• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka

4) Memancing Apersepsi Anak Didik

Anak didik adalah mahluk individual. Anak didik adalah orang yang mempunyai kepribadian dengan cirri-ciri yang khas sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhannya. Perkembangan dan pertumbuhan anak didik mempengaruhi sikap dan tingkah lakunya. Perkembangan dan pertumbuhan anak itu sendiri dipengaruhi oleh lingkungan dimana anak hidup berdampingan dengan semua orang dalam lingkup kehidupan social di masyarakat.

Kehidupan sosial dimasyarakat tidak selalu sama, tetapi ada juga perbedaanya. Perbedaan itu dapat dilihat dari aspek tingkat usia, pekerjaan, jabatan, tingkat kejayaan, pendidikan, sosiologis, geografis, profesi, dan sebagainya. Dalam sertifikasi sosial yang demikian itulah anak didik hidup dan

berinteraksi dengan lingkungannya. Sikap, prilaku dan pandangan hidup anak dipengaruhi oleh lingkungan yang membentuknya. Pengetahuan yang anak miliki sesuai dengan apa yang dia dapatkan dari lingkungan kehidupannya sebelum masuk sekolah. Anak didik yang terbiasa hidup dikota tentu lebih maju dan lebih luas pengetahuannya dari pada anak yang tinggal didesa. Karena perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih cepat menyebar dimasyarakat perkotaan dari pada di masyarakat pedesaan. Kehidupan dialam perkotaan dan dialam pedesaan yang diperbandingkan tersebut adalah dua sisi kehidupan yang berainan yang dapat melahirkan karakteristik anak yang berbeda pula. Hal itu pula yang menyebabkan perbedaan latar belakang kehidupan social anak.

Latar belakang social anak penting untuk diketahui oleh guru. Sebab dengan mengetahui darimana anak berasal, dapat membantu guru untuk memahami jiwa anak. Pengalaman apa yang telah dimiliki anak adalah hal yang sangat membantu untuk memancing perhatian anak. Anak biasanya senang membicarakan hal-hal yang menjadi kesenangannya. Dalam mengajar, pada saat yang tepat, guru dapat memanfaatkan hal-hal yang menjadi kesenangan anak untuk diselipkan dalam melengkapi isi dari bahan pelajaran yang disampaikan.

Tentu saja pemanfaatannya tidak sembarangan, tetapi harus sesuai dengan pelajaran. Pendekatan realisasi ini dirasakan keampuhannya untuk memudahkan pengertian dan pemahamn anak didik terhadap bahan pelajaran yang disajikan.

Anak mudah menyerap bahan yang bersentuhan dengan apersepsinya. Bahan

pelajaran yang belum pernah didapatkan dan masih asing baginya, mudah diserap bila penjelasannya dikaitkan dengan apersepsi anak.

Pengalaman anak mengenai bahan pelajaran yang telah diberikan merupakan bahan apersepsi yang dipunyai oleh anak. Pertama kali anak menerima bahan pelajaran dari guru dalam suatu pertemuan, merupakan pengalaman pertama anak untuk menerima sesuatu yang baru, dan hal itu tetap menjadi milik anak. Itulah pengetahuan yang telah dimiliki anak untuk satu pokok bahasan dari suatu bidang studi disekolah. Pada pertemuan berikutnya, pengetahuan anak tersebut dapat dimanfaatkan untuk memancing perhatian anak terhadap bahan pelajaran yang akan diberikan, sehingga anak terpancing untuk memperhatikan penjelasan guru. Dengan demikian, usaha guru untuk menghubungkan pengetahuan yang dimiliki anak didik dengan pengetahuan yang masih relevan yang akan diberikan, merupakan teknik untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik dalam pengaran.

Bahan apersepsi sangat membantu anak didik dalam usaha mengolah kesan-kesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Penjelasan demi penjelasan dapat anak didik cerna secara bertahap hingga jalan pelajaran berahir.

Dengan begitu, guru jangan khawatir bahwa anak didik tidak menguasai bahan pelajaran yang diberikan. Tapi yakinlah bahwa anak didik dapat menguasai sebagaian atau seluruh bahan pelajaran yang diberikan didalam suatu pertemuan.

Akhirnya, pengetahuan guru mengenai apersepsi dapat memancing aktifitas belajar anak didik secara optimal.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa apersepsi memiliki kaitan yang erat di dalam proses pembelajaran. Apersepsi harus dilakukan oleh guru ketika ingin mengajarkan materi. Dengan adanya apersepsi maka dapat memberikan dasar awal murid untuk mempelajari materi yang baru, dengan demikian maka apersepsi dapat memberikan kemudahan murid dalam belajar.

Proses belajar tidak dapat dipisahkan peristiwa-peristiwanya antara individu dengan lingkungan pengalaman murid, maka sebelum memulai pelajaran yang baru sebagai batu loncatan, guru hendaknya berusaha menghubungkan terlebih dahulu dengan bahan pelajarannya yang telah dikuasai oleh murid-murid berupa pengetahuan yang telah diketahui dari pelajaran yang lalu atau dari pengalaman.

5). Kelebihan dan Kekurangan Apersepsi Tanya Jawab a. Kelebihan Apersepsi Tanya Jawab

Dalam pelaksanaannya tanya jawab mempunyai kelebihan seperti kelas lebih hidup karena partisipasi murid lebih aktif dan berusaha mendengarkan pertanyaan guru dengan baik dan mencoba untuk memberikan jawaban yang tepat, sehingga murid menerima pelajaran dengan aktif berpikir, tidak pasif mendengarkan saja.

Kebaikan metode tanya jawab secara sistematis yaitu sebagai kerikut: (1) situasi kelas lebih hidup karena para murid aktif berpikir dan menyampaikan buah pikirannya melalui jawaban atas pertanyaan guru, (2) sangat positif untuk melatih anak agar berani mengemukakan pendapatnya dengan lisan secara teratur, (3) timbulnya perbedaan pendapat di antara para anak didik, membawa kelas pada situasi diskusi yang menarik, (4) murid yang segan mencurahkan perhatian,

menjadi berhati-hati dan secara sungguh-sungguh mengikuti pelajaran, (5) sekalipun pelajaran berjalan agak lamban, tetapi guru dapat melakukan kontrol terhadap pemahaman dan pengertian murid tentang masalah yang dibicarakan.

b. Kelemahan

Secara umum kelemahan metode tanya jawab adalah kelancaran jalannya pelajaran agak terhambat karena diselingi dengan tanya jawab, jawaban murid belum tentu tepat.

Menurut Sadirman (1992: 2) menyatakan bahwa:

kelemahan tanya jawab dalam proses pembelajaran antara lain: (1) murid sering merasa takut, apabila guru kurang dapat mendorong murid untuk berani dengan menciptakan suasana yang tidak tegang dan akrab, (2) tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir murid dan mudah dipahami murid, (3) waktu sering banyak terbuang, terutama apabila murid tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang, (4) guru masih tetap mendominasi proses belajar mengajar, (5) apabila jumlah murid puluhan, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada setiap murid, (6) sering jawaban diborong oleh sejumlah kecil murid yang menguasai dan senang berbicara, sedangkan banyak murid lainnya tidak memikirkan jawabannya”.

Berdasarkan uraian diatas dapat di simpulkan bahwa, kelemahan murid dalam proses belajar mengajar apabila guru kurang menciptakan suasana kelas yang menyenangkan bagi murid, kurangnya pendekatan antar guru dan murid sehingga murid tidak memperhatikan guru dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian maka minat belajar murid merasa bosan dengan keadaan proses belajar mengajar serta kurangya aturan yang tegas dalam mengatur aktivitas murid.

Dokumen terkait