• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penting bagi orang tua mempelajari kondisi kesehatan anaknya terlebih dahulu sebelum diet makanan yang tepat. Berikut ini beberapa contoh kondisi kesehatan yang dialami anak autisme.

a. Alergi Makanan

Alergi berhubungan dengan sistem imun tubuh. Dinding usus anak autisme yang bocor atau berlobang menyebabkan terjadinya multiple food allergy atau alergi terhadap jenis makanan. Berupa muntah, diare, bintik merah pada kulit, pussing, dan pilek. Jika terjadi alergi hebat, dapat mengancam jiwa karena pembengkakan saluran udara.

Efek serius lainnya disebut brain allergy atau alergi yang mengganggu otak. Hal ini terjadi karena pada saat alergi, terjadi pengeluaran zat tertentu dalam tubuh, seperti histamine yang dapat mengganggu kerja otak. Teori lainnya mengatakan, alergi yang mengganggu saluran pencernaan akan mengakibatkan pengeluaran zat tertentu dalam pencernaan dan dapat mengganggu kerja otak. Alergi yang mengganggu fungsi otak sangat mengganggu perkembangan dan perilaku anak. Akibatnya timbul gangguan dalam konsentrasi, emosi, keterlambatan bicara, hingga autisme. Reaksi alergi tampak dalam satu menit hingga dua jam setelah anak memakan suatu makanan.

Untuk mengetahui kasus alergi pada anak, yang paling akurat adalah dengan tes kulit alergi, pemeriksaan darah. Cara termudah dan termurah adalah dengan mengawasi terjadinya gejala alergi pada anak. Caranya,

mencatat bahan makanan yang diberikan ke anak pada food diary atau buku agenda makanan dan menulis reaksi yang muncul. Jika lain waktu anak di beri bahan makanan yang sama dan timbul reaksi lagi maka kuat dugaan anak alergi terhadap makanan tersebut. Reaksi alergi tampak dalam satu menit hingga dua jam setelah anak makan suatu makanan.

Pemberian obat – obatan terus menerus bukan cara yang baik dalam mengatasi alergi. Yang paling penting adalah menghindari penyebab, pencetus atau pemicu alergi, yang disebut allergen.

b. Intoleransi makanan

Selain alergi makanan, anak autisme juga memiliki kepekaan, sensitive, atau intoleransi terhadap jumlah makanan. Intoleransi makanan tidak ada hubungannya dengan zat antibody. Umumnya, intoleransi makanan disebabkan oleh factor genetika, yaitu terjadi mutasi gen yang mempengaruhi proses metabolisme tubuh. Kasus intoleransi makanan yang sering ditemukan di masyarakat, misalnya tidak tahan susu.

Reaksi intoleransi makanan dapat timbul dalam jangka waktu 24 – 72 jam setelah makanan ditelan. Dapat menimbulkan masalah fisik maupun perilaku seperti pusing, sakit perut, mual, masalah pencernaan, sakit otot di kaki, infeksi telinga, serangan kejang, mengompol, melamun, merengek, sulit tidur, agresif, meningkatnya gangguan motorik, dan gangguan emosi. Akibat lain sering tampak adalah lingkaran merah muda atau gelap di mata dan telinga, atau pipi memerah setelah memakan makanan yang tidak cocok dengan tubuhnya.

Tidak mudah mengetahui makanan yang menjadi pencetus gejala intoleransi makanan pada anak. Apalagi, jika pada tes alergi pada makanan tertentu didapatkan hasil negatif, artinya secara medis makanan tersebut bukan allergen dan aman. Oleh karena itu, cara efektif untuk melacaknya adalah dengan mencatat dan mengamati semua yang dikonsumsi anak dan reaksi yang timbul.

Sejumlah anak autisme alergi terhadap anggur, jagung, stroberi, dan apel merah. Ada juga yang sensitif atau intoleran pada wortel,kepiting, madu, dan putih telur. Namun, ada anak yang gejala autismenya semakin parah setelah makan kelapa, kacang – kacangan dan daging ayam. Jadi, setiap anak autisme memiliki kondisi yang berbeda – beda.

Baik alergi maupun intoleransi makanan pada anak autisme dapat diatasi dengan melakukan diet eliminasi dan rotasi makanan. Pada diet eliminasi, hindari sama sekali makanan yang diduga allergen selama dua atau empat minggu. Jika kondisi kesehatan anak membaik, kembalikan makanan tersebut dalam menunya, dengan tetap mengamati adanya reaksi alergi atau tidak pada anak. Jika ternyata memang menimbulkan reaksi alergi, berarti makanan tersebut harus dihindari selamanya, atau boleh dikonsumsi sesekali jika akibat dari mengonsumsi makanan tersebut membahayakan jiwa.

Rotasi makanan dilakukan pada makanan yang sedikit sekali tidak akan mencetuskan alergi. Prinsip rotasi makanan adalah memberi anak makanan sevariatif mungkin. Pennyusunan menu harus dilakukan dengan cermat, agar tidak ada makanan yang dimakan terlalu sering atau banyak.

Untuk mengatasi serangan alergi, bisa ditempuh cara sederhana, yaitu minum satu gelas air yang telah dibubuhkan satu sendok bubuk vitamin C. jika tidak berhasil konsultasi kepada dokter tentang obat antialergen yang sesuai.

c. Sindrom enzim phenol sulfo transferase (PST)

Ada dua system detoksifikasi utama dalam tubuh, salah satunya adalah system sulfasi yang dilakukan oleh sekelompok enzim bernama phenol sulfo transferase. Enzim ini dibutuhkan dalam proses pembuangan racun dalam organ hati. Anak autisme mengalami kekurangan sulfur pada aliran darah sehingga tidak tersedia ion sulfat yang memadai untuk menjalankan fungsi enzim PST. Akibatnya, komposisi fenol tidak dapat di buang dengan baik dan terkumpul di otak serta system saraf yang dapat mengganggu kegiatan neotransmitter. Itulah sebabnya, mengonsumsi makanan yang mengandung fenol dapat berakibat buruk bagi anak autism dengan sindrom PST, baik tingkah laku, suasana hati, fungsi neurologis, dan pencernaan. Jadi, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa sindrom PST terjadi jika anak memiliki kemampuan rendah yang membuang sisa – sisa fenol karena kekurangan sulfat yang dialaminya.

Gejala anak dengan PST adalah memiliki lingkaran hitam dibawah mata, sering berkeringat dan berbau khas fenol, tubuh lembab, pipi atau telinga merah, perut kembung, rasa haus berlebihan, dan demam tinggi yang tidak diketahui penyebabnya dengan atau tanpa muntah.

Sebaiknya, anak yang mengidap sindrom PST mengurangi makanan yang mengandung fenol tinggi, seperti pisang, apel ,ubi, pir, sukun, talas dan buah – buahan citrus lainnya. Biasanya, jika dikupas atau dibelah warna makanan yang mengandung fenol berubah menjadi cokelat karena fenol mudah teroksidasi udara. Obat demam paracetamol juga mempunyai zat sisa fenol yang seharusnya dibuang jika tidak dibutuhkan lagi. Namun, karena anak tidak mampu membuang fenol tersebut menumpuk di tubuhnya.

Anak dengan phenol sulfo transferase, kekurangan ion sulfat ditubuhnya sehingga membutuhkan suplemen sulfur. Beberapa keuntungan suplemen sulfur mengandung bahan – bahan MSM (methyl sulfonyl methene), asam amino (taurin). Ada juga suplemen sulfur melalui kulit, berupa krim oles, seperti magnesium sulfate cream dan bubuk mandi.

Jadi, membuat rotasi makanan dan food diary sangat penting mencegah terlalu banyaknya asupan fenol dalam menu anak. Jika kasus PST-nya parah, lebih baik menghindari semua makanan fenol. Namun jika PST-nya masih bisa ditolerir, beri makanan yang mengandung fenol dengan jarak. Misalnya, sepuluh hari sekali makan kentang, lalu sepuluh hari kemudian baru diberi pisang. Pemantauan orang tua terhadap food diary sangat berguna sebagai dasar evaluasi. Apalagi jika dikonsulkan juga dengan dokter yang merawat anak.

d. Gangguan Gizi

Umumnya, anak autisme mengalami gangguan gizi akibat system pencernan yang tidak sempurna karena sulit menyerap zat – zat gizi tertentu.

Gangguan gizi juga menyebabkan gangguan pada otak dan system kekebalan tubuh. Pengaturan makanan, akan sangat membantu memperbaiki kondisi gangguan gizi. Anak autisme mengalami gangguan gizi seperti, kekurangan seng (Zink), kekurangan kalsium, kekurangan magnesium, kekurangan mineral, kekurangan asam lemak omega-3, serat makanan, antioksidan, dan vitamin lain serta kelebihan tembaga.

e. Gangguan sensori pada aktivitas makan

Anak autisme dengan gangguan sensori yang parah, tidak bisa mencium aroma masakan tertentu. Banyak makanan yang lezat tidak bisa ditolerir oleh anak autisme. Beberapa anak autisme, makan hanya berdasarkan jadwal mereka juga tidak mampu menakar makanan yang dibutuhkan tubuhnya sehingga jika menyukai suatu makanan, akan memakannya terus dan baru berhenti jika makanan itu habis, atau dihentikan orang lain.

Keluarga diharap bisa memahaminya. Misalnya, menghadapi anak yang selalu memuntahkan makanannya karena tidak bisa mentolerir tekstur dan rasa, menambah jumlah jenis makanan karena tidak bisa mentolerir tekstur dan rasa, menambah jumlah jenis makanan yang bisa di tolerir sehingga anak tidak hanya makan itu – itu saja, mengontrol makanan yang disukai sehingga tidak berlebihan, dan menghadapi amukan anak yang misalnya ingin makan pisang, tetapi inderanya tidak bisa menerimanya. (Bonny Danuatmaja, 2005)

2.7.1 Melakukan Diet Makanan Secara Bertahap

Dalam melakukan diet, asupan kasein dan glutein jangan diberhentikan secara mendadak. Hal ini menimbulkan penolakan pada anak, salain itu, juga

harus mempertimbangkan efek withdrawal (ketagihan) yang akan timbul. Ketika anak autism melakukan diet, ia akan mengalami sakaw atau ketagihan ibarat pecandu narkoba yang tiba – tiba dihentikan narkobanya. Hal itu bisa memperburuk keadaannya, seperti kontak mata yang sudah tercipta jadi hilang lagi, semakin hiperaktif, mengamuk, bahkan mulai melukai diri sendiri. Keadaan ini baru reda setelah 2 – 3 minggu. Namun, jangan panic dan berkecil hati karena efek ini normal dan merupakan bagian dari prosedur. Untuk meringankan efek ini, sebaiknya penghentian asupan kasein dan gluten dilakukan bertahap, agar anak terbiasa dengan pola makanan barunya.

Kasein dan Glutein adalah protein, sedangkan protein merupakan zat gizi yang penting bagi pembentukan sel – sel baru. Menghilangkan asupan kedua jenis protein ini bisa membuat anak kekurangan protein. Oleh karena itu, ganti asupan proteinnya dengan protein jenis lain, seperti protein hewani yang terdapat pada daging, serta protein nabati dari kacang – kacangan. Selain mengandung protein, susu sapi juga kaya vitamin dan mineral yang penting bagi tubuh, seperti vitamin A,B, dan kalsium. Jika anak tidak minum susu sapi dan produk susu lainnya, pastikan mendapat asupan vitamin dan mineral pengganti, agar tidak kurang gizi sebelum melakukan diet pada anak.

2.7.2 Membuat Rotasi Makanan

Biasanya, orang tua pusing memikirkan makanan yang boleh dimakan dan tidak boleh dimakan dan yang disukai dan tidak disukai anak autisme dalam sehari – hari. Oleh karena itu, pembuatan inventarisasi makanan diperlukan, yaitu

autisme. Dari daftar tersebut, nantinya disusun menu keluarga satu bulan yang memperhatikan rotasi makanan.

Manfaat rotasi makanan, pertama untuk mengamati makanan yang berbahaya bagi anak autisme. Dengan cara melihat reaksinya setelah tiga hari. Jika perilakunya meningkat, seperti tingkah laku hiperaktifnya meningkat, konsentrasi menurun, bicara tidak terarah, tidak pernah letih dan mengantuk, tangannya bergoyang terus, dan kepalanya dibenturkan ke dinding atau di pukul dengan tangannya anda bisa memperkirakan dan mencermati makanan yang dimakannya tiga hari yang lalu. Kedua, menjaga agar anak tidak menjadi peka atau alergi terhadap suatu makanan. Hal ini dikarenakan anak autisme dengan syndrom leaky gut, mudah alergi terhadap makann yang itu – itu saja atau tidak diganti – ganti. Jika frekuensi pemberian suatu makanan dijaga, tidak mencetuskan alergi. Menghindari makanan atau zat makanan yang menimbulkan alergi selama 2 – 4 bulan secara bergantian. Untuk itu,orang tua harus membuat rotasi semua jenis makanan, termasuk yang sangat disukai anak.

2.7.3 Membuat Food Diary

Salah satu cara mengetahui hubungan antara kesehatan dengan makanan yang dikonsumsi anak autisme adalah dengan cara food diary atau buku agenda makanan. Buat catatan yang teratur segala makanan/ minuman yang masuk ke mulutnya setiap hari dan perilaku serta kemampuan yang dicapainya. Catat juga waktu ketika makanan/minuman dikonsumsi dan waktu perilaku.Orang tua yang menggunakan food diary bisa mengetahui makanan apa saja yang memberikan

efek buruk pada perilaku, pola tidur, dan keterampilan anak. Dengan begitu, bisa mengenal makanan yang berbahaya bagi anak. Efek makanan yng dikonsumsi anak tidak sama antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Jika ada makanan yang dicurigai hindari kira – kira selama dua minggu untuk melihat efeknya.

Setelah sebulan, Anda dapat melihat pola makan pada anak dan dapat dipertegas dengan riset kecil – kecilan. Agar lebih mudah, sertai pembuatan food diary dengan melakukan rotasi diet dan mencurigai makanan yang amat disukai anak (Prasetyono, 2010)

2.7.4 Pemberian Suplemen

Suplemen merupakan bagian dari diet. Dalam diet, menghilangkan beberapa jenis makanan penting dari menu anak, berarti mengurangi pemasukan vitamin dan mineral ke tubuhnya. Untuk mengurangi kekurangan gizi, diperlukan pemberian suplemen supaya anak tetap sehat. Pemberian obat dan suplemen bagi anak autisme bersifat sangat individual. Jika dokter menganggap anak memerlukannya, sebaiknya diskusikan dengan orang tua anak. Orang tua harus mendapat penjelasan manfaatnya, cara mengonsumsi, efek samping yang mungkin terjadi, dan penjelasan lainnya.

Dalam seminar di Jakarta mengenai terapi biomedis, Dr. Woody, seorang pakar autisme, menyebutkan sepuluh jenis nutrisi yang paling dibutuhkan anak autisme adalah zink, magnesium, kalsium, vitamin B6, fatty acid, vitamin A, vitamin C, vitamin E, vitamin B12, dan biotin. Dalam pemberian makanan tambahan atau suplemen harus dalam pengawasan ahli agar tidak mengganggu

metabolisme tubuh anak. Berikut ini paparan mengenai berbagai suplemen yang layak digunakan dalam terapi biomedis dengan dosis yang berbeda – beda setiap anak autisme.

Dokumen terkait