• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD terhadap Kemampuan Membaca Karangan Narasi Pada Siswa Kelas V Di MIN 6 Jagakarsa, Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD terhadap Kemampuan Membaca Karangan Narasi Pada Siswa Kelas V Di MIN 6 Jagakarsa, Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2012/2013"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN AJARAN 2012/2013

SKRIPSI

diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta

sebagai salah satu syarat mencapai gelar sarjana Pendidikan

oleh :

Peppy Nindy Ully Artha

NIM 109018300033

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MI/SD

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) SYARIF

HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i Bissmillahirrahmanirrahiim

Asalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ‘Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Kemampuan Membaca Karangan Narasi Pada Siswa Kelas

V Di MIN 6 Gandaria Jagakarsa Jakarta Selatan’.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulisan skripsi ini tidak selalu berjalan lancar, banyak kesulitan dan hambatan yang dihadapi. Kesulitan dan hambatan tersebut terkadang menimbulkan perasaan jenuh, namun dengan dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Dr. Fauzan, MA. Ketua Jurusan KI/PGMI

2. Nurlena Rifa’i, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

3. Rosida Erowati, M. Hum. Selaku dosen pembimbing I yang selalu mengoreksi, mengarahkan, memotivasi, membimbing serta memberikan nasihat selama penulisan skripsi ini.

4. Nafia Wafiqni, M.Pd. Selaku dosen pembimbing II yang selalu sabar

membimbing, mengarahkan, memotivasi dan memberikan nasihat selama penulisan skripsi ini.

5. Ibu Kholidah, S.Pd.I. Selaku Kepala Sekolah MIN 6 Gandaria Jagakarsa yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di sekolahnya.

(7)

ii

8. Yang tercinta kedua orang tua yang selalu memotivasi (Bapak Endang Suprichady dan Ibu Sholikhah)

9. Saudara-saudara yang selalu memberikan saya semangat (Pakde Syamsodik & Bude Tini, Om Syamsudin & Tante Iva, Om Syamsul dan Tante Fida) beserta seluruh keluarga besar yang tidak bisa disebutkan satu persatu

10.Agus Dwi Wandono, yang selalu sabar menyemangati, mengarahkan, menemani dan memberikan nasehat.

11.Rekan-rekan Mahasiswa PGMI 2009 seperjuangan yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis dan masukan-masukan serta yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, terima kasih banyak atas semuanya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan di dalam penulisan skripsi ini yang perlu diperbaiki, maka kritik dan saran sangat diharapkan dalam upaya penyempurnaan. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan dan penyusunan Skripsi ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, Februari 2014

(8)

iii

ACHIEVEMENT DIVISION) TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA

KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS V DI MIN 6 GANDARIA

JAGAKARSA JAKARTA SELATAN. Skripsi. Jakarta : Program Studi

Kependidikan Islam. Jurusan SI Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negri Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap kemampuan membaca karangan narasi. Penelitian ini dilaksanakan di MIN 6 Gandaria Jagakarsa, Jakarta Selatan, kelas V semester II tahun ajaran 2012/2013.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen. Sampel penelitian ini meliputi 30 siswa kelas eksperimen dan 30 siswa kelas kontrol. Instrumen penelitian berupa tes obyektif sebanyak 17 soal dengan 4 pilihan. Validitas tes dihitung dengan menggunakan rumus korelasi biseral. Koefisien reliabilitas tes = 0,774 ini dihitung dengan menggunakan rumus K-R 20 (Kuder-Richardson). Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis yaitu dengan uji-t, pada taraf signifikan = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 58.

Uji normalitas hasil tes menggunakan chi-kuadrat. Pada kelompok eksperimen

= 2,56, pada α = 0,05 dan dk = 4 adalah 9,488. Pada kelompok kontrol = 3,7, pada α = 0,05 dan dk = 4 adalah 9,488. Pada kedua kelompok berdistribusi normal. Uji homogenitas hasil tes menggunakan uji Fisher. Diperoleh = 1,28; = 1,85 pada α = 0,05 dengan dk pembilang = 29 dan dk penyebut = 29. Ternyata = 1,28< 1,85 = maka disimpulkan data hasil tes kedua kelompok bervariasi sama. Uji analisis data dengan menggunakan uji-t diperoleh = 2,082 > = 2,002, maka H1

(9)

iv

COOPERATIVE LEARNING MODEL STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) THE ABILITY TO READ A NARRATIVE ESSAY IN CLASS V IN MIN

6 GANDARIA JAGAKARSA SOUTH JAKARTA. Skripsi of Islamic Education at

Faculty of Tarbiyah and Teacher Training of State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.

This study intend to determine whether there is any effect of STAD cooperative learning model to literary narrative essay. This research was conducted in MIN 6 Gandaria Jagakarsa, South Jakarta, class V in the semester of the school year 2012/2013.

The method used in this study is quasi-experimental. The study sample includes 30 students in experiment class and 30 students in the control class.The research instrument is an objective test as many as 17 questions with 4 choices. The validity of the test is calculated using the correlation formula biseral. Test reliability coefficient = 0.774 is calculated using the formula KR 20 (Kuder-Richardson). Data analysis techniques are used to test the hypothesis that the t-test, the significance level = 0.05 and degrees of freedom (df) = 58.

Normality test results using the chi-squared test. In the experimental group

= 2.56, at α = 0.05 and df = 4 is 9.488. In the control group

(10)

v

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretik 1. Model Pembelajaran... 7

2. Model Pembelajaran Kooperatif ... 10

3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 17

4. Membaca ... 19

5. Karangan Narasi ... 29

B. Hasil Penelitian Relevan ... 34

C. Kerangka Berpikir ... 36

D. Hipotesis Penelitian ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

B. Metode dan Desain Penelitian ... 38

C. Populasi dan Sampel ... 39

(11)

vi

A. Profil Sekolah ... 44

B. Deskripsi Data ... 50

C. Pengujian Persyaratan Analisis ... 57

D. Pengujian Hipotesis ... 60

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 64

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 65

B. Implikasi ... 66

C. Saran ... 67

(12)

vii

4.2 Daftar Guru MIN 6 Jagakarsa ... 45

4.3 Daftar Kegiatan Ekstrakurikuler MIN 6 Jagakarsa ... 47 4.4 Keadaan Sarana dan Prasarana MIN 6 Jagakarsa ... 49 4.5 Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kemampuan Membaca Karangan

Narasi Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol... 51 4.6 Rangkuman Data Statistik Nilai Pretest Kemampuan Membaca

Karangan Narasi Kelompok Eksperimen dan Kontrol... 54 4.7 Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Kemampuan

Membaca Karangan Narasi Kelompok Eksperimen... 54 4.8 Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Kemampuan

Membaca Karangan Narasi Kelompok Kontrol... 56 4.9 Rangkuman Data Statistik Nilai Posttest Kemampuan Membaca

Karangan Narasi Kelompok Eksperimen dan Kontrol... 58 4.10 Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest Kemampuan Membaca

Karangan Narasi Kelompok Eksperimen... 58 4.11 Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest Kemampuan

(13)

viii

(14)

ix

4.2 Nilai Rata-rata Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen... 53

4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kemampuan Membaca Karangan Kelompok Eksperimen... 55 4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kemampuan Membaca Karangan

Narasi Kelompok Kontrol ... 56 4.5 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kemapuan Membaca Karangan

(15)

1

A.

Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mempunyai peran penting di

dalam komunikasi baik secara lisan maupun tulisan, karena Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional kita. Seseorang dikatakan mampu berbahasa Indonesia apabila mampu menggunakan bahasa tersebut dengan baik. Pengukuran kemampuan berbahasa dapat dilihat dari kemampuan seseorang menggunakan bahasa yang baik secara lisan maupun tulisan.

Pendidikan Bahasa Indonesia sebaiknya difokuskan pada empat keterampilan berbahasa. Dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi yaitu keterampilan menyimak (listening skills), berbicara (speaking

skills), membaca (reading skills) dan menulis (writing skills). Setiap

keterampilan erat sekali berhubungan dengan proses–proses yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya, semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas jalan pemikirannya.

Dari keempat keterampilan berbahasa tersebut, peneliti hanya memfokuskan pada satu aspek yaitu keterampilan membaca. Membaca merupakan keterampilan dasar yang perlu dimiliki oleh setiap orang, tidak hanya untuk meraih keberhasilan bersekolah melainkan sepanjang hayatnya. Membaca perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak baik sekolah sebagai penyelenggara pendidikan, masyarakat, orang tua dan pemerintah. Membaca mempunyai manfaat yang penting dalam kehidupan manusia,

karena dengan membaca dapat memperluas wawasan dan pengetahuan seseorang. Membaca perlu diterapkan saat anak masih sedini mungkin, ketika

anak memasuki lembaga pendidikan formal.

(16)

membiasakan membaca karena diri sendiri bukan atas dasar paksaan dari pihak lain. Semakin banyak membaca semakin banyak informasi yang akan diperoleh.

Kemampuan membaca merupakan keterampilan dasar bagi siswa, yang harus dikuasai agar mereka dapat mengikuti seluruh proses pembelajaran. Kemampuan membaca sangat penting bagi siswa karena banyak kegiatan belajar adalah membaca. Berbagai mata pelajaran dapat dikuasai apabila siswa terbiasa membaca. Para guru MI/SD bertanggung jawab untuk memberikan kemampuan membaca yang memadai kepada para siswa. Sebagai tujuan untuk meneruskan pelajaran ke sekolah yang lebih tinggi. Untuk itu, mereka harus dibekali kemampuan membaca karena kemampuan membaca di MI/SD masih rendah.

Selain itu, faktor penyebab rendahnya minat baca dan keterampilan membaca siswa adalah terletak pada model, metode, strategi, atau teknik yang digunakan dalam proses pembelajaran. Pada umumnya model pembelajaran yang digunakan oleh guru di kelas adalah pembelajaran konvensional yang

diaplikasikan dalam bentuk metode ceramah. Teknisnya yaitu, guru berada di depan kelas menyampaikan materi pelajaran, sedangkan siswa mendengarkan, menyimak, dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Terkadang kegiatannya diselingi dengan pertanyaan, diskusi, dan diselingi dengan kegiatan latihan. Pada pembelajaran seperti ini suasana kelas cenderung

teacher centered sehingga siswa menjadi pasif dan merasa cepat bosan dalam

(17)

pelajaran bahasa Indonesia. Model-model pembelajaran yang menarik dapat meningkatkan minat siswa untuk belajar. Sehingga keterampilan berbahasa juga dapat dikuasai siswa dengan baik, khususnya keterampilan membaca.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam mengajar adalah model pembelajaran kooperatif (cooperatif learning). Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan secara efektif pada semua tingkat kelas dan semua mata pelajaran. Dengan pembelajaran kooperatif, interaksi yang terjadi di dalam kelompok dapat melatih siswa untuk menerima dan menghargai pendapat dari teman.

Dalam pembelajaran kooperatif, ada banyak pembelajaran cooperative

learning, di antaranya adalah tipe STAD, jigsaw, investigasi kelompok, TPS,

NHT, CIRC, dan sebagainya. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam mengajarkan pembelajaran membaca adalah tipe

Student Team Achievement Division (STAD). Pembelajaran STAD adalah

variasi pembelajaran kooperatif yang sangat mudah diadaptasi oleh siswa, model pembelajaran ini memacu siswa agar saling mendorong teman sekelompok untuk melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma-norma bahwa belajar itu penting, berharga, menyenangkan dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru.

(18)

Dalam pembelajaran membaca terdapat banyak materi kegiatan membaca di antaranya membaca pidato, membaca pemahaman, membaca karangan narasi, membaca puisi, dan sebagainya. Tetapi peneliti hanya memfokuskan pada membaca karangan narasi. Membaca karangan narasi bertujuan untuk menyampaikan pengetahuan atau informasi kepada orang lain atau para pembaca. Narasi dapat menambah ilmu pengetahuan melalui jalan cerita, bagaimana suatu peristiwa itu berlangsung. Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Guru dapat memberi contoh bentuk karangan narasi dari novel atau cerita yang membuat menarik siswa membaca, sehingga siswa menjadi mengerti tentang karangan narasi. Dengan menggunakan pembelajaran STAD siswa dapat meningkatkan kemampuan membaca atau saling membaca, memahami ide pokok dan menuliskan kembali isi cerita.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe

STAD (Student Team Achievement Division) terhadap kemampuan membaca karangan narasi siswa kelas V MIN 6 Gandaria, Jakarta

Selatan”.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah dapat diuraikan menjadi beberapa pernyataan berikut :

1. Minat baca siswa rendah.

2. Kemampuan membaca karangan narasi siswa dalam proses pembelajaran masih rendah.

3. Siswa harus lebih banyak dihadapkan dengan berbagai ragam bacaan. 4. Guru masih belum dapat menggunakan model pembelajaran dengan baik

dan kurang bervariasi dalam proses mengajar.

(19)

6. Kurangnya perhatian guru terhadap keterampilan membaca siswa.

7. Kurangnya penerapan strategi-strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa.

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan indentifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada masalah:

1. Kurangnya pemahaman siswa terhadap suatu wacana atau cerita.

2. Kurangnya penerapan strategi-strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut “Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement di terhadap kemampuan membaca karangan narasi pada siswa kelas V di MIN 6 Jagakarsa Tahun Ajaran 2012/2013?”

E.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement di terhadap kemampuan membaca karangan narasi pada siswa kelas V di MIN 6 Jagakarsa Tahun Ajaran 2012/2013?

F.

Manfaat Penelitian

1.

Manfaat Teoretis

(20)

2.

Manfaat Praktis

a) Bagi guru, hasil penelitian dapat dijadikan bahan untuk melakukan PBM lebih maksimal.

b) Bagi siswa, hasil penelitian dapat menjadikan siswa lebih bersemangat dalam belajar.

c) Bagi peneliti lain, hasil penelitian diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan bahan acuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan kemampuan menulis yang selama ini dirasakan masih kurang, serta dapat mendorong peneliti lain dalam bidang pendidikan untuk mengadakan studi perbandingan dengan variasi lain yang berkaitan dengan keterampilan berbahasa sebagai kelanjutan.

d) Bagi sekolah, hasil penelitian dapat memberikan sumbangan baik

pada sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran khususnya dan sekolah pada umumnya.

(21)

7

A.

Deskripsi Teoretik

1.

Model Pembelajaran

a. Hakikat Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial.1 Model pembelajaran

mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, dan pengelolaan

kelas.2 Joyce dan Weil menyatakan bahwa model mengajar merupakan model belajar dengan model tersebut guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide diri sendiri.3

Arends menyeleksi enam macam model pengajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar, masing-masing adalah: presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif , pengajaran berdasarkan masalah dan diskusi kelas.4

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.

Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Seperti yang dikemukakan Joyce dan Weil bahwa setiap model yang akan digunakan dalam pembelajaran menentukan perangkat yang

dipakai dalam pembelajaran tersebut.

1

Dr. Rusman, M.Pd, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 132 2

Ibid, h.133 3

Ibid, h.134 4

(22)

Model-model pembelajaran terdapat bermacam-macam diantaranya yaitu model pembelajaran kontruktivisme, model pembelajaran CTL (ontextual teaching and learning), model pembelajaran kooperatif (coorporation learning), model pembelajaran berbasis PAIKEM, model pebelajaran inkuiri, dll.5

b. Tujuan Model Pembelajaran

Mills dalam Suprijono mengatakan bahwa model adalah bentuk representasi akurat sebagai suatu proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.6Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, kurikulum dan lain-lain.7

Adapun Soekamto dalam Trianto mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah:

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.8

Dari pengertian model pembelajaran tersebut, maka penulis menyimpulkan model pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu desain, pola atau rancangan yang digunakan untuk pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Hal itu dilakukan untuk menciptakan suasana yang menunjang agar siswa merasa bebas untuk

5

Drs. Mamad Kasmad, S.Pd., M.Pd dan Dr. Suko Pratomo, M.Pd, Model-Model Pembelajaran Berbasis PAIKEM, (Tangerang: Pustaka Mandiri, 2012), h. 14.

6

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), h. 45

7

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 57 8

(23)

merespon secara alami dan teratur. Sehingga tujuan belajar tercapai dengan baik.

Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam penerapannya model pembelajaran harus dilakukan dengan kebutuhan siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip dan tekanan utama yang berbeda. Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

c. Ciri-Ciri Model Pembelajaran

Model-model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:9 1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli

tertentu.

2) Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.

3) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar dikelas.

4) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax); (2) adanya prinsip-prinsip reaksi; (3) system sosial dan (4) system pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaan

5) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi: (1) Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur; (2) dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.

6) Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya

9

(24)

2.

Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Istilah pendekatan secara harfiah dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai “proses, perbuatan, cara mendekati”. Pendekatan adalah cara umum seorang guru memandang persoalan atau obyek sehingga diperoleh kesan tertentu.10 Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau bergantung dari pendekatan tertentu. Menurut Roy Killen (1998), ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru, dan pendekatan yang berpusat pada siswa.11

Pendekatan kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang

didalamnya mengkondisikan para siswa untuk bekerja bersama-sama di dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lain

dalam belajar.12 Pembelajraan kooperatif menurut Johnson & Johnson dalam Zulfiani, dkk adalah cara belajar yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja dan belajar satu sama lain. Untuk mencapai tujuan kelompok di dalam belajar kooperatif siswa berdiskusi dan saling membantu serta mengajak satu sama lain untuk memahami isi materi pelajaran. Menurut Slavin dalam Zulfiani, dkk, pembelajatan kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai prestasi belajar tertinggi.

10

Dra. Eveline Siregar, M.Pd & Hartini Nara, M.Si, Teori Belajar dan Pembbelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 75

11

Prof. Dr. Suyono, M.Pd. & Drs. Hariyanto, M.S, Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA,2011), h. 90.

12

(25)

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pengajaran yang baik di dalam kelompok kecil dengan siswa yang memiliki tingkat keahlian berbeda, menggunakan ragam aktivitas untuk meningkatkan pemahaman mereka pada sebuah subjek (mata pelajaran). Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil dengan keahlian berbeda, dan di dalam kelompok kecil tersebut siswa saling belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.13 Di dalam kelompok tersebut siswa dapat berdiskusi dan saling membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai prestasi belajar tertinggi.

Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan di mana siswa harus secara

individual menemukan dan menstransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu (Soejadi dalam Teti Sobari, 2006:15). Berdasarkan teori tersebut, penerapan yang dimaksud yaitu dalam pembelajaran siswa secara individu dalam proses pembelajaran menemukan informasi dari setiap materi pembelajaran dan menyesuaikan dengan aturan yang ada dan apabila informasi tersebut tidak sesuai dengan aturan yang ada, siswa dapat merevisinya. Model pembelajaran ini dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme yang lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky. Berdasarkan penelitian Piaget yang pertama dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak.14

13

Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan. Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Angkasa, 2009), h. 159.

14

(26)

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi.15

Johnson dan Johnson menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.

Zamroni mengemukakan bahwa manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Di samping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial di kalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi

pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.

c. Karakteristik pembelajaran kooperatif

Secara umum pembelajaran kooperatif terdiri dari lima karakteristik, yaitu:16

1) Siswa belajar bersama pada tugas-tugas umum atau aktivitas untuk menyelesaikan tugas atau aktivitas pembelajaran.

2) Siswa saling bergantung secara positif aktivitas diatur sehingga siswa membutuhkan siswa lain untuk mencapai hasil bersama.

15

Trianto, M. Pd, Op.Cit, h. 57 16

(27)

Pembelajaran yang yang paling baik ditangani jika melalui kerja kelompok.

3) Siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 5 siswa.

4) Siswa menggunakan perilaku kooperatif, pro-sosial.

5) Setiap siswa secara mandiri bertanggungjawab untuk pekerjaan pembelajaran mereka.

d. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif

Menurut Carin bahwa pembelajaran kooperatif ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:17

1) Setiap anggota mempunyai peran 2) Terjadi interaksi langsung diatara siswa

3) Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya

4) Peran guru adalah membantu siswa untuk mengembangkan

keterampilan-keteranpilan interpersonal kelompok

5) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

e. Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Menurut Anita Lie dalam Zulfiani, dkk ada beberapa manfaat proses pembelajaran kooperatif yaitu:

1) Siswa dapat meningkatkan kemampuannya untuk bekerja sama dengan siswa yang lain

2) Siswa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menghargai perbedaan

3) Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran meningkat 4) Mengurangi kecemasan siswa (kurang percaya diri) 5) Meningkatkan motivasi, harga diri dan sikap positif 6) Meningkatkan prestasi belajar siswa

17

(28)

f. Keunggulan dan kelemahan pembelajaran kooperatif

Menurut Roger and David Johnson dalam Zulfiani, dkk pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan, diantaranya:

1) Pembelajaran kooperatif lebih kuat menghasilkan pencapaian tujuan pembelajaran dibanding pola interaksi kompetitif dan individual

2) Siswa lebih positif tentang sekolah, bidang mata pelajaran dan guru.

3) Siswa lebih positif tentang satu sama lain ketika belajar secara kooperatif

4) Siswa lebih efektif antar pribadi, lebih mampu menerima perspektif orang lain, dan memiliki keahlian interaksi yang lebih baik.

Selain memiliki kelebihan, pembelajaran kooperatif juga mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya:

1) Dalam kelompok dengan keahlian campuran, seringkali siswa

yang lebih kuat harus mengajar siswa yang lebih lemah dan mengerjakan sebagian besar tugas kelompok

2) Waktu pada pembelajaran ini hanya cukup untuk fokus tugas pada tingkatan yang paling mendasar

3) Strategi ini mungkin hanya mendukung pemikiran tingkat rendah dan mengabaikan strategi pemikiran kritis dan tingkat tinggi.

g. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif.18

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan

memotivasi siswa belajar

18

(29)

Fase-2

Menyajikan informasi

Fase-3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok -

kelompok belajar

Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Fase-5 Evaluasi

Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan

kelompok.

h. Teori Pembelajaran Kooperatif

Teori pembelajaran kooperatif menurut Slavin terbagi dalam 2 kategori, yaitu teori Motivasi dan teori Kognitif.19

1) Teori Motivasi

Menurut teori motivasi, motivasi siswa dalam pembelajaran

kooperatif terletak pada bagaimana bentuk penghargaan (reward) atau struktur pencapaian tujuan saat siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran. “Motivational perspective on cooperative learning

19

(30)

focus primarily on the reward or goal structure under wich students operate”.

Diidentifikasikan ada tiga macam struktur pencapaian tujuan seperti berikut:

a) Kooperatif : siswa yakin bahwa tujuan mereka tercapai jika dan hanya jika siswa yang lain juga akan mencapai tujuan tersebut. b) Kompetitif : siswa yakin bahwa tjuan mereka tercapai jika dan

hanya jika siswa lain tidak mencapai tujuan .

c) Individualistik : siswa yakin upaya mereka sendiri untuk mencapai tujuan taka da hubungannya dengan siswa lain dalam mencapai tujuan tersebut.

Menurut pandangan teori motivasi, struktur tujuan kooperatiu menciptakan suatu situasi dimana anggota kelompok dapat mencapai tujuan pribadi mereka apabila kelompok itu berhasil. Oleh karena itu, anggota kelompok harus membantu teman kelompoknya dengan cara melakukan apa saja yang dapat membantu kelompok itu berhasil dan

yang lebih penting lagi adalah mendorong teman kelompoknya untuk melakukan upaya maksimal.

2) Teori Kognitif

Teori ini menekankan pengaruh kerjasama dalam suasana kebersamaan didalam kelompok itu sendiri. “cognitivetheories emphasize the effects of working together in itself (whether or not the groups are trying of group goal)”.

Teori kognitif dapat dkelompokkan dalam dua kategori sebagai berikut:20

a) Teori Pembangunan

Asumsi dasar dari teori pembangunan adalah bahwa interaksi antar siswa disekitar tugas-tugas yang sesuai meningkatkan penguasaan mereka terhadap konsep-konsep yang sulit.

20

(31)

b) Teori Elaborasi Kognitif

Pandangan dalam psikologi kognitif telah menemukan bahwa apabila informasi yang telah ada di dalam memori, siswa harus terlibat dalam beberapa restruktur atau elaborasi kognitif suatu materi. Salah satu cara elaborasi kognitif yang paling efektif adalah menjelaskan materi itu pada orang lain.

Dasar teori pembelajaran kooperatif seperti yang disebutkan di atas digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team

Achievement Division)

a.) Pengertian

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Menurut Slavin, model STAD (student team achievement division) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti dan model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan banyak subjek lainnya pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.21

Lebih jauh Slavin memaparkan bahwa: “Gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru”.22 Jadi jika siswa menginginkan kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok mereka dalam mempelajari pelajaran dan harus mendorong teman sekelompok untuk melakukan yang terbaik, memperlihatkan

norma-norma bahwa belajar itu penting, berharga dan menyenangkan.

21

Dr. Rusman, M.Pd, op. cit., h. 213 22

(32)

Tipe STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.23

b.) Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Pada proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD memiliki langkah-langkah pembelajaran meliputi :24

1. Penyampaian Tujuan dan Motivasi

Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

2. Pembagian Kelompok

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, di mana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, rasa atau etnik.

3. Presentasi dari Guru

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memotivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. 4. Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim)

Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.

23

Isjoni, Cooperative Learning, (Bandung: Alfabeta, 2013) h. 51 24

(33)

5. Kuis (Evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut.

c.) Teori Pembelajaran STAD

Berdasarkan sifat keilmuan, Bruner mengategorikan teori pembelajaran menjadi preskriptif dan deskriptif.25 Teori belajar preskriptif beraksentuasi pada bagaimana sebaiknya proses belajar diselenggarakan. Teori belajar deskriptif menekankan pada bagaimana proses belajar terjadi dalam diri peserta didik. Jadi, teori belajar preskriptif berisi seperangkat preskripsi guna mengoptimalkan hasil

belajar yang diinginkan. Teori belajar deskriptif berisi deskripsi mengenai hasil belajar yang muncul sebagai akibat dari digunakannya metode tertentu.

4.

Membaca

a. Pengertian Membaca

Membaca berasal dari kata dasar baca yang artinya memahami arti tulisan dan suatu kesatuan kegiatann terpadu yang mencakup beberapa kegiatan, seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan.26

25

Agus Suprijono, Op.Cit, h. 15

26

(34)

Membaca merupakan adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan melalui media kata-kata bahasa tulis.27

Klein, dkk yang dikutip Rahim (2005) mengemukakan, bahwa definisi membaca mencakup (1) membaca merupakan suatu proses (2) membaca adalah strategis, dan (3) membaca merupakan kegiatan interaktif. Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna

Menurut Anderson yang dikutip oleh Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan, pendapat sisi linguistik menjelaskan bahwa :

“Membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording dan decoding process). Pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna.”28

Selain penjelasan di atas, beliau juga mengungkapkan bahwa : “Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dari yang tersurat, melihat pemikiran yang terkandung dalam kata-kata yang tertulis. Tingkat hubungan antara makna yang hendak dikemukakan oleh penulis dengan interpretasi pembaca turut menentukan ketepatan membaca. Makna bacaan tidak terletak pada halaman tertulis tetapi berada pada pikiran pembaca.”29

Dari pengertian membaca diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa membaca merupakan suatu proses keterampilan untuk mengamati, memahami, menghubungkan dan memikirkan isi suatu bacaan. Membaca juga untuk mendapatkan informasi serta makna yang terkandung di dalam bacaan.

27

Dra. Isah Cahyani, M.Pd. 2007. Kemampuan Berbahasa Indonesia Di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), h. 98

28

Prof. DR. Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa Bandung, 2008), h. 7

29

(35)

Dengan demikian membaca sebetulnya merupakan aktivitas menguraikan kode-kode tulisan ke dalam bunyi atau menguraikan kode-kode grafis yang mewakili bahasa ke dalam makna tertentu.

b. Langkah-Langkah Membaca

Hal pertama yang harus disadari adalah pengetahuan apa yang sudah dimiliki sebelum membaca tulisan. Kedua ialah menetapkan sasaran. Langkah ketiga mencari gambaran umum bacaan. Tujuan awal adalah langkah membaca kritis yang keempat. Kelima adalah pendalaman dan yang terakhir adalah pembahasan ulang.30

Pada langkah pertama, mengaitkan pengetahuan sangat penting dimiliki sebelum membaca dengan pengetahuan yang akan didapatkan melalui proses membaca karena tanpa pengetahuan, proses membaca tidak mungkin berjalan dengan lancar.

Pada langkah kedua menetapkan sasaran maksutnya seseorang menganalisis apa sasaran sebelum membaca tulisan. Hal ini berguna

untuk meningkatkan konsentrasi serta membantu untuk mencapai sasaran tersebut.

Pada langkah ketiga bukan membaca dalam pengertian sebenarnya, melainkan membaca sekilas. Hal ini berguna agar dapat mengetahui struktur dan isi bacaan.

Pada langkah keempat maksutnya memberi tanda dengan menggunakan pensil, pulpen atau stabilo pada poin-poin penting sesuai dengan sasaran karena peninjauan tersebut akan memelihara pemusatan perhatian pembaca.

Pada langkah kelima pendalaman yang dimaksud adalah memahami materi bacaan secara terperinci atau membaca materi yang dibaca dengan pemahaman yang mendalam.

30

(36)

Pada langkah terakhir pembahasan ulang berfungsi untuk meneliti apakah semua sasaran sudah dicapai atau belum, karena dengan pembahasan ulang dapat mengaitkan pengetahuan dan meningkatkan memori jangka panjang.

c. Tujuan Membaca

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Tarigan mengemukakan tujuh tujuan membaca yaitu;31

1) Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta

(reading for details or facts) atau yang dimaksud dengan apa

yang telah terjadi pada tokoh khusus, untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh tokoh.

2) Membaca untuk memperoleh ide utama (reading for main ideas) atau yang dimaksud membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik juga merangkumkan

hal-hal yang dilakukan oleh tokoh untuk mencapai tujuannya. 3) Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan cerita (reading

for sequence or organization) atau yang dimaksud membaca

untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita misalnya bagian cerita diawal, kedua dan diakhir cerita atau seterusnya, setiap tahap dibuat untuk memecahkan masalah

4) Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for

inference) atau yang dimaksud membaca untuk menemukan

mengapa para tokoh merasakan apa yang hendak diperlihatkan oleh pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal

31

(37)

5) Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify) atau yang dimaksud membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar.

6) Membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate) atau yang dimaksud membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh bekerja dalam cerita itu.

7) Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan

(reading to compare or contrast) atau yang dimaksud membaca

untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, dan bagaimana tokoh menyerupai pembaca.

d. Kemampuan Membaca

Kemampuan membaca merupakan modal utama dalam kehidupan setiap pribadi, baik disekolah maupun di dalam lingkungan masyarakat. Dalam kehidupan sekolah murid sering mengalami kesulitan belajar karena murid tersebut tidak memiliki kemampuan membaca yang kurang memadai.32

Kemampuan membaca adalah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan.33 Kemampuan membaca dapat ditingkatkan dengan penguasaan teknik-teknik membaca efesien dan efektif. Kemampuan untuk mebaca diperlukan berpikir kritis, menemukan keseluruhan makna bahan bacaan, baik makna tersurat

32

http://karwapi.wordpress.com/2012/10/06/proposal-ptk-16-meningkatkan-kemampuan- membaca-intensif-dengan-menggunakan-strategi-dr-ta-directed-reading-thinking-activity-murid-kelas-iii-sd-negeri-211-bulete-kabupaten-wajo/ diakses tanggal 6 Oktober 2012

33

(38)

maupun makna tersiratnya, melalui tahap mengenal, memahami, menganalisis, dan menilai. Mengelolah secara kritis artinya dalam proses membaca seseorang pembaca tidak hanya menangkap makna yang tersurat atau makna baris bacaan (reading the lines), tetapi juga menemukan makna antar baris (reading between lines), dan makna di balik baris (reading beyond the lines).

Kemampuan membaca juga merupakan sebuah jembatan bagi siapapun saja dan dimana saja yang berkeinginan meraih kemajuan dan kesuksesan, baik di lingkungan, di dunia persekolahan maupun di dunia pekerjaan, oleh karena itu, para pakar sepakat bahwa kemahiran (reading literacy) merupakan prasyaratan mutlak bagi setiap insan yang memperoleh kemajuan. Untuk memperoleh kemampuan membaca yang layak bukanlah pekerjaan yang mudah, karena faktor-faktor untuk melingkupnya sangat kompleks.

Kemampuan membaca dan berpikir secara kritis juga menuntut agar kita sadar akan sikap-sikap serta prasangka-prasangka kita

sendiri, dan unsur-unsur lain dalam latar belakang pribadi kita yang mungkin mempengaruhi kegiatan membaca dan berpikir kita.34 Misalnya apabila ayah kita adalah seorang guru, mungkin saja memiliki sikap-sikap tertentu terhadap organisasi guru yang akan mencegah pemicaraan kita mengenai pemogokan yang mengancam dengan suatu cara yang objektif.sebagai warga Negara atau mahasiswa yang bertanggung jawab, kita perlu sadar akan sikap-sikap kita yang tidak masuk akal. Yang terpenting ialah bahwa kita menyadari minat-minat pribadi kita sendiri dan bahwa kita tidak membiarkannya turut campur tangan pada kemampuan kita membacadan berpikir secara inteligen dan kritis.

34

(39)

e. Evaluasi Hasil Membaca

Evaluasi menurut Bloom adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam pribadi siswa atau tidak.35

Zainul dan Nasution menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik menggunakan instrument tes maupun non-tes.

Singkatnya evaluasi adalah kegiatan atau proses penentuan nilai, sehingga dapat diketahui mutu atau hasilnya.

Dalam evaluasi terdapat alat evaluasi. Alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang dalam melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien.36 Dalam menggunakan alat tersebut evaluator menggunakan cara atau teknik, maka dikenal dengan teknik evaluasi, ada dua teknik dalam evaluasi

yaitu teknik tes dan non tes.

Dalam teknik tes yang berhubungan dengan hasil membaca yaitu tes subjektif dan tes objektif.37 Tetapi dalam pembahasan ini hanya menjelaskan tentang tes subjektif yang berhubungan dengan pebahasan teoretiknya.

Tes Subjektif yang pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya.

1) Kebaikan-kebaikannya

35

Sitiatava Rizema Putra, Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja, (Yogyakarta: DIVA Press, 2013), h. 73

36

Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 40

37

(40)

a) Mudah disiapkan dan disusun.

b) Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan.

c) Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus.

d) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.

e) Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan

2) Keburukan-keburukannya

a) Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.

b) Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas)

c) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif

d) Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.

e) Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.

3) Bilamanakah digunakan tes subjektif? Tes bentuk esai digunakan apabila:

a) Kelompok yang akan tes kecil, dan tes itu tidak akan digunakan berulang-ulang.

b) Tester (guru) ingin menggunakan berbagai cara untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bentuk tertulis.

(41)

d) Memiliki waktu yang cukup banyak untuk menyusun tes.

f. Pemilihan Teks sebagai Materi dalam Pembelajaran Membaca Mengenai pembelajaran membaca, dituliskan dalam kurikulum Bahasa Indonesia bahwa membaca yang diajarkan pada siswa umumnya meliputi membaca intensif, membaca cepat, membaca memindai dan membaca nyaring. Namun demikian, porsi materi dan kegiatan untuk membaca intensif pemahaman lebih banyak diberikan. Ini tampak dari kompetensi dasar dalam kurikulum yang berhubungan dengan materi dalam pembelajaran membaca antara lain:38

Kelas I :

b) Membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat. c) Membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan

intonasi yang tepat.

d) Membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3-5 kata dengan intonasi yang tepat

e) Membaca puisi anak

Kelas II :

a) Menyimpulkan isi teks pendek (10-15 kalimat) yang dibaca dengan membaca lancar

b) Menjelaskan isi puisi anak yang dibaca

Kelas III :

a) Membaca nyaring teks

b) Menjelaskan isi teks (100-150 kata) melalui membaca intensif

c) Menceritakan isi dongeng yang dibaca

38

(42)

Kelas IV :

a) Menemukan pikiran pokok teks agak panjang (150-200 kata) dengan cara membaca sekilas

b) Melakukan sesuatu berdasarkan petunjuk pemakaian yang dibaca

c) Menemukan makna dan informasi secara tepat dalam kamus/ensiklopedi melalui membaca memindai

d) Membaca nyaring suatu pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat

e) Membaca pantun

Kelas V :

a) Membaca teks percakapan dengan lafal dan intonasi yang tepat

b) Mnemukan gagasan utama

c) Membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat

d) Membandingkan isi dua teks yang dibaca dengan membaca sekilas

e) Menemukan informasi secara cepat dari berbagai teks khusus (buku petunjuk telepon, jadwal perjalanan, daftar susunan acara, daftar menu, dll) yang dilakukan melalui membaca memindai

f) Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat)

Kelas VI :

a) Mendeskripsikan isi dan teknik penyajian suatu laporan hasil pengamatan atau kunjungan

b) Menanggapi informasi dari kolom atau rubrik khusus (majalah anak, Koran,dll)

(43)

panjang pendeknya teks tidak diatur karena yang menjadi dasar pertimbangan adalah kualitas teks, bukan kuantitasnya.39 Hal itu dapat dikaitkan dengan pemikiran bahwa sebuah teks yang panjang tetapi mengandung banyak kekurangan atau kelemahan, tidak dianjurkan dipakai sebagai materi pembelajaran karena tidak memberikan model yang baik bagi siswa.

Materi bacaan yang dianjurkan sebaiknya adalah teks yang tidak saja sesuai dengan topik pembahasan tetapi juga harus merupakan bacaan yang baik dari segi organisasi ide, alur berpikir, struktur teks serta tata bahasanya.

Begitu juga dengan hasil eksperimen Wood (dalam Hosenfeld, Arnold, Kirchofer, Laciura dan Wilson, 2007) yang mendapati bahwa dibandingkan teks yang memuat kalimat-kalimat kompleks, teks dengan pengungkapan ide yang rumit lebih sulit dipahami oleh pembaca. Jadi dapat disimpulkan cerita pendek, cerita anak, atau bahkan cerita rakyat dapat menjadikan pelajaran lebih menyenangkan

karena umumnya pemakaian teks seperti itu sangat dianjurkan.

5.

Karangan Narasi

a. Pengertian Narasi

Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Unsur yang paling penting pada sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau tindakan.40

Oleh sebab itu dapat disimpulkan narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Apa yang telah

39

Kundharu Saddhono & St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia (Teori dan Aplikasi), (Bandung: CV. Karya Putra Darwati, 2012) h. 90

40

(44)

terjadi tidak lain daripada yang dilakukan oleh orang-orang atau tokoh-tokoh dalam suatu rangkaian waktu.

b. Pengertian Karangan Narasi

Salah satu kemampuan membaca yang biasa diterapkan di SD adalah kemampuan membaca sebuah karangan cerita. Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karangan diartikan juga sebagai rangkaian hasil pemikiran atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang teratur.41

Hasil mengarang dapat berupa tulisan, cerita, artikel, buah pena, ciptaan atau gubahan (lagu, musik dan nyanyian). Karangan yang baik adalah karangan yang dapat dibaca dan dipahami oleh para pembaca.

Karangan dapat dibedakan menjadi karangan deskripsi, eksposisi, narasi, persuasi. Narasi adalah ragam wacana yang

menceritakan proses kejadian suatu peristiwa.42 Sasarannya adalah memberikan gambaran sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan atau rangkaian terjadinya sesuatu hal.

Gorys Keraf berpendapat bahwa :

“narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.”

Jadi, karangan narasi (berasal dari narration = bercerita) adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu.

41

Yeti Mulyati, dkk, Keterampilan Berbahasa Indonesia SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), h. 1.5

42

(45)

Karangan narasi berusaha menjawab keingintahuan pembaca yang selalu bertanya, “Apa yang terjadi?”. Seperti halnya karangan deskripsi, karangan narasi memiliki dua macam sifat yaitu, 1) narasi ekspositoris, menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya yaitu perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut, 2) narasi sugestif, peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal (imajinasi) para pembaca. Narasi ekspositoris digunakan untuk karangan faktual seperti biografi, aotobiografi, sejarah atau proses dan cara melakukan suatu hal. Sedangkan narasi sugestif digunakan untuk karangan imajinatif seperti novel, cerpen, roman dan drama.43

c. Teknik Narasi

Narasi adalah suatu bentuk karangan yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang peristiwa pada suatu waktu kepada pembaca.44

Hal terpenting dalam karangan narasi adalah unsur tindakan atau buatan sehingga ketika membaca karangan narasi pembaca seolah-olah melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Terdapat dua bentuk narasi, yaitu narasi sugestif dan narasi ekspositoris.

Berikut perbedaan pokok antara Narasi Sugestif dan Narasi Ekspositoris :

No. Narasi Sugestif Narasi Ekspositoris 1. Menyampaikan suatu makna atau

suatu suatu amanat yang tersirat

Memperluas pengetahuan

2. Menimbulkan daya khayal Menyampaikan

informasi mengenai suatu kejadian

3. Penalaran hanya berfungsi sebagai Didasarkan pada

43

Dr. Gorys Keraf, Op.Cit, h. 136 44

(46)

alat untuk menyampaikan makna,

sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar.

penalaran untuk

mencapai kesepakatan rasional

4. Bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitik-beratkan penggunaan kata-kata konotatif

Bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan

kata-kata denotatif

1. Narasi Sugestif

Narasi sugestif atau imajinatif merupakan suatu rangkaian

peristiwa yang disajikan sedemikian rupa sehingga merangsang daya khayal para pembaca.45 Narasi sugestif berupa wacana fiktif

seperti dongeng, cerpen, novel, dan roman. Dongeng, cerpen, novel, dan roman merupakan bentuk narasi fiktif dengan ciri khas yang dimilikinya yaitu adanya alur dan suspensi, latar dan waktu, tokoh dan karakter, sudut pandang dan makna yang terkandung di dalamnya

2. Narasi Ekspositoris

Ekspositoris adalah bentuk karangan yang sebaliknya dari karangan narasi sugestif. Narasi ekspositoris bersifat nonfiktif yang disajikan dengan bahasa denotatif dan tujuan utama bukan menimbulkan daya imajinasi, melainkan menambah pengetahuan pembaca dengan pemaparan yang rasional. Sejarah, biografi, autobiografi adalah bentuk narasi yang menjelaskan peristiwa-peristiwa yang menyangkut riwayat hidup atau pengalaman perorangan atau kelompok dengan penyajian yang berusaha menarik manfaat dari pengalaman tersebut.

45

[image:46.595.160.518.117.438.2]
(47)

d. Kemampuan Membaca Karangan Narasi

Di dalam kamus Bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti sanggup; dapat; berada, sedangkan kemampuan adalah suatu kesanggupan, kekuatan.46 Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan.

Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang kompleks yang menuntut kerja sama antara sejumlah kemampuan. Kemampuan membaca siswa banyak ditentukan oleh pengalamannya membaca dan kemampuannya menguasai pengetahuan yang berkaitan dengan aspek-aspek kebahasaan, misalnya kosakata dan struktur. Faktor metode mengajar, prosedur, dan kompetensi guru juga dapat mempengaruhi kemampuan membaca permulaan anak. Oleh karena itu, seorang guru harus dapat menggunakan metode mengajar yang bervariasi untuk membuat semangat siswa dalam menerima pelajaran.

Kemampuan membaca karangan narasi perlu mendapat

perhatian dari guru, karena siswa masih merasa malas dihadapkan dengan teks bacaan yang tidak menarik, sehingga siswa masih belum memahami tentang isi bacaan. Guru sebaiknya memilih bahan bacaan yang menarik dan membuat siswa ingin membaca serta mengerti isi dari bacaan tersebut. Bahan bacaan yang dapat diberikan guru untuk karangan narasi dapat diperoleh dari berbagai sumber misalnya, sejarah cerita pahlawan yang sudah dimengerti siswa, cerita imajinasi dari kehidupan hewan-hewan.

Kemampuan membaca karangan narasi diharapkan siswa dapat menyebutkan tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita, menjawab pertanyaan isi teks bacaan, memahami isi karangan, latar cerita, ide pokok, dan membuat kesimpulan atas bacaan yang telah di baca.

Langkah-langkah penyusunan karangan narasi adalah:

46

(48)

a) Menentukan tema atau amanat apa yang akan disampaikan b) Menetapkan sasaran pembaca

c) Merancang peristiwa-peristiwa utama yang akan disampaikan skema alur

d) Membagi peristiwa utama ke dalam bagian awal, perkembangan dan akhir cerita

e) Merinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita

f) Susun tokoh dan perwatakan, latar dan sudut pandang47

B.

Hasil Penelitian Relevan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) dapat meningkatkan

kemampuan membaca karangan narasi siswa diantaranya:

Lina Murti Safitri. NIM : 0701045134. Pengaruh Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading And Composition)

Terhadap Kemampuan Membaca Karangan Narasi Siswa Kelas V SDN

Pesanggrahan 03 PagiJakarta Selatan. Skripsi. Jakarta : Program Studi Ilmu

Pendidikan. Jurusan SI Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif CIRC terhadap kemampuan membaca karangan narasi. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Pesanggrahan 03 Pagi Jakarta Selatan, kelas V semester II tahun ajaran 2010/2011. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen. Sampel penelitian ini meliputi 30 siswa kelas eksperimen dan 30 siswa kelas kontrol. Instrumen penelitian berupa tes obyektif sebanyak 17 soal dengan 4 pilihan. Validitas tes dihitung dengan menggunakan rumus korelasi biseral. Koefisien reliabilitas tes = 0,774 ini dihitung dengan menggunakan rumus K-R 20 (Kuder-Richardson). Teknik

47

(49)

analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis yaitu dengan uji-t, pada taraf signifikan = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 58.

Marlina Pangapoi. NIM: 208111057. “Peengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Kalimat Konsep terhadap Kemampuan Menulis Karangan

Deskripsi oleh Siswa Kelas X SMA Swasta Josua Tahun pembelajaran 2012/2013”. Skripsi. Medan : Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji analisis data dengan menggunakan uji “t” diperoleh = 5,940 pada taraf signifikan 5% dari daftar distribusi N = 60 maka diperoleh = 1,6710. Jadi > , 5,940 > 1,6710

maka hipotesis nihil ( ) ditolak dan hipotesis alternatif ( ) diterima. Artinya, terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe kalimat konsep dalam menulis karangan deskripsi. Berdasarkan data diatas,

maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe kalimat konsep berpengaruh signifikan dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X SMA Swasta Josua Medan Tahun Pelajaran 2012/2013.

RUSLAH: Penggunaan Metode Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Gaya Bahasa Pada Puisi. (Penelitian Tindakan Kelas di MAN 22 Jakarta). Skripsi. Jakarta: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penggunaan metode kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan kemampuan penggunaan gaya bahasa pada puisi tidak hanya mendongkrak nilai siswa dari rata-rata pretest 67.1 menjadi 70.7

(posttest) setelah pembelajaran, tetapi juga mengalami peningkatan dari

(50)

C.

Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan diatas, salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dengan cara melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran merupakan hal yang terpenting bagi keefektifan proses mengajar di sekolah. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan guru adalah model pembelajaran

cooperative learning tipe STAD.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Dalam model pembelajaran cooperative learning siswa diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya

sementara guru hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu tipe

kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

STAD lebih merupakan metode umum dalam mengatur kelas ketimbang metode komprehensif dalam mengajarkan mata pelajaran tertentu, di dalamnya guru menggunakan pelajaran mereka sendiri dan materi-materi lain. Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran guru harus dapat memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai kebutuhan siswa.

Dalam membaca karangan narasi, siswa diharapkan dapat menentukan dan memahami isi dari bacaan yang disediakan guru. Siswa dapat menjawab pertanyaan isi teks, menyebutkan tokoh-tokoh, memahami isi karangan, latar cerita, ide pokok, dan menyimpulkan isi bacaan. Bahan bacaan yang dapat dipakai guru dapat berupa novel, cerpen, atau cerita pahlawan.

(51)
[image:51.595.132.541.140.496.2]

dibacanya. Diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan kemampuan membaca karangan narasi siswa secara berkelompok atau individu.

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir

D.

Hipotesis Penelitian

Dari kajian teori dan kerangka berfikir di atas maka hipotesis yang diajukan adalah:

- H1 : Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD

terhadap kemampuan membaca karangan narasi.

- : Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD

terhadap kemampuan membaca karangan narasi 1. Guru menggunakan pendekatan konvensional

2. Siswa tidak tertarik dalam menerima materi yang disampaikan 3. Kemampuan membaca karangan narasi siswa rendah

Proses Pembelajaran

Model Pembelajaran Kooperatif tipe pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division)

Membaca Karangan Narasi

(52)

38

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di MIN 6 Jagakarsa. Waktu pelaksanaan penelitian ini pada semester genap Tahun Ajaran 2012-2013, yang dilaksanakan pada bulan Februari.

B.

Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan quasi eksperimen yaitu dengan memberikan perlakuan yang berbeda terhadap dua kelompok siswa atau membagi kelompok yang diteliti menjadi dua kelompok. Disebut eksperimen karena metode penelitian yang menguji hipotesis berbentuk hubungan sebab akibat.48 Model yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe pembelajaran STAD (Student Team Achievement

Division). Dalam penelitian ini meneliti pengaruh model pembelajaran

kooperatif tipe pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) terhadap kemampuan membaca karangan narasi. Jadi, peneliti meneliti perbedaan sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) siswa kelas V MIN 6 Jagakarsa.

Untuk pelaksanaannya peneliti akan membagi kelompok yang diteliti menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen (menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) dan kelompok kontrol (belajar tanpa menggunakan model pembelajaran).

Kelompok Perlakuan Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian Quasi Eksperimen yaitu meto

Gambar

figuratif dengan menitik-beratkan
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir
Tabel 4.2 Daftar Guru MIN 6 Jagakarsa
Tabel 4.3 Daftar Kegiatan Ekstrakurikuler MIN 6 Jagakarsa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan permasalahan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran matematika pada mata pelajaran matematika materi bilangan bulat,

Tabel 3.3 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ....

Prov Sumbar, Dinas PU, Compensation payment stage is under process ENVIRONMENTAL; a) The project not yet started, b) CTC need check to field for preparing the external monitoring

Sasaran pembangunan yang diturunkan dari 7 (tujuh) misi pembangunan Kabupaten Dharmasraya yaitu terdiri dari 28 sasaran pokok dan 63 arah kebijakan pembangunan

Uji analisis item pada skala tingkat pola asuh authoritative (N=16) diperoleh 8 item yang mempunyai korelasi item-total antara 0,305-0,604 dengan koefisien reliabilitasnya

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder akan diperoleh dari tegalkota.bps.go.id dan Disperindag atau

Jalan Kolonel Wahid

Assuming that the expectations theory holds, what does the market expect the yield on 2-year Treasury securities to be five years from