• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKAPITULASI KUESIONER NO

H. Media Baru dan Diskursus Pemilu Pemilih Muda

I. Membangun Kepedulian dan Partisipasi Pemilih Muda

Pemilu merupakan proses panjang dalam mencari pemimpin yang tepat untuk memimpin suatu wilayah. Kepedulian pada proses pemilu disinyalir mampu mendorong tingkat partisipasi publik. Pada penelitian ini upaya membangun kepedulian dilihat dari ada atau tidak aktivitas untuk mengajak memilih di kalangan pemilih muda. Hal ini akan diperkuat dengan apakah generasi muda di Tulungagung yang cukup permisif atas absennya

6%

33%

38%

17%

6%

1 2 3 4 5

73 pemilih muda pada proses demokrasi seperti pemilihan umum. Terakhir, penelitian ini juga memotret optomisme atas tingkat partisipasi pemilih muda itu sendiri dalam pemilu. Optimisme ini penting untuk memproyeksikan masa depan demokrasi Indonesia. Bagaimanapun juga pemilih muda adalah pihak yang akan terlibat dalam proses pemilu ke depan. Optimisme mereka atas tingginya tingkat partisipasi pemilih muda sendiri menunjukan secerca harapan pada masa depan demokrasi Indonesia.

Para Pemilih muda umumnya akan ikut serte mengajak keluarga/

pasangan/ teman/ kerabat/ atasan/ rekan berpartisipasi dalam pemilu.

Sebanyak 46% responden menyatakan akan mengajak orang lain untuk berpartisipasi dalam pemilu. Jika kita lihat data sebelumnya tentang pemilih muda yang diajak oleh elemen eksternal dan kesenangan memilih bersama teman. Data ini seolah menjadi penghubung bahwa ada komunikasi dua arah untuk saling mengajak di kalangan pemilih muda. Aktivitas ini bagus untuk meningkatkan iklim demokrasi.

Keterangan:

1. STS 2. TS 3. N 4. S 5. SS

Diagram 24 mengajak partisipasi dalam pemilu

2%

10%

22%

47%

19% 1

2 3 4 5

74 Kepedulian pemilih muda di Tulungagung terhadap orang yang tidak berpartisipasi dalam pemilu tenyata sangat tinggi. Sebanyak 30% responden menyatakan sangat tidak setuju apabila ada orang yang tidak berpartisipasi dalam pemilu.

Keterangan:

1. STS 2. TS 3. N 4. S 5. SS

Diagram 25 Ketidakpedulian pada orang lain yang tidak partsipasi pemilu

Pemilih muda di Tulungagung masih relatif terjaga dari pengaruh pihak pihak yang bisa membawa mereka tidak berpartisipasi dalam pemilu. Sebanyak 32% dari responden menyatan sangat tidak setuju saat ditanya mengenal orang yang menyukai mengikuti arus perdebatan politik di sosial media tetapi tidak berpartisipasi dalam pemilu (Presiden/

Gubernur/ Bupati). Artinya mayoritas pemilih muda di Tulungagung tidak mengenal orang orang yang hanya ramai berdebat namun tidak memberikan hak suaranya.

5%

30%

39%

16%

10%

1 2 3 4 5

75 Keterangan:

1. STS 2. TS 3. N 4. S 5. SS

Diagram 26 Mengenal orang yang suka debat politik di sosial media namun tidak berpartisipasi

Pemilih muda di kabupaten Tulungagung merasa keterlibatan mereka dalam prosesnya demokrasi sangat menentukan kualitas pemimpin. Kualitas pemimpin yang dimasukin dalam survey pada bagian penelitian ini dimulai dari level tertinggi yakni Presiden, Gubernur hingga level terendah dalam kelola pemerintahan yakni Bupati. Sebanyak 44% Dan 20% responden menyatakan setuju dan sangat setuju keterlibatannya menentukan kualitas pemimpin.

5%

32%

40%

18%

5%

1 2 3 4 5

76 Keterangan:

1. STS 2. TS 3. N 4. S 5. SS

Diagram 27 pemilih muda tentukan kualitas pemimpin

Mayoritas responden dalam penelitian ini tidak memberikan toleransi atas ketidak ikutsertaan pemilih muda dalam pemilu meskipun mereka juga mengalami situasi yang dihadapi oleh pemilih muda yang tidak berpartisipasi dalam pemilu. Artinya pemilih muda di kabupaten Tulungagung tidak permisif atas alasan yang diungkapkan rekan rekan mereka yang tidak beroartisipasi dalam pemilu. Sebanyak 32% Dan 9% responden menyatakan sangat tidak setuju dan tidak setuju, saat ditanya apakah mereka memaklumi alasan pemilih muda tidak berpartisipasi dalam pemilu karena anda juga mengalaminya. Data ini menunjukkan jika alasan tidak memilih berdasarkan situasi tertentu merupakan masalah personal. Alasan ini tidak boleh dijadikan pembentukannya untuk tidak berpartisipasi. Kesadaran pemilih muda di kabupaten tulungagung dinilai sudah cukup tinggi dari data tersebut.

2%

7%

26%

44%

21% 1

2 3 4 5

77 Keterangan:

1. STS 2. TS 3. N 4. S 5. SS

Diagram 28 pemakluman pemilih pemula pada yang tidaklah beroartisipasi Karena mengalami Hal yang sama

Pemilih muda di kabupaten Tulungagung juga dinilai konsisten untuk tidak permisif. Jika pemilih muda di Tulungagung mampu tidak permisif pada alasan yang sebenarnya juga mereka alami. Maka dapat dipastikan mereka juga tidak akan permisif meskipun tidak mengalaminya. Hal ini dibuktikan dengan sebanyak 30% dan 9% responden menyatakan sangat tidak setuju dan tidak setuju saat ditanya apakah memaklumi alasan pemilih muda tidak berpartisipasi dalam pemilu mesikpun anda tidak merasakan hal yang sama.

9%

32%

32%

18%

9%

1 2 3 4 5

78 Keterangan:

1. STS 2. TS 3. N 4. S 5. SS

Diagram 29 pemakluman pemilihan muda pada yang tidak beroartisipasi karena tidak mengalaminya

Mayoritas pemilih muda di kabupaten Tulungagung optimis terhadap partisipasi pemilih muda di Indonesia. Sebanyak 49% dan 30% responden menyatakan setuju dan sangat setuju saat ditanya keoptimisan mereka atas partisipasi pemilih muda di tanah air. Posisi pemilih muda cukup strategis di Indonesia. Hal ini terlihat dari piramida penduduk yang didominasi oleh mereka yang berusia muda. Saat generasi muda optimis melihat partisipasi pemilih seumuran mereka, maka ini adalah secerca harapan bagi Masa depan demokrasi Bangsa.

9%

29%

30%

23%

9%

1 2 3 4 5

79 Keterangan:

1. STS 2. TS 3. N 4. S 5. SS

1% 1%

17%

50%

31% 1

2 3 4 5

80 BAB V

KESIMPULAN

Pemilih muda merupakan kalangan potensial. Potensi para pemilih muda bukan saja untuk para kandidat melainkan juga keberlangsungan proses demokrasi. Harapan ini bukanlah sebatas pesan kosong. Sebab piramida penduduk Indonesia menunjukkan Jumlah masyarakat berusia produktif jauh lebih besar dibandingkan jumlah penduduk berusia tua. Hal ini jugalah yang menjadi dasar komitmen pemerintah dalam mencanangkan tahun Indonesia emas 2045.

Keberadaan pemilih muda ini juga potensi untuk masa depan demokrasi Indonesia. Kepedulian dan tingkat partisipasi mereka menjadi penting demi kelangsungan suksesi kepemimpinan di Indonesia pada tahun tahun mendatang.

Generasi muda Indonesia juga merupakan golongan dengan paparan teknologi yang tinggi. Pola yang mereka lakukan dalam mencari Information berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka jauh lebih familiar dalam menggunakan gawai. Mereka juga memiliki ketergantungan untuk mencari informasi secara daring dibandingkan generasi sebelumnya. Proses aktualisasi diri yang dilakukan oleh generasi muda inipun juga lebih banyak dilakukan melalui piranti seperti telepon pintar, laptop, dan komputer. Tidak menutup kemungkinan generasi muda ini juga akan mencari informasi seputar preferensi politik mereka melalui dunia daring.

Media sosial menjadi bagian tidak terpisahkan dari generasi muda. Mereka adalah para pemilih potensial yang menjadi harapan masa depan demokrasi bangsa. Hasil penelitian ini menunjukkan ketertarikan generasi muda dalam mencari informasi politik di Tulungagung tinggi. Instagram merupakan media yang banyak digunakan dalam proses pencarian preferensi tersebut. Paradigma masyarakat Tulungagung khususnya generasi muda dalam mencari preferensi politiknya melalui media sosial juga telah bergeser. Mereka lebih menyukai mencari preferensi politik melalui platform Instagram dibandingkan Facebook.

Hal ini terlihat dari perkembangan Jumlah pengikut Instagram yang sengaja dibuat dalam penelitian ini lebih cepat dibandingkan Facebook. Percepatan

81 deliberasi informasi juga terlihat dari sejumlah akun resmi yang mengakomodir perkembangan informasi di Tulungagung, menjadi pengikut akun ini. Sehingga kredibilitas Instagram akan lebih cepat diakui publik dibandingkan Facebook.

Tingginya keinginan dalam mencari informasi tentang preferensi politik melalui media sosial juga diperkuat dengan hasil survey yang dilakukan.dimana survey ini juga menunjukkan jika mayoritas pemilih muda di Tulungagung memiliki keinginan untuk mencari informasi preferensi politiknya. Dari penelitian ini juga terungkap pemilih muda Tulungagung memiliki kecenderungan untuk menerima informasi apapun tentang pemilihan umum yang dideliberasikan melalui media sosial. Ketakutan menunjukkan preferensi politik membuat mereka enggan untuk memperlihatkan ketertarikan di ranah publik. Hal ini terlihat dari hasil survey maupun interaktivitas yang tetera pada analisa media sosial. Interaktivitas media sosial rendah. Today banyak komentar yang diberikan oleh pemilih muda. Satu satunya interaksi hanya dengan tombol menyukai unggahan konten informasi.

Namun jumlahnya juga tidak signifikan. Artinya mereka cenderung menerima apapun konten informasi yang dibuat. Fenomena ini diperkuat dengan tingginya keinginan mereka mencari informasi dan tidak terlihat indikasi mereka hanya ingin sekedar eksis. Artinya pemilih Tulungagung haus akan informasi politik yang kredibel. Mereka juga memiliki keinginan untuk mempelajarinya. Sehingga unggahan konten informasi apapun akan mereka konsumsi. Sayangnya mereka juga memiliki keengganan tinggi dalam menunjukkan preferensi politiknya di ranah publik. Hal ini terlihat dari banyaknya responden yang memilih untuk mengambil posisi netral saat dilontarkan pertanyaan tentang diakursus pilkada di media sosial.

Pemilih muda di Tulungagung memiliki motovasi kuat dalam melalui proses demokrasi pilkada serentak 2018. Motovasi tinggi ini dimulai dari komitmen mereka mencari informasi yang berhubungan dengan preferensi politiknya, proses pemilihan hingga kecenderungan pemilih muda yang tidal permisif. Dari sisi ketertarikan pada proses pilkada serentak maka pemilih muda Tulungagung dinilai tertarik. Pesatnya pertumbuhan pengikut dan tingkat kesadaran berpartisipasi dalam proses demokrasi ini menjadi bukti nyata

82 ketertarikan tersebut. Tingginya motivasi dan ketertarikan ini dipengaruhi oleh unggahan konten informasi. Pemilih muda cenderung ingin mengkonsumsi informasi apapun tentang proses demokrasi yang sedang berjalan. Informasi informasi tersebut menjadi referensi politik mereka pada saat hari pemilihan.

Informasi informasi publik tentang fakta pemilihan di Indonesia dan Tulungagung juga mrnarik minat pemilih muda untuk mengkonsumsinya.

83 REFERENSI

Andarningtyas, Natisha. (Senin, 6 Februari 2017 14:32 WIB). Ini pemimpin negara yang eksis di medsos. ANTARA. 2017.

Anshari, Faridhian. 2013. “Radio Streaming Sebagai Alternatif Corporate Branding. Studi Kasus Radio Streaming Elti Channel Sebagai Corporate Branding ELTI Yogyakarta Tahun 2012. Tesis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Komunikasi. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Asih, Irsanti Widuri. 2011. “Media Sosial dan Politik: Sarana E-Democracy atau Sekadar Pepesan Kosong?” dalam Proceeding Semnas FISIPUT, hal.452-465.

Asih, Irsanti Widuri. Media Sosial dan Politik: Sarana E-Democracy atau Sekadar Pepesan Kosong?. Disajikan dalam Proceeding Semnas FISIPUT. 2011.

BPS. Proyeksi Penduduk Kabupaten Kota Provinsi Jawa Timur. Jakarta. 2015.

BPS. Proyeksi Penduduk, Mercusuar Pembangunan Negara. Sumber:

https://www.bps.go.id/KegiatanLain/view/id/85.

Budiardjo, Miriam. 1998. Partisipasi dan Partai Politik. Jakarta: Edisi Revisi.

Yayasan Obor Indonesia.

Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Kencana, Jakarta. 2006.

Chavez, Jonathan. (Mei, 2012). #Fail: The Misuse of Social Media in the 2012 US Presidential Campaign. Slide Presentation. Sumber:

https://www.tcd.ie/policy-institute/assets/pdf/PL_Chavez_March12.pdf.

Didownload pada 20 September 2017.

D'Orazio, F. The future of social media research: or how to re-invent social media listening in 10 steps. Retrived January 26, 2016, from Pulsar:

84 http://www.pulsarplatform.com/blog/author/francesco-dorazio/page/3/.

2013.

Darmaningtyas. Sistem Politik Indonesia Kestabilan Peta Kekuatan Politik Dan Pembangunan. PT Raja Grafindao Persada,Jakarta. 2006.

Digital Policy Council. (Desember, 2012). World Leaders on Twitter Ranking

Report. Sumber:

http://www.digitaldaya.com/admin/modulos/galeria/pdfs/69/156_biqz7 730.pdf. Didownload pada 20 September 2017.

Edwards, A., Housley, W., Williams, M., Sloan, L., & Williams, M. Digital social research, social media and the sociological imagination: surrogacy, augmentation and re-orientation. International Journal of Social Research Methodology, 245-260. 2013.

Faulks, Keith. Sosiologi Politik. Bandung: Nusa Media. 2010.

Finet, Dayna. 2001. “Sociopolitical Environments and Issues” dalam The New Handbook of Organizational Communication: Advances in Theory, Research, and Methods. Fredric M. Jablin & Linda L. Putnam (Eds).

Thousand Oaks: SAGE.

Finet, Dayna. Sociopolitical Environments and Issues. The New Handbook of Organizational Communication: Advances in Theory, Research, and Methods. Fredric M. Jablin & Linda L. Putnam (Eds). Thousand Oaks:

SAGE.2001.

Fitch, Kate. 2009. “Making friends in the Wild West: Singaporean public relations practitioners’ perceptions of working in social media” dalam PRism 6(2), hal 1-14.

Fitch, Kate. Making Friends in the Wild West: Singaporean Public Relations Practitioners’ Perceptions of Working in Social Media. PRism Vol 6, No 2. 2009.

Flew, Terry. New Media. Oxford, Australia. 2004.

85 Gayatri, H Irine. LIPI. (Edisi 17 Desember 2012). Kekuatan Media Sosial dalam

Pembentukan Opini Politik. Sumber:

http://www.politik.lipi.go.id/in/kolom/politik-nasional/753-kekuatan-media-sosial-dalam-pembentukan-opini-politik-.html.

Governement Social Research. (Mei 2016). Using social media for social research: An introduction. Social Media Research Group. Sumber:

https://www.gov.uk/.../GSR_Social_Media_Research_Guidance_-_Using_social_media_for_social_research.pdf.

Griffin, E.M. A First Look at Communication Theory 5th Edition. McGraw Hill, New York. 2003.

Guervitch, Michael, Coleman, Stephen, Blumler, Jay G. Political Communication -- Old and New Media Relationships. The ANNALS of the Amreican Academy of Political and Social Science. 2009.

Guervitch, Michael. , Coleman, Stephen., Blumler, Jay G. 2009. “Political Communication -- Old and New Media Relationships” dalam The ANNALS of the Amreican Academy of Political and Social Science 625, hal.164-182.

Ibrahim, Idi Subandy. Lifestyle Ecstasy: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia. Jalasutra, Yogyakarta. 1997.

J.Kaloh, Kepemimpinan Kepala Daerah (Pola Kegaiatan, Kekuasaan, dan Perilaku Kepala Daerah Dalam Pelaksanaan Otonomi Daearh), Sinar Grafika, Jakarta, 2009.

Joko. J. Prihatmoko, PILKADA Langsung, Pustaka Pelajar, Semarang, 2005.

KOMINFO. Kominfo : Pengguna Internet di Indonesia 63 Juta Orang. Sumber:

https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3415/Kominfo+%3A+Pe ngguna+Internet+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/berita_satker.

Diakses 17 Agustus 2017.

86 KPU. Data Pemilih Tetap Pilpres 2014 Wilayah Tulungagung. Sumber:

https://data.kpu.go.id/ss8.php.

Kurniawan, Dian. Liputan 6 (Episode 31 Maret 2017, 19:10 WIB). Tingkatkan Partisipasi PILKADA, KPU Jatim Resmikan Warok Ponorogo.

Sumber: http://PILKADA.liputan6.com/read/2905977/tingkatkan-partisipasi-PILKADA-kpu-jatim-resmikan-warok-ponorogo.

Lipiainen, Heini dan Karjaluotto, Heikki. 2012. “Suggestions For B2B Brand On Surviving In The Digital Age.” Journal University of Helsinki. Vol 3, hal. 1-6.

Lipiainen, Heini dan Karjaluotto, Heikki. Suggestions For B2B Brand On Surviving In The Digital Age. Journal University of Helsinki. Vol 3.

2012.

Lubis, Heldania Utri. Detik News (Edisi Jumat 17 Februari 2017, 11:26 WIB).

Partisipasi Pemilih Pilgub DKI 2017 78%, Naik Jauh dari 2012.

Sumber: https://news.detik.com/berita/d-3425016/partisipasi-pemilih-pilgub-dki-2017-78-naik-jauh-dari-2012.

Momoc, Antonio. New Media and Social Media in the Political Communication.

The 6th Edition of The International Conference European Integration-Realities and Perspectives. 2011.

Morgan, E, Snelson, C. Ellison-Bower, P. Image and video disclosure of substance use on social media websites. Computers in Human Behavior. 2010.

Morissan, dkk. Teori Komunikasi Massa. Ghalia Indonesia,Bogor. 2010.

Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa. Depok : Raja Grafindo Persada. 2013.

Putra, Afdal Makkuraga. 2011. “Media Baru dan Fenomena Komunikasi Politik pada Pemilukada di Propinsi Banten 2011” dalam Jurnal UMN Volume III Nomor 2 Desember. Hal.23-34.

87 Putra, Afdal Makkuraga. Media Baru dan Fenomena Komunikasi Politik pada Pemilukada di Propinsi Banten 2011. Jurnal UMN, Vol III No 2.

Desember. 2011.

Rakhmawaty. Republika. (Edisi Kamis, 17 Agustus 2017). Pemilih Muda Bakal

Jadi Penentu. Sumber:

http://www.republika.co.id/berita/koran/halaman-1/16/09/28/oe7cs34-pemilih-muda-bakal-jadi-penentu.

Riaz, Saqib. 2010. “Effects on New Media Technologies on Political Communication” dalam Journal of Political Studies, Vol. 1, Issue 2 University of the Punjab Lahore, hal. 161-173.

Riaz, Saqib. Effects on New Media Technologies on Political Communication.

Journal of Political Studies, Vol. 1, No 2. University of the Punjab Lahore. 2010.

Sasmita, Ira. Republika. (Edisi Rabu , 02 April 2014, 18:10 WIB). Media Sosial

Bisa Genjot Partisipasi Pemilih. Sumber:

http://www.republika.co.id/berita/pemilu/berita-pemilu/14/04/02/n3ehor-media-sosial-bisa-genjot-partisipasi-pemilih.

Sastroatmodjo, Sudijono. Perilaku Politik. Ikip Semarang Press,Semarang. 1995.

Subekti, Tia. Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pemilihan Umum: Studi Turn of Voter dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Magetan Tahun 2013. Skripsi Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya. 2013.

Suharizal, Pemilukada: Regulasi, Dinamik, dan Konsep Mendatang. Jakarta: Raja Grafindo persada, 2011.

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Grasindo,Jakarta. 1999.

Surbakti, Ramlan. Partai Pemilu dan Demokrasi. Pustaka Pelajar,Yogyakarta.

1997.

88 Thelwall, M. Fk Yea I Swear: Cursing and Gender in MySpace. Corpora, 83-107.

2008.

Toppi, Aino Maijja. Corporate Brand Communication Through Social Media In industrial Setting. Journal University of Honolulu. Vol 2. 2012.

Tufecki, Z. Big Questions for Social Media Big Data: Representativeness, Validity and Other Methodological Pitfalls. ICWSM ’14: Proceedings of the 8th International AAAI Conference on Weblogs and Social Media, 2014. 2014.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945 tentang Peraturan Mengenai Kedudukan Komite Nasional Daerah.

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1143).

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah.Pasal 6 ayat 1.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Pasal 34 ayat 1.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Di Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3037).

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah. Pasal 16 ayat 1.

Undang-Undang Nomor8 tahun 1965 tentang Pokok Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2778).

89 Volkova, S., Bachrach, Y., Armstrong, M., & Sharma, V. Inferring Latent User Properties from Texts Published in Social Media. Proceedings of the Twenty-Ninth AAAI Conference on Artificial Intelligence. Austin:

AAAI.2015.

Wasesa, Silih Agung. 2011. Political Branding & Public Relations. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Williams, M. Virtually Criminal Crime Deviance and Regulation Online. London:

Routledge. 2006.

World Bank. Data. Population Total. Edisi 2017. Sumber:

http://data.worldbank.org/indicator/SP.POP.TOTL.

90 LAMPIRAN

C. Biodata Ketua Penelitian

Dokumen terkait