• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengantar Falsafah Sasahidan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengantar Falsafah Sasahidan"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Pengantar Falsafah Sasahidan

Kembali kepada Alam kepada Ibu Kepada Cinta

Yayasan Pustaka Harjuna

Selamanya bangsa ku bangsa Cinta, berfalsafah Cinta, ber tatakrama Cinta dalam ridho Sang Maha Cinta

(3)

Sambutan Ketua Yayasan

Belajarlah atau cari lah ilmu pengetahuan tentang Agama dan Tuhan, serta dasari lah belajarmu dan pencarianmu atas dasar tujuan ilmu pengetahuan tersebut

Karena di seketika kau mendasari belajar serta pencarian mu untuk tujuan ilmu pengetahuan, kau akan mengetahui tujuan ilmu pengetahuan tersebut, yang sejati nya ilmu pengetahuan tersebut di gelar untuk mewujudkan Tujuan Tuhan itu sendiri yaitu Kebaikan, Kebermanfaatan, Kerukunan yang pada akhirnya kau akan mendapatkan pengakuan kehambaan dari Tuhan mu bukan pengakuan hamba nafsu pribadimu yang hanya ingin mewujudkan diri mu sendiri

Dan ingat, bahwasanya Kanjeng Nabi Muhammad pernah ber sabda, seseorang akan di kumpulkan dengan apa yg di cintainya maka dari itu yg mana orang selama hidupnya hanya menuruti nafsu pribadi nya yg hanya mewujudkan pribadinya sendiri, dengan membenarkan dirinya sendiri, ingin di puji, hanya memfikirkan dirinya sendiri, berlaku sombong, maka orang itu akan di kumpulkan dengan nafsu itu sendiri

Dan janganlah diri ini merasa benar dan selamat. Karena dimana kanjeng Nabi Muhammad Saw. melazimkan doa sayidul istighfar Ya Allah, Engkaulah Tuhanku, tiada Tuhan selain Engkau yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu, aku akan setia pada janjiku pada-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang aku perbuat. Kuakui segala nikmat-Mu atasku dan aku akui segala dosaku. Maka ampunilah aku, sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali Engkau

Mudah-mudahan buku ini bisa merukunkan kita semua dalam cinta Ibu Pertiwi

(4)

Daftar Isi Halaman cover

Sambutan Ketua Yayasan Pustaka Harjuna Daftar Isi

Sekapur Sirih

I. Tuhan ingin dikenal ciptaan Nya 1

II. Mengenal Tiada nya Tiada 3

III. Manusia makhluk semu 5

IV. Manusia dijadikan Alam 7

V. Terimakasih pada Alam 9

VI. Alam ialah Ibu mu, Kuasa Nya 11

VII. Ilmu Rahasia Alam 13

VIII. Alam semesta, Kitab Nya 16

IX. Gelap melahirkan Terang 17

X. Tentang Zat Nya 19

XI. Alam Atas 21

XII. Alam Bawah 22

XIII. Alam Tengah 24

XIV. Iman ialah Amanah 27

XV. Pelaksanaan Amanah 29

XVI. Membaca Wajah Nya 31

XVII. Asma sebagai Tengahan 34

(5)

XIX. Menemukan diri 39

XX. Jembatan Tuhan 41

XXI. Menjadi pemimpin Alam 43

XXII. Perusak Amanah Nya 45

XXIII. Tandingan Wujud Nya 47

XXIV. Memerangi diri Amarah 48

XXV. Memerangi diri Lawamah 50

XXVI. Memerangi diri Sufiyah 51

XXVII. Nafsu Muthmainah terpuji 53

XXVIII. Manusia Hikmah 54

XXIX. Sistem Sasahidan dalam kehidupan 57 XXX. Sistem Sasahidan dalam Ketuhanan 59 XXXI. Sistem Sasahidan dalam bisnis 60 XXXII. Sistem Sasahidan dalam Pancasila 62

XXXIII. Akhirul kalam 63

Wejangan Pustaka Harjuna di dunia maya 66

Sistem Falsafah Sasahidan 79

(6)

Ingsun anêkseni ing DatIngsun dhewe, satuhune ora ana Pangeran anging Ingsun, lan anêkseni Ingsun satuhune Muhammad iku utusanIngsun. Iya sajatine kang aran Allah iku badanIngsun, Rasul iku rahsaNingsun, Muhammad iku CahayaNingsun. Iya Ingsun Kang Urip tan kêna ing pati, iya Ingsun Kang Eling tan kêna ing lali, iya Ingsun Kang Langgêng ora kêna owah gingsir ing kaanan jati, iya Ingsun Kang Waskitha, ora kasamaran ing sawiji-wiji. Iya Ingsun Kang Amurba Amisesa, Kang Kawasa Wicaksana ora kekurangan ing pangêrti, byar sampurna padhang têrawangan, ora karasa apa, ora ana katon apa-apa, amung Ingsun Kang Anglimputi ing alam kabeh kalawan kodratIngsun

(Mantra Sasahidan dalam Kitab Wirid Hidayat Jati, Bab Sasahidan. Copas dari Damar-Shashangka.blogspot.com)

(7)

Sekapur sirih

Ulu salam kulonuwun assalamu ‘alaykum, rahayu

Buku Pengantar Falsafah Sasahidan bukanlah sebuah buku yang ber pretensi mempromosikan merk agama tertentu, melainkan hanya ajaran falsafah, serta ajakan kerukunan

Sebagai falsafah tentu – jika dianggap pas – bisa melandasi serta digunakan oleh ajaran apapun juga, karena sejati nya inti dari falsafah Sasahidan ialah ajaran Kenal Diri, tapi bagaimana bisa kenal diri karena manusia tiada mempunya diri, selain amanah diri dari alam. Maka falsafah Sasahidan menggagas kita semua untuk kembali ber tatakrama kepada alam, sebagai basis hidupnya kemanusiaan

Tiadalah manfaat ajaran merk apapun juga kecuali jika hidup serta menghidupkan kemanusiaan, Tuhan ialah rahasia yang terbit diteng ahnya. Falsafah Sasahidan ini digelar menciri tradisi Islam Keja wen jika anda suka boleh disebut Islam Nusantara,

Kata Sasahidan ada dalam kitab Wirid Hidayat Jati yang disusun oleh Rd. Ronggowarsito. Bab Sasahidan ialah salah satu bab yang pernah ajarkan oleh Sunan Geseng, murid Sunan Kalijaga

Sebagai keturunan ke 12 Sunan Geseng serta ke 17 dari Prabu Brawijaya V, anggap saja risalah sederhana ini mewakili ajaran kedua leluhur ku sebagai satu, yaitu ajaran serta ajakan kepada seluruh bangsa Nusantara untuk kembali rukun menyatu dalam Kemanusiaan menuju Ketuhanan atas nama Cinta Tanah Air, bukan lagi atas nama merk apapun

Tuhan tidak perlu dibela (Gus Dur), sudah saatnya Revolusi Kesadaran, kerukunan, kesatuan bangsa dibangkitkan atas nama Ibu Pertiwi

(8)

Sebagai Pengingatan, buku ini tidak diperuntukan melainkan hanya untuk komunitas Islam Kejawen serta yang sepemahaman dalam pemikiran pentingnya membela kerukunan serta kesatuan Risalah sederhana ini ditulis bukan oleh budayawan atau rohani awan, hanya rakyat biasa berijazah SMA – seorang sudhra berbaju rombeng. Karena nya tidak perlu kaget jika isi nya jauh dibawah mutu standar akademis. Falsafah ditulis sebagai ajaran serta ajakan, bukan wahana argumen rasio yang tiada pernah melahir manfaat nyata-nyata manfaat pada alam

Tiada kebenaran melainkan benar itu sendiri. Karena nya pemikiran yang tertulis dalam Pengantar Falsafah Sasahidan ini sangat membuka diri bagi masukan apapun yang dilandasi niat mewujud kan jalan tengah bukan tujuan saling menghancurkan. Bersama melahirkan satu, satu lahir ditengah bersama

Buku ini dicetak melalui dukungan moril materiil pengurus Yayasan Pustaka Harjuna, sebagai himbauan serta ajakan untuk kita semua agar kembali merukun satu, wujudkan cita-cita negeri Nusantara Agung yang memuja serta dipuja alam, Ibu Pertiwi, Kuasa Nya, Utusan Nya dalam Asma Nya, aamiin

Tanpa mengurangi rasa hormat, dengan segala kerendahan hati, mohon dibukakan ikhlas kemaafan atas segala kesilafan, semoga dimudahkan Nya bagi bangsa ku kembali menyatu rukun, kembali kepada Alam kepada Ibu kepada Cinta. Matur sembah nuwun, rahayuu. Merdeka !!

Yang lain menuju akhir – Aku menuju Awal, karena yang awal adalah yang akhir

Batu Tulis, 16 Agustus 2019 Pustaka Harjuna

(9)

I. Tuhan ingin dikenal ciptaan Nya

01

Wa ma arsalnaka illa rahmatan lil ‘alamiin. Dan tidaklah kami

telah mengutus mu, melainkan sebagai Rahmat bagi Alam Ku (QS. Al Anbiya : 107)

Dan ketika kami berkata kepada malaikat, sesungguhnya Aku menjadikan di bumi ini khalifah (QS. Al Baqarah : 30)

Aku adalah perbendaharaan tersembunyi, Aku ingin dikenal, maka Aku ciptakan makhluk agar Aku dikenal, maka mereka mengenal-Ku (Hadits Qudsi)

Man ‘arafa nafsahu fa qod ‘arafa robbahu, Barangsiapa kenal diri nya maka ia akan kenal Tuhan nya

02

Ada 2 (dua) perintah Tuhan kepada seluruh ciptaan Nya : (a) Umum – mengenal Nya, maka semua makhluk termasuk manusia ditetapkan untuk mengenal Nya (b) Khusus, untuk manusia tidak saja mengenal Wajah Esa Nya, tetapi juga menjadi manusia Rahma tan ‘Alam Nya yang karena nya manusia disandarkan sebagai khalifah Nya. Bagi manusia perintah ini tiada pisah

03

Itulah tanggung jawab manusia yang ditanya Nya dsaat kepulangan nya, sebagaimana mereka telah berikrar dihadapan Nya sebelum dilahir ke Alam Dunia, bahwa manusia akan tetap mengenal Nya 04

Sesaat sebelum manusia berpulang kepada Nya, Dia bercermin melalui qolbu nya, jika Dia melihat mengenali mengakui Wajah Nya yang mewujud dalam qolbu nya, maka Tuhan tidak mungkin menghinakan Wajah Nya sendiri. Wajah Kamal Nya itu yang akan menuntun perjalanan ruh saat melepas raga menuju Nya

(10)

05

Seolah Tuhan berkata “Aku mengakui Kenal Ku melalui mu maka kau adalah sah ciptaan Ku”, mengakui-diakui, menyaksikan-disaksi kan, memuji-dipuji, menyembah-disembah

06

Seluruh alam seisinya, mineral tumbuhan hewan manusia – tak terkecuali makhluk tidak nyata pun – patuh menyembah Nya sesuai cara nya, berupaya mewujudkan Kehendak Nya “Mengenal Nya melalui Dikenal Nya

07

Seluruh ajaran serta ritual ibadah nya, sejati nya ialah rukun penga malan mewujudkan Kehendak Nya, “Dikenal-Mengenal”, dan yang dimaksud pahala Nya ialah tersingkap nya Wajah Cahaya Nya ditengah Gelap Nya

08

Tapi bagaimana makhluk mengenal Tuhan, Tuhan ialah Tuhan yang selama nya berada tak tersentuh makhluk. Jika makhluk mampu mengenal Tuhan, maka Tuhan telah jatuh dalam derajat makhluk, turun dalam hukum ruang serta waktu

09

Zat Tuhan suci dari alam, yang tiada tersentuh fikir, khayal, rasa makhluk. Lalu bagaimana dengan Tuhan itu sendiri

(11)

II. Mengenal Tiada nya Tiada

01

Pengetahuan atau Tau manusia – hidup sebagai memori ingatan nya - berasal dari pergaulan bersama alam. Tanpa sedia nya alam tiada ingatan nya, maka tiada diri nya. Tiada ialah hak makhluk. Sejatinya memori ingatan ialah citra alam. Tau manusia ialah “mengenal-dikenal” alam

02

Bagai cahaya matahari ingatan manusia terbit menerang diawal kelahiran, lalu makin meredup menuju terbenam menjelang masa kepulangan nya. Kembali kepada awal, karena akhir ialah awal – awal ialah akhir

03

Tanpa alam, manusia kehilangan diri – tanpa manusia, alam pun kehilangan diri nya. Tuhan bukanlah alam. Jika tanpa alam manusia di tiada nya, sedangkan Tuhan bahkan tiada di tiada nya manusia, sebagai tiada nya tiada, bagaiman Dia bisa dikenal dirasa disebut dipuji disembah? Tau tentang Tuhan bukan berarti kenal Tuhan 04

Semua yang melahir dari ingatan manusia ialah citra alam. Begitu pun “rasa” Tuhan yang dihadirkan nya saat beribadah, tentu bukan Tuhan, tetapi hanya Tuhan dalam citra alam, atau khayal Tuhan-Tuhan khayal

05

Manusia tiada mampu meng imaji tiada, apalagi tiada nya tiada. Bahkan sekedar menghadirkan konsep satu, imaji yang hadir tetap angka satu atau benda satu. Angka satu, jeruk satu, apel satu, dsb. bukanlah satu itu sendiri.. Lalu satu itu apa?

(12)

06

Jika menghadirkan konsep alam yaitu satu saja tiada mampu, bagaimana ia meyakini yang ia hadirkan dalam khayal ialah Tuhan? Ia tidak mengkhayalkan kecuali khayal - imaji Tuhan atau berhala Tuhan namun bukan Tuhan itu sendiri. Selama nya manusia tiada lepas dari alam, oleh alam, untuk alam, sebagai alam

07

Lepas alam mu baru kau kenal Tuhan, begitu orang bijak berkata. Dan saat terlepas alam mu lenyap lah kamu, lalu bagaimana yang lenyap kenal Tuhan

08

Tuhan Maha Suci tiada bermusyrik bersama makhluk. Selamanya yang dimusyrikan ialah diri nya alam nya. Tuhan menolak di musyrik an Ada Nya dengan ada mu. Saat kau ada, Dia Tiada mu – saat kau tiada, Tuhan pun tiada mu, lalu kapan Tuhan pernah ada

09

Tuhan tidak ada dalam makhluk, yang ada ialah “Mengada” Nya Tuhan ditengah alam sehingga dikenali sebagaimana Kehendak Nya

10

Tuhan hanya meminta mu mengenal “Mengada Nya” melalui Asma Nya Wajah Nya bukan mengenal Nya sebagai Tuhan. Jangan pernah kau fikirkan Zat Ku, begitu kata Tuhan

11

Memikirkan Tuhan, apalagi mengkhayalkan Nya dalam citra diri mu citra alam, sama halnya menjatuhkan Tuhan kedalam makhluk. Lupakan “Ada” Nya, kenali “Mengada” Nya yang ditengah mu bersama mu

(13)

III. Manusia makhluk semu

01

Konsep ‘satu’ diluar paham manusia. Di Alam Kejadian, bersandar hukum kesatuan Zat-Sifat, makhluk berkehidupan

02

Kenal melalui pembedaan. Tanpa terang tiada kenal gelap, tanpa gelap tiada kenal terang, maka terang-gelap, gelap-terang tiada pisah ialah satu

03

Alam Kejadian tiada menerima kesendirian apalagi ketunggalan. Tiada satu kecuali mengada dua, mengada dua mengada satu 04

Dalam yang saling membeda, kedua nya tiada beda. maka segala eksistensi ialah tiada beda

05

Satu ialah zat ialah gaib. Penampaknya ialah sifat nya. Manusia tiada kenal zat. Ia kenal zat melalui sifat, dan yang ia kenal tetap saja bukan zat sebagai apa adanya, melainkan ‘Bukan zat - Zat’ 06

Manusia tidak pernah melihat obyek apa adanya dia, melainkan ‘bukan obyek - panorama” atau fenomena obyek, obyek maya, obyek semu

07

Selamanya manusia tiada melihat obyek. Kesatuan Zat-sifat ialah niscaya di Alam Kejadian, alam mayapada

(14)

08

Jika manusia tiada pernah melihat selain ‘melihat semu’. Maka semua tau manusia sebagai ingatan nya bukanlah sejati nya tau, tau sejati - melainkan ‘tau semu’ yang hanya pribadi nya sendiri sebagai penghuni nya yang tau

09

Perbuatan manusia melahir dari tau semu nya. Maka perbuatan yang lahir ditengah tau semu ialah perbuatan semu bernilai semu 10

Manusia tiada pernah tau sejati nya “benar” selain ‘benar semu’ nya atau kebenaran, tiada tau sejati nya manusia melainkan kemanusi aan, tiada tau sejati nya Tuhan melainkan Ketuhanan. Selamanya manusia sebagai makhluk prasangka, Dia ialah rahasia nya 11

Ditengah tau semu nya, manusia menemukan dirinya, maka diri yang ditemukan ditengah semu tentu Diri Semu – bukan sejatinya diri. Dalam alam semu, rasa semu, tau semu, diri semu, berbuat semu, manusia tiada pernah merasakan kecuali ke semu an 12.

Tuhan tiada semu, maka selama nya Dia tiada ditengah manusia, kecuali ‘semu’ Nya, semu Tuhan-Tuhan semu

13

Jika manusia ialah diri semu yang dijadikan dilahirkan alam – bagaimana yang semu melampaui alam? lalu merasa khalifah Nya? 14

Sadar semu ialah karunia besar Nya. Dengan nya manusia berge rak berbuat, melepas ‘semu’ nya menuju ‘sejati’ nya

(15)

IV. Manusia dijadikan Alam

01

Jika manusia menemukan diri nya ditengah tau nya, maka sejatinya manusia mengada karena di ada kan alam. Tuhan yang mencipta, alam yang menjadikan

02

Manusia patuh serta takut hanya pada diri nya maka ia patuh pada alam, karena dia adalah alam – alam adalah dia. Tak satupun mam pu melawan hukum alam, hukum diri nya

03

Manusia – begitupun diri mu - tak mampu lepas dari alam serta hu kum nya, apalagi membangkang nya. Marahkah Tuhan pada mere ka yang patuh kepada alam serta hukum nya?

04

Lalu mereka berkata, alam ialah ciptaan Tuhan, patuh pada alam sama saja patuh pada Tuhan.

05

Apakah manusia harus patuh pada ciptaan Tuhan atau pada Tuhan itu sendiri? Musyrik kah jika patuh pada hukum makhluk Nya? se dangkan Tuhan tiada terima dimusyrikan, kenapa kau patuh alam? 06

Manusia menemukan diri melalui alam yang menjadikan nya. Ia me nemukan diri nya dalam batas takar alam nya, ia tiada kuasa alam, alam yang kuasa menakar “menjadi” diri nya

07

Alam ialah penguasa – untuk diri nya serta penghuni nya, semua patuh pada hukum nya termasuk manusia, diri mu

(16)

08

Tuhan melarang mencuri, tidak sedikit membangkang Nya. Manusia berani melawan Tuhan tapi tiada pernah berani melawan alam. Siapa yang dipatuhi manusia, Tuhan atau alam?

09

Jika hukum alam selalu dipatuhi, hukum Tuhan masih selalu dilang gar. Siapa sebenar nya yang kau Tuhankan, alam atau Tuhan itu sendiri?

10

Pencuri yang percaya pemilik toko mengawasi, tidak mencuri. Lalu manusia yang berkata ber Iman, percaya Tuhan mengawasi tetap saja mencuri. Mana pencuri mana perampok?

11

Jika hukum kitab suci masih berani kau langgar, lalu apa beda mu dengan Iblis. Iblis hanya sekali membangkang Tuhan. Kau berulang kali tak terhitung hingga kini. Yang mana musuh Tuhan?

12

Mereka berkata, Iblis tidak mau bertobat maka ia musuh Tuhan. Kami cuma sekedar gemar merobek janji tobat kepada Tuhan saja. Yang masih selalu merobek, apakah dikatakan telah bertobat? 13

Mereka berkata, kami hanya patuh Tuhan, hukum alam ialah hukum Tuhan

14

Baiklah, jika hukum alam ialah hukum Tuhan, patuh hukum alam sama hal nya patuh hukum Tuhan, memuliakan hukum alam sama halnya memuliakan hukum Tuhan. Manusia serta negeri yang berpi jak pada hukum alam, sama halnya berpijak hukum Tuhan

(17)

V. Terimakasih pada Alam

01

Manusia merasa khalifah alam, tapi tiada alam tiada diri nya. Alam kuasa menjadikan atau tidak menjadikan diri nya. Setelah alam men jadikan melahirkan nya, manusia pergi berlalu, tanpa terimakasih pada alam yang menjadikan nya. Itukah khalifah?

02

Manusia melihat karena alam memperlihatkan diri nya, mendengar karena alam memperdengarkan diri nya, menyentuh karena alam rela disentuhnya, berbuat karena alam menyedia ruang waktu nya, menghidup karena alam menghidupkan nya

03

Diri mu ialah alam, alam ialah diri mu yang mengadakan mu. Menja ga alam sama halnya menjaga diri mu sendiri, menghias alam sama dengan menghias diri mu sendiri, bahagia nya alam bahagia mu sendiri, tangisan alam tangismu sendiri, begitupun murka nya alam menjadi kutuk mu sendiri

04

“Tidaklah kami telah mengutus mu hai manusia, melainkan menjadi manusia Rahmatan ‘Alam (al Quran)

05

Terima-kasih atau syukur ialah adab yang ditaati alam beserta

(18)

06

Tumbuhan menerima mineral dari tanah, tumbuhan mengasih akarnya menjaga air, daun sebagai kompos tanah. Kambing terima tanaman, kambing kasih kotoran sebagai pupuk, macan terima kambing, ganti ia beri pengendalian populasi tanaman

07

Manusia menerima semua, kadang mengambil serta merampas nya - mineral tanah, tumbuhan, kambing, macan, buaya, dsb. Lalu seba gai adab Terimakasih apa ganti yang ia berikan untuk mereka? 08

Jika tanah, tanaman, hewan patuh pada adab, lalu manusia hanya mementingkan diri sendiri, pantaskah jika alam menempatkan derajat manusia lebih rendah ketimbang hewan nya?

09

Jika alam saja menempatkan manusia lebih rendah derajatnya ke timbang hewan, lalu bagaimana ia mengkhayal dicinta Tuhan - sang Pemiilik Alam?

10

Alam tiada pernah mendosa Nya. Mendosa ialah ritual mu. Siapa yang lebih mulia di sisi Nya, manusia atau alam?

11

Jika kau tidak pandai ber terimakasih pada alam Ku yang ada di nyatamu, bagaimana kau mampu terima kasih pada Ku yang tiada di nyata mu?

12

Jauhilah manusia yang tak beradab syukur. Kufur lawan dari syukur, manusia yang tidak mematuhi adab syukur kepada alam Nya dise but manusia kufur atau kafir atau rusak merusak alam, maka meru sak diri nya

(19)

VI. Alam ialah Ibu mu

01

Tanpa alam lenyap tau mu lenyap mengada mu, kembali tiada mu. Diri mu diri tiada, keturunan Tiada Nya atau Bani ‘Adam. Sebagai warga alam yang baik, wajib mematuhi adab Terimakasih alam

02

Semua makhluk ber esensi Tiada Nya. Hanya Dia Sang Ada. Dialah Wujud, Wujud ialah Dia, Zat Tuhan – di istilahkan Zat Wajibul Wu

jud artinya “Sang Mutlak Ada”

03

Melalui Tiada Nya, Dia mencipta - Sifat Asma serta Perbuatan”Nya Alam beserta isi nya ialah bekas perbuatan Nya

04

Alam beserta isi nya sejati nya ialah manifestasi Wujud Nya. Lalu Dia tetapkan manusia Rahmatan ‘Alam sebagai khalifah, pemeliha ra serta pemimpin alam Nya. Alam memelihara manusia, manusia memelihara alam

05

Khalifah artinya pengganti, pengganti kedudukan Nya di tengah alam. Alam seisi nya ialah dia – dia ialah alam seisinya. Kepulangan seorang manusia derajat khalifah mengguncang alam yang turut berduka, bagai Ibu ke hilang anak

06

Manusia dilahir sebagai makhluk hina serta lemah, lebih rendah ketimbang derajat alam, tiada kuasa atas diri terlebih luar diri. Maka Tuhan utus Alam Nya, Kuasa Nya menjaga bagai Ibu nya sendiri. Alam ialah Kuasa Tuhan, Kuasa Tuhan ialah alam

(20)

07

Manusia menyandar hidup pada Ibu, selalu dalam peluk Ibu, berhu kum Ibu. Tak satupun eksistensi melainkan dilahir Ibu. Ibu ialah se bab, Ibu ialah sejarah semesta

08

Lalu Tuhan turunkan ajaran melalui rosul nabi serta kitab Nya, agar manusia sadar tatakrama serta bhakti Ibu nya. Maka menjadilah harmonis ditengah alam - “Alam-Manusia-Tuhan”. Itulah Wajah Esa Nya sebagai cermin “Mengenal-Dikenal” Nya

09

Bagaimana disebut Ibu jika tiada anak, bagaimana disebut anak jika tiada Ibu. Ibu telah menghidupkan anak, maka anak wajib menghi dupkan Ibu. Maka muliakan serta hidupkan Ibu mu - Utusan Nya Kuasa Nya – beserta adabnya ialah Terimakasih

10

Manusia yang hidup adab mulia pada alam, alam rela mengaku Ibu nya. Alam selalu melihat mendoakan nya dimana bumi dipijak nya, karena sejati nya seluruh manusia hidup dalam rahim Ibu alam 11

Restu alam, restu Ibu - Kuasa Nya, Utusan Nya – disebut Hablum

minal alam, ialah kunci awal memenangkan restu Tuhan

12

Barangsiapa diaku Ibu, maka sahlah mengaku anak. Tiada Ibu tiada anak, tiada anak maka Ibu berbuat sekehendak nya sebagai Kuasa Tuhan. Berhati-hatilah dengan Ibu berhati-hatilah dengan Alam

(21)

VII. Ilmu rahasia Alam

01

Tuhan ingin dikenal, maka ia tetapkan Zat sebagai Wujud Nya. Wujud Nya dikenal melalui Ilmu Nya. Ilmu ialah Kenal, Kenal ialah Ilmu. Seluruh ciptaan berasal Ilmu Nya, maka mereka mampu me ngenal Nya

02.

Dia mencipta Kehendak Nya didalam Ilmu Nya, menjadikan melalui Kuasa Nya. Kuasa ialah diri Ilmu, manifestasi sebagai alam. Ilmu ialah rahasia alam, alam ialah rahasia Ilmu

03

Manusia tiada mengenal Zat kecuali bersama sifat. Tiada mampu kenal Ilmu kecuali bersama alam. Sifat ialah Kuasa menjadikan, melahirkan, menampakan Zat

04

Wujud Nya ialah Ilmu, alam ialah penampak Nya. Ilmu-Alam tiada pisah. Alam ialah raga Ilmu, Ilmu ialah rahasia alam. Gerak alam ia lah gerak Ilmu Nya hukum alam ialah hukum Ilmu Nya, kitab alam ialah kitab ilmu Nya

05

Jika Ilmu ibarat al Quran, alam ialah kitab Nya, menyatu sebagai Kitab al Quran. Jika ilmu ialah pisang, alam ialah buah nya. Manusia tiada pernah kenal pisang, ia kenal pisang melalui “diri pisang” – menyatu sebagai buah pisang

06

Tak satupun makhluk mampu menentang hukum alam, karena sejatinya ialah Ilmu Nya. Maka semua makhluk tunduk pada hukum alam – rela atau terpaksa

(22)

07

Hukum Tuhan tersembunyi sebagai rahasia alam, di sebut Hukum Alam, sunnatuloh atau Hukum Ibu.

08

Alam ialah Kuasa Nya Utusan Nya, Ibu yang menjadikan semua makhluk. Saat Tuhan murka diutuslah alam menghukum, saat Dia hendak menolong manusia, Dia pun mengutus alam

09

Tuhan ingin manusia takut kepada Nya, tapi Tuhan tiada nyata ditengah alam, manusia tiada takut kecuali pada nyata nya. Maka melalui nyata Kuasa Nya, Alam – makhluk takut kepada Nya. Takut melahir tatakrama, tatakrama melahir takut. Bagaimana manusia takut tanpa tatakrama, tatakrama tanpa takut?

10

Tuhan tidak marah pada manusia yang takut alam, berlindung saat petir pecah membahana, takut binatang buas Nya, nyata mau pun tidak nyata, takut sakit, takut surut rejeki, takut istri nya, dsb. semua ialah Kuasa Nya yang boleh ditakuti

11

Tuhan tidak cemburu pada manusia yang memuji alam, memuji karunia Nya memuji wanita nya, istri nya, dsb. Alam ialah nyata Kuasa Nya ialah Utusan Nya – Ibu mu

12

Tapi Dia murka pada manusia yang memberani Kuasa Nya, merasa kuasa. Itulah musuh Tuhan, tandingan Kuasa Nya. Dia murka pada manusia yang memuji diri nya bukan memuji Kuasa Nya.

13

Maka takutlah pada alam puja pujilah alam Nya Kuasa Nya Utusan Nya, Ibu mu yang telah menjadikan mu sebagai sandaran hidup mu

(23)

14

Ilmu ialah rahasia alam, alam ialah rahasia Ilmu. Dalam kesatuan ialah Asma atau nama Nya. Melalui perbuatan Asma, melahir ragam makhluk, termasuk manusia. Semua eksistensi ialah bekas Perbuatan Nya melalui Asma Nya

15

Maka manusia berupaya Kenal alam. Munculah berbagai ragam rupa Kenal Nya Ilmu Nya, baik ilmu alam atau sains, ilmu manusia serta Ketuhanan

16

Ilmu ialah Kenal Nya – tiada Ilmu jahat ilmu baik. Manusia lah yang mengkhianati amanah ilmu dalam perbuatan merugikan maupun manfaat ditengah alam

17

Tuhan muliakan manusia yang gemar mengupayakan Ilmu Nya Kenal Nya. Semua ahli ilmu, cendikiawan, tanpa terkecuali Ilmu alam-manusia-Ketuhanan ialah ‘Ulama Nya

18

Maka tiada alam selain Alam Nya, tiada ilmu selain Ilmu Nya, tiada Kuasa selain Kuasa Nya, tiada kehendak selain Kehendak Nya, satu tiada pisah, manifestasi Wujud Nya

19

Sejati nya rosul nabi diutus untuk menyampaikan ajaran tatakrama cinta Tuhan-manusia-alam. Maka sejatinya agama ialah ajaran Cin ta Nya, kitab suci ialah Kitab Cinta Nya, hanya manusia cinta yang mampu bercinta. Pemimpin ialah mereka yang pandai bercinta dalam tatakrama cinta “Pemimpin-Rakyat”

20

Tuhan tidak pernah menyuruh hamba Nya, melainkan untuk bercin ta. Maka bercinta lah sebagaimana Sang Maha Cinta telah bercinta (Pustaka Harjuna)

(24)

VIII. Alam semesta Kitab Nya

01

Gerak alam ialah gerak ilmu, gerak ilmu ialah perbuatan Nya ingin dikenal

02

Ilmu ialah Kenal Nya. Gerak alam ialah isyarat Nya pada manusia ada nya Dia yang ingin dikenal ciptaan Nya. Gerak alam sebagai pe tunjuk, bagi yang ditunjukan

03

Alam ialah isyarat, tanda, ayat - yang membisik Ada Nya Zat. Ayat membentuk surat, membentuk juz, membentuk kitab. Alam ialah kitab semesta Ilmu Nya, beserta kandungan hukum Kuasa Nya 04

Menganggap alam mati, hanya manusia yang hidup ialah sesat. Manusia bersandar hidup pada alam, bagaimana yang mati bisa menghidupkan?

05

Yang mati bersandar pada yang menghidupkan. Manusia sebagai mati, Kuasa Nya, alam Nya yang menghidupkan. Barangsiapa mampu memberi hidup, ia mampu memberi mati

06

Kenali Kehendak Zat Nya melalui Kitab Nya. Baik kitab yang dibawa para rosul nabi, ataupun kitab alam ialah Ibu mu sendiri

07

Tapi bagaimana mengenal alam, jika alam tiada mau dikenal mu. Mengenal ialah dikenal, menangkan dikenal alam maka kau menge nal nya. Saatnya dikenal Ibu mu. Selamanya Ibu tetap membela anak nya, di dunia maupun saat kepulangan mu

(25)

IX. Gelap melahirkan Terang

01

Ilmu-Alam, bagai satu koin mendua sisi wajah. Maka pada asas semisal, Tuhan tetapkan hukum Nya di alam Kejadian

02

Sisi gelap bermusuh sisi terang, sisi terang bermusuh sisi gelap. Mu suh yang saling membutuhkan membenarkan. Saat gelap-terang terpisah, semua tiada

03

Manusia tiada mampu paham “sendiri” - sendiri gelap maupun sendiri terang. Sendiri lahir ditengah bersama, maka “sendiri” bisa dipahami dalam “bersama”. Barangsiapa ingin menjadi cahaya, carilah gelap yang mau membenarkan mu. Maka cintailah musuh mu

04

Sadar gelap mengenal terang, sadar terang mengenal gelap. Yang sadar gelap mampu menuju terang, yang tiada sadar gelap selama nya tetap tiada

05

Seluruh ciptaan ber esensi Tiada Nya. Gelap ialah awal ialah akhir. Awal Tiada menuju Tiada. Gelap ialah Ibu yang melahirkan terang. Terang rahasia gelap, kemudahan sembunyi dalam kesulitan. Mereka yang menjauhi sulit, selamanya tak bertemu mudah 06

Saat Tuhan ingin memberi mu kemudahan, Dia kirim kesulitan. Dia tidak pernah melanggar Ketetapan Nya. Mereka yang ingin men emukan mudah di “mudah” itu sendiri, keluar dari kodrat hukum Nya

(26)

07

Gelap ialah terang ialah gelap ialah satu. Manusia hidup dalam asas satu. Satu ialah bersama ialah Kesatuan.

08

Hanya Dia sejati Satu, Satu sejati - esensi Kesatuan sebagai pedoman hidup makhluk. Barangsiapa menginginkan “sendiri” maka telah merampas Hak Tuhan

09

Jika Tuhan menghendaki mu terang, Dia menyadarkan gelap mu. Mereka yang tiada dikehendak Terang Nya, selamanya tiada kenal gelap diri nya

10

Manusia yang ingin terang tanpa menerima gelap, ia tidak akan pernah menjadi terang. Rangkul gelap sebagai kaum nya, mesra terang ditengah gelap, itulah hukum Kesatuan Nya

11

Maka gelap-terang saling menyaksikan disaksikan, mengenali dike nali, mengakui diakui, menghendaki dikehendaki, melayani dilayani, mewujudkan-diwujudkan

12

Gelap ialah Kuasa Nya Utusan Nya Alam Nya, Ibu mu. Jangan per nah melupa sejarah. Pandu Ibumu hingga kedepan pintu gerbang kemerdekaan yang berdaulat, adil serta makmur

13

Satu ialah rukun, rukun ialah satu. Saat nya bersama mewujudkan satu rukun-rukun satu. Rukun ialah hidup, hidup ialah rukun. Terpis ah ialah mati, mati ialah terpisah. Jika kau menginginkan semua manusia hanya menjadi mu, maka kau akan kehilangan diri mu

(27)

X. Tentang Zat Nya

01

Zat memanifestasi 3 (tiga) ialah Alam Atas dimensi Ketuhanan. Al am Bawah dimensi inti Ciptaan, Alam Tengah diantara kedua nya ialah wahana kejadian kelahiran seluruh makhluk

02

Jika Alam Tengah di analogi lingkaran berlapis, berturut-turut ada lah lingkar (a) Ketuhanan (b) malaikat (c) manusia.

03

Lingkar manusia berpijak pada alam ialah diri malaikat Nya. Ling kar malaikat berpijak pada Ketuhanan, rahasia alam Tengah 04

Malaikat asal kata malak, atau kuasa – ialah makhluk Kuasa Tuhan. manusia ialah Kehendak Nya, Dia sebagai esensi, Ilmu Nya. Maka tiada pisah “Ilmu Kehendak Kuasa” Nya sebagai alam Tengah 05

Alam Atas manifestasi Zat Nya, Alam Bawah manifestasi Sifat Nya Ilmu Kehendak Kuasa ialah Asma Nya, alam Tengah

06

Malaikat makhluk Cahaya Nya, tiada berhukum ruang waktu, tiada mati (immortal, devine) seperti penghuni alam selain nya. Mereka memanifestasi diri sebagai alam yang menjadikan, melahirkan, me melihara kehidupan alam serta penghuni nya

(28)

07

Malaikat selalu patuh Tuhan, sebagai Kuasa Terang serta Gelap Nya, Kuasa Benar serta Salah Nya. Tiada ciptaan berani membang kang Tuhan. Hanya Tuhan yang berani membangkang Diri Nya 08

Malaikat telah bersumpah, demi menjaga Kuasa Nya, akan mengge lincirkan (ablasa, iblis) seluruh keturunan Adam yang ingin menjadi tandingan Kuasa Nya. Lalu manusia terbit rasa ingin kuasa, maka ia tergelincir. Manusia menggelincirkan diri nya sendiri

09

Manusia yang tiada rasa kuasa, selamat tiada tergelincir tiada Iblis. Malaikat memuji mereka sebagai Hamba Nya, manusia Rahmatan ‘Alam, khalifah Nya manifestasi Diri Nya

10

Manusia yang memusyrikan Kuasa Nya, ingin berkuasa, merasa kuasa, haus kuasa ialah musuh Tuhan, dibenci para malaikat Nya. Disebut manusia tergelncir, manusia Iblis. Manusia dilarang meng iblis, hanya Iblis yang boleh meng Iblis

11

Tuhan telah mendahului, melayani ciptaan Nya melalui Kuasa Nya. Agar seluruh ciptaan Nya, khusus nya manusia, fokus pada tugas tanggung jawab mewujudkan Kehendak Nya “Dikenal”. Maka setiap mereka menampilkan salah satu sisi wajah Nya

12

Hanya manusia yang telah ikrar dihadapan Nya, siap menampilkan seluruh sisi wajah Nya. Makhluk lain menghindar amanat itu, khawa. tir tiada mampu menunaikannya. Betapa beratnya menjadi manusia 13

Maka Tuhan tetapkan manusia-malaikat Nya saling mengenal, melayani, mewujudkan Kehendak Nya. Maka tiada lagi alasan bagi manusia yang sampai ajal belum juga mengenal Diri Nya

(29)

XI. Alam Atas

01

Dimulai dari Alam Tengah dimana seluruh eksistensi bersiklus Abadi menjadi, ada awal tiada akhir. Alam Atas tiada awal tiada akhir, kedudukan Zat Nya – disebut juga alam Azali. Jika Alam Atas ialah Ada Nya, maka Alam Bawah ialah Tiada Nya disebut juga alam Ma’dum sebagai esensi diri bagi seluruh ciptaan Nya 02

Di alam Tengah, makhluk termasuk manusia mengada bersama al am. Tiada alam tiada mengada. Manusia hanya tau yang mengada, diluar mengada maka tiada

04

Semua sebutan mengacu pada yang mengada. Manusia tiada paham tiada nya, sedangkan Zat ialah tiada nya tiada manusia. Ba aimana Zat bisa disebut? Jika Zat Nya saja tiada sebutan, terlebih Tuhan?

05

Manusia Kenal Diri menjauh bicarakan Zat Nya terlebih Tuhan. Manusia Lancang Diri menjatuhkan Tuhan sebagai makhluk, ka cung yang disuruh mengawasi kekasih nya yang jauh dirantau, menyampaikan salam sayang, menjadi satpam tidur, menjaga kios, dsb.

06

Alam Atas beserta Zat Nya sangat tabu dibicarakan. Lalu Tuhan? sudahlah, saatnya sucikan Tuhan. Saat Tuhan tersentuh sebutan ia telah menjatuhkan Tuhan sebagai makhluk

07

Semua ciptaan bersandar hanya pada Zat Nya - Wujud Nya, melalui Asma Nya yang tergelar sebagai Alam Tengah Nya

(30)

XII. Alam Bawah

01

Alam Atas serta Alam Bawah, bagai koin mendua wajah. Alam Bawah ialah musuh Ku yang nyata, sekedar mengingatkan kedua sisi ber oposisi sekaligus saling membenarkan

02

Alam Atas ialah Wujud atau Ada Nya. Alam Bawah ialah Tiada Nya. melahirkan Alam Tengah ialah “Ada-Tiada” Nya, disebut alam mung kin

03

Tauhid ialah Kesatuan. Tiada sisi kanan kiri melainkan koin itu sendi ri. Manusia ditugas Nya mengenal Nya, tidak sisi kanan sisi kiri, me lainkan wajah sempurna Nya

04

Esensi makhluk ialah Tiada Nya. Manusia mengada sebagai keturu nan Adam, namun ia harus hijrah dari menuju kemanusiaan Nya yang terang terpuji sebagai pemimpin alam

05

Di Alam Tengah, semua yang menjadi, melahir bersama diri Gelap Nya. Tanpa restu Gelap Nya tiada menjadi tiada melahir. Gelap Nya ialah Kuasa Nya yang menjadikan melahirkan. Tuhan patuh pada ketetapan Nya. Maka Alam Tengah disebut juga alam kejadian serta kelahiran. Sadari Tiada mu. Dalam sadar Tiada mu kau temukan Ada mu

(31)

06

Alam Bawah ialah Gelap Nya, Alam Atas berkodrat Terang Nya. Alam Tengah, menolak hukum kesendirian apalagi ketunggalan, melainkan kesatuan. Gelap mengada bersama Terang, Terang me ngada bersama Gelap, dalam rukun satu – satu rukun

07

Alam Tengah berhukum tengahan, kesatuan “Zat–Sifat” ialah Asma. Di alam Tengah, Zat ialah Ilmu, Sifat ialah Kuasa, Asma ialah Kehen dak Nya

08

Ilmu ingin dikenal, tapi bagaimana dikenal tanpa menjadi melahir. Di alam Tengah, “mengenal ialah dikenal”, mengakui ialah diakui, memuji ialah dipuji, mencinta ialah dicinta, membutuhkan ialah dibutuhkan, melayani ialah dilayani, mewujudkan ialah diwujudkan, dsb. Alam Tengah menolak pengakuan dari sendiri

09

Maka Ilmu membuka kehendak. Kehendak membuka Kuasa. Menyatu ‘Ilmu-Kehendak-Kuasa’ tiada pisah ialah Asma Nya, seba gai syarat Perbuatan melahir

10

Begitulah Tatakrama Perbuatan di alam Kejadian. Mereka yang berbuat keluar Tata Krama akan hancur atau kafir. Manusia kafir ialah manusia yang berbuat tanpa melalui Tata Krama Perbuatan yaitu “Ilmu-Kehendak-Kuasa”

11

Tuhan telah menetapkan, kuasa bukan pada yang menghendaki tetapi pada yang di kehendaki. Barangsiapa menghendaki, ia dikuasai. Jika tidak ingin dikuasai, jangan pernah menghendaki. Kehendak ialah benih semua penderitaan. Manusia menghendaki alam, maka manusia dikuasai alam.

(32)

XIII. Alam Tengah

01

Alam Tengah tidak terang-tidak gelap, tidak atas-tidak bawah, meno lak ada tiada, menolak kepastian ya maupun tidak, melainkan tengahan. Tiada kepastian bentuk serta nilai

02

Sebagai alam Mungkin, yang buruk tidaklah pasti, begitupun yang baik. Tuhan memberi kesempatan semua makhluk tiada putus asa rahmat Nya tiada pula lengah

03

Di alam Tengah, semua bergerak berbuat pada siklus “mencipta-menjadi-melahir”. Maka alam tengah ialah alam Kejadian alam kela hiran. Di alam Tengah, mencipta bukan dari yang tiada, tapi dari yang telah sedia

04

Ilmu - Alam tiada pisah sebagai wahana kehendak. Ilmu Kuasa Ke hendak – ialah Asma ialah “rancang” perbuatan. Asma melahir sebagai perbuatan, perbuatan melahirkan Asma

05

Alam Tengah, alam Abadi – siklus penciptaan, kejadian, kelahiran terus menerus melalui perbuatan. Di alam Tengah, semua berupaya mencipta menjadi melahir menuju derajat yang lebih mewujudkan Kehendak Nya Dikenal

06

Mengeliling sisi atas alam Kejadian ialah malaikat Terang, di sisi bawah ialah malaikat Gelap. Terang mewakili Alam Atas ibarat langit, Gelap mewakili alam Bawah, ibarat bumi. Malaikat ialah manifestasi Kuasa Tuhan yang tiada pisah Ilmu, alam semesta ialah manifestasi diri para malaikat

(33)

07

Malaikat yang menampakan Zat. Zat-Sifat Nya tiada pisah sebagai wahana Asma Nya. Gelaran alam semesta seisi nya manifestasi Asma Nya

08

Para malaikat ialah sebab bagi mengada alam semesta serta isi nya, sebagai Ibu - Bapak Kosmos Jika anda suka boleh disebut Ibu Bumi - Bapak Langit

09

Maka penghuni alam ber terimakasih serta memuji Ibu Bapak mereka, ialah para malaikat. Malaikat berterimakasih serta memuji Asma mereka. Asma memuji hakikat Asma ialah Tuhan yang Esa 10

Syukur serta Puji ialah sejati nya Ibadah, baik dalam tatar jasad, qolbu, ruh serta Nur. Yang memuji ialah yang dipuji. Bagaimana memuji tanpa hidup pujian itu bersama nya

11

Seluruh ciptaan Nya termasuk manusia tiada mampu memuji Tuhan. Ia memuji Asma Nya – Ilmu Kehendak Kuasa Nya – melalui para malaikat menuju Asma menuju Zat Nya

12

Puja puji manusia yang tiada restu malaikat terputus Asma Nya terputus Zat Nya. Alam Kejadian menolak kelangsungan, semua harus mengantara atau Tata Krama

13

Tanpa ber Tata Krama yang menjadi ketetapan adab Kuasa Nya, bagaimana manusia lantas diaku sebagai warga alam yang baik

(34)

14

Alam ialah Kuasa Nya. Buruk tatakrama kepada alam sama halnya buruk Tatakrama pada Kuasa Nya. Buruk tatakrama pada Kuasa Nya sama halnya buruk tatakrama pada Ilmu Nya, buruk tatakrama pada Ilmu Nya maka buruk tatakrama pada Wujud Nya, buruk tatakrama pada Wujud Nya sama saja buruk tatakrama pada diri nya sendiri, yang mengimbas pada kehidupan berikutnya

15

Manusia dilahirkan dalam derajat terendah alam. Melalui Tatakrama ia berupaya menangkan restu alam. Dari restu terendah menuju yang lebih tinggi

16

Dari restu alam menuju restu manusia, menuju restu Ketuhanan. “Hablum minal alam - Hablum minan Nas - Hablum Minaloh” tiada pisah. Itulah syarat menjadi manusia. Ajaran agama diturunkan hanya untuk manusia

17

Beragama belum tentu ber manusia. Jadilah manusia, maka kau ber-agama (Pustaka Harjuna)

(35)

XIV. Iman ialah Amanah

01

Iman ialah amanah, amanat (trust, contract), bukan percaya – sebagaimana biasa dipahami. Memahami kata Iman sebagai “percaya”, awal rapuh nya ber-agama

02

Tuhan mematuhi sabda Nya. Dia jadikan akal, lalu perintahkan manusia berfikir dalam beragama. Bagaimana Tuhan mendadak otoriter meminta manusia melanggar sabda Nya

03

Tuhan jika mau, tentu bisa seenak Nya, tapi Dia ialah sejati nya rosul nabi, Dia sendiri sebagai model bagi ciptaan Nya. Jika Dia see nak Nya maka tiada lagi panutan, tiada aturan. Manusia selalu was-was menunggu update info ajaran Nya, subscribed, dsb.

04

Falsafah Sasahidan meyakini, Kehendak Tuhan yang di syiar me lalui rosul nabi Nya yaitu “Ingin Dikenal” ciptaan Nya, melalui Asma Nya yang menggelar sebagai alam semesta seisi nya. Asma ialah manifestasi Wajah Nya

05

Dan tiada jalan mengenal Wajah Sempurna Nya kecuali melalui restu yang 3 (tiga) yaitu hablum minal alam – hablum minan nas menuju hablum minalloh, ialah amanah ialah Iman

06

Semua ciptaan Nya termasuk manusia, ber merk atau tanpa merk sekalipun, harus mewujudkan Kehendak Nya

(36)

07

Tiada merk tertentu yang menjamin menangkan Kehendak Nya. Sebaliknya tidak pula menolak kemungkinan, yang belum ber merk pun bisa memenangkan Nya

08

Dia ingin dikenal melalui Asma Nya melalui perbuatan terang mu, itulah Amanah Nya. Amanah Nya ialah Iman, Iman ialah Amanah Nya

08

Bagaimana mewujudkan Asma Nya jika yang kau wujudkan Asma mu kepentingan mu diri mu? Dia tiada menerima kemusyrikan ‘Hanya Asma Ku, bukan Asma mu. Hanya Ilmu Ku Kuasa Ku Kehendak Ku” Perbuatan Ku, seolah Dia berkata

09

Sebagai Asma Ku kau mengenal Ku. Asma Ku mengenal Wujud Ku. Tiada Asma selain Asma Ku, tiada Wujud selain Wujud ku, tiada Tuhan selain Aku

10

Tuhan hanya meminta mu wujudkan Kehendak Nya, Dia tidak akan pernah bertanya pada mu cara nya. Saatnya ber Iman, ber Asma Nya (Pustaka Harjuna)

(37)

XV. Pelaksanaan Amanah

01

Manusia diperintah Ibadah Tuhan. Arti Ibadah ialah melayani, yaitu mewujudkan Kehendak Nya, Asma Nya. Sah nya melayani, ada yang dilayani. Sah memuji ada yang dipuji

02

Jika ibadah Tuhan yaitu memuji, menyembah Nya. Zat Nya saja tiada dalam tiada manusia, apalagi Tuhan itu sendiri. Lalu bagaima na memuji menyembah tiada nya tiada?

03

Seluruh ciptaan Nya tiada memuji menyembah melainkan Asma Nya Wajah Nya Amanah Nya. Ibadah melahir ditengah amanah, amanah melahir ditengah ibadah

04

Maka wujudkan Asma Nya - Ilmu Kehendak Kuasa Nya tiada pisah – Wajah Nya, sahlah perbuatan ibadah mu

05

Menangkan restu “Ibu mu Ibu mu Ibu mu Bapak mu” yaitu hablum minal alam-hablum minan nas-hablum minalloh, maka mewujud lah Wajah Nya

06

Yang pertama ialah Ibu yang menjadikan jasad mu yaitu Ibu kan dung mu serta alam sekitar mu ialah Tanah Air. Cinta Tanah Air se bagian dari amanah Nya, muliakan dengan perbuatan terang mu 07

Yang kedua ialah Ibu yang mengadakan rasa mu, yaitu qolbu. Maka muliakan Ibu mu tidak saja pada perbuatan jasad, melainkan juga pada perbuatan hati, maka muliakan Ibu mu dengan hati terang mu

(38)

08

Yang ketiga ialah Ibu esensi jiwa manusia ialah ruh mu, keberada an para malaikat Nya. Muliakan Ibu ruh mu dengan sadar tiada Ilmu Kehendak Kuasa mu kecuali Asma Nya

09

Bapak mu ialah Asma Nya, ialah sejati diri mu sendiri – diri Cahaya Nya yang disandarkan sebagai khalifah Nya, pusat alam Tengah. 10

Tuhan? Sudahlah tidak usah membicarakan Tuhan, bahkan zat Nya saja tiada tersentuh alam. Zat Nya ialah tiada nya alam mu, apalagi Tuhan

11

Puja puji lah Wajah Tuhan mu dalam kadar Kehendak Nya yang telah bersama mu, itulah Asma Nya. Tiada Wajah selain Wajah Nya, tiadakan wajah mu agar terbit hanya Wajah Nya.

“Carilah Aku – dan jika kau telah temukan Aku maka Aku hancurkan kamu, biarlah Aku sendiri yang menyembah Nya” (Pustaka Harjuna) 12

Biarlah Wajah Ku yang memuji Ku, Aku memuji Wajah Ku. Wajjahtu wajhiya

(39)

XVI. Membaca Wajah Nya

01

Sejatinya tiada wujud kecuali Zat Nya sebagai sandaran ‘mengada’ seluruh ciptaan Nya menuju mengenal-dikenal Nya melalui Asma Nya ialah “Ilmu-Kehendak-Kuasa” Nya, melahir melalui Perbuatan Terang Nya ditengah Gelap Nya

02

Maka sebagaimana Dia telah mencontohkan ciptaan Nya, seluruh makhluk harus berbuat seperti Nya, khususnya manusia

03

Perbuatan terang ialah yang menghasil manfaat nyata – nyata manfaat tiada pisah, karena nyata belum tentu manfaat, manfaat belum tentu nyata. Alam sebagai Gelap hanya menerima perbuatan Nya, ialah yang menghasil manfaat nyata, nyata manfaat, itulah per butan terang Nya

04

Sejati nya alam ialah Kitab Nya, manusia ialah rosul nabi Nya yang mensyiarkan Hukum Nya. Bagaimana disebut nabi tanpa kitab, bagaimana ber kitab tanpa mampu membaca nya. Membaca ialah dibaca, yang membaca ialah yang dibaca, yang dibaca ialah yang membaca

05

Kitab gelap tulisan putih, huruf putih bacaan cahaya. Gelap raga nya terang rahasia nya. Yang gelap membaca gelap, manusia terang membaca rahasia nya

06

Terang rahasia gelap, masuklah kedalam baru kau bersama terang berpetunjuk. Diluar sesat didalam selamat. Selamat ialah diselamat kan. Yang menyelamatkan ialah yang diselamatkan

(40)

07

Manusia terang tidak sekedar melihat tanda, ia membaca makna. Melalui kitab Nya yang tergelar sebagai alam, baik alam diri luar diri – berhadir Rahasia tanda, Terang Nya, Bacaan Nya, Asma Nya, Wajah Nya, Petunjuk Nya. Melihat bukan berarti membaca, memba ca sudah pasti melihat

08

Tak satupun mampu membaca alam. Biarlah Bacaan itu yang mem baca diri Nya sendiri. Kau mendengar serta melaksanakan petunjuk Nya

13

Ilmu ialah Zat, Zat ialah Ilmu yang ingin dikenal melalui Asma Nya Wajah Nya : (a) Jalal, Wajah Keperkasaan (b) Jamal, Wajah Keindahan (c) Kamal, wajah Sempurna Nya – tiada pisah ialah Wujud Nya yang Esa

14

Wajah Jalal ditampilkan malaikat atas, wajah Jamal pada malaikat bawah, wajah Kamal menjadi tanggung jawab manusia mewujud kan Nya ialah manusia Rahmatan ‘Alam, khalifah Nya, master of the universe, syekh robbul ‘alamiin

15

Manusia yang hingga ajal belum tunaikan Kehendak Nya – Dikenal, akan berhadang (a) Hukum para malaikat atau Ibu Bumi Bapak langit yang menjadikan melahirkan serta memelihara manusia (b) Hukum sang Zat, yang manusia telah berikrar siap wujudkan Wujud Esa Nya

16

Dalam diri manusia, malaikat mengawas mencatat serta mensah kan perbuatan terang serta gelap manusia. Mereka ialah hakim Nya, yang memutuskan baik buruk manusia selama di dunia

(41)

17

Disaat ajal manusia, Tuhan akan bertanya pada alam, “Hai alam, Kuasa Ku ! relakah kalian dengan ruh ini? Jika alam merestui, ia selamat. Restu Kuasa Nya membawa restu Ilmu Nya ialah restu Ke hendak Nya

18

Alam Tengah berhukum Cinta – maka semua wajib bercinta. “Aku bercinta maka Aku ada”

19

Bagaimana melahir tanpa menikah, bagaimana menikah tanpa bercinta, bagaimana bercinta tanpa mengenal, bagaimana menge nal tanpa ada yang mau dikenal mu

20

Maka demikianlah Alam Tengah, alam antara Atas-Bawah, antara Ibu-Bapak, antara Tuhan-alam. Maka sudah menjadi ketetapan, bangsa ku bangsa Cinta bangsa Tengahan, bangsa antara, beralam Nusa Antara, Nusantara tercinta

21

Tiada falsafah bagi bangsa ku melainkan falsafah Tengah, Falsafah Cinta. Dari cinta oleh cinta untuk cinta sebagai cinta. Saatnya bercin ta di “Tengah alam – di alam Tengah”, mewujudkan Wajah Sang Maha Cinta

(42)

XVII. Asma sebagai Tengahan

01

Sejatinya Asma ialah manifestasi Zat di alam Tengah sebagai Ilmu-Kehendak-Kuasa Nya tiada pisah

02

Alam Tengah tiada menerima ke diam an – semua harus berbuat melahir. Alam Tengah menolak kesendirian apalagi ketunggalan, semua ber asas kerukunan, satu rukun-rukun satu sebagai manung gal atau kesatuan

03

Asas Kesatuan sebagai satu-satunya asas yang niscaya di Alam Tengah, ialah alam Antara

04

Semua perbuatan yang tiada mewujudkan Asma Nya Wajah Nya ialah perbuatan gelap serta menggelapkan, menjauh dari dikenali-mengenali Wajah Nya, Kehendak Nya

05

Asma ialah menjadi walau belum melahir. Tiada baik maupun buruk, tiada tanggung jawab. Saat Asma melahir, ia bertanggung jawab kepada alam sebagai Kuasa kelahiran nya

05

Alam Tengah disebut juga alam Kejadian serta Kelahiran. Di alam Tengah, Asma memiliki penyangga perbuatan ialah (a) sama, atau kuasa mendengar (b) bashar, kuasa melihat

06

Melihat ialah kuasa persepsi bentuk, mendengar ialah kuasa persepsi makna. Bentuk-makna, ibarat raga serta jiwa, jasad serta nyawa, tersurat-tersirat, dsb. tiada pisah

(43)

07

Melalui sama’ – bashar terjadilah saling mengenal-dikenal, menyak sikan-disaksikan, mengakui-diakui, membutuhkan-dibutuhkan, me layani-dilayani menuju kelahiran yaitu mewujudkan-diwujudkan 08

Mendengar ialah didengar, melihat ialah dilihat. Maka kuasa mende ngar, melihat sejatinya tiada bagi manusia, sampai Alam memben narkan nya

09

Maka tiada kuasa perbuatan melainkan oleh alam, dari alam, untuk alam

10

Manusia yang berbuat untuk diri nya akan dilenyap alam. Manusia yang berbuat untuk kepentingan alam, akan diwujudkan alam. Alam melihatnya sebagai manusia berwajah Asma Nya, itulah manusia. Mereka yang berbuat selalu untuk wujudkan kepentingan diri nya, berwajah hewan ditengah alam

11

Kau menghendaki Ku, Aku dikehendaki mu. Kau dikehendaki Ku. Aku menghendaki mu, begitu kata alam.

12

Makin terang perbuatan manusia untuk alam, alam makin menam bah amanah Kuasa Nya beserta nya agar makin mewujudlah alam, maka makin me ‘manusia’ lah ia

13

Negeri yang penduduknya memuliakan-dimuliakan alam, maka alam akan memudahkan diri nya bagi kemanfaatan manusia, menjadi negeri yang gemah ripah loh jinawi kembali, bahkan alam - akhirnya mengakui kedaulatan penduduknya sebagai manusia khalifah Nya

(44)

14

Seolah kata alam, mulai saat ini, Kuasa Ku ialah kuasa mu, perbua tan mu perbuatan Ku, kehendak mu Kehendak Ku, ucapan mu Ucap an Ku, pendengaran mu Pendengaran Ku, penglihatan mu Pengliha tan Ku, dst.

.15

Amanah Kuasa alam kepada manusia bagai rahasia cinta wanita. Satu persatu rahasia terlepas di amanatkan pada sang pemimpin, sampai akhirnya tiadalah melainkan hanya sang pemimpin. Kau adalah aku, aku adalah kau – Kita adalah Satu

16

Maka sudah saat nya bangsa ku sadar diri sebagai bangsa yang mewakili Alam Tengah, berperilaku Tengah, ber falsafah Tengah yang menjadi sandar suri tauladan bagi bangsa lain nya

17

Bangsa yang memuliakan alam-dimuliakan alam. Memenangkan restu alam ialah Kuasa Nya, manusia ialah Kehendak Nya, serta Tuhan ialah Ilmu Nya, tiada pisah sebagai Asma Nya – hablum minal alam, hablum minan nas, hablum minaloh

18

Tengah ialah bijak, bijak ialah Tengah. Tengah ialah Hikmah, Hikmah ialah Tengah. Tengah ialah musyawarah mufakat, musya warah mufakat ialah Tengah, Tengah ialah rahasia, rahasia ialah Tengah, Tengah ialah Dia, Dia ialah Tengah

19

Salam Tulus penuh cinta untuk bangsa ku negeri ku semua nya

(45)

XVIII. Perbuatan ialah Tulisan

01

Alam Kelahiran ialah alam gerak serta perbuatan, maka semua wajib bergerak berbuat. Alam bergerak, manusia berbuat ditengah gerak alam

02

Tanpa kenal gerak alam, manusia tiada berbuat. Makin ia mengenal alam makin dimudahkan ia berbuat. Makin menjauh kenal alam, makin disesatkan ia berbuat. Bersama manusia kinasih nya, alam memudahkan diri nya

03

Maka mengenal-dikenal alam melalui perbuatan terang Nya, mengu payakan restu alam ialah niscaya bagi wujudnya hubungan cinta manusia-alam-Tuhan. Zat Nya ialah “sang Maha Cinta” itu sendiri. Maka mereka yang bercinta alam, ialah bercinta Zat Nya

04

Gerak serta perbuatan alam-manusia, ialah bersama mewujudkan Kehendak Nya. Maka alam-manusia saling membantu, melayani Kehendak Nya dikenal

05

Alam melayani manusia, manusia melayani alam. Alam menjadikan manusia, manusia menjadikan alam. Dari Ibu oleh Ibu untuk Ibu – itulah perbuatan ber martabat kemanusiaan, sejatinya beragama 06

Ibu berkodrat gelap. manusia harus menjadikan Ibu nya dengan terang Nya. Maka ditengah menjadi Ibu, menjadi pula dirinya. Tiada Ibu tiada anak, mengada Ibu mengada anak

(46)

07

Gerak serta perbuatan alam-manusia, berpijak pada kuasa Sifat Nya yang 7 (tujuh) yaitu : (a) Ilmu (b) Kuasa (c) Kehendak (d) mendengar (e) Melihat (f) Kalam, ialah sabda (g) Hayat, hidup 08

Saat Asma melahir sebagai perbuatan, sejati nya Asma bagaikan pena yang bersabda, menulis diri nya di atas gelaran lembar alam, melahir sabda ‘Kun-Fayakun” Nya dalam perbuatan

09

Kalam ialah perbuatan menulis Wajah Kamal Nya pada lembar kitab alam Nya. Kitab yang nanti dipertontonkan malaikat serta Tuhan dihadapan mu. Bacalah kitab mu, seolah mereka berkata

10

Bersama cahaya kitab mu - sebagai petunjuk terang perjalanan ruh saat ajal mu – kau diselamatkan perbuatan terang mu sendiri. Kitab yang ditulis gelapmu menggelapkan kepulangan mu. Manusia ber kitab gelap tiada mampu pulang kepada Nya

11

Tiada satupun merk yang menjamin selamat pulang mu tiba di sisi Nya. Yang menjamin bukan merk Nya, tetapi Cahaya Nya dalam perbuatan terang mu

12

Alam mu, ialah kitab mu Ibu mu - Kuasa Nya Utusan Nya Hakim Nya yang mengawas mencatat memutuskan mu memenangkan keselamatan mu bersama ‘Selamat’ Nya

13

Maka tulislah selalu perbuatan yang mulia, terang untuk Ibu mu, saat wujud Ibu mu, selama nya Ibu tiada pernah melupa anak nya bahkan Ia rela mati demi selamat anak nya, diri mu. Selama nya tiada yang mampu mengalahkan Kuasa Nya

(47)

XIX. Menemukan Diri

01

Perbuatan ialah manifestasi Asma – “Ilmu, Kehendak, Kuasa” - tia da pisah di alam Kelahiran

02

Tercerai, maka semua tiada. Saat Adam terpisah Hawa, keduanya tiada. Satu mengada ditengah dua, mengada dua ditengah satu. A dam menerbitkan Hawa – Hawa menerbitkan Adam, terang mener bitkan gelap, gelap menerbitkan terang, lingga menerbitkan yoni, yoni menerbitkan lingga, zat menerbitkan sifat, sifat menerbitkan zat, Yin menerbitkan Yang, Yang menerbitkan Yin, dst.

03

Adam ingin menemukan Hawa, mencari namun tiada menemu nya, nyaris putus asa, tiba-tiba Hawa dihadapan nya.

04

Jangan pernah ingin menemukan. Yang mencari tiada menemukan Yang dicari, dia lah yang menemukan. Menemukan ialah ditemukan mencari ialah dicari

05

Hawa berdiri berhadap Adam. tiada bicara, hanya mengisyarat, diri nya yang dicari, serta Adam yang ia kehendaki

06

Adam berupaya memaham isyarat Hawa, nyaris putus asa lalu isyarat menjelas. Maka Adam-Hawa kini telah disatukan. Saling mengenali-dikenali. Jelaslah benang putih-hitam, satu ialah bersa ma, bersama ialah satu sebagai kesatuan

07

Adam telah menemukan “yang ditemukan” ialah Hawa. “Yang dite mukan” ialah “yang menemukan” ialah Adam. Adam ialah Hawa, Hawa ialah Adam. Adam memakai Hawa, Hawa memakai Adam

(48)

08

Selama ini Adam tidak menemukan yang dicari karena ia menuju kesana, ternyata disana ialah rahasia disini, selama belum sadar disini maka tidak menampak disana. Saat sadar disini, menampak yang disana.

09

Disini tiada diri, disana ialah sejati diri. Disana lah kau berdiri, sebagai manusia pemimpin yang mampu memandu alam mu, memandu Ibu mu. Bagaimana berdiri memandu Ibu, tanpa menga kui-diakui Ibu mu?

10

Adam telah menemukan diri nya bersama Hawa, Hawa telah menemukan diri nya bersama Adam. Mereka takut kehilangan, lalu menyatu – maka terpisahlah mereka

11

Kenali wanita mu, wanita mu ialah alam mu, wanita mu ialah dirimu. Dalam pisah menerbit satu – dalam satu menerbit pisah

12

Dunia serta penghuni nya hanya memainkan sandiwara Tuhan – Dia aktor, panggung serta lakon. Semua dimainkan dalam Ketung galan Zat Nya

13

Jika ingin disertakan dalam sandiwara Nya, tiadakan peran mu. Dalam tiada peran mu, mengada lah peran Nya. Maka kau bersama Nya sebagai Tiada Peran Nya

14

Saat kau mati Aku lah yang hidup sehingga menghidupkan mu. Jika kau hidup bagaimana Aku menghidupkan mu. Belajar mati disaat hidup, agar tetap hidup disaat mati

(49)

XX. Jembatan Tuhan

01

Betapa tidak mudahnya menjadi manusia yang diaku Alam sebagai manusia, diaku Ibu sebagai anak nya, tanpa melalui restu nya - hablum minal alam

02

Dimata alam, bersama restu nya, sah diri nya sebagai manusia. Bu kan seperti penghuni alam lain nya

03

Tiadalah Dia mengutus mu kecuali sebagai Rahmat bagi seluruh - alam Nya, yaitu : (a) alam Natura (b) alam Manusia (c) alam Ketu hanan dalam kesatuan tiada pisah

04

Saat Tuhan hendak menolong mu, maka melalui Utusan Nya ialah alam natura serta alam manusia – begitupun saat Dia hendak menghukum mu

05

Restu alam natura serta alam manusia ialah Restu Nya bagai channel penghubung. Tanpa restu tersebut, tiada penghubung, ter putus hubungan Tuhan. Menghubung ialah di hubungkan

06

Tanpa berpihak merk, Tuhan tidak pernah menolak doa manusia, Yang menyebab tertolaknya doa mu ialah kadar penghubung Nya yang bersama mu

07

Hablum minaloh atau restu Tuhan restu Tertinggi, bagai hubungan cinta, sangat pribadi – terbit ditengah restu lain nya

(50)

08

Hanya Tuhan yang tau derajat baik buruk setiap manusia di sisi Nya. Lalu manusia memusyrikan Hak Nya, menjadi Tuhan tandingan, ikut menghakimi baik buruk nya manusia, merasa Tuhan

09

Adalah lancang menanyakan merk celana seseorang, terlebih ingin melihat isi nya serta membandingkan nya. Dia hanya meminta mu bercelana, tanpa pernah bertanya merk nya

10

Mereka yang sibuk merk lupa bercelana, mereka yang telah berce lana tidak pernah meributkan merk

11

Baik buruk seseorang dimata Tuhan, hanya Dia yang berhak mene tapkan. Baik buruk seseorang dimata alam, tergantung seberapa besar nyata manfaat-manfaat nyata yang ia dharma kan pada alam. Selama nya alam tiada melihat merk mu, melainkan bukti nyata perbuatan terang mu

12

Bela alam mu Tanah Air mu Ibu mu Utusan Nya Kuasa Nya dari manusia perusak nya. “Tuhan tidak perlu dibela” (Gus Dur)

(51)

XXI. Menjadi pemimpin alam

01

Sejatinya agama ialah ajaran kepemimpinan mewujudkan diri sebagai manusia Rahmatan ‘Alam – khalifah Nya, manifestasi Wajah Nya Asma Nya, bukan tentang curhat Tuhan minta dibela 02

Ada 4 (empat) kepribadian yang hidup pada manusia pemimpin Alam : (a) The Truth atau Shiddiq (b) The Trust atau Amanah (c) The Controller, atau Fathonah (d) The Deliverer, atau Tabligh 03

Seluruhnya tiada pisah sebagai diri rosul, nabi, auliya serta mu’min. Mu’min ialah manusia yang telah memenangkan amanah Nya – hablum minal alam, minan nas, minalloh - mereka lah Hamba Nya 04

Shiddiq atau the Truth. Sang Benar yang membenarkan-dibenarkan alam natura, alam manusia serta alam Ketuhanan. Shiddiq mewakili Ilmu Nya, ialah sang Zat ditengah ciptaan Nya. Sebagai Terang Nya ditengah gelap diri Nya - ibarat umat Nya

05

Amanah atau The Trust atau Iman. Iman ialah Amanah. Ia lah manusia yang mampu melaksanakan amanah alam, memandu Ibu nya, Tanah Air nya sampai kedepan pintu gerbang kemerdekaan yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur, bukan malah mengkhia nati nya

06

Fathonah atau The Controller. Seorang manusia rahmatan ‘alam mampu mengendalikan kaumnya tanpa mengendalikan nya, karena mereka mengendalikan diri mereka sendiri bersama pemimpin nya. Saling menjaga-dijaga, melayani-dilayani, mewujudkan-diwujudkan

(52)

07

Pemimpin bersama Ilmu, mengawal membuka kehendak sukarela alam nya, bukan melalui doktrin, kekerasan apalagi kuasa, melalui (a) Ing ngarso sung tulodo, dirinya sebagai model teladan ditengah umat

(b) ing madyo hambangun karso, sambil berupaya membuka kehendak kaum nya, saat terbuka kehendak, terbuka amanat kuasa (c) tut wuri handayani, memantau mengawal perbuatan umat sampai didepan pintu gerbang kemerdekaan mereka, mewujud diri mereka, bukan malah mewujudkan pemimpin nya

08

Tabligh, the Deliverer ialah tuntas melaksanakan amanah. Bagai Musa, lahir ditengah derita kaum Israel yang tertindas. Lalu ia mela konkan kepemimpinan nya hingga tuntas mewujudkan amanah kaum nya. Bukan malah terlantar ditengah perbuatan, sementara sang nabi moksa entah kemana

09

Tuhan terbit ditengah rosul, rosul terbit ditengah manusia amanah Nya – sang Rahmatan Alam - yang terbit ditengah restu alam Nya

(53)

XXII. Perusak amanah Nya

01

Zat mewujudkan diri Nya sendiri. Manusia mewujudkan alamnya, lalu ia menemukan diri nya. Alam ialah pembatas nya. Tiada pemba tas tiada diri

02

Kenal alam maka kenal diri, mewujud alam maka mewujud diri, membangun alam ialah membangun diri

03

Wujudkan rakyat, kau muncul sebagai pemimpin. Wujudkan pemim pin, maka tiada semua nya. Pengakuan lahir bukan dari diri melain- kan dari alam

04

Alam Zat Nya berasas cerai, tiada menerima kemusyrikan, Asma Nya berasas nikah, berhukum kemusyrikan. Maka di alam Tengah, manusia tiada mampu terlepas dari memusyrikan Nya dalam Asma Nya ialah “Ilmu Kehendak Kuasa” Nya tergelar sebagai Perbuatan Nya

05

Musyrik Nya ialah makhluk – makhluk ialah musyrik Nya. Bagaima na mungkin makhluk mengada dalam kesendirian nya, terlebih ke tunggalan sebagaimana Dia

06

Zat Nya memiliki 5 (lima) sifat yang berasas hukum Cerai, meng hancurkan jika dikenakan makhluk yaitu : (a) qidam (b) baqa (c) mukhalafatu lil hawadits (d) qiyamuhu binafsih (e) wahdaniyah

(54)

05

Qidam ada awal tiada akhir. Baqa tiada awal akhir. Mukhalafatul lil hawadits berbeda dari yang baru. Qiyamuhu binafsih, Ada Nya tidak membutuhkan selain Diri Nya, Wahdaniyah, kesendirian keterpis ahan. Kelima nya disebut sifat Salbiyah. Zat Nya ialah Wujud Nya, disebut sifat Nafsiyah. Wujud Nya menerima sifat. Tuhan Maha Suci dari sifat

06

Alam seisi nya berpijak pada kuasa sifat yang 7 (tujuh), disebut sifat Ma’ani ialah Ilmu, qudrah, irodah, hayat, sama’, bashar, kalam atau Ilmu Kuasa Kehendak Hidup Dengar Lihat Sabda

07

Sifat Zat yang lima memanifestasi sebagai Nafsu, diri ‘Adam yang menggelincirkan : (a) Amarah (b) Lawamah (c) Sufiyah – mereka yang menjernih amarah, lawamah, sufiyah ialah (d) muthmainah 08

Manusia yang menyentuh nafsu ialah manusia Iblis, atau manusia yang tergelincir

09

Nafsu ialah diri bani ‘Adam. Maka tiada mengenal Tuhan Nya selain melepas diri nya, membunuh nafsu nya bagaikan membunuh diri nya, mati diri hiduplah Tuhan, hidup diri matilah Tuhan

10

Zat Nya bersandiwara, terkubur Sifat Nya, bagai terang terkubur gelap – manusia telah ikrar dihadapan Nya siap mengeluarkan Nya dari gelap Nya, membebaskan Dia dari Kutukan Nya sendiri 11

Manusia tiada memiliki diri. Maka kau lah yang terkubur diri mu, kau lah yang membebaskan kutukan diri mu sendiri

(55)

XXIII. Tandingan Wujud Nya

01

Manusia Rahmatan ‘Alam menyandarkan perbuatan nya bukan untuk sendiri nya melainkan alam nya

02

Tuhan menghendak Dikenal, lalu kau tiada hirau dengan Kehendak Nya selain kehendak mu sendiri, bahkan ber pamrih Tuhan dengan upah surga Nya

03

Ibarat wanita bergelimang emas berlian terperosok sumur, nyaris tenggelam. Lalu ia berkata “yang mampu menolongku, semua per hiasan ini untuk nya”. Lalu kau menolong karena perhiasan itu 04

Apa yang lebih mulia dari membela wujud Kehendak Nya, bukan ma lah kehendak mu, kau menyelamatkan Tuhan atau menyelamatkan mu sendiri? Selamat Nya ialah selamat mu

05

Saat Tuhan berkehendak kau turut berkehendak – maka kau telah musyrik dalam Kehendak Nya. Lalu bagaimana Dia percaya ucapan mu hanya menghendaki Nya? Salah satu ciri orang munafik ialah dusta bila berucap

06

Jika diri bani ‘Adam bukan diri musuh Nya, niscaya tiada terhijab lagi Wajah Nya bersama mu. Iblis ialah diri mu nafsu mu, maka bu nuhlah nafsumu diri mu agar hanya ada Diri Nya

06

Waspadalah musyrik bagai semut hitam berjalan di batu hitam ditengah gelap – tiada terlihat karena ialah diri mu sendiri

(56)

XXIV. Memerangi Diri Amarah

01

Nafsu Amarah manifestasi wujud Zat itu sendiri sebagai diri bani ‘Adam. Nafsu Amarah ialah Api Nya, di alam Tengah sebagai esensi unsur penciptaan alam semesta

02

Di alam Atas Dia sebagai Tuhan Yang Maha Suci, di Alam Tengah sebagai Yang Maha Esa, di Alam Bawah sebagai Yang Maha Kua sa

03

Nafsu amarah ialah rasa ingin di Tuhankan, merasa Tuhan, menjadi tandingan Tuhan. Seberapa kadar nafsu Amarah yang masih tersi sa disaat ajal nya, itulah yang berurusan dengan Api Nya

04

Nafsu Amarah yang mengotori Ilmu Nya, imbasnya pada rasa Kuasa benar, merasa sebagai sang benar dalam ilmu, harus diakui manusia, sukarela atau terpaksa. Tidak mau mendengar ada “be nar” selain diri nya, ia telah memusyrikan hak Ilmu Nya

05

Nafsu Amarah yang mengotori Kehendak Nya, mengimbas rasa Kuasa dipatuhi semua kehendak nya oleh alam, kehendaknya harus diwujudkan, sukarela mau pun terpaksa. Memusyrikan Tuhan dalam Kehendak Nya

06

Nafsu Amarah manusia yang mengotori Kuasa Nya, mengimbas mengobar nya rasa Kuasa sebagai hakim, penentu nasib alam serta manusia. Ingin ditakuti, dipuja dipuji baik sukarela maupun terpaksa. Memusyrikan Tuhan dalam Kuasa Nya

(57)

07

Nafsu Amarah yang mengotori Perbuatan Nya, mengimbas hidup nya rasa Kuasa wujud, ingin semua alam hanya mewujudkan dia sendirian, baik sukarela maupun terpaksa. Tiada yang ada selain diri nya saja

08

Begitulah diri Amarah atau nafsu amarah bani’ Adam, yaitu ingin di Tuhankan dalam Ilmu Kehendak Kuasa serta Perbuatan Nya 09

Jauhilah manusia musuh Tuhan, sekalipun ia mendatangi mu berju bah berjalan diatas air (Pustaka Harjuna)

(58)

XXV. Memerangi Diri Lawamah

01

Diri Amarah ialah diri Kuasa Nya. Dalam diri manusia sebagai rasa kuasa, ingin kuasa, mengupayakan kuasa, berbuat kuasa, dsb. Amarah ialah “Api Nya” – manusia yang memakai diri Amarah Nya akan berhadang Api Nya

02

Diri Lawamah ialah kodrat kehendak diri bani ‘Adam ialah diri Gelap Nya diri lupa. Lupa ialah tiada, tiada ialah lupa. Ingat ialah tiada lupa, dalam ingat muncul pernah melupa. Lupa ialah kodrat mu, Ingat ialah Aku, seolah Dia berkata

03

Nafsu lawamah yang mengotori Ilmu Nya mengimbas pada rasa malas tau, tidak mau tau kecuali diri nya, lemah gelap daya cipta serta fikir

04

Nafsu lawamah yang mengotori Kuasa Nya mengimbas pada rasa malas bergerak berbuat, terlebih berjuang, tenggelam daya karya, dsb.

05

Nafsu lawamah yang mengotori Kehendak Nya, mengimbas pada tenggelam daya kehendak nya, putus asa, tiada cita-cita, dsb. 06

Nafsu lawamah yang mengotori Perbuatan Nya, mengimbas pada perbuatan tanpa bersandar Asma Nya, tiada arah tujuan, kerja asal hasil besar, terima beres, dsb.

07

Manusia lawamah ialah manusia ‘adam. Seperti alam, ia gelap, tiada dilihat alam, menjadi tandingan alam, musuh alam dan berpulang tidak kepada Terang Nya tapi Gelap Nya saat ajal nya

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian pemain pertama mulai menebak kartu yang dimiliki oleh pemain lain dengan cara membuat kalimat dalam bentuk Perfekt sesuai dengan kegiatan-kegiatan yang

Skripsi yang berjudul Analisis Pembingkaian Berita tentang Penertiban Lokasi Prostitusi dan Perjudian Kalijodo oleh Pemprov DKI Jakarta (di surat kabar Pos Kota

Terutama jika kematian yang dimaksudkan di sini adalah kematian yang bersifat elektif (euthanasia), permasalahan mengenai norma, tata nilai, dan perlakuan masyarakat di dalam

Hasil penelitian menunjukan antara pemberian dosis kompos dan konsentrasi ZPT pada laju pertumbuhan 30 HST – 40 HST, luas daun di umur 10 HST, panjang akar pada

Salah satu lembaga pendidikan yang memberikan kontribusi besar dalam memben- tuk karakter anak bangsa adalah madrasah, karena madrasah memiliki ciri khusus

Konsistensi dalam informasi merupakan ketetapan berita yang diterima oleh seseorang atau organisasi sesuai dengan sumber aslinya. Konsistensi informasi tentang

Apabila terbukti terjadi penyimpangan dan / atau penyalahgunaan dalam program Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) dan Pelayanan Kesehatan Bagi Pengguna Surat

Bahasan utama dalam penelitian ini adalah menganalisa pengaruh variasi pelarut N,N Dimethyl Acetamide (DMAC) dengan material aktif 37,5%, 33,3% dan 30% untuk melihat kapasitas