• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membaca dan Menulis Ulang Dongeng

Dalam dokumen 126 156 pendan materi bahasa indonesia (Halaman 121-123)

geleng kepala dan tertawa-tawa sendiri Diamati-amatinya teman temannya satu persatu sambil tersenyum-senyum)

TANGIS P Hariyanto

F. Menulis Sastra 1 Pengantar

2) Membaca dan Menulis Ulang Dongeng

Di perpustakaan sekolah, dongeng dan cerita rakyat dapat dengan mudah ditemukan. Mengapa sangat mudah ditemukan dan jumlahnya banyak? Karena, hampir setiap daerah mempunyai dongeng dan cerita rakyat yang bermacam-macam. Bahkan, karena terlalu banyak dongeng itulah, sebagian terbesar dongeng-dongeng di seluruh wilayah Indonesia ini belum terbukukan. Sebagian masih berupa cerita lisan. Tentu saja, jika tidak segera dibukukan, cerita-cerita yang lisan tadi suatu saat akan hilang dan dilupakan.

Pertanyaannya kini, berapa dongeng yang telah kita baca? Di antara yang sudah kita baca, berapa yang dapat kita sampaikan (menulis ulang) kepada orang lain. Nah, kali ini, Anda akan belajar menulis ulang dongeng, baik yang disampaiakn secara lisan maupun tertulis.

Di seluruh dunia, hingga saat ini, dongeng masih bertahan hidup. Di Indonesia, dongeng juga masih banyak dijumpai dan digemari. Anak-anak hingga orang tua gemar mendengarkan dongeng. Di bawah ini dikutip salah satu dongeng yang sangat terkenal.

Si Tanduk Panjang

Dahulu kala, di sebuah desa, tinggallah sebuah keluarga miskin. Keluarga itu terdiri atas seorang ayah, ibu, dan anak perempuannya.

Ayah dan ibu tersebut sangat sayang kepada anak perempuan satu-satunya. Namun, kebahagiaan mereka terasa belum lengkap manakala belum dikaruniai seorang anak laki-laki.

Pada suatu kali ada seekor semut yang berniat hendak memindahkan sebukit pasir dari Jakarta Kota ke Tangerang. Pada hari pertama ia menggotong sebutir pasir. Dengan lambat sekali, ia melalui Jalan Hayam Wuruk, terus ke Jalan Kemakmuran,... Setelah satu bulan, ia baru berhasil membawa sebutir pasir itu ke Tangerang. Untuk kembali ke Jakarta Kota, diperlukan waktu satu bulan lagi. Baru pada bulan ketiga ia dapat mulai mengangkat butir pasir kedua. Demikianlah dengan susah payah butir pasir itu diangkatnya ke punggungnya dan mulailah ia berjalan melalui Jalan Hayam Wuruk, terus ke Jalan Kemakmuran ...

Alkisah pada suatu hari di suatu lorong sepi terlihat seorang nyonya lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seekor tikus kecil. Si tikus kecil lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seekor kucing. Seekor kucing lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seekor anjing. Seekor anjing lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seorang Batak. Si orang Batak lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seorang polisi. Dan si polisi lari terbirit-birit ketakutan karena di buru OPSTIB.

Setiap hari mereka tak berhenti berdoa kepada Tuhan agar dikaruniai seorang anak laki-laki sebagai penyambung keturunan. Bulan berganti bulan, tahun pun berlalu, mereka tetap berdoa. Akhirnya, sang istri pun hamil. Keluarga itu pun semakin berbahagia. Terlebih setelah sang istri melahirkan bayi laki-laki. Namun, kegembiraan itu hanya berlangsung sesaat ketika diketahui bahwa di kepala bayi itu tumbuh tanduk. Perasaan gembira itu mendadak berubah malu dan takut kalau-kalau mereka nanti akan diejek para tetangga.

Untuk menutupi rasa malu dan takut itu, pada malam hari, bayi laki-laki itu dimasukkan ke dalam sebuah peti dengan dibekali sebutir telur dan secangkir beras. Peti itu lalu dihanyutkan ke sungai.

Kakak perempuan bayi laki-laki itu mengetahui perbuatan kedua orang tuanya. Ia sangat sedih. Dengan diam-diam ia meninggalkan rumah dan mengikuti peti yang membawa adiknya hanyut di sungai.

Ia terus melangkah mengikuti adiknya yang hanyut. Beberapa lama kemudian terdengar adiknya menangis karena lapar. Sang kakak pun menghiburnya dengan berkata, “Adikku sayang, si tanduk panjang, janganlah engkau menangis. Jika engkau lapar, makanlah sebutir beras agar kau kenyang!” Tak berapa lama kemudian tangis adiknya berhenti. Begitulah seterusnya, setiap kali terdengar suara tangis, sang kakak segera meneriakkan kata-kata yang sama.

Beberapa hari kemudian si kakak perempuan mendengar ciap anak ayam dari peti tempat adiknya. Ia tak dapat mendekati peti itu, tetapi ia dapat menduga bahwa telur yang dibekalkan kepada adiknya telah menetas.

Begitulah, hari berganti, bulan berlalu. Setiap adiknya menangis, ia selalu menghiburnya dengan kata-kata yang penuh kasih sayang. Sang kakak tak mengenal lelah demi kecintaannya kepada adiknya. Hingga suatu hari peti itu terbawa arus sampai ke tepian sungai. Si kakak dengan wajah gembira mencoba meraihnya.

Berkali-kali ia mencoba meraih. Akhirnya perti itu dapat diraihnya. Dan, betapa terkejutnya ketika peti itu dibuka, melompatlah seorang anak laki-laki gagah dan tampan. Tak lagi terlihat ada tanduk di kepalanya. Di belakangnya, seekor ayam jantam menyertai. Betapa gembira si kakak melihat kenyataan itu. Ia bersyukur pada Tuhan yang telah menyelamatkan adiknya yang sangat disayanginya.

Selanjutnya kakak-beradik itu segera menuju ke desa terdekat. Di depan pintu gerbang desa mereka ditegur oleh penduduk setempat. Mereka memberitahu bahwa untuk masuk ke desa mereka harus mengadu ayamnya dengan ayam penduduk desa. Jika menang, akan mendapat harta, dan jika kalah akan dijadikan budak. Namun jika tidak berani menerima tantangan itu, mereka dipersilakan pergi dari desa itu.

Kakak-beradik itu menyanggupi tantangan tersebut. Dan, pada hari yang telah ditentukan ayam mereka diadu dengan disaksikan seluruh masyarakat setempat. Ternyata ayam si tanduk panjang menang. Akhirnya kedua kakak-beradik itu dipersilakan masuk desa dan dijamu dengan makanan yang lezat-lezat serta dihadiahi harta kekayaan. Tak lama kemudian kedua kakak-beradik itu minta diri untuk meninggalkan desa itu.

Untuk memasuki desa yang lain ternyata mereka dikenai syarat serupa, yakni harus menyabung ayam. Lagi-lagi bertarunglah ayam mereka. Untung ayam kakak- beradik itu selalu menang sehingga mereka tidak mendapat kesulitan dan sekaligus menambah harta kekayaannya. Bahkan untuk membawa harta kekayaannya, mereka membawa beberapa pengikut.

Akhirnya kedua kakak-beradik itu tiba di desa kelahirannya. Para penduduk menanyai asal-usul mereka. Mendengar pengakuan kedua kakak-beradik itu, penduduk mengetahui siapa sebenarnya mereka.

Kabar tentang kedatangan dua kakak-beradik pun tersebar. Si tanduk panjang dan kakak perempuannya telah datang, begitulah kabar yang tersebar. Kedua orang tua

mereka pun mendengar, lalu datanglah mereka untuk menyongsong kedua anaknya yang telah lama hilang. Namun, kakak-beradik itu menolaknya.

“Kami tidak punya orang tua lagi, karena justru ketika kami memerlukan kasih sayang dan perlindungan, mereka tidak melakukannya. Tak ada yang peduli pada kami.”

Betapa kecewa kedua orang tua mereka yang sudah miskin itu. Kini, mereka baru menyadari akan kesalahannya. Hancurlah hatinya. Mereka menyesal, lalu jatuh sakit, dan akhirnya meninggal dunia.

Perlatihan

a) Bentuklah kelompok diskusi yang masing-masing kelompok berjumlah empat orang. Diskusikan tentang keempat jenis dongeng di atas. Apakah keempat jenis dongeng di atas ada dan berkembang di Indonesia?

b) Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.

(1) Baca dan pelajarilah dengan cermat dongeng di atas! (2) Tulislah isi dan amanat dongeng tersebut!

(3) Tulisah kerangka (alur) dongeng di atas!

(4) Kembangkan kerangka dongeng tersebut dengan bahasa Anda sendiri sehingga menjadi sebuah dongeng yang utuh!

(5) Berdasarkan pembagian Antti Aarne dan Stith Thompson terhadap dongeng ke dalam empat golongan besar, yakni (1) dongeng binatang (animal tales), (2) dongeng biasa (ordinary folktales), (3) lelucon dan anekdot (jokes and anecdotes), serta (4) dongeng berumus (formula tales), lakukan tahapan di bawah ini

a) Identifikasikan dongeng yang masih ada di sekitar Anda berdasar keempat golongan besar di atas.

b) Tentukan salah satu dongeng di antara yang telah Anda identifikasikan tersebut.

c) Buat kerangka dongeng yang akan membantu memudahkan Anda dalam mengembangkan alur dongeng.

d) Kembangkan kerangka dongeng tersebut menjadi sebuah dongeng yang utuh. c. Menulis Puisi Bebas

Setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menulis puisi bebas. Kegiatan belajar ini terdiri atas subtopik, yakni (1) menulis puisi yang berisi gagasan sendiri, (2) menampilkan pilihan kata dan rima yang menarik, dan (3) serta menulis puisi secara kreatif.

Jika dibandingkan dengan menulis prosa, menulis puisi memiliki keunikan tersendiri. Salah satu keunikan menulis puisi adalah kelebihan dan kekurangannya. Artinya, hampir lebih banyak orang yang pada mulanya menulis puisi dibandingkan dengan menulis prosa. Inilah kelebihannya. Sementara itu, kualitas yang dihadirkan karena kuantitas tersebut sering menjadi bumerang, bahwa produk puisi “cenderung” kurang bermutu dibandingkan dengan prosa. Melihat kecenderungan ini, yang diperlukan adalah bagaimana meyakinkan kepada penulis puisi bahwa setiap tulisan (dalam hal ini puisi) memiliki sejarah tersendiri (baca: kualitas).

Berkaitan dengan hal itu, kegiatan belajar menulis puisi ini ditekankan pada kemauan ‘berani mencoba dan berkeyakinan baik’ . Yang diperlukan adaalah mengeksplorasi sebanyak-banyaknya topik, lalu mengembangkan menjadi puisi.

Dalam dokumen 126 156 pendan materi bahasa indonesia (Halaman 121-123)