Tetangga adalah orang-orang yang tinggal bersebelahan atau berdekatan dengan rumah kita. Islam sangat menganjurkan kepada pemeluknya agar senantiasa memelihara hubungan baik dengan para tetangga, karena bagaimanapun juga, tetangga ada- lah orang yang paling dekat dengan kita yang setiap saat siap siaga memberikan pertolongan manakala kita memerlukan.
Menurut ajaran Islam, memelihara kerukunan bertetang- ga merupakan satu mata rantai dari perbuatan kebajikan, bahkan disejajarkan dengan berbakti kepada Tuhan, berbuat baik kepada orangtua dan menyantuni anak-anak yatim dan fakir miskin. Fir- man Allah SWT. :
µ¿v«[½«\^¼
\ÏÀƒ¹^[½§z„b×¼
ã[[¼v_—[¼
µÀ§\°«[¼
ŰcÀ«[¼
Å^z¤«[Âx^¼
\³\n[
`´k«[y\k«[¼
Å^z¤«[¾wy\k«[¼
d¨¬¯\¯¼
−À_«[µ^[¼
`´k«\^`n\ˆ«[¼
85[y½sŸ×\cs¯²\§µ¯`o¿×ã[²É
°¨³\°¿[
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu- bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, te- tangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS. An-Nisa ayat 36).Kaum Muslimin Sidang Jum’at yang berbahagia.
Menjalin hubungan yang baik dengan tetangga, sesung- guhnya mempunyai arti yang sangat penting. Sebab, bagaimana- pun bahagianya sebuah rumah tangga, jika berada di lingkungan jiran tetangga yang sulit diajak kompromi, jiran tetangga yang su- sah dijalin kebersamaan, apalagi jika berada di lingkungan yang bejat akhlak moralnya, maka kebahagiaan rumah tangga akan menjadi terganggu, ibarat sebuah taman bunga yang dikelilingi oleh rawa-rawa yang penuh bangkai-bangkai berbau busuk. Seba- liknya, suatu rumah tangga yang walaupun dalam keadaan serba kekurangan, namun berada di lingkungan jiran tetangga yang ber- budi tinggi, penyantun dan ramah tamah, maka kehidupan rumah tangga akan terasa nyaman dan menyenangkan.
Semoga dengan merawat cinta kasih dalam keluarga, menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan, menjaga hu- bungan kekerabatan dan memelihara kerukunan bertetangga, da- pat menciptakan kenyamanan dalam kehidupan keluarga serta memperoleh keberkahan dari Allah SWT. Amin.
86
°Äjz«[²\‘Ä„«[µ¯ã\^w½—Ç
°Änz«[µ°nz«[ã[°^
ã[µ¯−_o^×É [½ ¤f\°´¿[ »«x«[°¸À¬—d^z‹
}\´«[µ¯−_n¼
µÀ´¯×[µ¿|ÎÔ «[µ¯ °§\¿[¼ ã[\´¬˜j
µÀo«\ˆ«[¶u\_—ÅŸ °§\¿[¼\´¬ru[¼
µÀ°n[y[zÀrd³[¼ °ny[¼z ›[]y−£¼
°Ànz«[y½ œ«[½·¹³[ ¶¼z œc~[¼
87A Assssaallaaaammuu’’aallaaiikkuummWWrr..WWbb..
µÀ¤c°¬«»_£\˜«[¼ µÀ°«\˜«[]yãv°o«[
v¸ƒ[¼ ¹«©Ãzƒ×¶vn¼ ã[×[¹«[ß²[v¸ƒ[
°¸¬«[ ¶v˜^Å_³× ¹«½~y¼¶v_—[v°o¯²[
ª½~z«[¼ °Ãz¨«[Á_´«[[x·Å¬—°¬~¼−‡
¹˜_bµ¯¼¹^\o‡[¼¹«[Ŭ—¼v°o¯ °À•˜«[
°¨À‡¼[ã[u\_—ÔÄŸ v˜^\¯[
µÃv«[¯½ÃÅ«[
²½¤c°«[{\Ÿv¤Ÿ ã[½¤c^¾\Ã[¼
88Ma’asyiral Muslimin Sidang Jum’at Rahimakumullah.
lhamdulillah, kembali kita panjatkan puji dan syukur ke khadirat Allah SWT. yang mana de- ngan izin-Nya jualah, sehingga dapatlah pada Jum’at ini kembali kita bersama-sama menunaikan fardhu Jum’at di masjid yang mulia ini.
Kemudian, marilah dalam kesempatan ini pula, kita bersama-sama untuk senantiasa memperbaharui kondisi iman dan taqwa kita kepada Allah SWT. karena hanya dengan iman dan taqwa inilah, sebagai benteng utama kita, sekaligus penyelamat, di dalam mengarungi bahtera hidup dan kehidupan kita di dunia ini dan sebagai bekal kehidupan kita di akhirat nanti.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Agama Islam senantiasa mengajarkan kepada pemeluk- nya, bahwa kehidupan seorang muslim hendaknya berada dian- tara dua sikap, yakni, syukur ketika mendapat ni’mat dan sabar ketika ditimpa berbagai musibah.
Tidak bisa kita pungkiri bahwa, selama sekian tahun kita bangsa Indonesia merdeka, selama itu pula tidak sedikit kema- juan-kemajuan yang telah kita capai, baik dalam skala nasional, regional, bahkan dalam lingkup kehidupan kita pribadi, mungkin kita dapat mengukur dan merasakannya sendiri, kendati memang pada beberapa tahun terakhir ini, kondisi bangsa kita dalam keadaan yang memprihatinkan. Namun demikian, kita tentunya tidak boleh pasrah begitu saja dengan keadaan, tetapi terus berusaha, sedikit demi sedikit, setapak demi setapak, selangkah demi selangkah, memperbaiki dan membenahi kehidupan kita
89
A
dan kehidupan bangsa kita.
Sebagai seorang muslim, hanya ada dua kata kunci untuk menyikapi berbagai kondisi, yakni syukur dan sabar. Sebab me- nurut Rasulullah SAW, bahwa “Apa saja yang sedang menimpa umat Islam, semuanya itu pasti mendatangkan kebaikan”. Hal ini tentunya, jika kita pandai mengambil hikmah dari berbagai kejadian tersebut.
Dengan selalu bersyukur kepada Allah, segala keber- hasilan, tidak akan membuat seorang muslim menjadi sombong, arogan atau aji mumpung. Dengan bersabar, maka segala gon- cangan kehidupan yang menimpa seorang muslim, apapun ben- tuknya, tidak akan membuatnya putus asa, frustasi atau mela- kukan tindakan sembrono.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Apa yang kita lihat dan saksikan belakangan ini, nam- paknya ada kecenderungan, dimana orang-orang sudah mulai melupakan dua kata kunci ini, syukur dan sabar, sehingga boleh jadi, keberhasilan pembangunan yang pernah kita raih, telah menyebabkan sebagian diantara kita yang lupa daratan. Mungkin ada diantara kita, yang begitu dianugerahi suatu jabatan dan ke- dudukan, malah justeru menyakiti orang-orang yang telah mem- berikan anugerah tersebut. Kita lupa, bahwa kekuasaan adalah amanah rakyat yang seyogyanya untuk mengayomi rakyat, untuk membela yang lemah, bukan justeru untuk menindas mereka. Kita lupa bahwa, mensyukuri kekuasaan adalah menjalankan kekuasaan itu sendiri di jalan yang diridhai-Nya.
Mungkin karena hilangnya rasa syukur, pembangunan 90
telah menimbulkan ekses-ekses yang tidak kita inginkan, dimana korupsi, kolusi, penyalahgunaan wewenang, keserakahan dan berbagai tindakan yang menyulut konflik sosial terjadi di mana- mana. Hukum yang seharusnya melindungi yang lemah, berbalik menjadi alat untuk menindas. Agama yang sepatutnya dijadikan pengendali hawa nafsu, berubah menjadi alat legitimasi. Pen- didikan yang hakikatnya dimaksudkan untuk membuat orang le- bih bijak, malah menjadikan orang lebih picik dan licik.
Diantara kita yang dikaruniai harta kekayaan, kita sering terlena dengan kekayaan itu, tanpa pernah merasa puas. Kita gunakan kekayaan yang ada untuk memburu kekayaan yang lebih banyak. Kita selalu merasa kurang, dan itu tidak akan pernah berkurang jika tidak terlintas sedikitpun di benak kita, rasa ber- syukur. Ketahuilah, tanpa bersyukur, kedudukan, jabatan dan ke- kayaan tidak akan mendatangkan kebahagiaan dan kenyamanan. Ingatlah peringatan Allah SWT. yang tertulis di dalam Al-Qur’an pada Surat Ibrahim ayat 7 :
µÏ«¼
°¨³v¿{×°bz¨ƒµÏ«
°¨^y²w\bw[¼
v¿v„«Á^[x—²[
°b{ §
“Dan ingatlah, tatkala Tuhanmu memperingatkan : Sesungguh- nya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah ni’mat tersebut kepadamu. Namun jika kamu tidak bersyukur atau mengingkarinya, maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih”.Ma’asyiral Muslimin Sidang Jum’at Rahimakumullah.
Sikap kedua yang seharusnya ada di dalam diri seorang muslim adalah sikap sabar. Kita tidak bisa membayangkan, apa yang terjadi jika sabar tidak lagi menjadi sikap hidup, sehingga berbagai kegagalan dalam hidup ini, membuat kita frustasi. Makin meningkat harapan kita, makin sering pula harapan itu tak terpenuhi, maka semakin resah dan semakin gelisahlah kita. Hasil-hasil pembangunan yang semestinya dapat dini’mati oleh setiap orang, justeru hanya orang-orang tertentu yang dapat meni’matinya. Sumber daya yang kita miliki belum sanggup bersaing dengan pasaran global. Sistem ekonomi kita ber- ulangkali digoncangkan oleh berbagai faktor yang tidak dapat kita perkirakan. Sistem sosial kita belum berhasil sepenuhnya memberikan peluang bagi mobilitas sosial yang kita inginkan. Kemudian, kita sangat sedih melihat dan menyaksikan terjadinya perpecahan dan bentrokan diberbagai tempat dan di beberapa daerah, mulai dari masalah sepele sampai issu sara’ yang dibesar- besarkan. Kita lihat di kota-kota besar, ada tawuran antar pelajar, rebutan lahan antar preman, bentrokan antar kampung dan antar warga, permusuhan antar suku dan agama, dan sebagainya. Belum lagi berbagai bencana dan musibah yang menimpa sebagian warga kita, maka tanpa sikap sabar, kita tentu akan menjadi sinis, mental kita akan menjadi jatuh, runtuh, hancur berkeping.
Muslimin Rahimakumullah.
Hidup ini memang penuh misteri, sarat dengan keti- dakpastian dan banyak liku-likunya. Kemaren musim hujan, se- karang musim panas. Siang tadi terasa panas menyengat, tiba-tiba sore hari berubah menjadi hujan, dingin kedinginan. Demikianlah seterusnya, bak sebuah roda yang berputar tak pernah henti.
92
Andai kita boleh memilih, pasti kita akan memilih yang enak- enak saja. Tetapi kenyatannya kita sering dibuat bingung tidak berdaya. Ketika kita menginginkan yang manis, ternyata pahit yang kita dapatkan. Ketika kita tinggal di desa, kita pusing, karena udara terlalu dingin dan keadaan terlalu sunyi. Namun tatkala kita pindah ke perkotaan, kita malah tidak tenang, karena terlalu ramai dan udara terlalu pengab berpolusi. Begitulah, hidup ini seolah-olah serba salah dan tidak ada ketenangan. Di sinilah letak arti pentingnya sikap syukur dan sabar sebagai benteng kita di dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini.
Ma’asyiral Muslimin Sidang Jum’at Rahimakumullah.
Kalau kita perhatikan Al-Qur’an, ternyata di dalamnya terkandung perhatian yang begitu besar terhadap nilai-nilai ke- syukuran dan kesabaran, karena memang syukur dan sabar me- rupakan kebutuhan mendesak yang harus segera kita penuhi jika kita ingin memperoleh kehidupan yang nyaman, bahagia dan sejahtera. Dalam Nahjul Balaghah disebutkan, “Bersyukur dan bersabarlah kalian, karena sesungguhnya cepat atau lambat, kalian pasti akan memperoleh keberuntungan darinya”.
Dengan sikap syukur dan sabar kehidupan kita insya- Allah akan menjadi balans (seimbang), sehingga apapun yang terjadi, bagaimanapun kondisi yang ada di sekeliling kita, kita akan tetap tegar dan selalu istiqamah di dalam mengaruhi hidup dan kehidupan ini.
Syukur dan sabar, merupakan dua hal yang saling ber- kaitan dan saling melengkapi. Manakala seseorang mampu bersyukur, ada kemungkinan ia juga mampu bersabar. Ketika seseorang dapat bersabar, tentu ia akan dapat bersyukur. Sebab,
seseorang yang pandai bersyukur, betapapun kecilnya nikmat yang dianugerahkan Allah kepadanya, ia akan tetap bersyukur, dan betapapun besarnya cobaan yang menimpa dirinya, ia akan tetap bersabar. Syukur dan sabar, ia jadikan sebagai sarana untuk selalu mengingat Allah. Dan ketahuilah dengan selalu mengingat Allah, hati kita akan menjadi tenteram.
ã[z§x^°¸^½¬£µÏ°b¼[½´¯Óµ¿x«[
]½¬¤«[µÏ°bã[z§x^×[
“Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra’du ayat 28).Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Bersyukur dan bersabar merupakan barometer dan parameter dari keimanan kita.
Allah SWT. berfirman :
²¼v_˜b¶\¿[°c´§²Éã[¼z¨ƒ[¼
“Dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu benar-benar hanya menyembah (beriman) kepada-Nya”.94
Kemudian sabda Rasulullah SAW :
²\°¿×[¡ˆ³z_ˆ«[
“Kesabaran adalah sebagian daripada keimanan”.Akhirnya, marilah kita tingkatkan sikap syukur dan sabar ke dalam diri kita masing-masing. Sehingga apapun bentuk karunia atau cobaan yang kita terima, kita selalu bersikap qana’ah, atau menerima apa adanya, lapang dada, yang dengannya kemudian dapat kita jadikan sebagai titik acuan untuk melihat sesamanya.
Semoga Allah selalu menetapkan rasa syukur yang dalam dan rasa sabar yang tinggi kepada kita masing-masing. Amin- amin ya rabbal ‘alamin.
°Äjz«[²\‘Ä„«[µ¯ã\^w½—Ç
°Änz«[µ°nz«[ã[°^
²¼z ¨b׼ū[¼z¨ƒ[¼ °§z§wÇÁ³¼z§w\Ÿ
°Ä•˜«[²Óz¤«[ÅŸ°¨«¼Á«ã[¦y\^
a\Ãß[µ¯¹ÄŸ\°^°§\Ã[¼Á´˜ ³¼
°¨´¯¼Á´¯−_¤b¼ °Ä¨o«[z§x«[¼
95°Ä¬˜«[™Ä°«[½·¹³[¹b¼Øb
¾v«[½«¼ °¨«¼Á«ã[z œc~[¼
µÄ°¬°«[zÎ\«¼ °¨Ãv«[½«¼
{½Ÿ\ÀŸ ¶¼z œc~\Ÿ a\°¬°«[¼
µÀ_Î\c«[º\k³\ü µÃz œc°«[
96 Assalaamu’alaikum Wr. Wb.µÀ¤c°¬«»_£\˜«[¼ µÀ°«\˜«[]yãv°o«[
v¸ƒ[¼ ¹«©Ãzƒ×¶vn¼ ã[×[¹«[ß²[v¸ƒ[
¶v˜^Å_³×¹«½~y¼¶v_—[v°o¯²[
°Ãz¨«[Á_´«[[x·Å¬—°¬~¼−‡°¸¬«[
¹^\o‡[¼¹«[Ŭ—¼v°o¯ °À•˜«[ª½~z«[¼
ã[u\_—ÔÄŸ v˜^\¯[
µÃv«[¯½ÃÅ«[¹˜_bµ¯¼
²½¤c°«[{\Ÿv¤Ÿ ã[½¤c^¾\Ã[¼ °¨À‡¼[
Ma’asyiral Muslimin Sidang Jum’at yang dirahmati Allah SWT.lhamdulillah, kembali kita memanjatkan puji dan syukur ke khadirat Allah SWT. yang mana atas kudrat dan iradat-Nya jualah, sehingga
97
A
dapatlah pada siang ini kembali kita bersama-sama menunaikan perintah-Nya, melaksanakan fardhu Jum’at, di masjid yang mulia dan terhormat ini.
Muslimin Rahimakumullah.
Sebagai seorang Muslim, kita tentunya yakin dengan kepercayaan yang bulat, kokoh dan kuat, bahwa agama Islam yang kita anut ini, merupakan agama yang monotheisme, yang mengajarkan bahwa Tuhan itu Esa, Tuhan itu satu, Tuhan itu Tunggal, tidak berbilang. Tidak dua, tidak tiga, tidak empat dan seterusnya.
Allah SWT. berfirman :
vn[ã[½·−£
“Katakanlah, Dia Allah itu esa (satu)”(QS.Al-Ikhlas ayat 1).¯½Ä¤«[Áo«[½·×[¹«[ßã[
“Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia, yang hidup kekal lagi senantiasa berdiri sendiri”(QS. Ali ‘Imran ayat 2).Muslimin yang berbahagia.
Dokrin tauhid yang kita pelajari, kita hayati dan kita amalkan selama ini tentunya diharapkan dapat memberikan dam- pak yang positif bagi kehidupan kita, terutama di dalam
98
melaksanakan segala aktivitas sehari-hari, dengan satu sandaran yang kokoh, bahwa aktivitas yang kita laksanakan itu semata- mata hanya karena Allah SWT.“Lillaahi ta’ala”, dengan maksud dan tujuan semata-mata hanya ingin meraih Ridha Allah SWT.
Dengan demikian, sebagai konsekuensi dari konsep ini, pada gilirannya akan mencetak karakter agung, jujur, suci dan teguh memegang amanah. Dengan adanya tauhid dalam Islam merupakan kekuatan yang besar, yang mampu mengatur secara tertib seluruh manusia yang ada di permukaan bumi ini.
Memang tak dapat diragukan lagi bahwa dengan tauhid yang dalam terhadap Allah SWT. akan dapat mengikhlaskan seluruh aktivitas hidup dan kehidupan setiap Muslim.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Sebagai ilustrasi dalam pembahasan tauhid ini, kami ingin mengemukakan sebuah cuplikan sejarah di zaman khalifah Umar bin Khathab r.a.
Muslimin yang berbahagia.
Suatu ketika, khalifah Umar bin Khathab r.a bertemu dengan seorang anak gembala yang sedang menghalau seka- wanan kambing di padang rumput. Kepada anak gembala ter- sebut Umar menanyakan, siapa pemilik kambing-kambing yang ia gembalakan tersebut. Sang anak menjawab dengan jujur bahwa kambing-kambing tersebut adalah milik majikannya. Kemudian Umar mencoba menawarkan jasa untuk membeli kambing tersebut barang satu ekor. “Sudilah wahai anak muda kamu
menjualnya untuk saya, barang satu ekor”, kata Umar. Sang anak menjawab, “Maaf, saya tidak bisa melakukannya, kecuali jika tuan berhubungan langsung dengan majikan saya, si pemilik kambing-kambing ini. Umar terus membujuknya, “Kan tidak apa-apa, cuma satu ekor koq. Lagi pula, majikanmu tidak akan mengetahuinya. Bilang saja nanti, kambing tersebut telah dima- kan srigala”.
Mendengar bujukan Umar ini, sang anak terdiam dan ia nampak berpikir. Dia berpikir bukan mau menjual kambing ter- sebut, atau menggunakan kesempatan di dalam kesempitan. Te- tapi ia berpikir dan bingung terhadap sikap Umar yang menu- rutnya tidak pantas diucapkan oleh orang yang beriman. Akhir- nya sang anakpun balik bertanya kepada Umar, “Kalau begitu”,
katanya : “Fa-aina Allah?”, di mana Allah berada?
Muslimin Rahimakumullah.
Bagi Umar bin Khathab r.a pertanyaan yang demikian ini, kendatipun datangnya dari seorang bocah, seorang budak ke- cil. Walaupun pertanyaannya sangat pendek, sederhana dan po- los, seperti layaknya seorang anak bertanya. Namun demikian, bagi Umar cukup menggugah dan menggetarkan hati dan merin- dingkan bulu roma.
Di balik pertanyaan singkat tersebut, sang anak seakan- akan berkata, “Memang, katanya saat ini seolah saya yang memi- liki kambing-kambing tersebut. Saya yakin, majikan saya akan mempercayai begitu saja alasan yang saya buat. Majikan saya dapat saya tipu. Dia tidak melihat apa yang saya lakukan di sini. Dia tidak akan tahu, sebab tak seorangpun yang melihatnya. Dia tidak mempunyai spion (mata-mata) buat menyelidiki /memantau
100
aktivitas saya. Akan tetapi?, sang anak berpikir, bagaimana mungkin saya dapat menipu Allah. Bukankah Allah itu Maha Melihat yang tentunya tahu apa yang saya lakukan”.
Maasyiral Muslimin Sidang Jum’at Rahimakumullah.
Terhadap kejadian ini, maka tidak heran jika Umar bin Khathab r.a ketika itu sempat mencucurkan air mata, lantaran terharu menyaksikan teguhnya keimanan sang anak gembala. Lantaran itu, pada kesempatan lain beliau temui anak tersebut dan mengajak untuk menemui sang majikan untuk memerdeka- kannya dari perbudakan, sehingga terbebaslah sang anak ini dari belenggu perbudakan. Kata Umar, “Kalimat FA-AINA ALLAH inilah yang memerdekakan kamu di dunia ini. Dan semoga dengan kalimat ini pula akan memerdekakan (memberikan kea- manan dari siksa api neraka) bagi kamu di akhirat kelak”.
Hadirin.
Demikianlah contoh pengaruh atau dampak yang ditim- bulkan oleh adanya tauhid yang kuat. Ia dapat membentuk pri- badi seseorang menjadi pribadi yang militan dan terpuji. Tak peduli apakah dari kalangan atas, kalangan menengah maupun kalangan bawah. Tidak peduli anak-anak maupun orang dewasa.
Tauhid yang kuat dapat membebaskan manusia dari seri- bu satu macam belenggu kejahatan duniawi. Dengan tauhid yang kuat dapat membebaskan manusia dari penjajahan, perbudakan dan penghambaan, baik oleh sesama manusia maupun oleh kega- nasan hawa nafsu. Dengan jiwa tauhid yang tinggi seseorang akan terbebas dari berbagai belenggu ketakutan dan duka cita
baik dalam kemiskinan harta, kemiskinan jabatan, kemiskinan kedudukan dsb. sehingga secara psikologis ia akan terhindar/ aman dari berbagai penyakit kejiwaan, seperti frustasi, stress dan sebagainya.
Dengan jiwa tauhid yang tinggi, seseorang akan terbebas dari berbagai kemelut keluh kesah, kebingungan dan rasa putus asa. Dengan tauhid yang tinggi. seorang muslim akan memiliki jiwa besar, tidak berjiwa kerdil. Kenapa demikian?, karena de- ngan tauhid yang tinggi akan memberikan dampak terhadap keikhlasan seseorang, yang selalu menyandarkan dirinya semata- mata hanya kepada Allah, hanya untuk Allah. Shalatnya, iba- dahnya, sepakterjangnya sehari-hari, bahkan hidup dan matinya, hanya semata-mata dipersembahkan kepada Allah rabbul ‘ala- min, sehingga ia tidak akan tertarik atau terpengaruh sedikitpun terhadap buaian-buaian duniawi dan tidak akan memperdulikan kepahitan hidup duniawi. Hal ini sesuai dengan pernyataan seorang muslim manakala ia melakukan shalat, yang terungkap dalam doa iftitah :
Áb\°¯¼Á\Äo¯¼Å¨³¼Áb؇²É
µÄ°«\˜«[]yã
“Sesungguhnya, shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, adalah untuk Allah, Tuhan yang memelihara alam semesta”.Maasyiral Muslimin Sidang Jum’at yang berbahagia.
Tatkala Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a sudah siap 102
dengan pasukannya untuk berangkat ke medan perang Nahrawan, datanglah seorang lelaki bernama Musafir bin Auf. Ia berharap kepada Ali bin Abi Thalib agar menunda keberangkatannya ke medan perang. “Kenapa harus ditunda?”, tanya Sayyidina Ali.
“Kalau berangkat sekarang juga saya khawatir pasukan kita akan mengalami kekalahan yang hebat, karena kekuatan kita tidak berimbang dengan kekuatan musuh, terutama dari segi jumlah”, jawab Musafir bin Auf.
Berkat Tauhid yang kuat, Ali bin Abi Thalib tak gentar sedikitpun. dengan penuh tawakkal kepada Allah SWT. dia bersama pasukannya, tetap saja berangkat bertempur ke medan laga, dengan semangat yang menyala-nyala, ia maju terus, hingga akhirnya sejarah membuktikan, Ali bin Abi Thalib dan pasukan- nya berada di pihak yang manang.
Kaum Muslimin Sidang Jum’at Rahimakumullah.
Dari uraian singkat khutbah ini, dapatlah kita simpulkan bahwa tauhid merupakan kepercayaan mutlak tentang keesaan Allah SWT. yang berurat berakar dalam hati sanubari muslim dan merupakan cerminan untuk mengukur tingkat keikhlasan sese- orang, sekaligus dapat memberikan keamanan pada diri seseo- rang dalam menjalani hidup dan kehidupan di dunia ini.
Tauhid adalah akar, dasar dan landasan sekaligus pokok ajaran Islam yang mau tidak mau harus dipegangi dengan erat kuat oleh setiap muslim.
Hadirin.
Seorang pemikir Islam terkemuka, Abul A’la Al-Mau- dudi menyimpulkan, bahwa dampak tauhid dalam kehidupan seorang muslim sehari-hari, antara lain adalah :
1. Tauhid dapat menjauhkan manusia dari pandangan yang sempit dan picik;
2. Tauhid dapat menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri;
3. Tauhid dapat menumbuhkan sifat rendah hati dan khidmat;
4. Tauhid dapat membentuk manusia menjadi jujur dan adil;
5. Tauhid dapat menghilangkan sifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoalan dan situasi;
6. Tauhid dapat membentuk pendirian yang teguh, sa- bar/tabah dan optimis;
7. Tauhid dapat menanamkan sifat kesatria dan semangat berani berkorban, tidak gentar menghadapi berbagai risi- ko, bahkan tidak takut terhadap mati;
8. Tauhid dapat menciptakan sikap hidup yang damai, aman sentosa dan penuh ridha;
9. Tauhid dapat membentuk manusia menjadi patuh, taat dan disiplin dalam menjalankan peraturan Ilahi.
Muslimin Rahimakumullah.
Akhirnya, kami mengajak kepada para jamaah sekalian, marilah kita bersama-sama menjaga dan meningkatkan nilai-nilai ketauhidan kita masing-masing, agar kita benar-benar menjadi hamba Allah yang senantiasa tunduk dan patuh hanya kepada- Nya semata. 104
°Äjz«[²\‘Ä„«[µ¯ã\^w½—Ç
°Änz«[µ°nz«[ã[°^
v«½Ã°«¼v¬Ã°« v°ˆ«[ã[ vn[ã[½·−£
°¨«¼Á«ã[¦y\^ vn[[½ §¹«µ¨Ã°«¼
¹ÄŸ\°^°§\Ã[¼Á´˜ ³¼ °Ä•˜«[²Óz¤«[ÅŸ
°¨´¯¼Á´¯−_¤b¼°Ä¨o«[z§x«[¼a\Ãß[µ¯
ã[z œc~[¼ °Ä¬˜«[™Ä°«[½·¹³[¹b¼Øb
zÎ\«¼ °¨Ãv«[½«¼ ¾v«[½«¼ °¨«¼Á«
¶¼z œc~\Ÿ a\°¬°«[¼ µÄ°¬°«[
µÀ_Î\c«[º\k³\ü µÃz œc°«[{½Ÿ\ÀŸ
105A Assssaallaaaammuu’’aallaaiikkuummWWrr..WWbb..
¯Ø«[y[v^¹—\[µ¯v—¼ ¾x«[ãv°o«[
v¸ƒ[¼ ¹«©Ãzƒ×¶vn¼ ã[×[¹«[ß²[v¸ƒ[
°¬~¼−‡°¸¬«[ ¹«½~y¼¶v_—[v°o¯²[
°¸˜_bµ¯¼¹_‡¼¹«[Ŭ—¼v°o¯\³vÀ~Ŭ—
ã[u\_—\ÄŸ v˜^\¯[ µÃv«[¯½ÃÅ«[²\oÊ^
¥oã[[½¤b[¼ ã[½¤c^Á ³¼°¨À‡¼[
²½°¬¯°c³[¼×[µb½°b×¼ ¹b\¤b
Maasyiral Muslimin Sidang Jum’at yang dirahmati Allah SWT.
106
lhamdulillah, kembali kita panjatkan puji dan syukur ke khadirat Allah SWT. yang mana, atas izin-Nya jualah sehingga dapatlah pada siang ini, kembali kita bersama-sama melaksanakan serangkaian ibadah Jum’at di masjid yang suci dan mulia ini, sebagai perwujudan dari adanya iman dan taqwa kita kepada Allah SWT.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Pernah suatu hari, seorang nenek terheran-heran sambil ketawa sinis menyaksikan sekelompok ibu-ibu yang sedang kebi- ngungan lantaran gaji suaminya terlambat keluar. Dengan tenang sang nenek nyeletuk, “Hei ibu-ibu! Adakah berita baru yang kalian terima tentang Allah?”. “Apa yang nenek maksudkan?”
salah seorang diantara ibu-ibu itu balik bertanya kepada nenek. Sang nenek menerangkan, “Eee, maksudku, begini, aku ingin