JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANGKATAN 2018 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Agama Islam
pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar
Oleh:
NUR IJMA SARI NIM: 20100117085
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2021
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bersangkutan dibawah ini:
Nama : Nur Ijma Sari
NIM : 20100117085
Tempat/Tgl. Lahir : Siddo, 04 Maret 1999 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan
Alamat : Pinrang
Judul : Kemampuan Membaca Al-Qur’an antara Mahasiswa Alumni Madrasah Aliyah dengan Mahasiswa Alumni Sekolah Menengah Atas pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018 UIN Alauddin Makassar
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Samata, 07 Juni 2021 Penyusun,
Nur Ijma Sari NIM 20100117085
ii
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke Hadirat Allah swt. yang telah memberikan nikmat, hidayah dan taufik-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Salawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw. yang dengannya manusia mampu berhijrah dari satu masa yang tidak mengenal peradaban menuju kepada satu masa yang berperadaban.
Karya ilmiah ini membahas tentang “Kemampuan Membaca Al-Qur’an antara Mahasiswa Alumni Madrasah Aliyah dengan Mahasiswa Alumni Sekolah Menengah Atas pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018 UIN Alauddin Makassar”. Penulis menyadari bahwa pada proses penulisan karya ilmiah ini dari awal sampai akhir tidak luput dari segala kekurangan penulis sendiri maupun berbagai hambatan dan kendala yang sifatnya datang dari eksternal selalu mengiringi proses penulisan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Dengan penuh kesadaran dan dari dalam dasar hati nurani penulis menyampaikan permohonan maaf dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yaitu ayahanda Maliang dan ibunda Dahlia yang telah membesarkan, mendidik dan membina penulis dengan penuh kasih serta senantiasa memanjatkan doa-doanya untuk penulis dan tidak lupa pula ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kakak tercinta alm. Ilham yang telah berjasa besar telah membiayai dan selalu mendukung penulis. Begitu pula penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. H. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D., Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof.
Dr. H. Mardan, M.Ag.,Wakil Rektor 1, Dr. H. Wahyuddin Naro, M.Hum., Wakil Rektor II, Prof. Dr.H. Darussalam Syamsuddin, M.Ag.,Wakil Rektor III, dan Dr. H. Kamaluddin Abunawas, M.Ag., Wakil Rektor IV, yang telah membina dan memimpin UIN Alauddin Makassar yang menjadi tempat bagi penyusun untuk memperoleh ilmu baik dari segi akademik maupun ekstrakurikuler.
2. Dr. H. Marjuni, S.Ag., M.Pd.I, Dekan Fakultas Tarbiyah dan KeguruanUIN Alauddin Makassar, Dr. M. Shabir, U, M.Ag., Wakil Dekan Bidang Akademik,
v
Dr. M. Rusdi T., M.Ag.,Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Dr. H.
Ilyas., M.Si, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, yang telah membina penulis selama proses penyelesaian studi.
3. Dr. H. Syamsuri., S.S., M.A. dan Dr. Muhammad Rusmin B, M.Pd.I, Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan petunjuk dan arahannya selama penyelesaian studi.
4. Dr. Idah Suaidah, M.H.I. dan Dr. H. Syamsuri., S.S., M.A. Pembimbing I dan Pembimbing II, yang telah memberikan arahan, dan pengetahuan baru dalam penyusunan skripsi ini, serta membimbing penulis sampai tahap penyelesaian.
5. Dr. H. Andi Achruh, M.Pd.I.dan Dr. H. A. Marjuni, M.Pd.I. selaku Penguji I dan Penguji II, yang telah memberikan arahan, koreksi dan pengetahuan baru dalam penyusunan skripsi ini, serta membimbing penulis sampai tahap penyelesaian.
6. Kepala Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan serta UIN Alauddin Makassar beserta segenap staf yang telah menyiapkan berbagai literatur dan memberikan kemudahan untuk memanfaatkan perpustakaan secara maksimal demi penyelesaian skripsi ini.
7. H. Sumarni, S.Pd.I yang merupakan nenek tercinta yang telah membiayai pendidikan kuliah penulis.
8. Rekan-rekan seperjuangan di Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2017 tanpa terkecuali, khususnya kepada rekan-rekan PAI 3-4 yang telah banyak membantu dan memberikan pengalaman dan kenangan yang tidak dapat terlupakan kepada penulis selama mengemban pendidikan di UIN Alauddin Makassar.
9. Sahabatku Mawaidah, Nurul Wahyuni, Renaldi Wahab, Sapriadi razak, Zulhijjah, Asnuddin, Nur Said Mutakhir, Muh. Asyam Samjas dan Aliah yang telah mendoakan, membantu, memberikan motivasi dan dorongan untuk semangat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Rekan penulis, Karmila Sari yang telah membantu dalam mengajarkan penulis mebaca al-Quran dengan baik dan benar.
11. Rekan seperjuangan Paradi Qisti Aldab Idrus, Syamsurya Yusri, Sumarni, Mujaddidah Nurul Izzah, serta kakanda Ahmad Suryadi, dan adinda Dita Puspitasari yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.
vi
12. Mahasiswa KKN (Kuliah Kerja Nyata) Desa Malimpung Kab. Pinrang, yang telah banyak memberikan pengalaman baru di dalam proses pengabdian kepada masyarakat yang akan diaplikasikan nantinya ketika selesai mengenyam pendidikan di UIN Alauddin Makassar.
Makassar, 07 Juni 2021 Penulis,
Nur Ijma Sari
NIM: 20100117085
vii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... vii
ABSTRAK ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian... 5
C. Rumusan Masalah... 6
D. Kajian Pustaka ... 7
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN TEORETIS ... 11
A. Kemampuan ... 11
B. Membaca Al-Qur’an ... 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35
A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 35
B. Pendekatan Penelitian ... 35
C. Sumber Data ... 35
D. Metode Pengumpulan Data ... 36
E. Instrumen Pengumpulan Data ... 38
F. Teknik Analisis Data ... 38
G. Uji Keabsahan Data ... 40
BABIV DESKRIPSIKEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN ANTARAALUMNI MADRASAH ALIYAH DENGAN MAHASISWA ALUMNI SEKOLAH MENENGAH ATAS PADA JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANG. 2018 ALAUDDIN MAKASSAR ... 42
A. GambaranUmum Lokasi Penelitian... 42
B. Deskripsi kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa Alumni MadrasahAliyah Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018 UIN Alauddin Makassar ... 56
C. Deskripsikemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa Alumni MadrasahAliyah Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018 UIN Alauddin Makassar ... 60
viii
D. Hasil Kemampuan Membaca Al-Qur’an antara Mahasiswa Alumni Madrasah Aliyah dengan Mahasiswa Alumni Sekolah Menengah Atas Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam
Angkatan 2018 UIN Alauddin Makassar ... 65
BAB V PENUTUP ... 69
A. Kesimpulan ... 70
B. Implikasi Penelitian ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 72
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 73
ix
PEDOMAN TRANSLITERASIARAB-LATIN DAN SINGKATAN A. Transliterasi Arab-Latin
DaftarhurufbahasaArabdantransliterasinyakedalamhurufLatindapat dilihatada tabelberikut:
1. Konsonan
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
ا Alif tidakdilambangkan tidak dilambangkan
ب Ba B Be
ت Ta T Te
ث s\a s\ es (dengan titik di atas)
ج Jim J Je
ح h}a h} ha (dengan titik di bawah)
خ Kha Kh ka dan ha
د Dal D De
ذ z\al z\ zet (dengan titik di atas)
ر Ra R Er
ز Zai Z Zet
س Sin S Es
ش Syin Sy es dan ye
ص s}ad s} es (dengan titik di bawah)
ض d{ad d} de (dengan titik di bawah)
ط t}a t} te (dengan titik di bawah)
ظ z}a z} zet (dengan titik di bawah)
ع ‘ain ‘ apostrof terbalik
غ Gain G Ge
ف Fa F Ef
ق Qaf Q Qi
ك Kaf K Ka
ل Lam L El
م Mim M Em
ن Nun N En
و Wau W We
هـ Ha H Ha
ء hamzah ’ Apostrof
ى Ya Y Ye
x
Hamzah(ء)yangterletakdiawalkatamengikutivokalnyatanpadiberitanda apapun. Jikaiaterletakditengahataudiakhir, maka ditulisdengan tanda(’).
2. Vokal
VokalbahasaArab,sepertivokalbahasaIndonesia,terdiriatasvokaltunggal
ataumonoftongdan vokal rangkap
ataudiftong.VokaltunggalbahasaArabyanglambangnyaberupatandaatau harakat, transliterasinyasebagaiberikut:
VokalrangkapbahasaArabyanglambangnyaberupagabunganantaraharakat dan huruf, transliterasinyaberupagabungan huruf, yaitu:
Contoh:
ََفْيَك: kaifa
ََل ْوَه : haula 3. Maddah
Maddahatauvokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinyaberupahurufdan tanda,yaitu:
Tanda Nama Huruf Latin Nama
ََا fath}ah A a
َ ا Kasrah I i
َ ا d}amah U u
Tanda Nama Huruf Latin Nama
َْىَى fath}ah dan
ya>’ Ai a dan i
َْوَى fath}ah dan wau
Au a dan u
Harakat dan Huruf
Nama Huruf dan
Tanda
Nama ى
ﹶ ... اﹶ... fath}ah dan alif atau ya>’
a> a dan garis di atas ىى kasrah dan ya>’ i> i dan garis di atas
و ى d}amah dan wau u> u dan garis di atas
xi Contoh:
ََتاَم : ma>ta ىَم َر : rama>
ََلْي ق : qi>la
َ ت ْو مَي : yamu>tu 4. Ta>’ marbu>t}ah
Transliterasi untuk ta>’ marbu>t}ah ada dua, yaitu: ta>’ marbu>t}ah yang hidup atau mendapat harakat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya adalah [t]. Sedangkan ta>’ marbu>t}ah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h].
Kalau pada kata yang berakhir dengan ta>’ marbu>t}ah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta>’marbu>t}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h).
Contoh:
َ لاَفْطََ ْلْاَ ةَض ْو َر : raud}ah al-at}fal>
َ ةَل ضاَفْلاَ ةَنْي دَمْلَا : al-madi>nah al-fa>d}ilah
َ ةَمْكحْلَا : al-h}ikmah 5. Syaddah (Tasdi>d)
Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydi>d ( َﹼ ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.
Contoh:
ََانَّب َر : rabbana>
اَنْيَّجَن :najjaina>
َ قَحْلَا : al-haqq
ََم ع ن : nu“ima
َ و دَع : ‘aduwwun
CJika huruf ى ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah ((َ ي ىmaka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi i>.
Contoh:
َ ي لَع : ‘ali> (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)
َ ي بَ َرَع : ‘arabi> (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)
xii 6. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf لا(alif lam ma‘arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah.
Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).
Contoh:
َ سْمَّشلَا : al-syamsu (bukan asy-syamsu)
َ ةَل َزْل َّزلَا : al-zalzalah (bukan az-zalzalah)
َ ةَفَسْلَفْلَا : al-falsafah
َ دَلا بْلَا : al-bila>du 7. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.
Contoh:
ََن ْو ر مَْأَت : ta’murun>
َ ع ْوَّنل : al-nau‘ ََا
َ ءْيَش : syai’un
َ ت ْر م أ : umirtu
8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata al-Qur’an (dari al-Qur’a>n), alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditrans-literasi secara utuh.
Contoh:
Fi>Zila>l al-qur’a>n
xiii al-Sunnah qabl al-tadwi>n
9. Lafz} al-Jala>lah (هللا)
Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mud}a>f ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.
Contoh:
َ هللاَ نْي دdi>nulla>hهللَا بbilla>h
Adapun ta>’ marbu>t}ah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz} al- jala>lah, ditransliterasi dengan huruf [t].
Contoh:
َ هللاَ ةَمْح َرَْي فَْم هhum fi> rah}matilla>h 10. Huruf Kapital
Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:
Wa ma> Muh}ammadun illa> rasu>l
Inna awwala baitin wud}i‘a linna>si lallaz\i> bi Bakkata muba>rakan Syahru Ramad}a>n al-laz\i> unzila fi>h al-Qur’a>n
Nas}i>r al-Di>n al-T{u>si>
Abu> Nas}r al-Fara>bi>
Al-Gaza>li>
Al-Munqiz\ min al-D}ala>l
Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibn (anak dari) dan Abu>
(bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkansebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:
xiv B. Daftar Singkatan
Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:
swt. = subh}a>nahu> wa ta‘a>la>
saw. = s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam a.s. = ‘alaihi al-sala>m
H = Hijrah
M = Masehi
SM = Sebelum Masehi
l. = Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja) w. = Wafat tahun
QS …/…: 4 = QS al-Baqarah/2: 4 atau QS A<l ‘Imra>n/3: 4 HR = Hadis Riwayat
Abu> al-Wali>d Muh}ammad Ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibn Rusyd, Abu> al- Wali>d Muh}ammad (bukan: Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad Ibn) Nas}r H{a>mid Abu> Zaid, ditulis menjadi: Abu> Zaid, Nas}r H{a>mid (bukan:
Zaid, Nas}r H{ami>d Abu>)
xv ABSTRAK Nama : Nur Ijma Sari
NIM : 20100117085
Fak/Jurusan : Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Judul : Implementasi Kemampuan Membaca Al-Qur’an antara Mahasiswa
Alumi Madrasah Aliyah dengan Mahasiswa Alumni Sekolah Menengah Atas pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mendeskripsikan kemampuan membaca al- Qur’an mahasiswa alumni Madrasah Aliyah pada jurusan PAI angkatan 2018 UIN Alauddin Makassar. 2) Mendeskripsikan kemampuan membaca al-Qur’an mahasiswa alumni Sekolah Menengah Atas pada jurusan PAI angkatan 2018 UIN Alauddin Makassar. 3) Mendeskripsikanhasil kemampuan membaca al-Qur’an mahasiswa alumni Madrasah Aliyah dengan alumni Sekolah Menengah Atas pada jurusan PAI angkatan 2018 UIN Alauddin Makassar.
Penelitian ini merupakan penelitianfield research(lapangan) dengan jenis penelitian kualitatif. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fenomenologi. Penelitian ini dilaksanakan di UIN Alauddin Makassar pada jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang beralamat di Jalan HM Yasin Limpo No. 36 Samata, Kabupaten Gowa yang berjumlah 96 mahasiswa dan menjadi sumber objek penelitian sebanyak 20 mahasiswa. Objek penelitian yang diambil adalah 10 alumni Madrasah Aliyah dan 10 alumni Sekolah Menengah Atas.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah alat dokumentasi berupa handphone dengan menggunakan fasilitas pengiriman video. Adapun teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa alumni Madrasah membaca dengan baik dengan jumlah kesalahan yang tergolong rendah. 2) Mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2018 yang merupakan alumni Sekolah Menengah Atas membaca dengan kurang baik. 3) Hasil kemampuan membaca al-Qur’an adalah kemampuan seorang individu dalam membaca kitab al-Qur’an sesuai dengan kaidah hukum tajwid dan makharijul huruf.
Indikator perbedaan yang dapat dilihat dari kemampuan membaca al-Qur’an mahasiswa alumni Madrasah Aliyah dan Sekolah Menengah Atas adalah: 1) Makharijul Huruf, 2), Hukum Nun Sukun dan Tanwin, 3) Hukum Mim Sukun, 4) Hukum Bacaan Mad, dan 5) Waqaf dan Ibtida.
Kepada peneliti lainnya yang berkeinginan untuk meneliti dalam wilayah kajian yang sama, diharapkan dapat mengidentifikasi perbedaan kemampuan membaca al-Qur’an pada jenjang yang berbeda serta menggunakan pendekatan penelitian yang berbeda pula.
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Para ulama menegaskan bahwa al-Qur’an dapat dipahami sebagai nama dari keseluruhan firman Allah swt., tetapi juga dapat bermakna sepenggal dari ayat- ayatnya.1Oleh karena itu, sangat penting untuk mampu membaca al-Qur’an dengan baik agar semakin mudah untuk memahami setiap makna dalam ayat al-Qur’an.
Mempelajari al-Qur’an bukan sebuah perkara yang rumit bagi orang yang bersungguh-sungguh ingin mempelajarinya. Allah menjamin kemudahan bagi yang ingin mempelajarinya, firman Allah swt., dalam QS al-Qamar/54:17.
َ ٖر كَّد مَن مَ ۡلَهَفَ ر ۡك ذل لََناَء ۡر قۡلٱَاَن ۡرَّسَيَۡدَقَل َوَ ٧١
َ
َ Terjemahnya:
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran.2
Al-Qur’an diturunkan dengan maksud agar umat Islam membaca kemudian memahami isi kandungan al-Qur’an serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari- hari. Tanpa membaca al-Qur’an manusia tidak akanmengerti akan isinya dan tanpa mengamalkannyamanusia tidak akan dapatmerasakan kebaikan dan keutamaan petunjuk Allah swt. dalam al-Qur’an.
Al-Qur’an juga berfungsi sebagai sumber ajaran Islam, serta sebagai dasar bagi umat Islam untuk berbuat dan beramal di bumi. Untuk dapat memahami isi al- Qur’an maka setiap manusia yang beriman harus berusaha belajar, mengenal,
1M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an (Bandung: Mizan, 2000), h. 19.
2Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Cet 1; Bandung: Sygma, 2014), h.
529.
membaca dengan fasih dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid dan makharijul hurūf agar dapat mempelajari baik yang tersurat maupun yang terkandung di dalamnya (tersirat), menghayatinya serta mengamalkan isi kandungan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Membaca al-Qur’an dengan tajwīd hukumnya wajib, barangsiapa yang tidak membacanya dengan tajwīd ia berdosa, karena kaidah dalam hukum tajwid mengatur tata cara membaca al-Qur’an dengan baik.3Firman Allah swt., dalam QS al- Muzammil/73:4.
َ الاي ت ۡرَتَ َناَء ۡر قۡلٱَ ل ت َر َوَ هۡيَلَعَۡد زَ ۡوَأَ ٤
َ Terjemahnya
atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah al Quran itu dengan perlahan-lahan.4 Di zaman sakarang ini, terjadi pergeseran nilai dalam kehidupan masyarakat karena para generasi saat ini sangat kurang yang mampu membaca al-Qur’an secara baik apalagi memahaminya. Oleh karena itu,orang tua harus mengusahakan sedini mungkin untuk mendidik dan membiasakananaknya dalam membaca al-Qur’an.
Motivasi membaca al-Qur’an di kalangan umat Islam sendiri semakin rendah, hal ini dibuktikan dengan kurangnya umat Islam yang membiasakan membaca al- Qur’an di rumah-rumah, padahal mereka mengetahu bahwa membaca al-Qur’an merupakan ibadah yang memperoleh pahala dari Allah swt.., namun ketika umat Islam sudah merasa tidak penting untuk membaca al-Qur’an, lalu siapa yang akan membaca al-Qur’an , kalau bukan orang Islam itu sendiri.5
3Abdul Chaer, Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid (Jakarta: Rineka Cipta), 2012, h. 7.
4Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 574.
5Muhammad Thalib, Fungsi dan Fadhillah Membaca Al-Qur’an (Surakarta:
KaffahMedia,2005), h. 11.
3
Salah satu satu bentuk kesulitan dalam membaca al-Qur’an misalnya masih kurang lancar membaca al-Qur’an dengan tajwīd, seperti terbata-bata dalam membaca ayat al-Qur’an, belum mampu mempraktikkan bacaan mād (panjang) dengan benar yaitu terkadang bacaan mād (panjang) dibaca pendek dan yang seharusnya pendek malah dibaca panjang, yang seharusnya dibaca dengung tidak didengungkan, begitu juga sebaliknya.
Jalur yang ditempuh orang-orang dalam hal membaca al-Qur’an, yaitu ada jalur formal dan jalur informal. Jalur informal antara lain seperti privat, mengaji pada ustadz-ustadz atau Kyai, dan sejenisnya. Sedangkan yang jalur formal yaitu melalui lembaga-lembaga pendidikan, misalnya Madrasah Aliyah dan Sekolah Menengah Atas, sehingga kemampuan membaca al-Qur’an yang dimiliki bervariasi, ditambah sekarang banyak bermunculan metode-metode membaca al-Qur’an yang dinilai sangat berpengaruh dalam hal proses belajaral-Qur’an.
Proses belajar mengajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam antara Madrasah Aliyah dengan Sekolah Menengah Atas memiliki perbedaan yakni materi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas diberikan secara global dan dalam satu minggu alokasi waktu yang diberikan hanya sekitar tiga jam. Sedangkan pada Madrasah Aliyah, materi Pendidikan Agama Islam disajikan lebih rinci. Dengan demikian, mahasiswa yang merupakan alumni Madrasah Aliyah lebih sering menerima materi Pendidikan Agama Islam dibandingkan dengan mahasiswa alumni Sekolah Menengah Atas.
UIN Alauddin Makassar merupakan salah satu PTKIN di Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya berada di JL. H.M Yasin Limpo, Samata, Kabupaten Gowa. Salah satu program UIN Alauddin Makassar adalah menghasilkan alumni yang memiliki
kemampuan membaca al-Qur’an yang baik, melalui program yang disebut BTQ yang berada naungan CBP( Character Building Program). Dengan program ini diharapkan mahasiswa yang telah lulus dari UIN Alauddin Makassar dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. Banyak mahasiswa yang lulusan Sekolah Menengah Atas yang dapat membaca al-Qur’an dengan baik. Begitu juga mahasiswa yang lulusan Madrasah Aliyah banyak yang dapat membaca al-Qur’an dengan lebih baik karena lebih banyak materi keagamaan yang diterimanya. Namun semua itu tidak menjamin bahwa lulusan Madrasah Aliyah lebih baik dari lulusan Sekolah Menengah Atas dalam hal membaca al-Qur’an.
Dari problematika tersebut, maka penelitian ini dianggap penting karena untuk membuktikan dalam rangka membandingkan dengan kemampuan membaca al- Qur’an atara mahasiswa antara lulusan Madrasah Aliyah dan Sekolah Menengah Atas. Hal ini dikarenakan banyak orang berpendapat secara kasat mata bahwa lulusan Madrasah Aliyah lebih memiliki kemampuan membaca yang lebih baik.
Fakta ini didasarkan karena di Sekolah Menengah Atas tidak diajarkan khusus membaca al-Qur’an, tetapi ada pula lulusan Sekolah Menengah Atas yang mempunyai kemampuan membaca Al-Qur’an yang jauh lebih bagus.
Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini akan difokuskan untuk membahas perbandingan membaca al-Qur’an antara lulusan Madrasah Aliyah dengan lulusan Sekolah Menengah Atas. Lebih lanjut, penulis ingin mencari tahu adakah perbandingan kemampuan membaca al-Qur’an antara kedua lulusan sekolah tersebut, alasan-alasan inilah yang menjadikan penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul “Studi Komparatif Kemampuan Membaca Al-Qur’an Antara Mahasiswa Alumni Madrasah Aliyah dengan Mahasiswa Alumni Sekolah
5
Menengah Atas Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018 UIN Alauddin Makassar.”
B. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan rangkaian bentuk susunan permasalahan yang dijelaskan sebagai pusat dalam topik penelitian, sehingga mempermudah calon peneliti untuk mengumpulkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.
Adapun yang menjadi fokus penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut Fokus Penelitian
Deskripsi Fokus Kemampuan
Membaca al-Qur’an
Kemampuan membaca al-Qur’an adalah kemampuan seorang individu dalam membaca kitab al-Qur’an sesuai dengan kaidah hukum tajwid dan makharijul huruf.
Indikator seseorang dapat membaca al-Qur’an yang baik dan benar pada skripsi ini adalah menguasai:
Penyebutan/ makharijul huruf
Hukum nun sukun atau tanwin
Hukum Mad
Hukum mim sukun
Waqaf dan ibtida Mahasiswa Alumni
Madrasah Aliyah
(MA) dengan
Mahasiswa Alumni Sekolah Menengah Atas (SMA).
Mahasiswa alumni dari Sekolah Menengah Atas adalah mahasiswa yang berlatar belakang pendidikan sebelumnya dinaungi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, baik itu negeri maupun swasta. Sedangkan mahasiswa yang alumni dari Madrasah Aliyah dinaungi oleh Kementerian Agama, baik Madrasah Aliyah Negeri
maupun Swasta.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kemampuan membaca al-Qur’an mahasiswa alumni Madrasah Aliyah pada jurusan PAI angkatan 2018 UIN Alauddin Makassar?
2. Bagaimana kemampuan membaca al-Qur’an mahasiswa alumni Sekolah Menengah Atas pada jurusan PAI angkatan 2018 UIN Alauddin Makassar?
3. Apakah terdapat hasil yang signifikan antara kemampuan membaca al-Qur’an mahasiswa alumni Madrasah Aliyah dengan mahasiswa alumni Sekolah Menengah Atas pada jurusan PAI angkatan 2018 UIN Alauddin Makassar?
D. Kajian Pustaka
Dari penelusuran terhadap beberapa sumber dalam banyak literatur dan beberapa hasil penelitian terdahulu, ditemukan penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti. Adapun penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Lamkhatul Khunainah dengan judul penelitian Studi Komparasi Antara Lulusan MI dan SD di MTs Negeri 2 Kendal, menunjukkan bahwa: (1) Kemampuan membaca Al-Qur‟an siswalulusan SD termasuk dalam kategori “Baik”. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata yaitu 74,645. (2) kemampuan membaca Al- Quran siswa lulusan MI termasuk dalam kategori “Sedang/Cukup”. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata yaitu 69,364. (3) Dari analisis uji hipotesis diperoleh to (t observasi) adalah 2,413. Sedangkan tt (t tabel) untuk taraf signifikansi 5% yaitu 1,660. Ini
7
berarti nilai tobservasi lebih besar dari t tabel. Berarti ada perbedaan kemampuan membacaAl-Qur‟anantarasiswalulusanSDdansiswalulusanMIdi MTs Negeri 2Kendal.6Perbedaan penelitian yang dilakukuan oleh Lamkhatul Khunainah dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak pada variabel penelitiannya. Penyusun memilih lulusan Madrasah Aliyah dan Sekolah Menengah Atas pada mahasiswa PAI UIN Alauddin Makassar, sementara penelitian yang dilakukakan oleh Lamkhatul Khunainah adalah lulusan Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar di MTs Negeri 2 Kendal 2. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Suryani dengan judul “Studi Komparasi
Tentang Kemampuan membaca Al-Qur’an Siswa yang Menggunakan Metode Al-Ma’arif di TPQ NU 13 Al-Ma’arif Kembangan Kaliwungu dengan Siswa yang Menggunakan Metode Qiro’atidiTPQMustabanulKhoiritSaribaru Kaliwungu Kendal menunjukkan bahwa adanya perbedaan kemampuan membaca al-Qur‟an antarasiswayangmenggunakanmetodeAl- Ma‟arifdiTPQNU13Al-Ma‟arifKembanganKaliwungudengan siswa yang menggunakan metode Qiro‟ati di TPQ Mustabanul Khoirot Saribaru Kaliwungu. Dibutktikan dengan hasil bahwa kemampuan membaca al-Qur‟an siswa yang menggunakan metode Al-Ma‟arif dalam kualifikasi baik dengan nilai rata-rata 75,5455. Sedangkan kemampuan membaca al-Qur‟an siswa yang menggunakan metode Qiro‟ati termasuk dalam kualifikasi cukup dengan nilai rata-rata 71,04. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa t observasi
6Lamkhatul Khunainah, Studi Komparasi Antara Lulusan MI dan SD di MTs Negeri 2 Kendal, Skripsi, (Semarang; UIN Walisongo, 2018).
lebih besar dari ttabel.7 Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Siti Suryani dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak pada judul penelitiannya. Penulis memilih judul penelitian perbedaan kemampuan membaca al-Qur’an lulusan Madrasah Aliyah dan Sekolah Menengah Atas pada mahasiswa PAI UIN Alauddin Makassar, sementara penelitian yang dilakukakan oleh Siti Suryani adalah perbedaan kemampuan membaca Al- Qur’an Siswa yang Menggunakan Metode Al-Ma’arif.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Evi Riani dengan judul “Pengaruh Kemampuan Baca Tulis al-Qur’an Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Qur;an Hadits pada Siswa Kelas VII MTs Matholi’ul Falah Langgenharjo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2014/2015, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kemampuanbacatulisAl-Qur‟anterhadaphasilbelajar pada mata pelajaran Qur’an Hadits siswa kelas VII MTs Matholi‟ulFalah.8 Perbedaan penelitian yang dilakukuan oleh Evi Riani dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak pada judul penelitiannya. Penulis memilih judul penelitian perbedaan kemampuan membaca al-Qur’an lulusan Madrasah Aliyah dan Sekolah Menengah Atas pada mahasiswa PAI UIN Alauddin Makassar, sementara penelitian yang dilakukakan oleh Evi Riani adalah pengaruh
7Siti Suryani, Studi Komparasi Tentang Kemampuan membaca Al-Qur’an Siswa yang Menggunakan Metode Al-Ma’arif di TPQ NU 13 Al-Ma’arif Kembangan Kaliwungu dengan Siswa yang Menggunakan Metode Qiro’atidiTPQMustabanulKhoiritSaribaru, Skripsi (Semarang; UIN Walisongo, 2016)
8Evi Riani, Pengaruh Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Qur;an Hadits pada Siswa Kelas VII MTs Matholi’ul Falah Langgenharjo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2014/2015, Skripsi (Yogyakarta; UIN Sunan Kalijaga, 2014).
9
kemampuan baca tulis al-Qur’an terhadap hasil belajar pada mata pelajaran Qur;an Hadits.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun maksud dari tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui kemampuan membaca al-Qur’an mahasiswa alumni Madrasah Aliyah pada jurusan PAI angkatan 2018 UIN Alauddin Makassar
b. Untuk mengetahui kemampuan membaca al-Qur’an mahasiswa alumni Sekolah Menengah Atas pada jurusan PAI angkatan 2018 UIN Alauddin Makassar
c. Untuk mengetahui hasil yang signifikan antara kemampuan membaca al-Qur’an mahasiswa alumni Madrasah Aliyah dengan mahasiswa alumni Sekolah Menengah Atas pada jurusan PAI angkatan 2018 UIN Alauddin Makassar.
2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Ilmiah
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan terutama dalam bidang pendidikan, dan memberikan sumbangan untuk peningkatan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia.
b. Kegunaan Praktis 1) Bagi Peneliti
Peneliti dapat menambah wawasan keilmuan sebagai hasil dari pengamatan langsung serta dapat memahami penerapan disiplin ilmu yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.
2) Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan, acuan, perbandingan, serta dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian yang relevan.
11 BAB II
TINJAUAN TEORETIS A. Kemampuan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Sedangkan membaca dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya melihat serta memahami isi dari apa yang ditulis.1
Kemampuan berarti kecakapan yang erat kaitannya dengan pemilikan pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan. Kemampuan berarti kompetensi yaitu perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.2 Kemampuan membaca merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang diajarkan.
Kemampuan dalam hal ini adalah berkenaan dengan kemampuan mahasiswa setelah mendapatkan pengalaman belajar tertentu, yang dimaksud dalam hal ini yaitukemampuan membaca al-Qur’an. Kemampuan membaca al-Qur’an sangat berguna dalam bukan hanya pada lingkup sekolah saja, tetapi berguna untuk kegiatan sehari-hari. Kita sebagai umat Islam alangkah baiknya menomorsatukan hal kemampuan membaca al- Qur’an, karena mampu membaca al-Qur’an merupakan ciri dari umat Islam.
Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi, terutama anak-anak dalam usia sekolah, contohnya jika kita masuk pada mata pelajaran Qur’an Hadits maka pertama adalah kita harus mampu membaca al-Qur’an,
1Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 979.
2Akmal Hawi, Kompetensi Guru PAI (Jakarta: Rajawali Press, 2013), h. 1.
karena dalam mata pelajaran tersebut banyak terdapat ayat-ayat al-Qur‟an yang harus dikuasai oleh peserta didik.
B. Membaca Al-Qur’an 1. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an secara etimologi berasal dari bahasa Arab ارق - ارقي – نارق yang memiliki makna bacaan, sementara menurut istilah yaitu qalam (perkataan) Allah swt., yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw., melalui perantaraan malaikat jibri.3
Al-Qur’an merupakan kalam Allah swt. yang berperan sebagai mukjizat atau diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. yang tertulis di dalam mushaf, yang diriwayatkan secara mutawatir, dan bagi yang membacanya bernilai ibadah, sehingga untuk mendapatkan jaminan keselamatan dan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat melalui al-Qur’an, maka setiap umat Islam harus berusaha belajar, mengenal, membaca dan mempelajarinya.4
Mempelajari al-Qur’an hukumnya adalah fardu kifayah, namun untuk membacanya memakai ilmu tajwīd secara baik dan benar merupakan fardu ain, kalau terjadi kesalahan dalam membaca al-Qur’an maka termasuk dosa. Untuk menghindari dari dosa tersebut, dituntut untuk selalu belajar al-Qur’an pada ahlinya.5 Disamping jika kita membaca al-Qur’an memiliki riwayat yang jelas dan perlu dijelaskan dalil-
3Masan, Pendidikan Agama Islam: Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah (Semarang: PT Karya Toha Putera, 2015), h. 21.
4Masfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an (Surabaya: Karya Abditama, 1997), h. 1.
5Yeni Dwi Rahayu, Sistem Pendeteksi Ilmu Tajwid pada Al-Qur’an Menggunakan Al GoritmaLight Stemming, Jurnal (Jawa Timur: Universitas Muhammdiyah Jember ,2014 ) , h. 2
13
dalil tentang pentingnya mempelajari (belajar) al-Qur’an sesuai dengan firman Allah swt dalam QS. Fathir/35: 29-30:
َۡرَيَّٗةَي ن َلاَع َوَا ّٗ ر سَ ۡم هََٰنۡق َزَرَاَّم مَْاو قَفنَأ َوََة َٰوَلَّصلٱَْاو ماَقَأ َوَ هَّللٱَ َبََٰت كََنو لۡتَيَ َني ذَّلٱَ َّن إ
َ ۡم هَي ف َو ي لَ َرو بَتَنَّلَّٗة َر ََٰج تََنو جُ
َ ۡم ه َرو جُ أ
َٞرو كَشَ ٞرو فَغَۥ هَّن إَٓۚ ۦ ه ل ۡضَفَن مَم هَدي زَي َو
َ.
Terjemahnya:
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.6
Al-Qur’anadalah kalam Allah swt. yang diturunkan kepada Rasulullah saw.
termasuk ibadah bagi orang yang membacanya, dibatasi oleh adalah kalam Allah swt.
yang diturunkan kepada Rasulullah saw. termasuk ibadah bagi orang yang membacanya, dibatasi oleh beberapa surah, orang yang memindahkan bacaannya merupakan pemindahan bacaan yang mutawatir (bersambung sanadnya sampai Rasulullah saw).7 Salah satu karakteristik al-Qur’an adalah merupakan kitab suci yang terpelihara keasliannya dan Allah swt. sendiri yang menjamin pemeliharaannya, serta tidak membebankan hal itu kepada seorang pun.8 Firman Allah swt. dalam QS.al-Hijr/5:9.
َ َنو ظ ف ََٰحَلَۥ هَلَاَّن إ َوَ َر ۡك ذلٱَاَنۡل َّزَنَ ن ۡحَنَاَّن إَ ٩
َ
َ Terjemahnya:
6Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 430.
7Harun Maidir, dkk. Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Peserta didik SD (Jakarta:DEPAG badanLitbang dan Puslitbang, 2007), h. 25.
8Muhammad Ali al-shabuni, at-Tibyan fi Ulum Al-Qur’an (Beirut: Dar al-Ilm Li alMalayin1985), h.17.
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.9
Allah swt., yang menurunkan al-Qur’an dan Allah swt. pula yang menjaganya hingga akhir zaman. Allah swt. menjaga al-Qur’an dengan cara menjaga ahlul Qur’an (para penghafal al-Qur’an) pula. Salah satu bukti yang dapat ditemukan yakni lebih dari 14 abad semenjak diturunkannya al-Qur’an, tetap asli sebagaimana saat diturunkan, juga dan disampaikan oleh Rasulullah saw. kemudian diterima oleh para sahabat, setelah itu disampaikan turun temurun dari generasi ke generasi setelah mereka, ini merupakan bukti Allah swt. yang menjaga dan memelihara al-Qur’an. Al- Qur’an juga menjadi puncak dan penutup wahyu Allah swt. yang diperuntukkan bagi manusia, mengimaninya adalah bagian dari rukun iman.
Menurut bahasa arab dalam kamus Al-Munawwair yaitu qoro‘a-yaqro’u yang berarti membaca.10 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, membaca diartikan
‚melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang tertulis itu.11 Membaca juga bermakna proses pengolahan bacaan secara kritis-kreatif yang dilakukan pembaca untuk memperoleh pemahaman menyeluruh tentang bacaan itu, yang diikuti oleh penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu.12 Oleh karena itu, dengan membaca seseorang akan mendapatkan pemahaman baru bahkan dapat juga mendapatkan pemahaman menyeluruh dari bacaan yang diperoleh.
9Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 119.
10Munawwir Ali Warson, Kamus Al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif, 2007), h. 75.
11Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 119
12Nurhadi, Teknik Membaca, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h. 2.
15
Menurut Quraish Shihab bahwamembacaal-Qur‟anadalahperintahyangpaling berharga yang dapat diberikan kepada umat manusia.13Oleh karena itu, kemampuan membaca al- Qur‟an sangat penting, tidak hanya dalam lingkup sekolah tetapi di luar lingkup sekolah .
Membaca al-Qur’an memiliki ketentuan tersendiri, yakni harus sesuai dengan hukum tajwid dan membacanya secara perlahan-lahan. Firman Allah swt. Dalam QS.
al-Muzammil/73:4.
َ الاي ت ۡرَتَ َناَء ۡر قۡلٱَ ل ت َر َوَ هۡيَلَعَۡد زَ ۡوَأَ ٤
َ
َ Terjemahnya:
atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.14 2. Tujuan Membaca Al-Qur’an
Kegiatan membaca al-Qur’an bertujuan untuk mencari dan memperoleh pesan atau memahami makna bacaan.15Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karenanya dengan memiliki tujuan, maka kita cenderung lebih paham dari pada orang yang tidak mempunyaitujuan. Oleh karena itu, tujuan dari membaca adalah memahami secara detail dan menyeluruh isi buku, menangkap ide pokok/ gagasan utama buku secara cepat ( waktu terbatas), mendapatkan informasi tentang sesuatu, mengenali makna kata-kata sulit.16Dari membaca kita dapat memahami, menangkap ide, dan mendapatkaninformasi. Membaca juga memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik, mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah
13Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 2005), h170
14Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 574.
15Dalman, Keterampilan Membaca ( Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 14.
16Naswiani Samniah, “Kemampuan memahami isi bacaan siswa kelas VII MTs Swasta Labaiba”, Jurnal, (Vol. 1, No. 16, tahun 2016), h. 3.
diketahuinya,13membaca untuk memperoleh fakta- fakta.17Dalam hal ini membaca apa saja mempunyai tujuan yang sangat penting terutama dalam membaca al-Qur‟an.
Al-Qur’an merupakan rahmat bagi seluruh umat manusia serta pedoman umat Islam yang berisi petujuk dan tuntunan yang berguna bagi kehidupan manusia.
Tujuanmembacaal-Qur‟anadalahagarkitamampu mendekatkan diri kepada Allah swt., serta meningkatkan keimanan kita agar memperoleh keberkahan dunia danakhirat.
3. Kaidah Membaca Al-Qur’an
Kegiatan membaca sangat membutuhkan proses pemilihan informasi yang fokus untuk memahami isi bacaan tersebut. Metode yang digunakan dalam membaca, termasuk keterampilan dalam hal membaca sangat diperlukan, metode yang lumrah digunakan yakni cara membaca mekanis dan cara membaca yang bersifat pemahaman. Cara membaca yang bersifat mekanis ini dapat dianggap berada dalam urutan cara yang terendah yaitu mulai dari pengenalan bentuk huruf, pengenalan unsur- unsur linguistik, pengenalan hubungan pola ejaan dan bunyi, dan kecepatan membaca ketaraf lambat.
Kemudian cara membaca yang bersifat pemahaman ini dapat dianggap sebagai cara belajar membaca dalam urutan yang tertinggi. Yaitu mulai dari memahami pengertian sederhana, memahami signifikansi atau makna, evaluasi atau penilaian, dan kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.
Semakin orang banyak membaca, semestinya akan semakin cepat kemampuan bacanya.17 Begitu juga dalam hal membaca al-Qur’an, semakin kita sering membacanya maka kita akan semakin lancar dalam membacanya.
17Dalman, Keterampilan Membaca , h. 11.
17
Kegiatan membaca al-Qur‟an juga memiliki cara agar dalam membaca menjadi baik, benar dan indah. Untuk dapat membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar diperlukan cara. Oleh karena itu, cara yang paling utama adalah kita harus memahami huruf-huruf hijaiyah dan cara pelafalannya, membacanya harus dengan tartil, dan memahamitajwid.
Dalam membaca al-Qur’an, sudah tentu harus memperhatikan adab-adabnya (tata krama), karena yang dibaca itu adalah Kalamullah yang harus dijunjung tinggidan dimuliakan. Para ulama ahli al-Qur’an telah mengatur secara baik dan tertib dan tata krama dalam menghormati dan mengagungkan al-Qur’an.18Selain memilki adab dalam membaca al-Qur’an ada kaidah-kaidah yang harus diperhatikan dalam membaca al-Qur’an yaitu sebagai berikut:
a. Mengetahui Kaidah Makharijul Huruf
Makharijul huruf adalah tempat keluar huruf ketika membunyikannya. Dalam materi makhorijul huruf ini yang ditegaskan adalah cara membunyikan huruf hijaiyah sesuai dengan tempat keluarnya huruf. 19 Ketepatan pada makhrajnya adalah tolak ukur dalam mengeluarkan huruf-huruf hijaiyyah pada makhrajnya. Berikut adalah huruf hijaiyah beserta tempat keluarnya:20
Secara umum huruf-huruf tersebut dikelompokkan menjadi lima kelompok yaitu
a) Al-jauf (rongga mulut), yaitu huruf أ, ي, dan و.
18M. Misbahul Munir, Ilmu dan Seni Qiro’ati Qur’an (Semarang: Binawan, 2005), h. 209- 230.
19Safarina Ariani, “Program Bengkel Mengaji (Upaya Meningkatkan KemampuanTahsinAl- Qur‟anMahasiswaPAI),JurnalMudarrisuna,vol.5,No. 1, Juni tahun 2015, h.13.
20Ahmad Muhammad Mu’abbad, Panduan Lengkap Ilmu Tajwid, h. 111-113.
b) Al-halq (kerongkongan) Bagian ini dibagi lagi menjadi tiga kelompok. Pertama, kelompok pangkal kerongkongan, yaitu, ََ أ (hamzah) dan ه. Kedua, tengah kerongkongan, yaitu huruf ع dan ح. Ketiga, ujung kerongkongan, yaitu huruf غ dan خ.
c) Al-lisan (lidah), terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok pertama antara pangkal lidah dan langit- langit keras yaitu huruf ق dan ك. Kelompok kedua antara lidah dan langit-langit keras, yaitu huruf ج, ش, kelompok ketiga antara tepi lidah dan gusi gigi atas , yaitu huruf ض, kelompok keempat antara tepi ujung lidah dan langit- langit keras, yaitu huruf ل., kelompok kelima antara ujung lidah dan gigi atas, yaitu bunyi ر. antar ujung lidah bagian luar dan gigi atas, yaitu huruf ن., kelompok keenam antara ujung lidah dan pangkal gigi atas, yaitu huruf ،َت،د dan ط, kelompok ketujuh antara ujung lidah dengan kedua ujung gigi atas dan bawah, yaitu huruf ث, ذ, dan ظ, serta kelompok ketujuh antara ujung lidah dengan ujung gigi bawah, yaitu huruf ز،َس dan ص.
d) Al-khaisyum (rongga hidung), yaitu keluarnya huruf dengung, yaitu huruf َف atau م ketika bertasydid.21Berikut adalah cara penyebutan atau tempat keluar ke 28 huruf hijaiyyah:
Tabel 1: Penyebutan makharijul huruf Huruf Tempat Keluar
ا Keluar dari rongga mulut dan kerongkongan dan hanya terjadi dengan panjang.
ب Dari dua bibir dengan menutup keduanya.
21Abdul Chaer, Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid, h. 14.
19
ت Dari punggung lidah dan dasar gigi seri atas ث Dari ujung lidah dan ujung gigi seri atas.
ج Dari tengah lidah dengan menempelkan langit-langit mulut.
ح Dari tengah kerongkongan.
خ Dari kerongkongan paling atas searah lidah.
د Dari punggung kepala lidah dan dasar gigi seri atas.
ذ Dari ujung lidah dan dan ujung gigi seri atas.
ر Dari ujung lidah dan antara gigi seri atas, mendekat ke bawah serta membuka sedikit diantara keduanya.
ز Dari ujung lidah dam antara gigi seri atas, mendekat ke bawah serta membuka sedikit antara keduanya.
س Dari ujung lidah dan antara gigi seri atas, mendekat ke bawah serta membuka sedikit antara keduanya.
ش Dari tengah lidah menempelkan langit-langit mulut.
ص Dari ujung lidah dan antara gihi seri atas, mendekat kebawah serta membuka sedikit diantara keduanya.
ض Dari salah satu kedua sisi lidah dengan menempel ke gigi geraham atas.
ط Dari kepala lidah dan dasar gigi seri atas.
ظ Dari ujung lidah dengan ujung gigi seri atas.
ع Dari tengah kerongkongan.
غ Dari kerongkongan paling atas searah lidah.
ف Dari perut bibir bawah serta gigi seri atas.
ق Dari pangkal dan langit-langit mulut.
ك Dari pangkal lidah dan langit-langit mulut, dibawah makraj qaf.
ل Antara dua sisi lidah bersamaan setelah makhraj dhad, dengan menempel ke gusi.
م Dari dua bibir bersamaan jika dibaca izhar, dan dari rongga hidung jika dibaca ikhfa atau idgham.
ن Dari ujung lidah depan dengan menempel pada gusi gigi seri atas ketika dibaca izhar, dan dari rongga hidung jika dibaca ikhfa atau idgham.
و Jika panjang keluar dari ronngga mulut dan kerongkongan
Jika tidak panjang keluar dari dua bibir dengan membukanya.
ه Dari pangkal kerongkongan.
ء Dari pangkal kerongkongan.
ي Jika panjang keluar dari ronngga mulut dan kerongkongan
21
Jika tidak panjang keluar dari tengah lidah.
b. Menguasai kaidah/hukum tajwid
Tajwid menurut bahasa artinya membangunkan. Sedangkan menurut istilah adalah mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya dengan memberi hak dan mustahakahnya.22 Ketepatan pada tajwidnya adalah ukuran betul atau tidaknya mengucapkan huruf-huruf al-Qur‟an, yang berkaitan dengan tempat berhenti, panjang bacaan huruf, dan lain sebagainya.
Tajwid adalah ilmu yang memberikan kepada huruf akan tertibnya, mengembalikan huruf kepada makhraj dan asalnya, serta menghaluskan pengucapannya dengan cara yang sempurna tanpa berlebihan, kasar, tergesa-gesa dan dipaksa- paksakan.23 Oleh karena itu, ketepatan dalam tajwid dapat diukur dengan betul tidaknya pelafalan huruf-huruf Al-Qur‟an, yang berkaitan dengan tempat berhenti, panjang pendek dan lain sebagaiya.
Mempelajari ilmu tajwid hukumnya fardlu kifayah. Sedangkan membaca al- Qur‟an dengan ilmu tajwid hukumnya fardhu ain. Membaca Al-Qur‟an tanpa menggunakan ilmu tajwid maka hukumnya tidak boleh.24 Ilmu tajwid sangat diperlukan dalam kaitannya membaca Al-Qur‟an, karena apabila seseorang membaca al-Qur‟an tanpa ilmu tajwid maka bacaan yang dibacanya tidak sesuai dengan aturan.
Tujuan ilmu tajwid adalah agar seseorang membaca Al-Qur‟an dengan
22Aso sudiarjo, dkk, “Aplikasi Pembelajaran Ilmu Tajwid, Waqaf dan Makhorijul huruf Berasis Android”, Jurnal , (Vol. 5, No. 2, September 2015), h, 54.
23Manna Khalil Al-Qathan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007), h. . 265.
24Aso sudiarjo, dkk, “Aplikasi Pembelajaran Ilmu Tajwid, Waqaf dan Makhorijul huruf Berasis Android”, Jurnal , h, 55.
fasih dan sesuai dengan yang diajarkan Nabi Muhamad saw, serta dapat menjaga lisannya dari kesalahan-kesalahan.
Aspek yang berkaitan dengan ilmu tajwid, diantaranya adalah: hukum nun sukun dan tanwin, hukum mim mati, dan mad.
a. Hukun nun sukun dan tanwin
Hukum nun sukun dan tanwin adalah salah satu tajwid yang terdapat dalam al- Qur’an. Hukum ini berlaky jika nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf tertentu. Hukum ini terbagi menjadi idgham bigunnah, idgham billagunnah, izhar, ikhfa dan iqlab.
1) Idgham Bigunnah
Idgam bighunnah ini artinya idgham yang memakai dengung (ghunnah).
Huruf idgham bighunnah ini ada empat: ي (ya’), ن (nun), م (mim) dan, و (wawu), atau sering disingkat dalam satu kalimat َْو مْنَي (yanmuw). Contoh:
َََدَل َوَاَم َوَ ٖد لا َو َو
2) Idgham Billagunnah
Idgham bilaghunnah ini dibaca ketika huruf nun suskun (mati) atau harakat tanwin bertemu dengan huruf ل (lam) dan ر (ra’), serta proses membacanya tidak disertai dengan dengung (ghunnah). Contoh:
ََ دَلَب ۡلٱَاَذ ََٰه بَ ُّۢ ل حَ َتنَأ َو 3) Iqlab
Iqlab ini mempunyai arti menukar atau membalik. Menurut istilah menukar makhraj suatu huruf ke huruf yang lain, dan diiringi dengan suara dengung. Dasar dari bacaan iqlab ini adalah ketika ada nun sukun (mati) bertemu atau jatuh sebelum huruf ب (ba’).Adapun cara membacanya adalah dengan mengganti huruf nun sukun
23
(mati) atau tanwin dengan huruf suara huruf م (mim), karena bertemu dengan huruf ب (ba’). Contoh:
ََ ٖجي هَبَ ُّۢ ج ۡو َزَ ل كَن م 4) Ikhfa
Ikhfa’ ini adalah menyembunyikan atau menyamarkan bacaan huruf nun sukun(mati) atau tanwin, dikarenakan bertemu dengan salah satu huruf ikhfa’. Baik dalam satu kalimat ataupun dua kalimat. Bacaan ikhfa’ ini jika dilafalkan dalam bahasa Indonesia, umumnya akan berbunyi “NG”. Huruf ikhfa’ terdiri dari 15 huruf, yakni: ت (ta’), ط (tho’), د (dal), ف (fa’), ق (qof), ك (kaf), ص (shod), ض (dh{od), ذ (dzal), ث (tsa), ج (jim), ش (syin), س (sin), ز (za), ظ (dzo). Contoh:
ََاَ ۡح بَسَفَا ّٗجُا َو ۡفَأَ هَّللٱَ ني دَي فََنو ل خۡدَيَ َساَّنلٱَ َتۡيَأ َر َو
َ 5) Izhar
Menurut bahasa idzhar ini berarti jelas atau tampak. Menurut istilah idzhar mempunyai arti melafalkan huruf idzhar dari tempat keluarnya huruf , tanpa disertai dengan bunyi dengung (ghunnah). Jumlah dari huruf idzhar ini ada enam: ع (‘ain), ه (ha), خ (kho), غ (ghoin), ء (hamzah) dan, ح (h}a’). Enam huruf tersebut disebut huruf halqi, karena tempat keluar dari huruf tersebut terletak pada tenggorokan.
Contoh:
ََ َٰىَقَّتٱ َوَ َٰىَط ۡعَأَ ۡنَمَاَّمَأَف c. hukum mim sukun
Hukum mim sukun adalah salah satu tajwid yang terdapat dalam al-Qur’an.
Hukum ini berlaku jika mim sukun bertemu dengan huruf tertentu. Hukum ini terdiri dari tiga jenis yakni izhar syafawi, ikhfa syafawi dan idgham mimi.
1) Ikhfa Syafawi
Sebuah bacaan dapat dikatakan sebagai bacaan ikhfa’ syafawi jika ada mim sukun yang bertemu dengan huruf ب. Contoh:
ََ ُّۢ ري بَخَّلَ ٖذ ئَم ۡوَيَ ۡم ه بَم هَّب َرََّن إ 2) Idgham mimi
Idgham mitsly adalah apabila mim sukun bertemu dengan huruf mim. Cara membaca hukum bacaan ini adalah dengan memasukkan mim sukun ke dalam mim dan disertai dengan suara dengung. Contoh:
ََ ٖر ۡمَأَ ل كَن مَم ه ب َرَ نۡذ إ بَ ةَك ئ ََٰلَمۡلٱَ لَّزَنَتَ ٖرۡهَشَ فۡلَأ 3) Izhar Syafawi
Jika kita menemukan mim mati (َْم) bertemu dengan salah satu huruf hijaiyah selain huruf mim (َْم) dan ba (ب), maka cara membacanya dengan jelas di bibir dan mulut tertutup. Contoh:
ََنو س ۡم تََني حَ هَّللٱَ َن ََٰحۡب سَف
c.Mengenal dan menguasai hukum Mad
Mad secara bahasa adalah tambahan secara mutlak, dan secara istilah adalah memanjangkan suara karena ada salah satu dari 3 huruf mad, yakni: Alif (ا), Wau (و) dan Ya (ي). Mad terbagi menjadi dua bagian, yakni mad asli dan mad cabang atau mad far’i.25 Berikut adalah penjelesannya:
a. Mad asli
Macam mad yang pertama adalah mad thabi’i. Mad thabi’i ini sendiri juga sering disebut dengan mad asli. Hukum mad thabi’i dibaca panjang, yaitu saat huruf
25Ahmad Muhammad Mu’abbad, Panduan Lengkap Ilmu Tajwid, h. 73.
25
alif yang terletak sesudah tanda baca fathah, ya’ sukun terletak sesudah tanda baca kasrah atau juga wawu yang terletak sesudah tanda baca dhammah. Ketika menemui beberapa huruf al-Quran yang memenuhi kriteria tersebut, maka wajib membaca panjang dua harakat. Contoh :
َ لو قَي b. MadFar’i
Madfar’i adalah huruf mad yang bertemu dengan hamzah atau sukun, atau sebelumnya didahului hamzah saja dan tidak ada hamzah atau sukun setelahnya.26 Berikut adalah macam-macam dari madfar’i:
1) Mad Wajib Mutasshil
Madfar’i yang pertama adalah mad wajib muttashil.Mad wajib muttahsil terjadi ketika mad thabi’i bertemu dengan hamzah pada satu kalimat. Hukum tajwid mad yang satu ini wajib dibaca panjang lima harakat, atau sama dengan dua setengah kali alif. Contoh:
ََك ب َرََء اَجُ َو
2) MadJaiz Munfassil
Macam mad far’i yang satu ini terjadi apabila mad thabi’i bertemu dengan hamzah, namun hamzah terletak dalam kalimat yang berbeda. Jaiz mempunyai arti boleh dan munfashil berarti terpisah. Dalam hukum bacaan ini, mad jaiz munfashil bisa dibaca seperti mad wajib muttasil atau boleh juga dibaca seperti mad thabi’i biasa. Contoh:
َ ن ََٰسن ۡلۡٱَاَه يَأ ََٰي
3) Mad LazimMusaqqal Kilmi
26Ahmad Muhammad Mu’abbad, Panduan Lengkap Ilmu Tajwid, h. 78.
Jenis mad far’i yang satu ini terjadi ketika mad thabi’i bertemu dengan tanda baca tasydid pada satu kata atau ayat. Hukum bacaan ini harus dibaca panjang 3 kali dari mad thabi’i, atau sekitar 6 harakat. Contoh:
ََ ةَّق اَحۡلٱ
4) Mad LazimMuakhaffaf Kilmi
Mad lazimmukhaffaf kilmi juga termasuk dari salah satu macam tajwid mad far’i yang perlu diketahui. Jenis mad yang satu ini terjadi ketika mad thabi’i bertemu dengan huruf mati atau sukun. Saat menemui huruf tersebut, maka wajib dibaca panjang 6 harakat. Contoh
ََنو ل جۡعَت ۡسَتَۦ ه بَم تن كَۡدَق َوََنَٰ ـۡل اَء 5) MadLayyin
Mad layyin terjadi ketika sesudah yang berharakat fathah wawu sukun atau yak sukun. Mad far’i yang satu ini dapat dibaca secara lunak atau lunak. Contoh:
ََ ني دلٱَ م ۡوَيَ ك ل ََٰم 6) MadArid Lissukun
Macam tajwid mad far’i selanjutnya mad a’rid lisuukun. Mad a’rid lisuukun dibaca ketika terdapat waqaf atau tanda berhenti membaca, yaitu saat sebelum tanda waqaf ditemukan huruf mad thabi’i atau mad lein.
Cara membacanya dibedakan menjadi 3 macam. Pertama, dibaca panjang seperti madwajib muttasil atau 6 harakat. Kedua, di pertengahan dibaca sepanjang 4 harakat atau 2 kali mad thabi’i. Ketiga. yang pendek boleh dibaca seperti mad thabi’i seperti biasa. Contoh:
َََمي قَت ۡس مۡلٱََط ََٰر صلٱَاَن دۡهٱ 7) MadShilah Thawilah
27
Mad shilah thawilah juga termasuk macam tajwid mad far’i. Mad ini terjadi ketika mad qashirah bertemu dengan hamzah. Cara membacanya yaitu sama seperti mad jaiz munfashil. Contoh:
َ ۥ هَقاَث َو
َٞدَحَأَ
8) Mad Shilah Qashirah
Macam tajwid mad far’i selanjutnya adalah mad shilah qashirah. Mad yang satu ini terjadi jika ada haa dhamir, tepatnya pada haa sebagai huruf hidup atau huruf yang berharakat. Contoh:
ََنو ح صََٰنَلَۥ هَلَاَّن إ َو 9) Mad Iwad
Mad ‘iwad juga termasuk salah satu dari macam tajwid mad far’i berikutnya.
Mad yang satu ini dibaca ketika terdapat fathah ain yang terletak pada akhir kalimat atau dekat tanda pemberhentian atau waqaf. Contoh:
ََا ّٗري سَيَا ّٗباَس حَ بَساَح يَ َف ۡوَسَف 10) Mad Badal
Macam tajwid mad far’i selanjutnya adalah mad badal. Mad badal terjadi saat tanda baca hamzah bertemu dengan mad. Maka cara membacanya adalah dengan dipanjangkan seperti membaca mad thabi’i. Contoh:
َْاو نَماَءََني ذَّلٱََّن إ
11) Mad Harfi Musyabba
Berikutnya adalah macam tajwid mad lazim harfi musyabba’. Mad yang satu ini biasanya ditemukan pada permulaan atau awal surat yang terdapat di al-Quran.
Contoh:
َٓۚ ق
12) Mad Lazim Harfi Mukhaffaf
Macam tajwid mad beriktunya adalah mad lazim harfi mukhaffaf. Biasanya ditemukan pada permulaan surat dalam al-Quran, Contoh:
ََ م لا
13) Mad Tamkien
Macam tajwid madfar’i selanjutnya adalah mad tamkien. Mad tamkien ini terjadi ketika ditemukan ya’ sukun yang didahului dengan ya bertasydid dan harakatnya kasrah. Contoh:
َ ي بَّنلٱََنو ل تۡقَي َوَ ۧ 14) Mad Farq
Macam tajwid mad far’i yang terakhir adalah mad farq. Mad farq ini terjad ketika dua hamzah bertemu pada lam alif ma’fifat, yaitu satu hamzah istifham sedangkan yang kedua hamzah washol. Jika ditemukan huruf ini, maka harus dibaca 6 harakat. Contoh :
َ ي بَّنلٱ َوَ بََٰت كۡلٱ َوَ ۧ d. Waqaf dan Ibtida a. Waqaf
Waqaf ialah memutus suara sesaat pada akhir kata untuk mengambil nafas sejenak dengan niat melanjutkan bacaan.27 Macam-macam waqaf adalah sebagai berikut:
1) Tam (Sempurna)
27Ahmad Muhammad Mu’abbad, Panduan Lengkap Ilmu Tajwid, h. 173
29
Waqaf pada kata yang tidak memiliki hubungan dengan kata setelahnya dari sisi lafadz dan makna. Contoh:
َْاو رَفَكََني ذَّلٱََّن إََنو ح لۡف مۡلٱَ م هَ َك ئ ََٰل ْو أَو Waqaf pada :
ََنو ح لۡف م ۡلٱ
ََۧHukum : Boleh Waqaf 2) Kafi
Waqaf pada kata yang memiliki hubungan dengan kata setelahnya dari sisi makna bukan dari sisi lafazh. Contoh
….
َ ۡم ه بو ل قَ َٰىَلَعَ هَّللٱََمَتَخََنو ن م ۡؤ يَ َلََ
…..
Waqaf pada :
ََنو ن م ۡؤ يَ َلَ
Hukum : Boleh Waqaf
3) Hasan
Waqaf pada kata yang memiliki hubungan dengan kata setelahnya dari sisi lafazh dan makna, selama waqaf pada kata tersebut memberikan makna yang sempurna. Contoh:
َ َني مَلََٰعۡلٱَ ب َرَ هَّل لَ د ۡمَحۡلٱ Waqaf pada :
َ هَّل لَ د ۡمَحۡلٱَ Hukum : Boleh Waqaf tetapi memulai dari kata yang sesuai sebelumnya, tetapi jika kata yang diwaqafkan itu akhir hayat, maka disunnahkan langsung memulai ayatnya.
4) Qabih
Waqaf pada kata yang memiliki hubungan dengan kata setelahnya dari sisi lafazh dan makna, karena waqaf pada kata tersebut dapat mengurangi atau merubah makna. Contoh:
َ َٰى َر ََٰك سَ ۡم تنَأ َوََة َٰوَلَّصلٱَْاو ب َرۡقَتَ َلََْاو نَماَءََني ذَّلٱَاَه يَأ ََٰي Hukum : Tidak Boleh Waqaf
Berikut adalah Tanda-tanda waqaf dalam al-Qur’an:
Tabel 2: Makna tanda waqaf Tanda Makna
ـم Disebut juga dengan wakaf lazim, adalah penghentian di akhir kalimat sempurna. Wakaf lazim disebut juga sebagai wakaf tāmm (sempurna) karena wakaf terjadi setelah kalimat sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya.
Tanda mim ( م ), memiliki kemiripan dengan tanda tajwid iqlab, tetapi sangat jauh berbeda dengan fungsi dan maksudnya.
ﻁ Adalah tanda wakaf mutlak sehingga diwajibkan untuk berhenti.
ﺝ Adalah wakaf jaiz, jadi boleh berhenti dan boleh melanjutkan bacaan.
ﻇ menandakan lebih baik tidak berhenti.
ﺹ Disebut juga dengan wakaf murakhkhas, menunjukkan bahwa lebih baik tidak mengentikan bacaan, tetapi diperbolehkan berhenti saat dkeadaan darurat dan tanpa mengubah makna. Perbedaan antara hukum tanda ẓa dan ṣad terletak pada fungsinya; dalam kata lain, lebih diperbolehkan berhenti pada wakaf ṣad.