• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Sasahidan dalam Bisnis

Dalam dokumen Pengantar Falsafah Sasahidan (Halaman 68-73)

Manusia membutuh rezeki materi, serta non-materi seperti kesehat an, ketentraman, kebahagiaan. Tapi manusia Sasahidan sadar bahwa rezeki tiada bisa dicari, jangan mencari rezeki jadilah yang dicari rezeki. Dan rezeki, kodrat gelap - selalu membenarkan Terang Nya melalui qolbu serta perbuatan manusia. Karena itu ia meniatkan usaha nya bukan untuk diri nya melainkan untuk alam, dari yang terdekat yaitu keluarga, tetangga, warga, masyarakat, serta Tanah Air ialah Ibu Pertiwi nya, selanjutnya diri nya

Juga ia sadar, bahwa semua perbuatan bersandar pada asas Asma Nya yaitu “Ilmu Kehendak Kuasa” yang diwujudkan melalui perbuatan Terang Nya yang menghasilkan manfaat nyata-nyata manfaat, dan Asma ber esensi Zat ialah Ilmu Nya, Ilmu ialah rahasia serta terlahir dari alam

Maka yang pertama ia rancang yaitu Ilmu. Ilmu harus lahir dari masalah pasar, dari alam. Sebagai alam ia sadar masalah apa yang sedang dihadapi pasar, ia sudah terbiasa membuat produk bukan berpijak pada produk tetapi masalah pasar. Produk harus lahir dari alam, oleh alam untuk alam agar mampu memenangkan kuasa alam, ialah pasar

Setelah ilmu dirancang dan melalui riset pasar, rancangan itu dike hendaki, ia makin mengobarkan kehendak pasar, melalui mendidik pasar sehingga pasar menyerahkan kuasa mereka yaitu uang, pasar yang meminta agar segera diwujudkan solusi masalah mereka. Maka Asma yaitu Ilmu Kehendak Kuasa telah menjadi, Asma ialah amanah, maka ia sangat berhati-hati dengan amanah ialah kepercayaan pasar

Selanjutnya ia mewujudkan Asma itu dalam perbuatan yang berorientasi tetap kepada umat nya yaitu pasar. Ia merancang, menjadikan produk itu bersama-sama, dikawal oleh pasar dalam musyawarah mufakat, hingga jadilah produk itu, yang berbasis nyata manfaat-manfaat nyata

Manusia Sasahidan sadar bahwa setiap manusia disandarkan menjadi pemimpin bagai nabi ditengah umat

Maka produk tersebut ia serahkan kepada pasar, lalu pasar men Terangkan gelap masalah nya dengan produk itu, ia tiada lepas mengawal memantau mengarahkan umatnya atau pasar, hingga kedepan pintu gerbang kemerdekaan mereka sendiri. Lalu mereka lepas dari masalah nya, gelapnya, puas. Sebelum pamitan, ia bertanya kepada alam atau pengguna produk “apakah kau puas, rela dengan produk ini?”, karena ia tau bahwa pengakuan berasal dari alam, bukan dari diri sendiri. Saat pasar mengatakan “ya kami rela kami puas”, maka barulah ia pun pamitan berpisah kembali Sistem falsafah Sasahidan ini tentu bisa di aplikasikan pada peker jaan lain seperti guru, rohaniawan, wakil rakyat, dokter, pengacara, orangtua, bahkan diri sendiri, karena sejati nya setiap manusia ditugaskan untuk melahir sebagai pemimpin ditengah alam Nya Kuasa Nya Utusan Nya, Ibu nya

XXXII. Sistem Sasahidan dalam Pancasila

Sejatinya sistem falsafah Sasahidan ini telah hidup di tengah umat Nusantara jauh sebelum tercatat nya sejarah kerajaan. Kearifan lokal di setiap suku dari Sabang sampai Merauke, adat istiadat, serta budaya mencerminkan tatakrama kepada alam, manusia, kepada yang lebih tua, kepada wanita, kepada Ibu, mementingkan orang lain ketimbang diri, juga tentang konsep Ibu Bumi, Bapak Langit, dsb.

Pancasila, merupakan Rukun Pengamalan atau rukun pelaksana an amanah. Dan sistem falsafah Sasahidan ialah Rukun Peme nangan amanah nya. Bagaimana melaksanakan amanah, tanpa didahului pemenangan amanah

Pancasila ialah Rukun Pelaksanaan Amanah “Ibu-Bapak” ialah “Tanah Air”. Ibu sebagai Kuasa Nya ialah alam ibarat Tanah, Bapak sebagai Ilmu Nya ibarat Air, serta Anak sebagai yang dikehendak Ibu - Bapak bangsa nya, sedangkan Ketuhanan ialah Sila yang menjadi nyawa bagi seluruh sila lain nya

Sebagaimana falsafah Sasahidan, Pancasila berbasis falsafah Te ngah ialah ajaran Hikmah, ajaran kebijaksanaan, musyawarah mufakat, yaitu bagaimana memenang kan amanah “Alam, Manusia serta Tuhan” sebagai kesatuan tiada pisah, melalui Ilmu Kehendak Kuasa Nya, diwujudkan pada perbuatan Terang yaitu manfaat nyata-nyata manfaat pada ke 5 (lima) sila nya yaitu

Ketuhanan Yang Maha Esa, manusia Sasahidan sadar bahwa di alam Tengah, Tuhan tidak mengada, yang mengada ialah Ilmu Kehendak Kuasa serta Perbuatan Nya, karena nya yang dimaksud Ketuhanan bukanlah Tuhan itu sendiri tetapi “Ketuhanan” Nya ialah Asma Nya yang satu, satu muncul ditengah bersama

Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, ia sadar bahwa ber agama ialah ber kemanusiaan. Dan tidak disebut manusia kecuali telah memenangkan restu alam, manusia serta Tuhan, yaitu hablum minal alam, hablum minan nas, barulah menuju hablum minaloh. Seluruhnya dilaksanakan diatas adab, atau tatakrama Asma. Adil, karena dalam setiap perbuatan selalu mengutamakan kepentingan alam dulu, barulah diri nya

Kesatuan Indonesia, Indonesia ialah satu, tiada pernah pisah. Yang tiada pisah selalu satu. Satu lahir ditengah bersama, maka manusia Sasahidan sadar memunculkan kebersamaan, kerukunan, kesatuan barulah ditengah nya terbit diri nya. Karena nya ia selalu dimana pun berupaya mewujudkan kesatuan, kerukunan serta kebersamaan setara

Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, juga ia sadar, bahwa pengakuan bukan berasal dari diri, tetapi alam. Untuk menjadi pemimpin ia harus menjadikan rakyat, mewujudkan rakyat, mementingkan rakyat hingga dari mereka terbit pengakuan serta serah terima kepemimpinan, mereka menitip amanah penderitaan nya, maka muncul “Pemimpin-Rakyat” sebagai kesatuan.

Lalu dalam perbuatan kepemimpinan, ia tidak keluar dari asas Asma ialah “Ilmu membuka Kehendak, Kehendak membuka Kuasa” secara sukarela tanpa paksaan, melainkan melalui musyawarah yang dihadiri oleh masing-masing perwakilan alam. Pengertian hikmah itu sendiri “jalan tengah”, bagaimana bisa disebut tengah tanpa ada pengapit ialah kanan-kiri, timur-barat, Ibu-Bapak nya Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, ia sadar bahwa semesta beserta isi nya ialah “satu” – ialah manifestasi kemesraan “Tuhan-Manusia-Alam”, semua penghuni alam mempunyai hak tanggung jawab sama dalam perbuatan bersama, dan menikmati hasil nyata manfaat-manfaat nyata pun bersama

XXXIII. Akhirul kalam

Demikian akhir risalah sederhana, Pengantar Falsafah Sasahidan, kami haturkan untuk bangsa ku semoga kira nya mampu membuka kesadaran untuk merukun dalam kemanusiaan menuju Ketuhanan, atas nama cinta Ibu Pertiwi, Utusan Nya

Falsafah Sasahidan tidak ber pretensi pada merk agama apapun, melainkan menggagas prinsip dasar pemikiran, sebagai ajakan serta ajaran, yang bisa di terap kan pada semua, sehingga ikut menghidupkan kerukunan menuju wujudnya kesatuan berbangsa ber negara di Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta Tuhan tidak perlu dibela (Gus Dur). Sudah saatnya bersama sadar menyelamatkan keterpurukan perpecahan ditengah bangsa, saat nya kembali kepada Alam kepada Ibu kepada Cinta, kepada kema nusiaan. Karena hanya dalam kemanusiaan, hidup ajaran Nya Dalam tahun 2020 nanti, insya Allah akan saya luncurkan sebuah buku berjudul Sistem Filsafat Pancasila, karena sampai saat ini Pancasila belum mempunyai sistem filsafat sebagai world view nya. Dengan adanya sistem tersebut, tentu Pancasila tidak lagi sekedar falsafah, melainkan sebagai sistem filsafat yang utuh, yang menam pilkan ciri khas bangsa Nusantara, bangsa Tengah, sebagai pan cer suri tauladan bagi seluruh bangsa lain nya

Mohon doa serta restu seluruh saudara ku Anak Bangsa yang mencinta Ibu nya serta peduli terhadap nasib penerus bangsa nya Selamanya bangsa ku bangsa Cinta, berfalsafah Cinta, ber tatakra ma Cinta dalam ridho Sang Maha Cinta. Salam tulus penuh cinta, untuk bangsa ku negeri ku semua nya. Maturnuwun, rahayu

Batu Tulis, 16 Agustus 2019 Pustaka Harjuna

Wejangan Pustaka Harjuna

Dalam dokumen Pengantar Falsafah Sasahidan (Halaman 68-73)

Dokumen terkait