• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN DAN INTERPRETASI DATA

4.8. Membangun Trust ( Kepercayaan) dalam Tradis

Tradisi rantangan yang terjadi di dalam masyarakat suku Jawa bisa ada karena adanya rasa percaya (Trust) terhadap orang yang di rantang. Mereka mempercayai bahwa jika sudah dirantang pasti orang tersebut akan datang ke pesta yang sudah diadakan. Selain itu juga, adanya imbalan yang harus diberikan ketika sudah mendapatkan rantangan dengan memberi sumbangan ketika datang pesta. Dalam suatu pesta, dari pihak penyelenggara pesta dapat berharap melalui

sumbangan-sumbangan uang yang akan diterima serta kembalinya uang yang

pernah disumbangkan kepada tetangga di masa lalu pada pesta-pesta yang mereka selenggarakan (Geertz, 1983 : 74). Sebaliknya anggota keluarga yang telah membantu tadi juga mengharapkan balasan dari apa yang telah diberikan baik itu dalam bentuk barang, uang, ataupun tenaga (Sukamtiningsih-Mulyadi, 2002 :86- 88). Dalam mewawancarai informan mengatakan sebagai berikut:

Kalau sudah dirantang ya kita sudah pasti wajib datang dan menyumbang. Namun, nanti kalau kita gantian pesta dia juga biasanya akan gantian dirantang, dan wajib datang kepesta dan menyumbang juga. Jadi sama-sama gantian, karena ada rasa saling percaya bahwa orang yang merantang kita tadi pasti akan mbalekne ke kita. (Wawancara dengan ibu Supini, 14 Juli 2014)

Namun selain itu juga ada kejadian, orang yang sudah diundang dan dirantang tetapi tidak datang atau pergi ke pesta untuk menyumbang atau mbalekne ketika dirantang. Bahkan orang yang dirantang tersebut nyumbangnya tidak sesuai dengan apa yang sudah disumbangkan sebelumnya. Hal tersebut tidak adanya sanksi atau hukuman yang diberikan, namun akan mendapat gunjingan dari masyarakat sekitar apabila mengetahuinya. Akibatnya orang tersebut menanggung rasa malu di desanya dan tidak mendapat kepercayaan lagi dari

masyarakat sehingga orang tidak mau merantang orang tersebut lagi ketika pesta. Berikut adalah hasil wawancara dengan informan:

Kalau tidak menyumbang saat dirantang ya tidak apa-apa. Akan tetapi, biasanya yang tidak menyumbang merasa malu dan jadi pembicaraan warga desa sekitar. Dan orang tidak akan mau dan percaya lagi saat merantang (Wawancara dengan ibu Supini, 14 Juli 2014)

Hilangnya kepercayaan yang diberikan masyarakat akan mempengaruhi betapa pentingnya rasa saling tolong menolong dalam hal menyumbang. Dengan adanya bantuan dari masyarakat melalui rantangan untuk menyumbang itu sangat membantu memperkecil biaya pengeluaran saat mengadakan pesta. Jadi, apabila kepercayaan itu hilang maka akan berdampak timbale bali juga terhadap dirinya. Ibarat besarnya bantuan kita ketika menyumbang begitu juga sama besarnya ketika kita yang merantang. Dengan demikian, rasa kepercayaan itu sangat penting ditumbuhkan di dalam masyarakat Suku Jawa ketika mendapat suatu rantangan atau hajatan.

4.9. Tradisi Rantangan Sebagai Modal Sosial dalam Menjalin Tali Persaudaraan

Rasa saling percaya yang ada di dalam masyarakat suku Jawa dalam menjalankan tradisi rantangan menyebabkan terjalin hubungan persaudaraan semakin dekat. Walaupun hanya sebatas rantangan, namun bisa mendekatkan hubungan yang terjalin selama ini semakin dekat. Kedekatan itu timbul karena adanya keuntungan yang didapatkan dari masing-masing orang, baik itu yang dirantang maupun yang merantang. Dari hasil penelitian yang saya dapatkan, keuntungan bagi orang yang mendapat rantangan adalah bahwa merasa senang karena merasa masih diingat oleh orang yang merantang. Beranggapan bahwa

telah memberi kabar gembira atas pestanya orang yang merantang dan berharap orang yang dirantang bisa datang ke acara pesta yang sudah diadakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dibawah ini:

Ibu merasa senang sudah dirantang, berarti orang itu masih ingat kepada ibu dan berharap ibu bisa datang pada saat acara pestanya.(Wawancara dengan ibu Supini, 14 April 2014)

Sedangkan keuntungan bagi orang yang merantang adalah merasa sudah terbantu atas sumbangan yang telah diberikan. Sumbangan tersebut bisa membantu untuk pengeluaran biaya pesta ataupun jika ada lebihnya uang yang didapat dari hasil sumbangan bisa dipakai untuk keperluan yang bermanfaat, misalnya uangnya bisa diputar buat modal serta dbelikan binatang ternak yang nantinya bisa menghasilkan uang lebih banyak lagi. Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh informan sebagai berikut:

Kalau sehabis pesta biasanya sisa sumbangan yang didapat ibu putar lagi buntuk modal usaha. Kalau ibu, uangnya untuk membuat usaha batu bata. (Wawancara dengan ibu Tumiyem, 13 April 2014)

Selain itu pernyataan yang sama juga diperkuat oleh perkataan sebagai berikut:

Kalau bapak sih sehabis pesta uangnya untuk beli sapi untuk dipelihara supaya nanti bisa nambah lagi uangnya. (Wawancara dengan bapak Selamet: 12 April, 2014)

Adanya keuntungan bagi kedua belah pihak tersebut justru bisa menjadi terjalinnya hubungan persaudaran semakin dekat. Merasa saling membantu dan dibantu.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Konsep modal sosial menawarkan betapa pentingnya suatu hubungan. Dengan membagun suatu hubungan satu sama lain, dan memeliharanya agar terjalin terus, setiap individu dapat bekerjasama untuk memperoleh hal-hal yang tercapai sebelumnya serta meminimalisasikan kesulitan yang besar. Modal sosial menentukan bagaimana orang dapat bekerja sama dengan mudah.

2. Modal sosial tidak hanya terbatas pada kajian kehidupan sosial semata. Ide sentral dari modal sosial adalah bahwa jaringan-jaringan sosial merupakan suatu asset yang bernilai. Jaringan-jaringan menyediakan suatu basis bagi kohesi sosial karena menyanggupkan orang untuk bekerjasama satu sama lain dan bukan hanya dengan orang yang mereka kenal secara langsung agar saling menguntungkan.

3. Pemanfaatan modal sosial yang saling menguntungkan antar sesama suku Jawa melalui rantangan merupakan tali pengikat antara satu sama lain. Artinya, terpenuhinya kepentingan-kepentingan setiap individu-individu dalam memeperoleh keuntungan ekonomi melalui tradisi rantangan tersebut.

4. Hubungan-hubungan yang terjalin atas dasar kepercayaan akan menghasilkan suatu ikatan yang memiliki nilai-nilai yang disepakati bersama. Tumbuh berkembangnya suatu hubunganakan menciptakan

jaringan-jaringan yang semakin solid dan kerjasama yang akan menguntungkan satu sama lainnya.

5. Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak individu dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Hubungan-hubungan yang terjadi bisa dalam bentuk yang formal maupun informal.

6. Tradisi Rantangan terjadi karena adanya rasa saling percaya sesama saudara, tetangga ataupun kerabat bahwa akan ada imbalan berupa sumbangan jika sudah di rantang. Hal ini akan menjadi pola resiprositas yang selalu terjadi di dalam masyarakat suku Jawa jika tradisi rantangan ini selalu ada.

7. Seiring perkembangan zaman tradisi rantangan tidak lagi diharap untuk selalu ada atau dilakukan. Mengingat banyak sebagian besar masyarakat suku Jawa merasa terbebani atas adanya tradisi tersebut. Keuangan yang tidak selalu stabil membuat masyarakat suku Jawa takut tidak bisa mengikuti tradisi ini. Jadi, intinya mereka beharap bahwa tradisi rantangan ini ditiadakan dan tetap kembali seperti pada awalnya yaitu dengan menggunakan surat undangan saja ketika akan mengadakan suatu acara atau pesta untuk mengundang orang lain.

5.2. Saran

1. Sebaiknya Tradisi Rantangan itu tidak terlalu dipatokkan selalu ada di dalam suatu acara pesta. Baik itu acara pesta perkawinan, khitanan, maupun mengayunkan. Apalagi sampai harus mempatokkan berapa nominal sumbangan yang harus disumbangkan.

2. Sebaiknya orang-orang yang dirantang adalah orang yang hanya benar- benar memiliki hubungan dekat dengan yang mengadakan pesta.

3. Sebaiknya tujuan awal rantangan itu kembali seperti tujuan awalnya yang lebih bersifat sakral dan bukan komersial. Sebagai penghormatan dan kedekatan itu lebih diutamakan dibandingkan dengan harus mendapatkan uang sumbangan yang banyak saat pesta.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Sharsini. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Riseka Cipta

Badaruddin. 2005. “Modal Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Nelayan”

Bungin, H. M. Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga University Press

Bungin, H. M. Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group Clifford Geertz.1960. The religion of Java. Glencoe : The Free press of Glencoe

Eko Sutoro, Modal Sosial, Desentralisasi dan Demokrasi Lokal, makalah disajikan dalam Seminar Internasional IV “Dinamika Politik Lokal di Indonesia: Demokrasi dan Partisipasi”, yang digelar oleh Yayasan Percik dan The Ford Foundation, Salatiga, 15-18 Juli 2003.

Field, John. 2005. Modal Sosial. Medan: Bina Medan Perintis

Fukuyama, Francis. 2002. Trust: Kebajikan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran. Yogyakarta: Penerbit Qalam

Hasbullah, Jousari. 2006. Social Capital (Menuju Keunggulan Budaya Manusia Indonesia). Jakarta: MR-United Press

Hasbullah, Jousari. 2004. Social Capital (Menuju Keunggulan Budaya Manusia Indonesia). Jakarta: MR-United Press

Jhonson, Doyle Paul (di indonesiakan oleh Robert M.Z. Lawang). 1990. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Lawang, Robert M.Z. 2004. Kapital Sosial, dalam Perspektif Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: FISIP UI Press

Magnis-Suseno, franz. 1984. Etika Jawa ; Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta : PT. Gramedia

Meleong, Lexy. 2006. Metode penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya Meleong, Lexy. 2009. Metode penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya Ritzer, George. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media

Sismudjito. 2001. Sosiologi Pedesaan. Medan : Usu Presss

Soekanto, Soerjono. 2002. “Sosiologi Suatu Pengantar”. Jakarta: Rajawali Pers Soelaeman, Munandir M. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: PT Refika Aditama Sumardi, Suryabrata, 2002. Metode Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Wafa, Ali. 2006. Urgensi Keberadaan Social Capital dalam Kelompok-Kelompok Sosial. Masyarakat: Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. No.12. Hal.41-50

Artikel dalam Jurnal

Ibrahim, Linda D. 2006. Memanfaatkan Modal Sosial Komunitas Lokal dalam Program Kepedulian Korporasi. Galang: Jurnal Filantropi dan Masyarakat Madani Edisi Januari Vol.1 No.2

Ibrahim, Linda D. 2002. Kehidupan Berorganisasi Sebagai Modal Sosial Komunitas Jakarta. Masyarakat: Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. No.11. Hlm.62-88

Kristina. 2003. Masyarakat Dalam Pemilu Perspektif : Social Capital. Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret. Vol.3. No.2

Sumber Internet:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30469/3/Chapter%20II.pdf/diaksespada tanggal 28 Januari 2013

http://deutromalayan.blogspot.com/2012/10/suku-jawa.html/diakses pada tanggal 01 Juli 2013

http://ihwan42.blogspot.com/2013/01/sifat-dan-karakter-orang-jawa.html/diaksespada tanggal 01 Juli 2013

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/kejawen/2013/01/15/622/Korelasi- Tradisi-Rewang-dengan-Kesadaran-Sosial/diakses pada tanggal 01 Juli 2013

LAMPIRAN 1: Dokumentasi Foto

Foto 1: Proses wawancara dengan informan

Foto 3: Proses wawancara dengan informan

LAMPIRAN 2: INTERVIEW GUIDE Data pribadi Nama : Jenis Kelamin : Umur : Agama : Pekerjaan : Pendidikan : A. Data dasar Pertanyaan

1. Sudah berapa lama anda tinggal di desa Urung Pane?

2. Bagaimana hubungan anda dengan tetangga atau masyarakat sekitar desa Urung Pane?

3. Apakah hubungan anda harmonis dengan tetangga atau masyarakat sekitar desa Urung Pane?

4. Apakah anda saling tolong menolong dengan tetangga atau masyarakat sekitar desa Urung Pane?

5. Bagaimana proses tolong menolong yang anda lakukan di desa Urung Pane?

6. Apakah anda percaya dengan tetangga atau masyarakat sekitar desa Urung Pane jika diminta pertolongan?

B. Kehidupan Dasar Keluarga

1. Berapa penghasilan anda dalam satu bulan? 2. Berapakah pengeluaran anda dalam satu bulan?

3. Apa-apa saja jenis pengeluaran anda dan sebutkan biaya tersebut?

4. Apakah anda memiliki aset lain seperti kendaraan, emas, hewan ternak dan lainnya?

5. Apa pendidikan terakhir anda?

C. Tradisi Rantangan di Kalangan Suku Jawa

1. Apakah anda pernah mengadakan suatu acara atau pesta? 2. Sudah berapa kali anda mengadakan suatu pesta atau acara? 3. Pada tahun berapa saja anda mengadakan suatu pesta atau acara? 4. Pesta apa saja yang sudah anda lakukan?

5. Apakah ada tradisi rantangan saat mengadakan suatu pesta? 6. Apakah yang anda ketahui tentang rantangan?

7. Dari tahun berapa rantangan ini mulai ada? 8. Coba anda jelaskan sejarah adanya rantangan?

9. Apakah sekarang rantangan merupakan suatu tradisi di desa Urung Pane? 10.Apakah anda tahu kepada siapa saja rantangan ini ditujukan?

Informan Yang Melakukan Rantangan

1. Sudah berapa lama anda mengikuti tradisi rantangan? 2. Kalau pesta biasanya berapa orang yang dirantang? 3. Kepada siapa saja rantangan ini ditujukan?

4. Apakah dengan melakukan tradisi rantangan dapat membantu anda dalam tingkat perekonomian keluarga?

5. Apakah ada orang yang tidak hadir dalam pesta ketika anda memberikan rantangan?

6. Apa manfaat atau keuntungan dari melakukan tradisi rantangan?

7. Apakah orang yang dirantang banyak hadir ketika acara pesta tersebut sedang berlangsung?

8. Biasanya berapa besar sumbangan yang diberikan setiap orang ketika mereka mendapat rantangan?

9. Berapa biasanya total dari sumbangan yang di dapatkan ketika selesai mengadakan suatu pesta?

10.Apakah ada keuntungannya jika melakukan tradisi rantangan?

11.Biasanya keuntungan yang diperoleh dari sumbangan dipergunakan untuk apa?

Informan Yang Mendapatkan Rantangan

1. Apakah anda pernah mendapatkan rantangan?

2. Dalam satu bulan berapa kali biasanya anda mendapatkan rantangan? 3. Apakah tradisi rantangan ini mengurangi pendapatan anda pada setiap

4. Apakah anda merasa terbebani jika mendapatkan rantangan?

5. Biasanya berapa jumlah nominal yang diberikan ketika anda mendapat rantangan?

6. Apakah anda pernah tidak hadir ke pesta pada saat anda dirantang? 7. Apa sanksi yang diberikan jika anda tidak datang ke Pesta?

8. Apakah anda merasa untung ketika tradisi rantangan ini dilakukan? 9. Apa dampak positif yang anda rasakan saat mengikuti tradisi rantangan? 10.Apakah menurut anda sebaiknya tradisi rantangan ini harus tetap ada atau

tidak?

Dokumen terkait