BAB II TINJAUAN TEORETIS
B. Membaca Al-Qur’an
Al-Qur’an secara etimologi berasal dari bahasa Arab ارق - ارقي – نارق yang memiliki makna bacaan, sementara menurut istilah yaitu qalam (perkataan) Allah swt., yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw., melalui perantaraan malaikat jibri.3
Al-Qur’an merupakan kalam Allah swt. yang berperan sebagai mukjizat atau diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. yang tertulis di dalam mushaf, yang diriwayatkan secara mutawatir, dan bagi yang membacanya bernilai ibadah, sehingga untuk mendapatkan jaminan keselamatan dan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat melalui al-Qur’an, maka setiap umat Islam harus berusaha belajar, mengenal, membaca dan mempelajarinya.4
Mempelajari al-Qur’an hukumnya adalah fardu kifayah, namun untuk membacanya memakai ilmu tajwīd secara baik dan benar merupakan fardu ain, kalau terjadi kesalahan dalam membaca al-Qur’an maka termasuk dosa. Untuk menghindari dari dosa tersebut, dituntut untuk selalu belajar al-Qur’an pada ahlinya.5 Disamping jika kita membaca al-Qur’an memiliki riwayat yang jelas dan perlu dijelaskan
3Masan, Pendidikan Agama Islam: Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah (Semarang: PT Karya Toha Putera, 2015), h. 21.
4Masfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an (Surabaya: Karya Abditama, 1997), h. 1.
5Yeni Dwi Rahayu, Sistem Pendeteksi Ilmu Tajwid pada Al-Qur’an Menggunakan Al GoritmaLight Stemming, Jurnal (Jawa Timur: Universitas Muhammdiyah Jember ,2014 ) , h. 2
13
dalil tentang pentingnya mempelajari (belajar) al-Qur’an sesuai dengan firman Allah swt dalam QS. Fathir/35: 29-30:
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.6
Al-Qur’anadalah kalam Allah swt. yang diturunkan kepada Rasulullah saw.
termasuk ibadah bagi orang yang membacanya, dibatasi oleh adalah kalam Allah swt.
yang diturunkan kepada Rasulullah saw. termasuk ibadah bagi orang yang membacanya, dibatasi oleh beberapa surah, orang yang memindahkan bacaannya merupakan pemindahan bacaan yang mutawatir (bersambung sanadnya sampai Rasulullah saw).7 Salah satu karakteristik al-Qur’an adalah merupakan kitab suci yang terpelihara keasliannya dan Allah swt. sendiri yang menjamin pemeliharaannya, serta tidak membebankan hal itu kepada seorang pun.8 Firman Allah swt. dalam
6Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 430.
7Harun Maidir, dkk. Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Peserta didik SD (Jakarta:DEPAG badanLitbang dan Puslitbang, 2007), h. 25.
8Muhammad Ali al-shabuni, at-Tibyan fi Ulum Al-Qur’an (Beirut: Dar al-Ilm Li alMalayin1985), h.17.
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.9
Allah swt., yang menurunkan al-Qur’an dan Allah swt. pula yang menjaganya hingga akhir zaman. Allah swt. menjaga al-Qur’an dengan cara menjaga ahlul Qur’an (para penghafal al-Qur’an) pula. Salah satu bukti yang dapat ditemukan yakni lebih dari 14 abad semenjak diturunkannya al-Qur’an, tetap asli sebagaimana saat diturunkan, juga dan disampaikan oleh Rasulullah saw. kemudian diterima oleh para sahabat, setelah itu disampaikan turun temurun dari generasi ke generasi setelah mereka, ini merupakan bukti Allah swt. yang menjaga dan memelihara al-Qur’an. Al-Qur’an juga menjadi puncak dan penutup wahyu Allah swt. yang diperuntukkan bagi manusia, mengimaninya adalah bagian dari rukun iman.
Menurut bahasa arab dalam kamus Al-Munawwair yaitu qoro‘a-yaqro’u yang berarti membaca.10 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, membaca diartikan
‚melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang tertulis itu.11 Membaca juga bermakna proses pengolahan bacaan secara kritis-kreatif yang dilakukan pembaca untuk memperoleh pemahaman menyeluruh tentang bacaan itu, yang diikuti oleh penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu.12 Oleh karena itu, dengan membaca seseorang akan mendapatkan pemahaman baru bahkan dapat juga mendapatkan pemahaman menyeluruh dari bacaan yang diperoleh.
9Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 119.
10Munawwir Ali Warson, Kamus Al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif, 2007), h. 75.
11Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 119
12Nurhadi, Teknik Membaca, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h. 2.
15
Menurut Quraish Shihab bahwamembacaal-Qur‟anadalahperintahyangpaling berharga yang dapat diberikan kepada umat manusia.13Oleh karena itu, kemampuan membaca al- Qur‟an sangat penting, tidak hanya dalam lingkup sekolah tetapi di luar lingkup sekolah .
Membaca al-Qur’an memiliki ketentuan tersendiri, yakni harus sesuai dengan hukum tajwid dan membacanya secara perlahan-lahan. Firman Allah swt. Dalam QS.
al-Muzammil/73:4.
atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.14 2. Tujuan Membaca Al-Qur’an
Kegiatan membaca al-Qur’an bertujuan untuk mencari dan memperoleh pesan atau memahami makna bacaan.15Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karenanya dengan memiliki tujuan, maka kita cenderung lebih paham dari pada orang yang tidak mempunyaitujuan. Oleh karena itu, tujuan dari membaca adalah memahami secara detail dan menyeluruh isi buku, menangkap ide pokok/ gagasan utama buku secara cepat ( waktu terbatas), mendapatkan informasi tentang sesuatu, mengenali makna kata-kata sulit.16Dari membaca kita dapat memahami, menangkap ide, dan mendapatkaninformasi. Membaca juga memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik, mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah
13Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 2005), h170
14Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 574.
15Dalman, Keterampilan Membaca ( Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 14.
16Naswiani Samniah, “Kemampuan memahami isi bacaan siswa kelas VII MTs Swasta Labaiba”, Jurnal, (Vol. 1, No. 16, tahun 2016), h. 3.
diketahuinya,13membaca untuk memperoleh fakta- fakta.17Dalam hal ini membaca apa saja mempunyai tujuan yang sangat penting terutama dalam membaca al-Qur‟an.
Al-Qur’an merupakan rahmat bagi seluruh umat manusia serta pedoman umat Islam yang berisi petujuk dan tuntunan yang berguna bagi kehidupan manusia.
Tujuanmembacaal-Qur‟anadalahagarkitamampu mendekatkan diri kepada Allah swt., serta meningkatkan keimanan kita agar memperoleh keberkahan dunia danakhirat.
3. Kaidah Membaca Al-Qur’an
Kegiatan membaca sangat membutuhkan proses pemilihan informasi yang fokus untuk memahami isi bacaan tersebut. Metode yang digunakan dalam membaca, termasuk keterampilan dalam hal membaca sangat diperlukan, metode yang lumrah digunakan yakni cara membaca mekanis dan cara membaca yang bersifat pemahaman. Cara membaca yang bersifat mekanis ini dapat dianggap berada dalam urutan cara yang terendah yaitu mulai dari pengenalan bentuk huruf, pengenalan unsur- unsur linguistik, pengenalan hubungan pola ejaan dan bunyi, dan kecepatan membaca ketaraf lambat.
Kemudian cara membaca yang bersifat pemahaman ini dapat dianggap sebagai cara belajar membaca dalam urutan yang tertinggi. Yaitu mulai dari memahami pengertian sederhana, memahami signifikansi atau makna, evaluasi atau penilaian, dan kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.
Semakin orang banyak membaca, semestinya akan semakin cepat kemampuan bacanya.17 Begitu juga dalam hal membaca al-Qur’an, semakin kita sering membacanya maka kita akan semakin lancar dalam membacanya.
17Dalman, Keterampilan Membaca , h. 11.
17
Kegiatan membaca al-Qur‟an juga memiliki cara agar dalam membaca menjadi baik, benar dan indah. Untuk dapat membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar diperlukan cara. Oleh karena itu, cara yang paling utama adalah kita harus memahami huruf-huruf hijaiyah dan cara pelafalannya, membacanya harus dengan tartil, dan memahamitajwid.
Dalam membaca al-Qur’an, sudah tentu harus memperhatikan adab-adabnya (tata krama), karena yang dibaca itu adalah Kalamullah yang harus dijunjung tinggidan dimuliakan. Para ulama ahli al-Qur’an telah mengatur secara baik dan tertib dan tata krama dalam menghormati dan mengagungkan al-Qur’an.18Selain memilki adab dalam membaca al-Qur’an ada kaidah-kaidah yang harus diperhatikan dalam membaca al-Qur’an yaitu sebagai berikut:
a. Mengetahui Kaidah Makharijul Huruf
Makharijul huruf adalah tempat keluar huruf ketika membunyikannya. Dalam materi makhorijul huruf ini yang ditegaskan adalah cara membunyikan huruf hijaiyah sesuai dengan tempat keluarnya huruf. 19 Ketepatan pada makhrajnya adalah tolak ukur dalam mengeluarkan huruf-huruf hijaiyyah pada makhrajnya. Berikut adalah huruf hijaiyah beserta tempat keluarnya:20
Secara umum huruf-huruf tersebut dikelompokkan menjadi lima kelompok yaitu
a) Al-jauf (rongga mulut), yaitu huruf أ, ي, dan و.
18M. Misbahul Munir, Ilmu dan Seni Qiro’ati Qur’an (Semarang: Binawan, 2005), h. 209-230.
19Safarina Ariani, “Program Bengkel Mengaji (Upaya Meningkatkan KemampuanTahsinAl-Qur‟anMahasiswaPAI),JurnalMudarrisuna,vol.5,No. 1, Juni tahun 2015, h.13.
20Ahmad Muhammad Mu’abbad, Panduan Lengkap Ilmu Tajwid, h. 111-113.
b) Al-halq (kerongkongan) Bagian ini dibagi lagi menjadi tiga kelompok. Pertama, kelompok pangkal kerongkongan, yaitu, ََ أ (hamzah) dan ه. Kedua, tengah kerongkongan, yaitu huruf ع dan ح. Ketiga, ujung kerongkongan, yaitu huruf غ dan خ.
c) Al-lisan (lidah), terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok pertama antara pangkal lidah dan langit- langit keras yaitu huruf ق dan ك. Kelompok kedua antara lidah dan langit-langit keras, yaitu huruf ج, ش, kelompok ketiga antara tepi lidah dan gusi gigi atas , yaitu huruf ض, kelompok keempat antara tepi ujung lidah dan langit- langit keras, yaitu huruf ل., kelompok kelima antara ujung lidah dan gigi atas, yaitu bunyi ر. antar ujung lidah bagian luar dan gigi atas, yaitu huruf ن., kelompok keenam antara ujung lidah dan pangkal gigi atas, yaitu huruf ،َت،د dan ط, kelompok ketujuh antara ujung lidah dengan kedua ujung gigi atas dan bawah, yaitu huruf ث, ذ, dan ظ, serta kelompok ketujuh antara ujung lidah dengan ujung gigi bawah, yaitu huruf ز،َس dan ص.
d) Al-khaisyum (rongga hidung), yaitu keluarnya huruf dengung, yaitu huruf َف atau م ketika bertasydid.21Berikut adalah cara penyebutan atau tempat keluar ke 28 huruf hijaiyyah:
Tabel 1: Penyebutan makharijul huruf Huruf Tempat Keluar
ا Keluar dari rongga mulut dan kerongkongan dan hanya terjadi dengan panjang.
ب Dari dua bibir dengan menutup keduanya.
21Abdul Chaer, Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid, h. 14.
19
ت Dari punggung lidah dan dasar gigi seri atas ث Dari ujung lidah dan ujung gigi seri atas.
ج Dari tengah lidah dengan menempelkan langit-langit mulut.
ح Dari tengah kerongkongan.
خ Dari kerongkongan paling atas searah lidah.
د Dari punggung kepala lidah dan dasar gigi seri atas.
ذ Dari ujung lidah dan dan ujung gigi seri atas.
ر Dari ujung lidah dan antara gigi seri atas, mendekat ke bawah serta membuka sedikit diantara keduanya.
ز Dari ujung lidah dam antara gigi seri atas, mendekat ke bawah serta membuka sedikit antara keduanya.
س Dari ujung lidah dan antara gigi seri atas, mendekat ke bawah serta membuka sedikit antara keduanya.
ش Dari tengah lidah menempelkan langit-langit mulut.
ص Dari ujung lidah dan antara gihi seri atas, mendekat kebawah serta membuka sedikit diantara keduanya.
ض Dari salah satu kedua sisi lidah dengan menempel ke gigi geraham atas.
ط Dari kepala lidah dan dasar gigi seri atas.
ظ Dari ujung lidah dengan ujung gigi seri atas.
ع Dari tengah kerongkongan.
غ Dari kerongkongan paling atas searah lidah.
ف Dari perut bibir bawah serta gigi seri atas.
ق Dari pangkal dan langit-langit mulut.
ك Dari pangkal lidah dan langit-langit mulut, dibawah makraj qaf.
ل Antara dua sisi lidah bersamaan setelah makhraj dhad, dengan menempel ke gusi.
م Dari dua bibir bersamaan jika dibaca izhar, dan dari rongga hidung jika dibaca ikhfa atau idgham.
ن Dari ujung lidah depan dengan menempel pada gusi gigi seri atas ketika dibaca izhar, dan dari rongga hidung jika dibaca ikhfa atau idgham.
و Jika panjang keluar dari ronngga mulut dan kerongkongan
Jika tidak panjang keluar dari dua bibir dengan membukanya.
ه Dari pangkal kerongkongan.
ء Dari pangkal kerongkongan.
ي Jika panjang keluar dari ronngga mulut dan kerongkongan
21
Jika tidak panjang keluar dari tengah lidah.
b. Menguasai kaidah/hukum tajwid
Tajwid menurut bahasa artinya membangunkan. Sedangkan menurut istilah adalah mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya dengan memberi hak dan mustahakahnya.22 Ketepatan pada tajwidnya adalah ukuran betul atau tidaknya mengucapkan huruf-huruf al-Qur‟an, yang berkaitan dengan tempat berhenti, panjang bacaan huruf, dan lain sebagainya.
Tajwid adalah ilmu yang memberikan kepada huruf akan tertibnya, mengembalikan huruf kepada makhraj dan asalnya, serta menghaluskan pengucapannya dengan cara yang sempurna tanpa berlebihan, kasar, tergesa-gesa dan dipaksa- paksakan.23 Oleh karena itu, ketepatan dalam tajwid dapat diukur dengan betul tidaknya pelafalan huruf-huruf Al-Qur‟an, yang berkaitan dengan tempat berhenti, panjang pendek dan lain sebagaiya.
Mempelajari ilmu tajwid hukumnya fardlu kifayah. Sedangkan membaca al-Qur‟an dengan ilmu tajwid hukumnya fardhu ain. Membaca Al-al-Qur‟an tanpa menggunakan ilmu tajwid maka hukumnya tidak boleh.24 Ilmu tajwid sangat diperlukan dalam kaitannya membaca Al-Qur‟an, karena apabila seseorang membaca al-Qur‟an tanpa ilmu tajwid maka bacaan yang dibacanya tidak sesuai dengan aturan.
Tujuan ilmu tajwid adalah agar seseorang membaca Al-Qur‟an dengan
22Aso sudiarjo, dkk, “Aplikasi Pembelajaran Ilmu Tajwid, Waqaf dan Makhorijul huruf Berasis Android”, Jurnal , (Vol. 5, No. 2, September 2015), h, 54.
23Manna Khalil Al-Qathan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007), h. . 265.
24Aso sudiarjo, dkk, “Aplikasi Pembelajaran Ilmu Tajwid, Waqaf dan Makhorijul huruf Berasis Android”, Jurnal , h, 55.
fasih dan sesuai dengan yang diajarkan Nabi Muhamad saw, serta dapat menjaga lisannya dari kesalahan-kesalahan.
Aspek yang berkaitan dengan ilmu tajwid, diantaranya adalah: hukum nun sukun dan tanwin, hukum mim mati, dan mad.
a. Hukun nun sukun dan tanwin
Hukum nun sukun dan tanwin adalah salah satu tajwid yang terdapat dalam al-Qur’an. Hukum ini berlaky jika nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf tertentu. Hukum ini terbagi menjadi idgham bigunnah, idgham billagunnah, izhar, ikhfa dan iqlab.
1) Idgham Bigunnah
Idgam bighunnah ini artinya idgham yang memakai dengung (ghunnah).
Huruf idgham bighunnah ini ada empat: ي (ya’), ن (nun), م (mim) dan, و (wawu), atau sering disingkat dalam satu kalimat َْو مْنَي (yanmuw). Contoh:
َََدَل َوَاَم َوَ ٖد لا َو َو
2) Idgham Billagunnah
Idgham bilaghunnah ini dibaca ketika huruf nun suskun (mati) atau harakat tanwin bertemu dengan huruf ل (lam) dan ر (ra’), serta proses membacanya tidak disertai dengan dengung (ghunnah). Contoh:
ََ دَلَب ۡلٱَاَذ ََٰه بَ ُّۢ ل حَ َتنَأ َو 3) Iqlab
Iqlab ini mempunyai arti menukar atau membalik. Menurut istilah menukar makhraj suatu huruf ke huruf yang lain, dan diiringi dengan suara dengung. Dasar dari bacaan iqlab ini adalah ketika ada nun sukun (mati) bertemu atau jatuh sebelum huruf ب (ba’).Adapun cara membacanya adalah dengan mengganti huruf nun sukun
23
(mati) atau tanwin dengan huruf suara huruf م (mim), karena bertemu dengan huruf ب (ba’). Contoh:
ََ ٖجي هَبَ ُّۢ ج ۡو َزَ ل كَن م 4) Ikhfa
Ikhfa’ ini adalah menyembunyikan atau menyamarkan bacaan huruf nun sukun(mati) atau tanwin, dikarenakan bertemu dengan salah satu huruf ikhfa’. Baik dalam satu kalimat ataupun dua kalimat. Bacaan ikhfa’ ini jika dilafalkan dalam bahasa Indonesia, umumnya akan berbunyi “NG”. Huruf ikhfa’ terdiri dari 15 huruf, yakni: ت (ta’), ط (tho’), د (dal), ف (fa’), ق (qof), ك (kaf), ص (shod), ض (dh{od), ذ (dzal), ث (tsa), ج (jim), ش (syin), س (sin), ز (za), ظ (dzo). Contoh:
ََاَ ۡح بَسَفَا ّٗجُا َو ۡفَأَ هَّللٱَ ني دَي فََنو ل خۡدَيَ َساَّنلٱَ َتۡيَأ َر َو
َ 5) Izhar
Menurut bahasa idzhar ini berarti jelas atau tampak. Menurut istilah idzhar mempunyai arti melafalkan huruf idzhar dari tempat keluarnya huruf , tanpa disertai dengan bunyi dengung (ghunnah). Jumlah dari huruf idzhar ini ada enam: ع (‘ain), ه (ha), خ (kho), غ (ghoin), ء (hamzah) dan, ح (h}a’). Enam huruf tersebut disebut huruf halqi, karena tempat keluar dari huruf tersebut terletak pada tenggorokan.
Contoh:
ََ َٰىَقَّتٱ َوَ َٰىَط ۡعَأَ ۡنَمَاَّمَأَف c. hukum mim sukun
Hukum mim sukun adalah salah satu tajwid yang terdapat dalam al-Qur’an.
Hukum ini berlaku jika mim sukun bertemu dengan huruf tertentu. Hukum ini terdiri dari tiga jenis yakni izhar syafawi, ikhfa syafawi dan idgham mimi.
1) Ikhfa Syafawi
Sebuah bacaan dapat dikatakan sebagai bacaan ikhfa’ syafawi jika ada mim sukun yang bertemu dengan huruf ب. Contoh:
ََ ُّۢ ري بَخَّلَ ٖذ ئَم ۡوَيَ ۡم ه بَم هَّب َرََّن إ 2) Idgham mimi
Idgham mitsly adalah apabila mim sukun bertemu dengan huruf mim. Cara membaca hukum bacaan ini adalah dengan memasukkan mim sukun ke dalam mim dan disertai dengan suara dengung. Contoh:
ََ ٖر ۡمَأَ ل كَن مَم ه ب َرَ نۡذ إ بَ ةَك ئ ََٰلَمۡلٱَ لَّزَنَتَ ٖرۡهَشَ فۡلَأ 3) Izhar Syafawi
Jika kita menemukan mim mati (َْم) bertemu dengan salah satu huruf hijaiyah selain huruf mim (َْم) dan ba (ب), maka cara membacanya dengan jelas di bibir dan mulut tertutup. Contoh:
ََنو س ۡم تََني حَ هَّللٱَ َن ََٰحۡب سَف
c.Mengenal dan menguasai hukum Mad
Mad secara bahasa adalah tambahan secara mutlak, dan secara istilah adalah memanjangkan suara karena ada salah satu dari 3 huruf mad, yakni: Alif (ا), Wau (و) dan Ya (ي). Mad terbagi menjadi dua bagian, yakni mad asli dan mad cabang atau mad far’i.25 Berikut adalah penjelesannya:
a. Mad asli
Macam mad yang pertama adalah mad thabi’i. Mad thabi’i ini sendiri juga sering disebut dengan mad asli. Hukum mad thabi’i dibaca panjang, yaitu saat huruf
25Ahmad Muhammad Mu’abbad, Panduan Lengkap Ilmu Tajwid, h. 73.
25
alif yang terletak sesudah tanda baca fathah, ya’ sukun terletak sesudah tanda baca kasrah atau juga wawu yang terletak sesudah tanda baca dhammah. Ketika menemui beberapa huruf al-Quran yang memenuhi kriteria tersebut, maka wajib membaca panjang dua harakat. Contoh :
َ لو قَي
Madfar’i yang pertama adalah mad wajib muttashil.Mad wajib muttahsil terjadi ketika mad thabi’i bertemu dengan hamzah pada satu kalimat. Hukum tajwid mad yang satu ini wajib dibaca panjang lima harakat, atau sama dengan dua setengah kali alif. Contoh:
26Ahmad Muhammad Mu’abbad, Panduan Lengkap Ilmu Tajwid, h. 78.
Jenis mad far’i yang satu ini terjadi ketika mad thabi’i bertemu dengan tanda baca tasydid pada satu kata atau ayat. Hukum bacaan ini harus dibaca panjang 3 kali dari mad thabi’i, atau sekitar 6 harakat. Contoh:
ََ ةَّق اَحۡلٱ
4) Mad LazimMuakhaffaf Kilmi
Mad lazimmukhaffaf kilmi juga termasuk dari salah satu macam tajwid mad far’i yang perlu diketahui. Jenis mad yang satu ini terjadi ketika mad thabi’i bertemu dengan huruf mati atau sukun. Saat menemui huruf tersebut, maka wajib dibaca panjang 6 harakat. Contoh
ََنو ل جۡعَت ۡسَتَۦ ه بَم تن كَۡدَق َوََنَٰ ـۡل اَء 5) MadLayyin
Mad layyin terjadi ketika sesudah yang berharakat fathah wawu sukun atau yak sukun. Mad far’i yang satu ini dapat dibaca secara lunak atau lunak. Contoh:
ََ ني دلٱَ م ۡوَيَ ك ل ََٰم 6) MadArid Lissukun
Macam tajwid mad far’i selanjutnya mad a’rid lisuukun. Mad a’rid lisuukun dibaca ketika terdapat waqaf atau tanda berhenti membaca, yaitu saat sebelum tanda waqaf ditemukan huruf mad thabi’i atau mad lein.
Cara membacanya dibedakan menjadi 3 macam. Pertama, dibaca panjang seperti madwajib muttasil atau 6 harakat. Kedua, di pertengahan dibaca sepanjang 4 harakat atau 2 kali mad thabi’i. Ketiga. yang pendek boleh dibaca seperti mad thabi’i seperti biasa. Contoh:
َََمي قَت ۡس مۡلٱََط ََٰر صلٱَاَن دۡهٱ 7) MadShilah Thawilah
27
Mad shilah thawilah juga termasuk macam tajwid mad far’i. Mad ini terjadi ketika mad qashirah bertemu dengan hamzah. Cara membacanya yaitu sama seperti mad jaiz munfashil. Contoh:
َ ۥ هَقاَث َو
َٞدَحَأَ
8) Mad Shilah Qashirah
Macam tajwid mad far’i selanjutnya adalah mad shilah qashirah. Mad yang satu ini terjadi jika ada haa dhamir, tepatnya pada haa sebagai huruf hidup atau huruf yang berharakat. Contoh:
ََنو ح صََٰنَلَۥ هَلَاَّن إ َو 9) Mad Iwad
Mad ‘iwad juga termasuk salah satu dari macam tajwid mad far’i berikutnya.
Mad yang satu ini dibaca ketika terdapat fathah ain yang terletak pada akhir kalimat atau dekat tanda pemberhentian atau waqaf. Contoh:
ََا ّٗري سَيَا ّٗباَس حَ بَساَح يَ َف ۡوَسَف 10) Mad Badal
Macam tajwid mad far’i selanjutnya adalah mad badal. Mad badal terjadi saat tanda baca hamzah bertemu dengan mad. Maka cara membacanya adalah dengan dipanjangkan seperti membaca mad thabi’i. Contoh:
َْاو نَماَءََني ذَّلٱََّن إ
11) Mad Harfi Musyabba
Berikutnya adalah macam tajwid mad lazim harfi musyabba’. Mad yang satu ini biasanya ditemukan pada permulaan atau awal surat yang terdapat di al-Quran.
Contoh:
َٓۚ ق
12) Mad Lazim Harfi Mukhaffaf
Macam tajwid mad beriktunya adalah mad lazim harfi mukhaffaf. Biasanya ditemukan pada permulaan surat dalam al-Quran, Contoh:
ََ م لا
13) Mad Tamkien
Macam tajwid madfar’i selanjutnya adalah mad tamkien. Mad tamkien ini terjadi ketika ditemukan ya’ sukun yang didahului dengan ya bertasydid dan harakatnya kasrah. Contoh:
َ ي بَّنلٱََنو ل تۡقَي َوَ ۧ 14) Mad Farq
Macam tajwid mad far’i yang terakhir adalah mad farq. Mad farq ini terjad ketika dua hamzah bertemu pada lam alif ma’fifat, yaitu satu hamzah istifham sedangkan yang kedua hamzah washol. Jika ditemukan huruf ini, maka harus dibaca 6 harakat. Contoh :
َ ي بَّنلٱ َوَ بََٰت كۡلٱ َوَ ۧ d. Waqaf dan Ibtida a. Waqaf
Waqaf ialah memutus suara sesaat pada akhir kata untuk mengambil nafas sejenak dengan niat melanjutkan bacaan.27 Macam-macam waqaf adalah sebagai berikut:
1) Tam (Sempurna)
27Ahmad Muhammad Mu’abbad, Panduan Lengkap Ilmu Tajwid, h. 173
29 makna bukan dari sisi lafazh. Contoh
….
4) Qabih
Waqaf pada kata yang memiliki hubungan dengan kata setelahnya dari sisi lafazh dan makna, karena waqaf pada kata tersebut dapat mengurangi atau merubah makna. Contoh:
َ َٰى َر ََٰك سَ ۡم تنَأ َوََة َٰوَلَّصلٱَْاو ب َرۡقَتَ َلََْاو نَماَءََني ذَّلٱَاَه يَأ ََٰي Hukum : Tidak Boleh Waqaf
Berikut adalah Tanda-tanda waqaf dalam al-Qur’an:
Tabel 2: Makna tanda waqaf Tanda Makna
ـم Disebut juga dengan wakaf lazim, adalah penghentian di akhir kalimat sempurna. Wakaf lazim disebut juga sebagai wakaf tāmm (sempurna) karena wakaf terjadi setelah kalimat sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya.
Tanda mim ( م ), memiliki kemiripan dengan tanda tajwid iqlab, tetapi
Tanda mim ( م ), memiliki kemiripan dengan tanda tajwid iqlab, tetapi