TEMUAN DAN INTERPRETASI DATA 5.1 Tahap pengembangan masyarakat Daerah Tamba
5.6. Peran masyarakat mempertahankan kepercayaan terhadap tempat keramat sehingga sampai saat ini masih bertahan.
5.6.3. Melestarikan Tradisi Nenek Moyang
Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam kalangan masyarakat tradisional
pengaruh dan keterikatan pada nilai- nilai tradisi sangat kuat. Disana hampir tidak
terdapat pemisahan yang jelas antara ha-hal yang religius dan profan. Setiap kegiatan
yang dilaksanakan oleh masyarakat diyakini sebagai kegiatan yang bersifat sosial
religius. Banyak tradisi terancam hancur dan musnah justru oleh ketidakpedulian para
pemiliknya artinya, kita tidak boleh berhenti pada tahap pengungkapan rasa prihatin
saja, tetapi diharapkan adanya partisipasi dalam melestarikan tradisi tersebut. Tradisi
dapat terlestari dengan baik, apabila tradisi tersebut dijaga dan dipertahankan oleh
masyarakat. Tradisi adalah bentuk pewarisan para nenek moyang kepada generasinya
supaya dijaga, dipertahankan, dan diwariskan kepada generasi selanjutnya yang
memiliki nilai yang sangat berharga di masyarakat khususnya masyarakat yang masih
memegang nilai-nilai tradisional. Untuk melestarikan tradisi (kebiasaan) yang
diwariskan nenek moyang, masyarakat berusaha untuk melakukan usaha.
Demikian dengan masyarakat Daerah Tamba, Untuk mempertahankan
kepercayaan ini masyarakat tetap melestarikan tradisi atau kebiasaan yang diwariskan
nenek moyang. Mempertahankan kepercayaan merupakan nilai yang sangat berharga
bagi masyarakat yang dijunjung tinggi oleh masyarakat daerah sekitar. Ada beberapa
hal yang dilakukan oleh masyarakat Daerah Tamba untuk melestarikan tradisi nenek
moyang mereka yang sampai saat ini masih dilaksanakan. Untuk lebih jelasnya
berikut hasil wawancara dengan salah seorang informan.
“...Untuk melestarikan tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang kami, kami hanya berusaha untuk menjaga sikap dan tindakan kami. Mematuhi semua peraturan yang berlaku dan mau mendengar larangan ataupun anjuran yang diberikan oleh orang tua cukup hanya itu saja. Jika dilarang menebang pohon ataupun mengambilnya kami tidak megambilnya, jika
Hal ini juga senada dengan yang disampaikan oleh kepala Desa Janjimaria
seputar upaya untuk melestarikan tradisi nenek moyang.
“…Dari zaman dahulu hingga pada sekarang ini, hal yang dilakukan masyarakat untuk melestarikan tradisi ini adalah menjalankan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Jika masyarakat tidak melanggar peraturan yang ada, saya rasa kita akan aman-aman saja dan tidak ada masalah cukup hanya menjalankan semua peratuaran yang berlaku…” (Jasa Haro Munte)
Hasil wawancara 23 Desember 2013).
Sejalan dengan hasil wawancara dengan Kepala Desa Janjimaria, hal yang
sama juga diungkapkan oleh kepala Desa Tamba Dolok yaitu Ibu Merika Tamba yang
menyatakan bahwa:
ada kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh para orang tua zaman dahulu terhadap tempat keramat ini yaitu berupa penyembahan yang dilakukan oleh masyarakat. Saat meminta bantuan kepada penghuni tempat tersebut kita tidak hanya menjaga sikap tetapi kita juga melakukan beberapa tindakan yaitu berupa upacara, membuat sesajen, Pembacaan doa, dan sebagainya. (Merika Tamba)
Hasil wawancara tanggal 3 Januari 2014
Sejalan dengan hasil wawancara diatas maka peneliti melihat bahwa untuk
mempertahankan kepercayaan terhadap tempat keramat, masyarakat harus ikut serta
dalam melestarikan tradisi nenek moyang dengan cara menjaga perilaku masyarakat.
Seperti yang dikatakan oleh Krech dalam Rusli Ibrahim (2001) Perilaku sosial itu
tampak dalam pola respons antar orang yang dinyatakan dengan hubungan timbal
balik antar pribadi. Perilaku itu ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap, dan
keyakinan terhadap sesuatu hal. Dari hasil wawancara dengan informan tersebut dapat
kita lihat apa saja tindakan yang dilakukan oleh masyarakat sebagai bentuk perilaku
masyarakat terhadap tempat keramat yaitu:
Upacara akan dilakukan setelah persiapan upacara sudah lengkap. Persiapan
tersebut yaitu dengan membawa perlengkapan upacara seperti napuran (Daun sirih),
tinopingan (Beras yang diwarnai dengan kunyit). Upacara ini dilakukan dengan
bersamaan oleh para pengunjung. Upacara ini dilakukan oleh orang yang memiliki
kepentingan terhadap tempat keramat yang dilakukan secara bersamaan. Tujuan
daripada upacara ini untuk memohon dan meminta keselamatan serta berkah bagi
kelurga atau sekaligus meminta kesembuhan dalam menghadapi penyakit.
Informan kunci yang telah ditentukan menuturkan pendapat mereka mengenai
pelaksanaan upacara.
“…Molo naeng mangelek hami ikkon diparrohahon do sude akka perlengkapan na porlu, Alana akka perlengkapan on porlu do, molo adong na hurang apala sada, hami dang boi mamele. Ikkon jolo lengkap do sude baru pe dimulai…” (J.Tamba)
Hasil wawancara tanggal 11 November 2013 Artinya
“…Perlengkapan upacara sangat kami perhatikan, karena perlengkapan ini sangat dibutuhkan saat upacara supaya upacara berjalan dengan sempurna. Upacara tidak akan dilanjutkan saat alat untuk melakukan upacara tidak lengkap. Maka pengunjung harus berusaha untuk melengkapi peralatan tersebut…” (J.Tamba)
Hasil wawancara tanggal 11 November 2013.
2. Pembacaan Doa pembukaan
Pada Tahap ini upacara akan dilakukan dengan membaca doa pembukaan.
Saat pembacaan upacara sedang berlangsung seluruh peserta dalam keadaan
mengheningkan cipta serta ikut membaca doa dalam hati. Isi doa penyembahan
tersebut adalah doa permohanan kepada para penghuni tempat keramat. Setelah
pembacaan doa selesai pemimpin doa menyuruh bagi setiap orag supaya meletakkan
dikabulkan. Misalnya keinginan untuk mendapat rejeki yang melimpah, kesehatan,
dan keinginan memperoleh keturunan.
Untuk lebih jelasnya berikut hasil wawancara dengan salah seorang informan.
“...Molo hita manjalo rohape ikkon mangelek, pasahat on ta nadirohantai, dohot lapatanna, ikkon adong do tangian pangelekon tu akka oppung naparjolo i molo hita naeng mangido asa ditangihon pangidoanta i.(O.lbn Gaol)
Artinya
“...Saat kita mau meminta, kita harus memohon. Kita sampaikan apa yang ada dalam hati kita. Kita harus ada doa permohonan kepada nenek moyang kalau kita mau meminta supaya keinginan kita bisa terkabul...”(O.lbn Gaol)
Hasil wawancara 14 November 2013
5.6.4. Faktor Pendukung dan penghambat dalam melestarikan Tradisi