• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEMUAN DAN INTERPRETASI DATA 5.1 Tahap pengembangan masyarakat Daerah Tamba

5.6. Peran masyarakat mempertahankan kepercayaan terhadap tempat keramat sehingga sampai saat ini masih bertahan.

5.6.2. Mitos dan Kebiasaan yang berkembang pada masyarakat Daerah Tamba.

mempertahankan kepercayaan terhadap tempat keramat.

“…Molo masalah songon dia dibaen hami asa boi bertahan haporseanoni akka jolma dison, dang adong dibaen hami age aha.Alai diboto akka dak- danaki pe inganan i nadipaboa manang dipodahan akka natua- tua na be do nang songoni akka dongan na. holan songoni do. Ale tutu burju akka dakdak na di hutaon manangihon sian akka dongan na. ale dijabu na be dipatorang natua- tuana ma attong akka pattangan molo lao tu tu mual i manang tu tombak i…” (J.U Tamba).

Artinya

“…Kalau masalah peran mempertahankan kami hanya mensosialisasikan kepada anak bahwa ada pantangan- pantangan di tempat tersebut. Selain sosialisasi kami tidak ada melakukan apa- apa, tetapi ini bisa bertahan karena anak disini mau mendengar nasehat dan mau bertanya sama teman- teman sepermainan atau lingkungannya. Tetapi dirumah masing- masing orang tua selalu menasehatinya kalau tempat tersebut yaitu sumur dan gunung harus dipercayai sebagai penghormatan kepada para leluhur, mungkin itu saja yang bisa daya jelaskan Hanya seperti itu kami lakukan…” (J.U Tamba) Hasil wawancara pada tanggal 13 November 2012

Dari hasil wawancara diatas bahwa peran masyarakat mempertahankan

kepercayaan ini hanya dengan cara melakukan sosialisasi kepada anak-anak mereka

tentang tempat keramat, Selain sosialisasi yang dilakukan oleh para orang tua

masyarakat Daerah Tamba, Anak-anak juga bisa mengetahuinya lewat lingkungan

masyarakat seperti teman bermain. Orang tua tidak pernah merasa bosan untuk

memberi nasehat kepada anak- anak mereka. Melalui sosialisasi ini, anak- anak

melakukan perintah atau nasehat orang tua yang didapat dari lingkungan keluarga dan

lingkungan masyarakat Daerah Tamba (Teman bermain).

5.6.2. Mitos dan Kebiasaan yang berkembang pada masyarakat Daerah Tamba.

Setelah peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa informan di

masyarakat Daerah Tamba, maka peneliti menemukan bahwa kepercayaan terhadap

tempat keramat bisa bertahan hingga saat ini dilatarbelakangi oleh faktor mitos dan

kebiasaan yang berkembang di masyarakat. Kebiasaan berpengaruh besar terhadap

pembentukan perilaku masyarakat, sehingga sampai saat ini kebiasaan tersebut tetap

bisa bertahan di masyarakat itu sendiri. Disaat zaman sudah maju, pola pikir

seseorang atau kelompok juga bisa berubah seperti rasionalitas berpikir. Namun,

kebiasaan yang ada di masyarakat Daerah Tamba tidak memudar atau berubah

meskipun masyarakat Daerah Tamba menerima perubahan yang datang dari luar

seperti kemajuan tingkat pendidikan dan teknologi. Ternyata selain faktor kebiasaan,

ada faktor yang menguatkan kepercayaan ini tetap bisa bertahan yaitu mitos yang

berkembang di masyarakat.

Mitos yang berkembang di masyarakat dapat memiliki kekuatan untuk

mempengaruhi pola pikir masyarakat, hingga masyarakat memiliki kekwatiran dalam

hidup masing-masing bahwa dunia penuh dengan kekuatn-kekuatan gaib. Mitos

berlawanan dengan sikap rasionalis ( yang mendewakan rasio atau akal budi serta

kemampuan alam pikiran ilmiah) yang memandang rendah terhadap mistis yang ada.

Peneliti melihat bahwa kepercayaan terhadap tempat keramat masih ada di

zaman modern seperti sekarang ini karena faktor mitos dan faktor kebiasaan yang

melekat di dalam setiap pribadi / individu dimana, kebiasaan tersebut adalah proses

turun-temurun yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Pewarisan

tersebut dilakukan melalui sosialisasi yang cukup intens, dimulai dari anak-anak

disamping mereka tetap menjalankan suatu ajaran dan perintah agama. Walaupun ada

beberapa adat istiadat yang merupakan manifestasi kepercayaan yang cenderung

bertentangan dengan ajaran agama.

Hal ini diperkuat dengan salah satu informan kunci yaitu tokoh agama tentang

latarbelakang mempercayai tempat keramat

“…Sebenarna hami na di huta on, dang naso porsea tu hata ni Tuhan , Tuhan do raja ni sude portibion, nang pe didok marhogogoon do portibi alai dang boi do honon portibi on unggogo sian Tuhan, alai Tuhan do mambaen adong portibion ro disude isina. Porsea pe hami tu akka mual dohot dolok- dolok adong do alana ima taringot adat naung diajarhon ni akka natua- tua naparjolo, alani adat on ma sappe saonari diporseai hami akka namaringanan i. alai nang pe diajarhon I tu hami, molo jolma saonari Tuhan ni do di haporseai, ibaenna so masuk dope agama Kristen da molo najolo i. boi do honon molo jolma naparjolo makhaporsea i akka tondi ni oppung naparjolo do. Jadi dijaman saonari gabe songon bentuk adat na ma attong on da…”

Artinya

“…Sebenarnya kami masyarakat bukan tidak mempercayai ajaran Tuhan, Tuhan adalah penguasa dunia, meskipun kekuatan dikatakan bahwa ada kekuatan dunia. Kehidupan ini yang punya adalah Tuhan, Dunia tercipta bahkan manusia tercipta karena Tuhan. Namun ada alasan tertentu mengapa kkami mempercayai tempat keramat ini yaitu karena faktor budaya, budaya ini harus kami jaga karena sudah diwariskan oleh nenek moyang kami. Kami mempercayai tempat ini, tetapi yang kami muliakan adalah Tuhan sebagai pencipta alam. Disamping karena ini adalah adat kebiasaan kami, saya boleh mengatakan mempercayai tempat keramat ini adalah agama masyarakat jaman dulu atau disebut dengan agama primitif. Sebelum agama masuk ke Daerah Tamba ini secara khusus dan secara umum Suku Batak, masyarakat mempercayai roh –roh nenek moyang sebagai pembawa keselamatan kehidupan. Sehingga para orang tua jaman dulu selalu mengajarkan kepada kami bahwa tempat ini adalah pembawa keselamatan. Jadi, mempercayai tempat keramat ini adalah agama primitive setelah masuknya agama modern yang dijadikan sebagai budaya oleh masyarakat…” ( M.Tamba)

Hasil wawancara 12 November 2013

Dari hasil wawancara dengan bapak M.Tamba bahwa, mempercayai tempat

sebagai tradisi. Tradisi adalah salah satu bentuk nilai yang ada di masyarakat yang

dihargai dan dijunjung tinggi oleh masyarakat. Selain karena faktor tradisi

(kebiasaan), kepercayaan terhadap tempat keramat juga dianggap sebagai agama

primitif yang dijadikan sebagai sumber keselamatan masyarakat zaman dahulu.

Meskipun kepercayaan terhadap tempat keramat dianggap sebagai agama primitif di

zaman modern saat ini, namun masyarakat Daerah Tamba mengatakan bahwa hal

tersebut dijadikan sebagai bagian tradisi masyarakat. Tradisi ini memiliki nilai yang

sangat berharga bagi masyarakat sehingga sampai saat ini masyarakat sangat

menghormatinya. Namun, selain karena faktor diatas salah seorang informan

menyatakan ada juga yang melatarbelakangi masyarakat tetap mempercayainya yaitu

mitos yang berkembang di masyarakat. Untuk lebih jelasnya berikut hasil wawancara

peneliti dengan seorang guru di chinese school (sekolah cina) .

“…Menurut saya masyarakat mempercayai tempat keramat hingga saat ini dikarenakan kekuatiran masyarakat akan mitos yang berkembang. Benar jika dikatakan itu adalah faktor budaya, namun banyak masyarakat semakin patuh atau taat akan peraturan yang berlaku dikarenakan mitos yang ada. Mitos itu adalah sesuatu hal yang belum tentu kebenarannya. Mungkin saja itu hanya untuk menakut- nakuti karena masyarakat sekarang belum pernah melihat realita yang terjadi. Masyarakat hanya mendengar- dengar apa yang disampaikan oleh orang lain dan kemudian dipercayai oleh yang mendengar. Pertama- tama mungkin hanya opini masyarakat namun, masyarakat terutama anak muda semakin percaya karena dipengaruhi ajaran dari keluarga. Seandaiya itu adalah benar, maka tidak aka nada yang berani berkunjung ke tempat tersebut. jadi menurut saya itu mungkin hanyalah sebuah mitos yang kemudian diyakini atau dipercayai oleh masyarakat…” ( Anita Naibaho)

“...Sebenarnya kalau kita pikir –pikir apa benar itu sudah pernah terjadi?karena budaya sebenarnya yang mempengaruhi pola pikir manusia dan kemudian ini kami ikuti. Karena budaya ini saya harus mempercayainya. Kalau dipikir- pikir ingin rasanya saya membuktikan kebenarannnay tetapi katekutan tersendiri dalam pribadi saya sendiri. Saya kwatir dikarenakan opini –opini masyarakat yang sangat menakutkan. Tetapi dibalik itu banyak orang menyatakan itu hanyalah sebagi mitos dalam masyarakat karena itu jaman dulu, dan tidak pernah lagi terjadi sekarang. Seandainya itu benar terjadi saya akan semakin yakin. Kita tidak tau apakah jaman dulu itu benar terjadi atau tidak karena cerita yang kami dengar dan mungkin itu cerita juga yang didengar orang tua dari nenek moyang mereka. Itu aja sich menurutku...” (Andro Naibaho)

Hasil wawancara pada tanggal 11 November 2013

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dikatakan bahwa ada 3 faktor yang

melatarbelakangi masyarakat mempercayai tempat keramat ini yaitu tradisi

(kebiasaan), agama primitif sebagai sumber keselamatan, dan mitos yang berkembang

di masyarakat. Ketiga faktor inilah yang mempengaruhi atau yang melatarbelakangi

masyarakat percaya pada tempat keramat hingga saat ini. Mempercayai tempat

keramat ini tidak tertutup kemungkinan bagi masyarakat yang memiliki pendidikan

tinggi. Kepercayaan ini dipercayai masyarakat, baik masyarakat yang pendidikan

rendah maupun masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi. Ketiga faktor ini yang

berpengaruh membentuk perilaku masyarakat, hingga masyarakat taat untuk

melakukan peraturan yang berlaku di masyarakat.