• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memerangi Diri Sufiyah

Dalam dokumen Pengantar Falsafah Sasahidan (Halaman 59-65)

01

Sufiyah ialah kehendak diri Asma Nya yang dalam diri bani ‘Adam ialah syahwat dunia

02

Ni’mat ialah rahasia penyatuan, hak Ibu-Bapak nya yang dibersama kan bani ‘Adam, menjadi hijab Wajah Kamal Nya jika tenggelam didalam nya

03

Syahwat kepada wanita, harta, tahta. Ambisi, obsesi ialah salah satu manifestasi nafsu Sufiyah Nya

04

Manusia yang ingin kembali di sisi mulia Nya tiada boleh menghenti langkah mendekat Nya, hingga meniadakan ketiga nafsu tersebut 05

Ciptaan ialah Tiada Nya. Awal Tiada harus mampu kembali Tiada Nya – fana fillah, baqa billah

06

Sufiyah yang mengotori Ilmu Nya mengimbas menempatkan Ilmu sebagai sarana pencapaian syahwat dunia.

Jika mengotori Kuasa Nya mengimbas menggunakan kuasa seba gai sarana pencapaian syahwat dunia nya.

Jika mengotori Kehendak Nya mengimbas pada kehendak diri yang tiada lepas dari tujuan pencapaian syahwat dunia.

Jika mengotori Perbuatan Nya mengimbas pada perbuatan yang hanya bertujuan pencapaian syahwat dunia

07

Alam kelahiran ialah derita, alam mati. Nafsu sufiyah bukanlah hak “alam mati”, seberapa besar yang telah manusia nikmati di alam mati nya sebesar itu pula ia kehilangan disaat kepulangan nya 08

Mereka yang menjauh godaan diri sufiyah nya, tahan derita, senyap syahwat kelak akan melimpah nikmat saat kepulangan nya

09

Diri bani ‘Adam, amarah lawamah sufiyah – menyatu menjadikan diri gelap nya. Makin gelap diri bani ‘Adam makin menghijab Cahaya Nya

10

Maka jadikan diri mu sebagai manusia yang sepi ing pamrih rame ing gawe, hidup untuk dharma Ibu mu alam mu Tanah Air mu, Kua sa Nya Utusan Nya

XXVII. Nafsu muthmainah terpuji

01

Bani ‘Adam ialah makhluk diri tengahan Tuhan-Alam, ia berunsur “terang gelap” serta rahasia tengahan kedua nya

02

Diri gelap nya ialah nafsu lawamah, amarah, sufiyah. Diri muthma inah ialah rahasia tengahan nya, ialah diri yang tidak menghendaki diri. Diri yang tiada menghendaki diri beresensi kepada Asma Nya 03

Nafsu muthaminnah melahir sadar tiada menghendaki wujud diri, kecuali Wujud Nya, tiada menghendaki wajah selain Wajah Nya, tiada berbuat selain Perbuatan Nya

04

Muthmainah yang menguasai Ilmu Nya mengimbas pada tiada me nempatkan ilmu kecuali untuk kemaslahatan kecuali selain diri nya yaitu alam nya

Muthmainah yang menguasai Kuasa Nya mengimbas tiada menem patkan kuasa kecuali untuk kemaslahatan selain diri nya yaitu alam nya

Muthmainah yang menguasai Kehendak Nya mengimbas pada tia da kehendak kecuali Kehendak Nya, cita-cita alam ialah cita-cita nya

Muthmainah yang menguasai Perbuatan Nya mengimbas pada tia da berbuat melainkan perbuatan Nya yang menghasil manfaat nyata-nyata manfaat untuk alam nya

05

Menangkan amanah dunia, amanah alam tanpa pernah mengotori kehendak mu sehingga kau tetap jernih ditengah gelap, dari gelap mu terbitlah Terang Nya

XXVIII. Manusia Hikmah

01

Tuhan menjadikan manusia dari diri Gelap-Terang Nya, memanifestasi sebagai nafsu amarah, sufiyah, lawamah serta muth mainah sebagai bukti Kasih Sayang Nya kepada manusia

02

Tanpa mengada nya nafsu, tiada dinamika kehidupan. Alam menja di hampa tiada nilai tiada makna

03

Alam bernilai netral tiada buruk tiada baik, perbuatan manusia lah yang melahirkan baik buruk nya alam. Maka manusia bertanggung jawab kepada alam dihadapan Nya

04

Sebagaimana netral nya alam netral pula Ilmu Nya, tiada ilmu jahat ilmu baik ilmu hitam ilmu putih. Perbuatan manusia bertanggung jawab atas penggunaan amanah Nya ditengah Alam Nya

05

Nafsu ialah bani ‘Adam, tandingan Diri Nya hijab Wajah Kamal Nya. Maka manusia yang ingin wujudkan Kehendak Nya Asma Nya Wajah Nya, sunyi kemelekatan nafsu serta kehendak

06

Nafsu menghidup didalam kehendak, sunyikan kehendak sunyi nafsu, riuh kehendak meriuh pula nafsu, makin keruh lah Wajah Nya menjauh dari dikenal-mengenal Nya

07

Tiada larangan giat mengupaya dunia. Giat mengupayakan dunia tiada buruk tiada baik. Menjadi buruk jika upaya itu dalam gelimang nafsu, mewujudkan hanya diri sendiri

08

Menjadi baik jika jernih dari mengkotor kehendak nafsu, serta untuk mewujudkan alam nya, Ibu nya, Utusan Nya, Asma Nya barulah diri nya, karena begitulah selayaknya pemimpin

09

Begitupun tiada baik buruk, mereka yang berupaya bidang keaga maan. Menjadi baik jika jernih dari kotor kehendak nafsu, menjadi buruk jika perbuatan agama dikotor nafsu kepentingan diri

10

Semua perbuatan yang hanya mewujudkan diri ialah nafsu. Perbuatan bijak ialah yang mewujudkan alam, lalu diri. Wujud alam sebagai utama, diri menjadi ditengah alam

11

Begitulah manusia hikmah yang berbuat sebagaimana Dia berbu at. Melalui tatakrama Asma “Ilmu membuka Kehendak, Kehendak membuka Kuasa” – dari alam oleh alam untuk alam, serta diwujud kan melalui perbuatan yang menghasil manfaat nyata-nyata manfaat, dari alam oleh alam untuk alam

12

Memenangkan amanah alam, manusia serta Tuhan bukanlah mela lui doktrin pemaksaan. Melainkan melalui sistem “Ilmu Kehendak Ku asa” serta perbuatan

13

Seorang pemimpin tiada pernah kalah karena ia tiada menginginkan menang. Tetapi malah ia dimenangkan alam nya

14

Lurug tanpo bolo, menyerang tanpa pasukan. Karena umat nya yang nanti membuka kehendak, serta kuasa nya sendiri serta me nitipkan amanah penderitaan nya kepada sang pemimpin

15

Menang tan ngasorake, seorang pemimpin tidak pernah mengalah kan siapapun, juga tiada yang merasa dikalahkan. Karena kedaulat an diterima nya melalui terbuka nya kehendak umat nya. Bagaikan permainan cinta, dimana bersama menjadi pemenang nya

16

Sakti tanpo aji, seorang pemimpin tidak pernah membawa senjata. Karena tidak ada yang mampu mengalahkan umat nya kecuali umat itu sendiri yang mengalahkan diri nya demi wujud cita-cita mereka 17

Sugih tanpo bondo, seorang pemimpin tidak pernah bersama harta nya, karena dia ialah “sang kaya raya” sehingga mampu men sejahterakan umat nya. Manusia kaya ialah manusia yang tiada me miliki kehendak, tiada kehendak memiliki, dia lah sang pemilik itu sendiri. Saat dia ingin memiliki, maka ia jatuh derajatnya sebagai rakyat

18

Sudah saatnya bangsa ku kembali menghidupkan kepribadian nya sebagai bangsa Cinta, yang piawai memimpin bersama cinta

Dalam dokumen Pengantar Falsafah Sasahidan (Halaman 59-65)

Dokumen terkait