• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membaca/menyimak ajaran Gereja

Dalam dokumen Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti (Halaman 44-49)

tentang Gereja tentang Gereja

B. Gereja sebagai Persekutuan yang Terbuka

1. Membaca/menyimak ajaran Gereja

Peserta didik membaca/menyimak ajaran Gereja tentang Gereja sebagai per-sekutuan umat yang terbuka.

“Gereja adalah persekutuan umat Allah. Dalam persekutuan umat itu, semua anggota mempunyai martabat sama, memiliki fungsi berbeda-beda, serta semakin terbuka dan terlibat mewarnai dunia. Gereja hadir dan berada untuk dunia. Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan murid-murid Kristus. Sebab persekutuan murid-murid Kristus terdiri atas orang-orang yang dipersatukan di dalam Kristus, dibimbing oleh Roh Kudus dalam peziarahan menuju Allah Bapa. Semua murid Kristus telah menerima warta keselamatan untuk disampaikan kepada semua orang (bdk. Gaudium et Spes, artikel 1).

Panggilan Gereja yang utama ialah menjadi utusan Kristus untuk menampakkan dan menyalurkan cinta kasih Allah kepada semua orang dan segala bangsa. Tugas perutusan ini adalah tugas seluruh umat Allah (LG, artikel 17), masing-masing seturut kemampuannya. Baik kaum hierarki maupun kaum awam serta biarawan-biarawati mendapat tugas perutusan yang sama. Konsili menegaskan dengan jelas kewajiban ini, yaitu untuk umat Allah yang hidup dalam jemaat-jemaat, terutama dalam keuskupan-keuskupan dan paroki-paroki, jemaat-jemaat wajib memberi kesaksian akan Kristus di hadapan segala bangsa.

Persekutuan umat Allah harus menampakkan karya keselamatan Allah di dunia ini. Secara singkat dapat dikatakan bahwa Gereja menjadi tanda dan sarana (sakramen) keselamatan bagi dunia. Setiap anggota Gereja dengan caranya sendiri terlibat dan menggeluti persoalan-persoalan dunia untuk membangun dan menyejahterakan umat manusia. Setiap anggota Gereja mendapat tugas berdasarkan potensi dan kemampuannya bagi terciptanya tata dunia yang lebih baik. Dengan demikian, anggota Gereja sungguh menyadari bahwa bukan hanya dirinya satu-satunya yang terlibat di dalam masyarakat dengan segala persoalan yang ada.

Gereja pada zaman sekarang harus menjadi persekutuan terbuka. Perlu disadari pentingnya keterbukaan, bukan hanya keterbukaan dengan sesama dalam iman dan keyakinan, melainkan keterbukaan terhadap agama yang lain, artinya kita membuka berbagai kemungkinan dialog dan kerja sama yang baik dengan sesama pihak yang berjuang bersama. Dialog iman dan kerja sama lintas agama dapat menumbuhkembangkan realitas sosial sebagai milik bersama. Dialog kehidupan dan karya yang dikembangkan dapat menjadi tempat kerja sama dalam menyikapi persoalan-persoalan kemanusiaan dan sosial kemasyarakatan, demi memajukan semua manusia ke taraf yang lebih manusiawi dan luhur.

Santo Paulus dalam Kisah Para Rasul 4:32–37 memberikan gambaran ideal tentang suasana dan cara sebuah persekutuan umat perdana. Cara hidup umat perdana memberikan kita buah kesadaran bahwa kebersamaan dalam persekutuan itu penting. Hal-hal yang dapat terlihat, misalnya, segala sesuatu adalah milik bersama, hidup dalam persaudaraan kasih, saling memberi dan menerima sesuai kebutuhan, terbuka untuk semua orang, semangat dan keteladanan inilah yang dapat kita contoh, yaitu kepekaan terhadap situasi sosial ekonomi sesama saudara dalam persekutuan umat. Kebersamaan kita dalam hidup menggereja tidak hanya terbatas pada hal-hal rohani, tetapi juga harus menyentuh kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Persekutuan umat Allah harus terbuka dan menyentuh relung jiwa setiap anggotanya.

Gereja hadir di dunia bukan untuk dirinya sendiri, melainkan bagi dunia itu sendiri. Dalam persekutuan, mereka mengalami dirinya sungguh erat berhubungan dengan umat manusia serta sejarahnya (bdk. Gaudium et Spes, artikel 1) karena persekutuan mereka terdiri atas orang-orang yang dipersatukan dalam Kristus, dibimbing oleh Roh Kudus dalam peziarahan mereka menuju kerajaan Bapa, dan telah menerima warta keselamatan untuk disampaikan kepada semua orang.

Cara-cara yang ditempuh Gereja untuk menunjukkan keterbukaannya: pertama, berdialog dengan agama lain. Gereja sesudah Konsili Vatikan II sungguh menyadari bahwa di luar agama Katolik terdapat pula benih-benih kebenaran dan keselamatan. Untuk itu, dibutuhkan dialog untuk saling mengenal, menghargai, dan memperkaya; kedua, kerja sama atau dialog. Gereja hendaknya membangun kerja sama yang lebih intensif dan mendalam dengan para pengikut agama lain.

Sasaran yang hendak diraih adalah pembangunan manusia dan peningkatan martabat manusia. Berpartisipasi secara aktif dan bekerja sama dengan siapa saja dalam membangun masyarakat yang adil, damai, dan sejahtera.

2. Pendalaman

Peserta didik berdiskusi dalam kelompok (bila kondisi kelasnya memungkinkan) dengan beberapa pertanyaan berikut ini. Peserta didik dapat menyampaikan pertanyaan lagi selama proses diskusi berlangsung.

a. Apa makna Gereja sebagai persekutuan?

b. Apa makna Gereja sebagai persekutuan yang terbuka?

c. Jelaskan beberapa contoh kegiatan Gereja sebagai Persekutuan yang terbuka di paroki atau keuskupan kalian sendiri!

d. Apa sikapmu sendiri sebagai anggota Gereja yang bermakna Persekutuan yang terbuka?

3. Melaporkan hasil diskusi

Peserta didik melaporkan hasil diskusinya, dan kelompok lain dapat memberi tanggapan atau pertanyaan untuk pendalaman.

4. Penjelasan

- Gereja adalah persekutuan umat Allah. Dalam persekutuan umat itu, semua anggota mempunyai martabat sama, memiliki fungsi berbeda-beda, serta semakin terbuka dan terlibat mewarnai dunia.

- Gereja hadir dan berada untuk dunia. Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan murid-murid Kristus.

- Panggilan Gereja yang utama ialah menjadi utusan Kristus untuk menampakkan dan menyalurkan cinta kasih Allah kepada semua orang dan segala bangsa.

- Persekutuan umat Allah harus menampakkan karya keselamatan Allah di dunia ini. Secara singkat dapat dikatakan bahwa Gereja menjadi tanda dan sarana (sakramen) keselamatan bagi dunia.

- Setiap anggota Gereja mendapat tugas berdasarkan potensi dan kemam-puannya bagi terciptanya tata dunia yang lebih baik. Dengan demikian, anggota Gereja sungguh menyadari bahwa bukan hanya dirinya satu-satunya yang terlibat di dalam masyarakat dengan segala persoalan yang ada.

- Gereja pada zaman sekarang harus menjadi persekutuan terbuka. Pentingnya keterbukaan, bukan hanya keterbukaan dengan sesama dalam iman dan keyakinan, melainkan keterbukaan terhadap agama yang lain, artinya kita membuka berbagai kemungkinan dialog dan kerja sama yang baik dengan sesama pihak yang berjuang bersama.

- Cara hidup umat perdana memberikan kita buah kesadaran bahwa kebersamaan dalam persekutuan itu penting. Hal-hal yang dapat terlihat, misalnya, segala sesuatu adalah milik bersama, hidup dalam persaudaraan kasih, saling memberi dan menerima sesuai kebutuhan, terbuka untuk semua orang, semangat dan keteladanan inilah yang dapat kita contoh, yaitu kepekaan terhadap situasi sosial ekonomi sesama saudara dalam persekutuan umat.

Langkah ketiga:

menghayati Gereja sebagai persekutuan yang terbuka 1. Refleksi

Menghapus “Katanya”

Oleh: Maudy Ayunda Sempat dunia berbisik

Katanya perempuan tegas itu mengintimidasi Katanya perempuan kritis itu lancang Katanya perempuan ekspresif itu berlebihan

Katanya perempuan emosional itu tidak bisa berpikir logis Katanya perempuan yang berkarier pasti bukan ibu yang baik

Katanya perempuan yang sekolah tinggi akan sulit mendapatkan jo Tapi hari ini Gambar 1.3

Paus Fransiskus bersama Rabi Yahudi dan Imam Besar Al-Azhar Sumber: christusmedium.com

Paus Fransiskus meneladani semangat persaudaraan universal dalam cara hidup Fransiskus Assisi: Ia memperlakukan segenap makhluk sebagai saudara dan saudari. Santo Fransiskus Assisi mengajak kita untuk mencintai sesama baik yang jauh maupun yang dekat. Bagi Santo Fransiskus Assisi, semua makhluk adalah saudara.

Berdasarkan pengamatan kalian terhadap gambar perjumpaan Paus Fransiskus dengan tokoh agama Yahudi dan tokoh agama Islam, juga tokoh-tokoh agama lain di dunia, sekarang cobalah kalian membuat sebuah refleksi pribadi tentang perwujudan Gereja sebagai persekutuan yang terbuka di lingkungan rohani atau di parokimu.

2. Aksi

Peserta didik membuat rencana aksi untuk ikut terlibat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, khususnya di lingkungan rohani dan lingkungan sosial.

Doa Penutup

Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus, amin.

Ya Bapa yang Mahakasih, kami bersyukur atas berkat-Mu yang sungguh agung dan mulia.

Dalam perjalanan Gereja-Mu di dunia,

Engkau memberi janji dan membuka pintu kebaikan cinta kasih-Mu.

Umat-Mu yang berziarah di dunia Engkau sertai dan satukan dalam persekutuan Gereja yang kudus.

Jadikanlah kami menjadi orang yang terpanggil dan terlibat dalam karya dan misi Gereja-Mu yang membawa kabar kegembiraan,

iman, harapan dan kasih bagi sesama.

Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin.

Rangkuman

- Paus Fransiskus bersama Imam Besar Al-Azhar, Sheikh Ahmed el-Tayeb telah menandatangani “The Document on Human Fraternity for World Peace and Living Together.” Peristiwa ini merupakan tonggak sejarah baru Gereja Katolik yang selalu membuka diri membangun persaudaraan sejati umat manusia.

- Dokumen Abu Dhabi menjadi peta jalan yang sungguh berharga untuk membangun perdamaian dan menciptakan hidup harmonis di antara umat beragama, dan berisi beberapa pedoman yang harus disebarluaskan ke seluruh dunia

- Gereja sebagai persekutuan yang terbuka harus selalu siap untuk berdialog dengan agama dan budaya manapun.

- Gereja perlu membangun kerja sama yang lebih intensif dengan siapa saja yang berkehendak baik.

- Gereja harus berpartisipasi aktif dan mau bekerja sama dengan siapa saja dalam membangun masyarakat yang adil, damai dan sejahtera.

- Persekutuan umat Allah harus menampakkan karya keselamatan Allah di dunia ini. Secara singkat dapat dikatakan bahwa Gereja menjadi tanda dan sarana (sakramen) keselamatan bagi dunia.

- Setiap anggota Gereja mendapat tugas berdasarkan potensi dan kemam-puannya bagi terciptanya tata dunia yang lebih baik. Dengan demikian, anggota Gereja sungguh menyadari bahwa bukan hanya dirinya satu-satunya yang terlibat di dalam masyarakat dengan segala persoalan yang ada.

- Gereja pada zaman sekarang harus menjadi persekutuan terbuka. Pentingnya keterbukaan, bukan hanya keterbukaan dengan sesama dalam iman dan keyakinan, melainkan keterbukaan terhadap agama yang lain, artinya kita membuka berbagai kemungkinan dialog dan kerja sama yang baik dengan sesama pihak yang berjuang bersama.

- Cara hidup umat perdana memberikan kita buah kesadaran bahwa kebersamaan dalam persekutuan itu penting. Hal-hal yang dapat terlihat, misalnya, segala sesuatu adalah milik bersama, hidup dalam persaudaraan kasih, saling memberi dan menerima sesuai kebutuhan, terbuka untuk semua orang, semangat dan keteladanan inilah yang dapat kita contoh, yaitu kepekaan terhadap situasi sosial ekonomi sesama saudara dalam persekutuan umat.

Penilaian Penilaian

Dalam dokumen Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti (Halaman 44-49)