• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

4. Membaca

a. Pengertian Membaca

Membaca berasal dari kata dasar baca yang artinya memahami arti tulisan dan suatu kesatuan kegiatann terpadu yang mencakup beberapa kegiatan, seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan.26

25

Agus Suprijono, Op.Cit, h. 15

26

Dra. Novi Resmini, M.Pd, Pendidikan Bahasa Dan Sastra Di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), h. 73

Membaca merupakan adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan melalui media kata-kata bahasa tulis.27

Klein, dkk yang dikutip Rahim (2005) mengemukakan, bahwa definisi membaca mencakup (1) membaca merupakan suatu proses (2) membaca adalah strategis, dan (3) membaca merupakan kegiatan interaktif. Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna

Menurut Anderson yang dikutip oleh Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan, pendapat sisi linguistik menjelaskan bahwa :

“Membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording dan decoding process). Pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna.”28

Selain penjelasan di atas, beliau juga mengungkapkan bahwa : “Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dari yang tersurat, melihat pemikiran yang terkandung dalam kata-kata yang tertulis. Tingkat hubungan antara makna yang hendak dikemukakan oleh penulis dengan interpretasi pembaca turut menentukan ketepatan membaca. Makna bacaan tidak terletak pada halaman tertulis tetapi berada pada pikiran pembaca.”29

Dari pengertian membaca diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa membaca merupakan suatu proses keterampilan untuk mengamati, memahami, menghubungkan dan memikirkan isi suatu bacaan. Membaca juga untuk mendapatkan informasi serta makna yang terkandung di dalam bacaan.

27

Dra. Isah Cahyani, M.Pd. 2007. Kemampuan Berbahasa Indonesia Di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), h. 98

28

Prof. DR. Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa Bandung, 2008), h. 7

29

Dengan demikian membaca sebetulnya merupakan aktivitas menguraikan kode-kode tulisan ke dalam bunyi atau menguraikan kode-kode grafis yang mewakili bahasa ke dalam makna tertentu.

b. Langkah-Langkah Membaca

Hal pertama yang harus disadari adalah pengetahuan apa yang sudah dimiliki sebelum membaca tulisan. Kedua ialah menetapkan sasaran. Langkah ketiga mencari gambaran umum bacaan. Tujuan awal adalah langkah membaca kritis yang keempat. Kelima adalah pendalaman dan yang terakhir adalah pembahasan ulang.30

Pada langkah pertama, mengaitkan pengetahuan sangat penting dimiliki sebelum membaca dengan pengetahuan yang akan didapatkan melalui proses membaca karena tanpa pengetahuan, proses membaca tidak mungkin berjalan dengan lancar.

Pada langkah kedua menetapkan sasaran maksutnya seseorang menganalisis apa sasaran sebelum membaca tulisan. Hal ini berguna untuk meningkatkan konsentrasi serta membantu untuk mencapai sasaran tersebut.

Pada langkah ketiga bukan membaca dalam pengertian sebenarnya, melainkan membaca sekilas. Hal ini berguna agar dapat mengetahui struktur dan isi bacaan.

Pada langkah keempat maksutnya memberi tanda dengan menggunakan pensil, pulpen atau stabilo pada poin-poin penting sesuai dengan sasaran karena peninjauan tersebut akan memelihara pemusatan perhatian pembaca.

Pada langkah kelima pendalaman yang dimaksud adalah memahami materi bacaan secara terperinci atau membaca materi yang dibaca dengan pemahaman yang mendalam.

30

Niknik M. Kuntarto, Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir, (Jakarta: MitraWacana Media, 2010), h. 222

Pada langkah terakhir pembahasan ulang berfungsi untuk meneliti apakah semua sasaran sudah dicapai atau belum, karena dengan pembahasan ulang dapat mengaitkan pengetahuan dan meningkatkan memori jangka panjang.

c. Tujuan Membaca

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Tarigan mengemukakan tujuh tujuan membaca yaitu;31

1) Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta

(reading for details or facts) atau yang dimaksud dengan apa

yang telah terjadi pada tokoh khusus, untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh tokoh.

2) Membaca untuk memperoleh ide utama (reading for main ideas) atau yang dimaksud membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik juga merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh tokoh untuk mencapai tujuannya. 3) Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan cerita (reading

for sequence or organization) atau yang dimaksud membaca

untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita misalnya bagian cerita diawal, kedua dan diakhir cerita atau seterusnya, setiap tahap dibuat untuk memecahkan masalah

4) Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for

inference) atau yang dimaksud membaca untuk menemukan

mengapa para tokoh merasakan apa yang hendak diperlihatkan oleh pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal

31

5) Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify) atau yang dimaksud membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar.

6) Membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate) atau yang dimaksud membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh bekerja dalam cerita itu.

7) Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan

(reading to compare or contrast) atau yang dimaksud membaca

untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, dan bagaimana tokoh menyerupai pembaca.

d. Kemampuan Membaca

Kemampuan membaca merupakan modal utama dalam kehidupan setiap pribadi, baik disekolah maupun di dalam lingkungan masyarakat. Dalam kehidupan sekolah murid sering mengalami kesulitan belajar karena murid tersebut tidak memiliki kemampuan membaca yang kurang memadai.32

Kemampuan membaca adalah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan.33 Kemampuan membaca dapat ditingkatkan dengan penguasaan teknik-teknik membaca efesien dan efektif. Kemampuan untuk mebaca diperlukan berpikir kritis, menemukan keseluruhan makna bahan bacaan, baik makna tersurat

32

http://karwapi.wordpress.com/2012/10/06/proposal-ptk-16-meningkatkan-kemampuan- membaca-intensif-dengan-menggunakan-strategi-dr-ta-directed-reading-thinking-activity-murid-kelas-iii-sd-negeri-211-bulete-kabupaten-wajo/ diakses tanggal 6 Oktober 2012

33

maupun makna tersiratnya, melalui tahap mengenal, memahami, menganalisis, dan menilai. Mengelolah secara kritis artinya dalam proses membaca seseorang pembaca tidak hanya menangkap makna yang tersurat atau makna baris bacaan (reading the lines), tetapi juga menemukan makna antar baris (reading between lines), dan makna di balik baris (reading beyond the lines).

Kemampuan membaca juga merupakan sebuah jembatan bagi siapapun saja dan dimana saja yang berkeinginan meraih kemajuan dan kesuksesan, baik di lingkungan, di dunia persekolahan maupun di dunia pekerjaan, oleh karena itu, para pakar sepakat bahwa kemahiran (reading literacy) merupakan prasyaratan mutlak bagi setiap insan yang memperoleh kemajuan. Untuk memperoleh kemampuan membaca yang layak bukanlah pekerjaan yang mudah, karena faktor-faktor untuk melingkupnya sangat kompleks.

Kemampuan membaca dan berpikir secara kritis juga menuntut agar kita sadar akan sikap-sikap serta prasangka-prasangka kita sendiri, dan unsur-unsur lain dalam latar belakang pribadi kita yang mungkin mempengaruhi kegiatan membaca dan berpikir kita.34 Misalnya apabila ayah kita adalah seorang guru, mungkin saja memiliki sikap-sikap tertentu terhadap organisasi guru yang akan mencegah pemicaraan kita mengenai pemogokan yang mengancam dengan suatu cara yang objektif.sebagai warga Negara atau mahasiswa yang bertanggung jawab, kita perlu sadar akan sikap-sikap kita yang tidak masuk akal. Yang terpenting ialah bahwa kita menyadari minat-minat pribadi kita sendiri dan bahwa kita tidak membiarkannya turut campur tangan pada kemampuan kita membacadan berpikir secara inteligen dan kritis.

34

e. Evaluasi Hasil Membaca

Evaluasi menurut Bloom adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam pribadi siswa atau tidak.35

Zainul dan Nasution menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik menggunakan instrument tes maupun non-tes.

Singkatnya evaluasi adalah kegiatan atau proses penentuan nilai, sehingga dapat diketahui mutu atau hasilnya.

Dalam evaluasi terdapat alat evaluasi. Alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang dalam melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien.36 Dalam menggunakan alat tersebut evaluator menggunakan cara atau teknik, maka dikenal dengan teknik evaluasi, ada dua teknik dalam evaluasi yaitu teknik tes dan non tes.

Dalam teknik tes yang berhubungan dengan hasil membaca yaitu tes subjektif dan tes objektif.37 Tetapi dalam pembahasan ini hanya menjelaskan tentang tes subjektif yang berhubungan dengan pebahasan teoretiknya.

Tes Subjektif yang pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya.

1) Kebaikan-kebaikannya

35

Sitiatava Rizema Putra, Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja, (Yogyakarta: DIVA Press, 2013), h. 73

36

Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 40

37

a) Mudah disiapkan dan disusun.

b) Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan.

c) Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus.

d) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.

e) Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan

2) Keburukan-keburukannya

a) Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.

b) Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas)

c) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif

d) Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.

e) Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.

3) Bilamanakah digunakan tes subjektif? Tes bentuk esai digunakan apabila:

a) Kelompok yang akan tes kecil, dan tes itu tidak akan digunakan berulang-ulang.

b) Tester (guru) ingin menggunakan berbagai cara untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bentuk tertulis.

c) Guru ingin mengetahui lebih banyak tentang sikap-sikap siswa daripada hasil yang telah dicapai.

d) Memiliki waktu yang cukup banyak untuk menyusun tes.

f. Pemilihan Teks sebagai Materi dalam Pembelajaran Membaca Mengenai pembelajaran membaca, dituliskan dalam kurikulum Bahasa Indonesia bahwa membaca yang diajarkan pada siswa umumnya meliputi membaca intensif, membaca cepat, membaca memindai dan membaca nyaring. Namun demikian, porsi materi dan kegiatan untuk membaca intensif pemahaman lebih banyak diberikan. Ini tampak dari kompetensi dasar dalam kurikulum yang berhubungan dengan materi dalam pembelajaran membaca antara lain:38

Kelas I :

b) Membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat. c) Membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan

intonasi yang tepat.

d) Membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3-5 kata dengan intonasi yang tepat

e) Membaca puisi anak

Kelas II :

a) Menyimpulkan isi teks pendek (10-15 kalimat) yang dibaca dengan membaca lancar

b) Menjelaskan isi puisi anak yang dibaca

Kelas III :

a) Membaca nyaring teks

b) Menjelaskan isi teks (100-150 kata) melalui membaca intensif

c) Menceritakan isi dongeng yang dibaca

38

Kelas IV :

a) Menemukan pikiran pokok teks agak panjang (150-200 kata) dengan cara membaca sekilas

b) Melakukan sesuatu berdasarkan petunjuk pemakaian yang dibaca

c) Menemukan makna dan informasi secara tepat dalam kamus/ensiklopedi melalui membaca memindai

d) Membaca nyaring suatu pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat

e) Membaca pantun

Kelas V :

a) Membaca teks percakapan dengan lafal dan intonasi yang tepat

b) Mnemukan gagasan utama

c) Membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat

d) Membandingkan isi dua teks yang dibaca dengan membaca sekilas

e) Menemukan informasi secara cepat dari berbagai teks khusus (buku petunjuk telepon, jadwal perjalanan, daftar susunan acara, daftar menu, dll) yang dilakukan melalui membaca memindai

f) Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat)

Kelas VI :

a) Mendeskripsikan isi dan teknik penyajian suatu laporan hasil pengamatan atau kunjungan

b) Menanggapi informasi dari kolom atau rubrik khusus (majalah anak, Koran,dll)

Mengenai pemilihan teks yang digunakan dalam pembelajaran membaca, sebenarnya dalam kurikulum (2006) dituliskan bahwa

panjang pendeknya teks tidak diatur karena yang menjadi dasar pertimbangan adalah kualitas teks, bukan kuantitasnya.39 Hal itu dapat dikaitkan dengan pemikiran bahwa sebuah teks yang panjang tetapi mengandung banyak kekurangan atau kelemahan, tidak dianjurkan dipakai sebagai materi pembelajaran karena tidak memberikan model yang baik bagi siswa.

Materi bacaan yang dianjurkan sebaiknya adalah teks yang tidak saja sesuai dengan topik pembahasan tetapi juga harus merupakan bacaan yang baik dari segi organisasi ide, alur berpikir, struktur teks serta tata bahasanya.

Begitu juga dengan hasil eksperimen Wood (dalam Hosenfeld, Arnold, Kirchofer, Laciura dan Wilson, 2007) yang mendapati bahwa dibandingkan teks yang memuat kalimat-kalimat kompleks, teks dengan pengungkapan ide yang rumit lebih sulit dipahami oleh pembaca. Jadi dapat disimpulkan cerita pendek, cerita anak, atau bahkan cerita rakyat dapat menjadikan pelajaran lebih menyenangkan karena umumnya pemakaian teks seperti itu sangat dianjurkan.

5. Karangan Narasi

Dokumen terkait