• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

3. Panjang Tungkai

a. Pengertian Panjang Tungkai

Setiap cabang olaharga menuntut syarat-syarat khusus agar mampu meraih prestasi secara maksimal. Faktor antrophometri mempunyai peran penting pada setiap cabang olahraga, sehingga dapat mendukung pencapaian prestasi olahraga yang maksimal. M. Sajoto (1995:11) menyatakan “Salah satu aspek dalam mencapai prestasi dalam olahraga adalah aspek biologis yang meliputi struktur dan postur tubuh yaitu : (1) ukuran tinggi dan panjang tungkai, (2) ukuran besar, lebar dan berat badan, (3) somatotype (bentuk tubuh)”.

Ukuran tinggi badan dan panjang tungkai merupakan salah satu bagian antrophometri yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi olahraga. M. Furqon H. (2003: 14) menyatakan, “Perbandingan tinggi duduk dengan tinggi badan pada saat berdiri adalah berkaitan dengan penampilan dalam berbagai cabang olahraga . Misalnya dalam lompat tinggi perbandingannya adalah tungkai lebih panjang daripada togok”. Demikian halnya bagi seorang atlet lompat harus memiliki tubuh yang tinggi dan atletis disertai dengan otot-otot yang kuat. Postur tubuh yang tinggi biasanya disertai segmen-segmen tubuh yang panjang baik lengan maupun tungkainya. Yusuf Adisasmita & Aip Syarifuddin (1996: 73) menyatakan, “Orang yang tinggi umumnya anggota badannya seperti lengan dan

commit to user

tungkainya juga panjang. Bentuk tubuh serta anggota badan yang demikian akan memberikan keuntungan bagi cabang olahraga yang spesifikasinya memerlukan tubuh yang demikian”.

Tungkai merupakan bagian tubuh yang mempunyai peran penting untuk aktivitas olahrga seperti lompat jauh. Oleh karena itu, tungkai yang panjang harus dimanfaatkan pada teknik yang benar pada saat melakukan lompatan. Secara anatomis panjang tungkai merupakan ukuran atau proporsi tungkai dari pangkal paha sampai telapak kaki. Tungkai yang dimaksud adalah anggota gerak bawah yang terdiri dari seluruh kaki, mulai dari pangkal paha sampai dengan jari kaki. Tungkai tersebut dapat dibagi dua macam yaitu tungkai atas dan tungkai bawah. Panjang tungkai atas yaitu panjang tungkai pada paha sedangkan panjang tungkai bawah adalah panjang tungkai pada betis. Berkaitan dengan panjang tungkai Berkaitan dengan panjang tungkai Paket Penelitian Pembibitan Lit Bang KONI Jawa Tengah (1986:1) menyatakan, “Panjang tungkai adalah ukuran panjang yang diukur dari telapak kaki sampai pada spina illioca anterior superior”. Perndapat lain dikemukakan Sedangkan Ismaryati (2006: 100) menyatakan, “Pengukuran panjang tungkai dari tulang belakang bawah atau dapat juga dari

trochanter sampai ke lantai (telapak kaki)”.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, panjang tungkai merupakan jarak dari pinggul sampai dengan mata-kaki. Namun dalam kegiatan olahraga termasuk lompat jauh, panjang tungkai yang dimaksud jarak dari pinggul sampai dengan telapak kaki. Karena dalam gerakan lompat jauh melibatkan seluruh anggota gerak bawah untuk mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya. Karena, tungkai yang panjang memiliki jangkauan yang lebih jauh atau panjang. Jangkauan yang jauh atau panjang ini akan membantu pencapaian jarak lompatan yang maksimal.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Panjang Tungkai

Meningkatnya struktur tubuh seseorang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada usia balita dan remaja mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat tersebut

commit to user

tidak terlepas dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Makanan yang bergizi yang dikonsumsi setiap hari akan mempengaruhi pertumbuhan seseorang baik rangka tubuh maupun organ lainnya. Dangsina Moeloek dan Arjatmo Tjokronegoro (1984: 47) berpendapat “Keadaan gizi dan kesehatan pada saat pertumbuhan akan menentukan kesiapan otot rangka dan organ tubuh lainnya untuk menerima beban olahraga”. Sedangkan Sugiyanto (1998: 37) menyatakan, “Pengaruh gizi terhadap pertumbuhan fisik dibedkan menjadi 4 macam pengaruh yaitu, (1) kecepatan pertumbuhan, (2) ukuran tubuh setelah dewasa, (3) bentuk tubuh dan (4) kompisisi jaringan tubuh”.

Makanan yang dikonsumsi sehari-hari akan mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan rangka tubuh dan organ lainnya. Dengan pertumbuhan dan perkembangan sehingga panjangnya segmen-segmen badan berkaitan dengan tinggi badan. Keadaan segmen badan yang panjang sudah tentu terdapat penyesuaian panjang otot dan luas penampang fisiologis.

Selain faktor gizi, keturunan merupakan faktor yang sangat menentukan keadaan fisik seseorang. Sugiyanto (1998: 37) menyatakan “Faktor keturunan atau genetik merupakan sifat bawaan sejak lahir yang diperoleh dari orang tuanya. Faktor ini menentukan potensi maksimum dan penampilan fisik. Terhadap sifat dan pertumbuhan fisik, faktor keturunan sangat berpengaruh. Pengaruh nyata adalah terhadap ukuran, bentuk dan kecepatan atau irama pertumbuhan”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, faktor yang mempengaruhi proporsi tubuh seseorang (termasuk penajng tungkai) mencakup faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang akan mempengaruhi proporsi tubuh seseorang yaitu faktor keturunan. Jika kedua orang tuanya tinggi-tinggi kemungkinan besar memiliki postur tubuh yang tinggi. Postur tubuh yang tinggi umumnya disertai tungkai dan lengan yang panjang. Sedangkan faktor internal mencakup makanan yang dikonsumsi seharai-harai. Jika seseorang mengkonsumsi makanan sehari-hari mengandung gizi yang dibutuhkan tubuh, maka akan membantu perkembangan dan pertumbuhan secara normal baik postur tubuh maupun bagian-bagian tubuh lainnya.

commit to user

c. Peranan Panjang Tungkai dengan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok

Pencapaian prestasi lompat jauh gaya jongkok dipengaruhi oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal dari pelompat sangat menentukan dalam pencapaian prestasi lompat jauh gaya jongkok. Faktor internal salah satunya proporsi tubuh atlet. Selain menguasai teknik lompat jauh yang benar, memanfaatkan proporsi tungkai akan dapat membantu pencapaian prestasi lomat jauh. Untuk mencapai prestasi yang maksimal dalam lompat jauh, maka panjang tungkai harus dimanfaatkan pada teknik yang benar.

Ditinjau dari biomekanika bahwa, tungkai yang panjang memiliki jangkauan yang jauh atau panjang. Dengan demikian, tungkai yang panjang memiliki ayunan yang lebih panjang atau jauh, sehingga dapat membantu pencapaian jarak lompatan lebih maksimal. Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin (1996: 73) menyatakan, “Keuntungan kaki yang panjang adalah dimungkinkan bertambahnya panjang langkah”. Pendapat lain dikemukakan Sudarminto (1995: 40) bahwa, “Makin panjang pengungkit makin besar usaha yang digunakan untuk mengayun”. Sedangkan ditinjau teknik melayang di udara dan dilanjutkan mendarat Adang Suherman dkk., (2001: 120) menyatakan, “Salah satu sasaran pokok dari teknik melayang di udara yaitu, menyiapkan letak kaki dalam posisi yang menguntungkan pada waktu mendarat, yaitu dengan cara menjulurkan kaki lemas ke depan”.

Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan, tungkai yang panjang memungkinkan memiliki ayunan kaki yang lebih panjang, sehingga hal ini akan mempangaruhi pencapaian jarak lompatan. Dengan tungkai yang panjang, maka pelompat dapat menjulurkan kedua tungkainya jauh ke depan, sehingga dapat mencapai jarak lomatan yang maksimal. Namun sebaliknya, bagi pelompat yang tungkainya pendek, jangkauan tungkainya pendek pula, sehingga jarak lompatannya tidak maksimal. Untuk keselamatan dan efektifitas pendaratan dibantu dengan menjatuhkan badan ke depan.

commit to user 4. Berat Badan

a. Pengertian Berat Badan

Aspek biometrik merupakan bagian penting dalam kegiatan olahraga, bahkan dapat dikatakan dapat mempengaruhi pencapaian prestasi olahraga. Hal ini sesuai pendapat M. Furqon H. (2003: 12-13) bahwa, “Olahraga prestasi tinggi memerlukan profil bilologis khusus dengan ciri-ciri kemampuan biometrik dan ciri-ciri psikologis yang baik. Adapun aspek biometrik meliputi tinggi badan, berat badan, tinggi duduk, panjang anggota badan bagian atas dan bawah, tipe tubuh dan lain-lain”.

Berat badan merupakan salah satu bagian biometrik yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi olahraga. Menurut Yuslam Samihardja (1997: 22) yang dikutip Sarwono & Ismaryati dijelaskan:

Berat badan seseorang merupakan penjumlahan dari berat jaringan kerasnya jaringan lunaknya dan cairan yang dikandungnya. Jaringan keras merupakan kerangka tubuh yang terdiri dari tulang dan tulang rawan. Tulang dan tulang rawan merupakan bagian yang stabil dibandingkan dua bagian yang lain. Beratnya relatif tetap sesudah seseorang mencapai pendewasaan. Latihan atau makanan tidak akan mempengaruhi ukuran maupun berat kerangka.

Jaringan lunak terdiri dari otot, lemak dan alat dalam. Alat dalam merupakan jaringan lunak yang paling stabil. Makanan maupun latihan umumnya tidak akan mempengaruhi ukuran ataupun beratnya. Hal ini bukan karena alat dalamnya sendiri, tetapi karena lemak yang menyelimutinya. Sementara itu otot akan bertambah besar dan dengan sendirinya akan bertambah berat dan kuat apabila dilatih secara teratur. Disisi lain, lemak merupakan timbunan kelebihan makanan akan selalu bertambah apabila makanan yang masuk melebihi kebutuhan yang diperlukan, dan sebaiknya akan dimobilisir apabila kebutuhan lebih besar daripada makanan yang masuk. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, suatu latihan akan memberikan pengaruh yang berlawanan terhadap otot dan lemak. Dengan melakukan latihan, otot akan bertambah besar, sedangkan jumlah lemak berkurang (kecuali makanan yang masuk berlebihan). Otot yang kuat diperlukan untuk semua cabang olahraga yang didasari oleh kekuatan fisik, sedangkan lemak

commit to user

yang sedikit mungkin sangat diperlukan pada cabang olahraga yang menuntut mobilitas yang tinggi.

Cairan tubuh pada dasarnya merupakan bahan pengatur, mempunyai fungsi yang sangat penting bagi berlangsungnya semua proses yang terjadi di dalam tubuh. Apabila cairan tubuh terlalu kurang akan mengacaukan fungsinya, sedangkan apabila berlebihan justru menjadi beban. Keadaan kekurangan cairan ditandai dengan rasa lemas, panas badan yang tinggi dan penurunan kesadaran. Sementara itu, kelebihan cairan akan segera dikeluarkan terutama melalui air seni dan keringat.

Berat badan dan susunan tubuh ditentukan oleh serangkaian faktor keturunan dan perilaku. Pada atlet perorangan susunan tubuh bervariasi sesuai dengan perubahan jangka panjang dalam keseimbangan kalori. Berat badan akan bertambah apabila masukan kalori secara nyata melebihi pengeluaran kalori, berat menurun apabila terjadi sebaliknya (Pate, MC.Clenaghan & Rotella, 1984: 312).

Berat badan atlet sebagian besar tergantung dari gabungan tinggi badan dan bentuk tubuh. Kedua variabel ini pada dasarnya ditentukan oleh faktor keturunan. Oleh sebab itu ciri pelaku seperti pengaturan maknan dan kebiasaan latihan dapat mengubah berat badan dan susunan tubuh hanya dalam batas yang dimiliki sifat-sifat bawaan atlet.

Berdasar pengukuran tinggi badan (TB) dan berat badan (BB), seseorang dapat digolongkan ke dalam klasifikasi ideal, normal, kelebihan berat (overweight), kurang berat (underweight), atau terlalu gemuk (obesity). Mulyono B (1996: 41) memberikan beberapa indeks tinggi berat sebagai berikut:

1) Indeks dari BROCA

Berat badan (kg) = Tinggi Badan (cm) – 100

2) Modifikasi Indeks BROCA oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Ternyata Indeks BROCA diterapkan untuk orang Indonesia terlalu gemuk, sehingga Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mengubahnya dengan rumus: Berat Badan (kg) = Tinggi Badan (cm) – 110. Namun hal ini juga belum sesuai dengan olahragawan Indonesia. 3) Modifikasi Indeks BROCA oleh dr. Hasnan Said

Modifikasi Indeks BROCA dari dr. Hasnan Said rumusnya (Tinggi – 100) – 10% = X kg (berat seharusnya)

commit to user

4) Modifikasi Indeks BROCA yang lain

Modifikasi ini sesuai dengan modifikasi dari dr. Hasna Said, hanya penilaiannya berbeda. Rumusnya sebagai berikut:

BB = (TB – 100) – 10% (TB – 100) kg BB = Berat badan dalam kg

TB = Tinggi badan dalam cm

Berdasarkan pengukuran ini dapat diadakan penggolongan sebagai berikut:

a) Orang yang tinggi dan berat badan ideal. b) Orang yang tinggi dan berat badan normal c) Orang yang terlalu gemuk (overweight) d) Orang yang terlalu kurus (underweight)

Seseorang dengan berat badan 10% di atas berat idealnya termasuk dalam klasifikasi normal plus dan sebaliknya normal minus. Golongan yang termasuk dalam klasifikasi overweight adalah orang yang mempunyai berat badan 25% di atas ideal dan sebaliknya underweight. Obesitas bagi laki-laki apabila berat badannya lebih dai 25% di atas ideal dan bagi 30% di atas ideal (PIO, 1981: 39).Batas klasifikasi obesitas yang sedikit berbeda dikemukakan oleh Anspaugh, Hamrick dan Rosato (1994: 184) yaitu, “Antara 20%-25%di atas berat ideal bagi laki-laki dan 30% bagi wanita.

b. Tipe Tubuh

Tipe tubuh (somatotype) adalah klasifikasi fisik berdasar konsep bentuk dengan mengesampingkan ukuran. Terdapat beberapa sistem pengklasifikasian tubuh yang sebagian pada tiga komponen penilaian dari Sheldon. Pengklasifikasian tersebut merupakan pengklasifikasian tipe tubuh utama yaitu: “(1) Endomorphy, (2) Mesomorphy, (3) Ectomorphy”.

Pada tipe endomorphy tubuh seseorang berbentuk bundar, dengan tulang-tulang relatif pendek, dan banyak mengandung lemak dalam tubuhnya. Pada tipe

esomorphy tubuh seseorang memiliki perototan yang baik. Pada tipe ectomorp

mempunyai ciri-ciri tinggi langsing dengan tulang-tulang panjang. Berikut ini disajikan ilustrasi gambar tipe-tipe tubuh sebagai berikut:

commit to user

Gambar 6. Tipe-Tipe Tubuh Utama (Bloomfield, Ackland dan Elliott, 1994: 47)

Dari ketiga tipe tubuh utama tersebut tentunya memiliki spesifikasi pada cabang olahraga tertentu untuk mencapai prestasi yang tinggi. Hal ini artinya, jika tipe tubuh sesuai dengan tuntutan cabang olahraga yang dipelajari, maka mempunyai pelung untuk mencapai prestasi yang tinggi.

c. Peranan Berat Badan dengan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok

Aspek biometrik merupakan salah satu bagian yang dapat mendukung pencapaian prestasi olahraga. Demikian halnya dalam lompat jauh gaya jongkok dibutuhkan biometrik yang ideal sesuai tuntutan cabang olahraga lompat. M. Furqon H. (2003: 13) menyatakan, “Berat badan merupakan penentu keberhasilan yang penting untuk beberapa cabang olahraga: (1) berat badan yang berat diperlukan untuk nomor-nomor yang berdurasi pendek, (2) berat badan yang ringan diperlukan untuk nomor-nomor yang berdurasi panjang”.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, berat badan dapat mempengaruhi pencapaian prestasi lompat jauh gaya jongkok. Ditinjau dari gerakan lompat jauh gaya jongkok, maka berat badan yang ringan (ideal) dapat mendukung pencapaian prestasi yang maksimal. Karena berat badan yang ringan akan dapat melakukan gerakan melompat jauh tinggi ke depan (melayang) dengan ringan. Lompatan yang tinggi jauh ke depan, maka prestasi yang tinggi dapat dicapai lebih maksimal.

commit to user B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang dikemukakan. Sampai saat ini telah banyak penelitian ilmiah yang dilakukan khususnya yang terkait dengan lompat jauh gaya jongkok dengan hasil yang bervariasi atau beragam. Berikut ini disajikan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini sebagai berikut:

1. Penelitian Asep Ardiyanto dengan judul, “Hubungan antara Kecepatan Lari, Power Otot Tungkai dan Kekuatan Otot Perut dengan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok pada Siswa Putra Kelompok Umur 11 Tahun di SD Negeri 2 Donohudan Ngemplak Boyolali Tahun 2008/2009”. Hasil penelitian ini menunjukkan, ada hubungan antara power otot tungkai dengan kemampuan lompat jauh gaya jongkok diperoleh nilai rhitung = 0.5957 > rtabel 5% = 0.361.

2. Penelitian Ari Sudono dengan judul, “Hubungan antara Power Otot Tungkai, panjang Tungkai dan Koordiansi Mata-kaki dengan kemampuan Passing

dalam Permainan sepakbola pada siswa Usia 12-14 Tahun SSB Pandowo Klaten tahun 2010” (1) ada hubungan yang signifikan antara panjang tungkai dengan kemampuan passing dalam permainan sepakbola pada siswa usia 12-14 tahun Sekolah Sepakbola Pandowo Klaten tahun 2010. Dari hasil menunjukkan bahwa ada hubungan antara panjang tungkai dengan kemampuan passing sepakbola nilai rhitung = 0.4021 > rtabel 5% = 0.361.

Dokumen terkait