• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membaca/menyimak artikel berita

Dalam dokumen Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti (Halaman 92-98)

Sifat-Sifat GerejaSifat-Sifat Gereja

D. Gereja yang Apostolik

2. Membaca/menyimak artikel berita

Tahbisan Uskup Tanjung Selor, Mgr. Paulinus Yan Olla, MSF

Gambar. 2.4

Uskup Agung Samarinda Mgr. Yustinus Harjosusanto, MSF dan Uskup Tanjung Selor Mgr. Paulinus Yan Olla MSF

Sumber: HIDUP/Marchella A. Vieba (2018)

Pastor Paulinus Yan Olla MSF resmi menjadi Uskup Tanjung Selor. Tahbisan episkopal Pastor Paulinus berlangsung di Lapangan Agatis, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, Sabtu, (5/5). Uskup Agung Samarinda (sebelumnya sebagai Uskup Tanjung Tanjung Selor), Mgr. Yustinus Harjosusanto, MSF menjadi pentahbis utama Pastor Paulinus. Sementara sebagai pentahbis pendamping adalah Uskup Banjarmasin, Mgr. Petrus Boddeng Timang dan Uskup Palangkaraya Mgr.

Aloysius Sutrisnaatmaka, MSF.

Pada kesempatan itu hadir pula Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Piero Pioppo. Mgr. Pioppo memperlihatkan dan membacakan surat resmi dari Paus Fransiskus ihwal penunjukan Pastor Paulinus sebagai Uskup Tanjung Selor. Dalam sambutannya, Mgr. Paulinus mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah hadir dan berdoa untuk acara tahbisannya. “Kita berkumpul di tempat ini karena Tuhan telah berkenan memilih saya, hamba-Nya yang hina ini untuk bekerja di kebun anggur-Nya, di Keuskupan Tanjung Selor,” tuturnya.

Kehadiran Mgr. Paulinus menjadi berkat sekaligus memberi harapan bagi seluruh umat Keuskupan Tanjung Selor. Ini merupakan bentuk jawaban Tuhan atas kerinduan dan doa yang senantiasa dipanjatkan oleh seluruh umat. “Perjuangan para pendahulu akan dilanjutkan melalui pengabdian kami di keuskupan ini (Tanjung Selor),” lanjutnya. (Marchella A. Vieba)

Sumber: www.hidupkatolik.com/Marchella A. Vieba (2018) 3. Pendalaman

Peserta didik mendalami artikel dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.

a. Apa yang dikisahkan pada berita Tahbisan Uskup Tanjung Selor, Mgr.

Paulinus Yan Olla MSF?

b. Apa yang dibacakan dan diperlihatkan Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Piero Pioppo?

c. Apa yang disampaikan Mgr. Paulinus setelah ia ditahbiskan?

d. Dari cerita tahbisan ini, apa yang kalian ketahui tentang Gereja yang bersifat apostolik?

4. Penjelasan

Setelah peserta didik menjawab pertanyaan-pertanyaan pendalaman, guru memberikan penjelasan sebagai peneguhan:

- Dalam setiap acara tahbisan uskup dimanapun di seluruh dunia , Duta Besar Vatikan atau yang mewakilinya membacakan surat penetapan oleh Sri Paus untuk calon uskup baru yang akan ditahbiskan. Paus sebagai kepala Gereja universal, penerus tahta santo Petrus sesuai kedudukannya menujuk seorang imam menjadi uskup atau gembala Gereja lokal.

- Dalam kisah/berita tahbisan uskup Tanjung Selor, Mgr. Paulinus mengucapkan terima kasih kepada semua umat yang hadir dan mendoakan ia pada acara tahbisannya karena rahmat Tuhan. Mgr. Paulinus bersaksi bahwa Tuhan telah berkenan memilih dirinya, seorang hamba yang hina untuk bekerja di kebun anggur-Nya, di Keuskupan Tanjung Selor.

Langkah kedua: mendalami ajaran Gereja tentang sifat apostolik Gereja 1. Membaca/menyimak ajaran Gereja

Peserta didik membaca dan menyimak ajaran Gereja berikut ini.

Gereja Diutus oleh Kristus

Sejak semula Tuhan Yesus “memanggil mereka yang dikehendaki-Nya serta untuk diutus-Nya mewartakan Injil” (Mrk. 3:13; lih. Mat. 10:1–42). Begitulah para rasul merupakan benih-benih Israel baru, pun sekaligus awal mula hierarki suci. Kemudian, sesudah wafat dan kebangkitan-Nya, Tuhan menyelesaikan dalam diri-Nya rahasia-rahasia keselamatan kita serta pembaharuan segala sesuatu, menerima segala kuasa di surga dan di bumi (lih. Mat. 28:18), sebelum Ia diangkat ke surga (lih. Kis. 1:11), Ia mendirikan Gereja-Nya sebagai sakramen keselamatan. Ia mengutus para rasul ke seluruh dunia, seperti Ia sendiri telah diutus oleh Bapa (lih. Yoh. 20:21), perintah-Nya kepada mereka: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku, dan baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus; ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat. 28:19 dsl.); “pergilah ke seluruh dunia, dan wartakanlah Injil kepada semua makhluk. Barang siapa percaya dan dibaptis akan selamat; tetapi siapa tidak percaya, akan dihukum” (Mrk. 16:15 dsl.). Maka dari itu Gereja mengemban tugas menyiarkan iman serta keselamatan Kristus, baik atas perintah oleh para rasul telah diwariskan kepada dewan para uskup yang dibantu oleh para imam, bersama dengan pengganti Petrus serta Gembala Tertinggi Gereja, maupun atas daya-kekuatan kehidupan, yang oleh Kristus disalurkan kepada para anggota-Nya; “dari pada-Nyalah seluruh tubuh, yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan setiap anggota, menerima pertumbuhan dan membangun dirinya dalam kasih” (Ef. 4:16). Oleh karena itu perutusan Gereja terlaksana dengan karya-kegiatannya.

Demikianlah Gereja, mematuhi perintah Kristus dan digerakkan oleh rahmat serta cinta kasih Roh Kudus, hadir bagi semua orang dan bangsa dengan kenyataannya sepenuhnya, untuk dengan teladan hidup maupun pewartaannya, dengan sakramen-sakramen serta upaya-upaya rahmat lainnya menghantarkan mereka kepada iman, kebebasan dan damai Kristus, sehingga bagi mereka terbukalah jalan yang bebas dan teguh, untuk ikut serta sepenuhnya dalam misteri Kristus. Perutusan itu terus berlangsung, dan di sepanjang sejarah menjabarkan perutusan Kristus sendiri, yang diutus untuk mewartakan Kabar Gembira kepada kaum miskin. Atas dorongan Roh Kristus, Gereja harus menempuh jalan yang sama seperti yang dilalui oleh Kristus sendiri, yakni jalan kemiskinan, ketaatan, pengabdian dan pengorbanan diri sampai mati, dan dari kematian itu muncullah Ia melalui kebangkitan-Nya sebagai Pemenang. Sebab demikianlah semua rasul

berjalan dalam harapan. Dengan mengalami banyak kemalangan dan duka derita mereka menggenapi apa yang masih kurang pada penderitaan Kristus bagi tubuh-Nya yakni Gereja (lih. Kol. 1:24). Sering pula darah orang-orang kristiani menjadi benih. (AG 5).

2. Pendalaman

Peserta didik berdiskusi dalam kelompok kecil untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.

a. Apa maksudnya Gereja yang bersifat atau berciri apostolik?

b. Mengapa Gereja Katolik mementingkan hubungan historis, turun temurun, antara para rasul dan pengganti mereka, yaitu para uskup?

c. Apa peran Roh Kudus bagi Gereja yang apostolik?

d. Apa yang diperintahkan Yesus kepada para rasul-Nya?

3. Melaporkan hasil diskusi

Peserta didik melaporkan hasil diskusi kelompoknya dan peserta lain dapat menanggapinya.

4. Penjelasan

- Gereja yang apostolik merupakan warisan iman Gereja seperti yang ditulis dalam Kitab Suci dan Tradisi suci, dilestarikan, diajarkan dan diwariskan oleh para rasul. Dengan ciri apostolik ini, Gereja “dibangun atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru” (Ef. 2:20).

- Gereja Katolik mementingkan hubungan historis, turun temurun, antara para rasul dan pengganti mereka, yaitu para uskup. Dengan demikian juga menjadi jelas mengapa Gereja Katolik tidak hanya mendasarkan diri dalam hal ajaran-ajaran dan eksistensinya pada Kitab Suci melainkan juga kepada Tradisi suci dan Magisterium Gereja sepanjang masa.

- Di bawah bimbingan Roh Kudus, Roh kebenaran, Magisterium (= otoritas mengajar) Gereja yang dipercayakan kepada para rasul dan penerus mereka berkewajiban untuk melestarikan, mengajarkan, membela dan mewariskan warisan iman.

- Roh Kudus melindungi Gereja dari kesalahan dalam otoritas mengajarnya.

Yesus mengutus para rasul dan bersabda: “Pergilah, ajarilah semua bangsa, dan baptislah mereka atas nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka menaati segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu”

(lih. Mat. 28:19–20).

- Perintah resmi Kristus untuk mewartakan kebenaran yang menyelamatkan itu oleh Gereja diterima dari para rasul dan harus dilaksanakan sampai ke ujung bumi. Gereja terus-menerus mengutus para pewarta sampai Gereja-Gereja baru terbentuk sepenuhnya untuk melanjutkan karya pewartaan Injil.

- Gereja sekarang sama dengan Gereja para rasul. Bahkan identitas Gereja sekarang mempunyai kesatuan dan kesamaan fundamental dengan Gereja para rasul.

Langkah ketiga: menghayati sifat keapostolikan Gereja 1. Refleksi

Peserta didik membuat refleksi tentang sifat Gereja yang apostolik. Bila fasilitas di kelas memungkinkan, pesera didik diajak menyaksikan video dokumenter pengumuman hasil pemilihan Paus Fransiskus atau biasa disebut Habemus Papam (kita mempunyai paus baru) dengan menggunakan kode QR berikut:

Youtube Channel, Patriarcado de Lisboa

Kata Kunci Pencarian: Eleição do Papa Francisco

Selanjutnya peserta didik membuat refleksi keapostolikan Gereja, bisa dalam bentuk renungan, doa, puisi, dan lain-lain.

2. Aksi

Buatlah rencana aksi untuk selalu mendoakan para pemimpin Gereja Katolik dalam doa pribadi atau doa bersama keluarga atau bersama umat di lingkungan atau waktu perayaan misa di gereja.

Doa Penutup

Dalam Nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus. Amin.

Kami haturkan terima kasih, ya Tuhan, atas berkat-Mu kami boleh menyelesaikan pertemuan ini.

Semoga kami menjadi Gereja yang apostolik, yang membawa karya keselamatan bagi sesama.

Jadikanlah kami menjadi pewarta sejati yang tangguh membawa kabar gembira bagi semua orang.

Karena Kristus Tuhan dan Juru Selamat kami. Amin.

Dalam Nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus. Amin.

Rangkuman

- Gereja yang apostolik merupakan warisan iman Gereja seperti yang ditulis dalam Kitab Suci dan Tradisi Suci, dilestarikan, diajarkan dan diwariskan oleh para rasul. Dengan ciri apostolik ini Gereja “dibangun atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru” (Ef. 2:20).

- Gereja Katolik mementingkan hubungan historis, turun temurun, antara para rasul dan pengganti mereka, yaitu para uskup. Dengan demikian juga menjadi jelas mengapa Gereja Katolik tidak hanya mendasarkan diri dalam hal ajaran-ajaran dan eksistensinya pada Kitab Suci melainkan juga kepada Tradisi Suci dan Magisterium Gereja sepanjang masa.

- Di bawah bimbingan Roh Kudus, Roh kebenaran, Magisterium (=otoritas mengajar) Gereja yang dipercayakan kepada para rasul dan penerus mereka berkewajiban untuk melestarikan, mengajarkan, membela dan mewariskan warisan iman.

- Roh Kudus melindungi Gereja dari kesalahan dalam otoritas mengajarnya.

Yesus mengutus para rasul dan bersabda: “Pergilah, ajarilah semua bangsa, dan baptislah mereka atas nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka menaati segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu”

(lih. Mat. 28:19-20).

- Perintah resmi Kristus untuk mewartakan kebenaran yang menyelamatkan itu oleh Gereja diterima dari para rasul dan harus dilaksanakan sampai ke ujung bumi. Gereja terus-menerus mengutus para pewarta sampai Gereja-Gereja baru terbentuk sepenuhnya untuk melanjutkan karya pewartaan Injil.

- Gereja sekarang sama dengan Gereja para rasul. Bahkan identitas Gereja sekarang mempunyai kesatuan dan kesamaan fundamental dengan Gereja para rasul.

PenilaianPenilaian

Dalam dokumen Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti (Halaman 92-98)