• Tidak ada hasil yang ditemukan

dalam Meminimalisir Konflik Antarbudaya (Studi Kasus Mahasiswa NTT di Kampus Unitri)

Mochammad Abdul Ghofur, Yenita Rona Dadi

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Email: abdul30ghofur@gmail.com

Pendahuluan

Proses akulturasi sangatlah penting bagi pendatang agar terciptanya keselarasan dan kenyamanan antara perantau dengan penduduk setempat. Selama interaksi berlangsung apa bila tidak terbentuk pola interaksi yang baik maka akan mengakibatkan hal-hal yang negatif bagi individu, kelompok, ataupun lingkungan sosial. Hubungan antar ras dan etnik masih diwarnai prasangka, streotip, dan diskriminatif, maka akan menimbulkan berbagai macam konflik yang merugikan diri sendiri dan orang lain (liweri, 2014:15).

Konflik merupakan suatu masalah yang timbul karena adanya perbedaan pendapat ataupun pandangan antara individu dengan individu ataupun individu dengan kelompok (Rustanto,2015). Konflik yang terjadi biasanya diakibatkan oleh saling kurang menghargainya satu sama lain mengakibatkan tawuran di masing-masing organisasi daerah. Tawuran yang terjadi biasanya di kalangan mahasiswa pendatang, karena mereka beranggapan bahwa konflik itu merupakan salah satu hal yang lumrah sehingga mereka lebih senang membuat konflik ketimbang mereka harus belajar. Berdasarkan data dari berita online mulai dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018, 95% rata-rata pelaku tawuran yang terjadi di Kota Malang adalah mahasiswa dari Nusa Tenggara Timur (NTT) (Beritajatim)

Unitri adalah salahsatu kampus yang memiliki mahasiswa kurang lebih 6000an student body aktif, kurang lebih 90% mahasiswa di kampus tersebut merupakan perantau yang berasal dari daerah luar jawa. Kurang lebih 60% dari mahasiswa unitri merupakan perantau dari NTT. Memiliki student body yang mayoritas dari Indonesia timur tersebut mengakibatkan apa yang dilakukan di daerah NTT masih terbawa dan

dilakukan juga di Malang mulai cara bergaul, berbicara, bersosialisasi terhadap masyarakat dll.

Masyarakat Indonesia timur terkenal dengan sikap dan watak keras. Sehingga yang terjadi di Malang khususnya di Unitri sering terjadi konflik antar suku-suku atau daerah-daerah yang ada di NTT. Seperti Flores, Sumba, dll.

Metode yang saya gunakan adalah metode deskriptif Kualitatif dengan harapan penelitian ini akan bisa lebih mendalam dengan melakukan wawancara terhadap objek-objek yang akan diteliti.

Pembahasan

Proses Akulturasi Mahasiswa NTT Di UNITRI Dalam Meminimalisir Konflik Antar Budaya

Dalam Proses akulturasi sebagai sistem komunikasi terbuka seorang individu dalam berinteraksi dengan lingkunganya dapat dilalui tiga proses yang saling berhubungan. Pertama komunikasi intrapersonal. Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang dilakukan oleh seorang individu dalam mengatur dirinya sendiri dengan lingkungan sosial budayanya. baik itu sebagai komunikator (pengirim pesan) atau sebagai komunikan(penerima pesan). Berkomunikasi dengan orang lain harus bisa menjaga komunikasi non verbal ataupun sikap dan tingkah laku kita untuk berhadapan dengan lawan interaksi kita, guna memberikan respon positif yang ditunjukkan oleh masing-masing individu. karena itu merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menjaga hubungan yang baik dengan teman-teman di sekitar kita. Masing-masing individu manusia memiliki pemikiran dan sikap yang berbeda walaupun dibilang sama bahasa dan budaya. Pola pikir individu yang sama tersebut masih sering terjadi perbedaan apalagi jika masing-masing tersebut berbeda budaya dan juga berbeda bahasa. Perbedaan tersebut memberikan efek yang rentan ketidaksamaan pemikiran dan pendapat sehingga memengaruhi komunikasi ketidak sepemahaman yang diakibatkan perbedaan tersebut, dimana mereka harus bisa saling menghargai atas nilai-nilai sosial atau norma-norma yang dimiliki oleh individu berbudaya dan saling menghargai, menghormati serta sopan dan tidak menyinggung teman yang berbeda budaya sehingga tidak menimbulkan konflik.

Kedua Komunikasi Sosial. Komunikasi sosial adalah komunikasi yang berkaitan dengan komunitas masyarakat sosial dengan mengandalkan cara-cara berapdaptasi dengan lingkungan sosial

masyarakat. Komunikasi sosial juga mendekatkan kita dengan anggota-anggota dan penduduk lokal. komunikasi sosial juga merupakan komunikasi yang sangat penting dalam membangun konsep diri untuk kelangsungan hidup, aktualisasi diri, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan, dan ketergantungan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain.

Ketiga Komunikasi Lingkungan. Komunikasi Lingkungan adalah komunikasi yang berkaitan erat dengan komunikasi personal dan komunikasi sosial karena ini berhubungan dengan individu dan individu serta lingkungan yang berpengaruh terhadap komunikasi dan akulturasi imigran. Lewin dalam (Mulyana 2008:222) menjelaskan bahwa lingkungan yang mempengaruhi manusia terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan waktu, dan lingkungan sosial (secara implicit lingkungan psikologis kita sebagai individu).ketiganya saling saling mempengaruhi secara timbal balik dalam berinteraksi dengan komunitas tempat tinggal, dimana lingkungan fisik menunjukan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa terjadi kalo tidak terdapat rintangan fisik misalnya geografis. sedangkan lingkungan sosial adalah pertimbangan yang digunakan dalam berkomunikasi misalnya menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lain.sedangkan dimensi waktu menunjukan situasi yang tepat dalam melakukan kegiatan komunkassi. Jadi antara ketiga lingkungan ini antara lingkungan fisik, sosial dan waktu yang mempengaruhi sifat dan tingkah laku seseorang dalam menempati ruang lingkup yang baru. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Proses Akulturasi Mahasiswa NTT Di UNITRI Dalam Meminimalisir Konflik Antarbudaya

Dalam proses akulturasi terdapat dua faktor yang memengaruhi konflik antarbudaya antara lain faktor internal dan faktor eksteernal. faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Yang termasuk dalam Faktor internal terdiri dari sifat, sikap, karakter ataupun aspek-aspek internal lainya. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang adalah bersikap egois atau mementingkan diri sendiri tanpa menghiraukan orang sekitar, rendahnya kesadaran, bersikap intoleran antara sesama teman serta bersikap cuek dan acuh tak acuh. kasus- kasus tawuran yang sering terjadi di kalangan mahasiswa salah satu penyebabnya adalah sikap dan tingkah laku seseorang, karena salah satu yang membuat semuanya dapat mempertanggungjawabkan secara bersama-sama. Faktor eksternal

adalah faktor yang berasal dari luar individu yang meliputi lingkungan di sekitarnya termasuk orang-orang terdekat .yang termasuk dalam faktor-faktor eksternal adalah faktor pendidikan, faktor agama, faktor sosial ekonomi serta faktor lingkungan. faktor eksternal hal yang memengaruhinya adalah proses adaptasi bahasa. Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa dalam menhindari konflik antara mahasiswa yang berbeda budaya yaitu dengan memberikan informasi yang sebenarnya tanpa menambah masalah yang ada, berkomunikasi dengan baik, saling menyesuaikan, menghargai, serta berkomunikasi dengan baik dan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Nasional yaitu bahasa Indonesia.

Penutup

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka dapat disimpulkan bahwa proses akulturasi mahasiswa NTT di UNITRI dalam meminimalisir konflik antarbudaya terdiripada awalnya mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, karena pada awalnya sebelum berangkat dari daerahnya, mereka belom mempelajari adat dan budaya dari daeerah yang akan dijutunya, sehingga sulit bagi mereka dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Namun, mahasiswa dapat memperbaikinya dengan beradaptasi. Teori atribusi eksternal dalam hal ini mencakup sikap,sifat, dan karakter yang melekat pada diri individu berperan dalam proses akulturasi tersebut. Dalam proses akulturasi mahasiswa NTT di UNITRI juga meliputi budaya, komunikasi serta penyesuaian diri terhadap lingkungan baru. Komunikasi sebagai sarana untuk mengekspresikan bagaimana sikap dan perilaku seseorang ketika berinteraksi dengan orang lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses akulturasi mahasiswa NTT di UNITRI dalam meminimalisir konflik antarbudaya, terdiri dari dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dimana faktor-faktor internal terdiri dari pola pikir, sifat, sikap dan egosentrisme. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari bahasa, budaya, dan proses adaptasi. Dari kedua faktor inilah yang menyebabkan konflik antarbudaya.

Saran

Diharapkan kepada calon mahasiswa NTT yang ingin melanjutkan pendidikan di luar daerahnya bisa mempelajari terlebih dahulu budaya

dari tempat yang akan ditujunya nanti, dan juga diharapkan bagi mahasiswa NTT untuk bisa membaur dengan dengan mahasiswa dari luar NTT agar masing-masing mereka saling membagi dan mempelajari adat dan budaya yang dimiliki sehingga menjadi pedoman ketika bergaul. Daftar Pustaka

Liliweri, 2014 Dasar-Dasar Komunikasi Antrbudaya, Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Rustanto,2015. Masyarakat Multikultur di Indonesia. PT RemajaRosdakarya

Moleong, Lexy J. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung :PT.Remaja Rosda Karya

Mulyana, 2008.Komunikasi Efektif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung Walgito, 2003 Pengantar Psikologi Umum Pustaka Pelajar Yogyakarta

Pemaknaan Idola dalam Komunitas Fandom K Pop