan otot mutlak diperlukan untuk meningkatkan prestasi olahraga. Dalam memberikan latihan kekuatan otot, pelatih harus dapat membuat program latihan yang tepat. Selain latihan yang baik dan benar, kekuatan dapat meningkat tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pelatih harus memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan otot. Menurut Suharno HP. (1993: 39-40) bahwa faktor-faktor penentu baik tidaknya kekuatan seseorang antara lain:

1) Besar kecilnya potongan melintang otot (potongan morfologis yang tergantung dari proses hypertropy otot).

2) Jumlah fibril otot yang turut bekerja dalam melawan beban, makin banyak fibril otot yang bekerja berarti kekuatan bertambah besar. 3) Tergantung besar kecilnya rangka tubuh, makin besar skelet makin

besar kekuatan.

4) Innervasi otot baik pusat maupun perifer. 5) Keadaan zat kimia dalam otot (glykogen, ATP).

commit to user

6) Keadaan tonus otot saat istirahat, tonus makin rendah berarti kekuatan otot tersebut pada saat bekerja makin besar.

7) Umur dan jenis kelamin juga menentukan baik dan tidaknya kekuatan otot.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, besarnya potongan melintang fibril otot dan banyaknya fibril otot merupakan faktor utama yang mempengaruhi kekuatan otot. Semakin besar ukuran fibrilnya dan semakin banyak fibrilnya, maka otot tersebut semakin besar sehingga semakin kuat pula kemampuannya. Faktor umur dan jenis kelamin juga sangat menentukan baik dan tidaknya kekuatan. Secara kodrati manusia mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Kekuatan berkembang seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan seseorang, yang pada akhirnya akan mengalami penurunan pada usia tua.

e. Peranan Kekuatan Otot Tungkai dengan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok

Kekuatan otot tungkai merupakan salah suatu komponen kondisi fisik yang mempunyai peran penting terhadap pencapaian prestasi lompat jangkit. Jauh dan tidaknya lompatan yang dilakukan sangat bergantung pada kemampuan menumpu untuk menolak dengan kuat dan cepat. Kemampuan menolak dihasilkan dari awalan lari yang cepat dilanjutkan menumpu dengan kuat yang dirangkaikan dalam satu pola gerakan yang utuh.

Ditinjau dari gerakan lompat jauh gaya jongkok pada teknik menolak yaitu, menolak merupakan fase perubahan gerak horisontal menjadi gerak vertikal. Pada fase ini kemampuan melakukan awalan dengan cepat dan menumpu dengan kuat sangat ditentukan oleh kemampuan dari otot-otot tungkai. Dalam hal ini Aip Syarifuddin (1992: 91) menyatakan, “Tolakan adalah perubahan atau perpindahan gerakan dari gerakan horisontal ke gerakan vertikal yang dilakukan dengan cepat. Dimana sebelumnya pelompat sudah mempersiapkan diri untuk melakukan tolakkan sekuat-kuatnya pada langkah yang terakhir, sehingga seluruh tubuh terangkat ke atas melayang di udara”. Pendapat lain dikemukakan Jess Jarver (2005: 36) bahwa, “Perubahan dari kecepatan horisontal menjadi gerakan

commit to user

bersudut didapat dengan cara memberikan tenaga maksimum pada kaki yang akan

take off”.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, pada gerakan menumpu untuk menolak dibutuhkan kekuatan yang dipadukan dalam satu gerakan yang eksplosif. Dalam hal ini kekuatan otot tungkai berperan penting untuk menghasilkan tolakan yang setinggi dan sejauh mungkin. Kekuatan otot tungkai berperan pada gerakan pada saat menumpu untuk menolak secara maksimal. Kemampuan seorang pelompat memadukan mengerahkan kekuatan otot-otot tungkai secara maksimal pada teknik yang benar saat menolak, maka akan diperoleh lompatan secara maksimal.

Dokumen terkait