• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka

1) Penelitian yang Relevan

Adapun hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya atas nama Dian Ikawati Ilham Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan yang positif antara keterampilan mengajar guru dengan minat belajar murid kelas V SD Negeri Segugus I Kecamatan Simpur Kabupaten Hulu Sungai Selatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian korelasi. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 161 murid dan sampel penelitian diambil menggunakan rumus slovin dengan error sampling 5% sebanyak 115 murid kelas V SD Negeri Segugus I Kecamatan Simpur. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk skala. Validitas instrumen menggunakan expert judgement, sedangkan uji reliabiltas dengan menggunakan teknik analisis K-R21. Hasil reliabilitas menunjukkan reliabilitas sebesar 0,92 untuk skala keterampilan mengajar guru dan 0,9 untuk skala minat belajar murid. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment. Hasil perhitungan yang diperoleh dengan teknik korelasi product moment adalah 0,864 yang menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel bersifat positif, kemudian dibandingkan dengan rtabel jumlah N=115 dan taraf signifikan 5% yaitu 0,176 terbukti hasil rhitung lebih besar dari rtabel (0,864>0,176). Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara keterampilan mengajar guru dengan minat

7

belajar murid kelas V SD Negeri Segugus I Kecamatan Simpur Kabupaten Hulu Sungai Selatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun ajaran 2014/2015. 1. Besarnya sumbangan keterampilan mengajar guru terhadap minat belajar murid sebesar 74,6% dan sisanya 25,4% ditentukan oleh variabel lain. Besarnya sumbangan masing-masing indikator keterampilan mengajar guru adalah sebagai berikut:

keterampilan memberikan penguatanr 20,5%, keterampilan bertanya sebesar 16,3%, keterampilan menggunakan variasi 10,9%, keterampilan menjelaskan 11,3%, keterampilan membuka danmenutup 13,6%, keterampilan mengelola kelas 14,5%, keterampilan membimbing diskusi kelompok 11,8% dan keterampilan mengajar kelompok kecil 12,7%.

Andaranti Putry dengan judul hubungan apresepsi tanya jawab terhadap minat belajar bagi murid SD Negeri 2 Undaan Lor Kudus tahun ajaran 2012/2013.

Hal ini ditunjukkan pada nilai rata-rata untuk nilai awal atau pra siklus adalah 65,89 dengan persentase 46,45 % murid yang mendapat nilai ≥ 70 sebagai KKM.

Siklus I nilai rata-rata 70,71 dengan persentase 71,43 % murid yang mendapat nilai ≥ 70 sebagai KKM. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata 78,04 dengan persentase 89,29 % murid yang mendapat nilai ≥ 70 sebagai KKM.

Suci Fitriani dengan menggunakan “Hubungan Apresepsi tanya jawab terhadap minat belajar murid SD swasta maju bukit semarang selama tahun pembelajaran 2013/2014” menyimpulkan Apresepsi tanya jawab terhadap minat belajar sangat efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siklus I mengalami peningkatan dari hasil belajar pada kegiatan pra tindakan dengan menggunakan metode kalimat menunjukkan bukan dengan memberitahukan.

Rata-rata hasil belajar siklus I adalah 75,0. meningkat 15,9 % dari hasil belajar kegiatan pra tindakan yang hanya 59,1. Jika dilihat dari nilai rata-rata kelas sudah mencapai nilai KKM, namun hal ini perlu ditingkatkan. Sedangkan hasil belajar pada tindakan siklus II mencapai 86,5 meningkat 26,4 % dari krgiatan pra tindakan dan meningkat 11,5 % dari tindakan siklus I. Secara garis besar hasil belajar murid sudah mengalami peningkatan dan mencapai nilai KKM yang telah ditetapkan.

2) Apersepsi

a. Pengertian Apersepsi

Herbert (1996: 78) menyatakan bahwa: “Apersepsi adalah menerima tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang telah ada”. Disini terjadi asosiasi tanggapan yang baru dengan yang lama. Menurut ahli-ahli psikologi modern dengan apersepsi dimaksud pengalaman dengan penuh perhatian sambil memahami serta mengolah tanggapan-tanggapan baru yang dapat dipengaruhi oleh bahan apersepsi yang telah ada. Hal ini menunjukkan bahwa manusia tidak pasif menerima, melainkan aktif mengolah setiap rangsang yang diterima. Apersepsi dalam pengajaran adalah menghubungan pelajaran lama dengan pelajaran baru, sebagai batu loncatan sejauh mana anak didik mengusai pelajaran lama sehingga dengan mudah menyerap pelajaran baru. Disaat kita akan mengajar sebuah konsep apa saja pada murid, guru sebaiknya memahami bahwa setiap murid memiliki pengalaman, sikap dan kebiasaan yang berbeda, agar dapat menggali dan menghubungkan pengalaman, sikap dan kebiasaan murid terhadap konsep yang akan kita ajarkan perlu kiranya kita kaitkan dengan apersepsi.

b. Pentingnya Membangun Apersepsi Bagi Pengajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud apersepsi adalah pengamatan secara sadar (penghayatan) tentang segala sesuatu dalam jiwanya (dirinya) sendiri yang menjadi dasar perbandingan serta landasan untuk menerima ide-ide baru. Banyak ahli yang berusaha mendefinisikan arti apersepsi, namun untuk lebih mudah memahaminya, maka saya mengartikan apersepsi sebagai suatu proses menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan yang baru.

Menurut E. Mulyasa (2013: 84) menyatakan bahwa: “suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian peserta didik secara optimal, agar mereka memusatkan diri sepenuhnya pada pelajaran yang akan disajikan”. Untuk kepentingan tersebut, guru dapat melakukan upaya-upaya sebagai berikut :

a. Menguhubungkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang akan disajikan.

b. Menyampaikan tujuan yang akan dicapai dan garis besar materi yang akan dipelajari.

c. Menyampaikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan tugas-tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

d. Mendayagunakan media dan sumber belajar yang sesuai dengan materi yang disajikan.

e. Mengajukan pertanyaan, baik untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap pelajaran yang telah lalu maupun untuk menjajagi kemampuan awal berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari.

3). Tujuan Apersepsi

Komponen-kmponen yang berkaitan dengan membuka pelajaran meliputi:

menarik perhatian perserta didik, membangkitkan motivasi, memberi acuan, dan membuat kaitan.

Menurut E. Mulyasa (2013: 85) menyatakan bahwa:

a. Menarik perhatian peserta didik, antara lain dapat dilakukan melalui gaya mengajar guru, menggunakan media dan sumber belajar yang bervariasi, dan menggunakan pola interaksi belajar-mengajar yang bervariasi. b. Membangkitkan motivasi, paling sedikit terdapat empat cara yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik yaitu: kehangatan dan keantusiasan, menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan, dan memperhatikan minat belajar peserta didik. c. Memberikan acuan, untuk memberikan acuan dapat dilakukan dengan mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan, mengingatkan masalah-masalah pokok yang akan dibahas, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. d. Membuat kaitan, untuk membuat kaitan dalam membuka pelajaran, guru dapat melakukannya dengan menghubungkan antara materi yang akan disampaikan dengan materi yang telah dikuasai peserta didik (pengetahuan siap).

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa apersepsi memiliki kaitan yang erat di dalam proses pembelajaran. Apersepsi harus dilakukan oleh guru ketika ingin mengajarkan materi. Dengan adanya apersepsi maka dapat memberikan dasar awal murid untuk mempelajari materi yang baru, dengan demikian maka apersepsi dapat memberikan kemudahan murid dalam belajar.

Proses belajar tidak dapat dipisahkan peristiwa-peristiwanya antara individu dengan lingkungan pengalaman murid, maka sebelum memulai pelajaran yang

baru sebagai batu loncatan, guru hendaknya berusaha menghubungkan terlebih dahulu dengan bahan pelajarannya yang telah dikuasai oleh murid-murid berupa pengetahuan yang telah diketahui dari pelajaran yang lalu atau dari pengalaman.

Proses pembelajaran akan lebih aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan jika para guru secara cerdas dapat menggunakan persepsi (pengalaman atau bahan ajar baru dikaitkan dengan bahan ajar yang lalu atau pengalaman lama yang telah dimiliki peserta didik). Apersepsi ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi kesuksesan proses pembelajaran peserta didik. Pengalaman merupakan guru yang terbaik (Experience is The Best Teacher). Hamalik (1980 : 232) menyatakan, pengalaman-pengalaman merupakan integrasi dari tiga unsur, yaitu:

1. Kesan-kesan terdahulu (Sensory element );

2. Bayangan atau tanggapan terdahulu yang telah berasosiasi (Image);

3. Senang dan tidak senang (affective);

Keseluruhan pengalaman ini disebut perception, yang terdiri atas : 1. Foreground, yaitu objek yang diperhatikan.

2. Background, yaitu bahan-bahan yang telah diamati terdahulu.

Jiwa manusia pada dasarnya merupakan kumpulan - kumpulan bahan-bahan apersepsi atau pengalaman - pengalaman masa lampau. Bahan - bahan-bahan apersepsi ini tersimpan diruangan bawah sadar yang sewaktu - waktu muncul dalam kesadaran. Ada beberapa yang perlu diperhatikan berkaitan dengan apersepsi, yaitu sebagai berikut :

a. Pengalaman baru akan mudah diterima jika dikaitkan dengan pengalaman lama yang telah dimiliki peserta didik sehingga proses pembelajaran akan berjalan lebih efektif.

b. Pengalaman lama yang sudah dikmiliki dapat mem,berikan warna terhadap pengalaman baru sehingga suatu kesatuan yang integral dalam memodifikasi prilaku baru.

c. Apersepsi dapat menumbuhkembangkan (Interest) dan perhatian (attention)dalam belajar sehingga keterbukaan untuk menerima pengalaman baru dalam belajar lebih siap dan menyenangkan.

d. Apersepsi dapat menumbuhkembangkan motivasi belajar peserta didik sehingga memberikan input untuk terjadinya mental Revolution dan motif untuk berprestasi.

Dokumen terkait