• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mempersiapkan Peralatan Syarat Tradisi

Dalam dokumen Universitas Sumatera Utara (Halaman 80-85)

TATA CARA PELAKSANAAN TRADISI SADENGESATHE

4.2. Syarat Utama Tradisi Sadengesathe

4.2.2. Mempersiapkan Peralatan Syarat Tradisi

Setelah hari baik ditentukan, maka keluarga si gadis mulai mempersiapkan segala peralatannya. Pertama kali yang harus dilakukan adalah memandikan si gadis sebelum upacara berlangsung. Yang memandikannya adalah ayah dan ibu si anak gadis. Setelah si gadis dimandikan dengan bersih dan wangi, lalu dia diberikan pakaian sari yang baru beserta hiasannya seperti gelang, anting-anting, kalung, dan bunga melati yang masih segar untuk hiasan di kepalanya. Sehingga si gadis dihias sedemikian cantik layaknya seperti seorang pengantin.

Seperti gambar berikut ini:

Gambar 4.1. Penampilan si gadis saat memulai acara tradisi sadengesathe.Sumber: Dokumentasi penulis (2019).

Tahapan selanjutnya ialah mempersiapkan berbagai macam peralatan yakni sebagai berikut :

 Membuat kolo (kolem) yang merupakan hiasan di lantai, kolo ini dibuat dengan bentuk

dan selera masing-masing. Gunanya sebagai hiasan tempat si gadis duduk saat acara sadengesathe berlangsung. Dalam upacara kolem tidak memiliki arti yang sangat khusus, hanya sebagai hiasan duduk untuk si gadis dalam upacara tersebut.

 Dipersiapkan dengklek atau bangku kecil sebagai tempat duduk sang anak gadis.

 Padi (nelle); dalam tradisi ini padi bermakna agar si gadis diharapkan selalu bersikap rendah hati dalam menjalani kehidupannya. Dalam hal ini masyarakat India memaknai padi tersebut seperti pepatah yang berbunyi “Ibarat padi yang makin berisi, maka semakin merunduk”. Yang mengibaratkan gadis India itu bila sudah akil baligh maka dia harus memiliki sifat yang ramah, sederhana, rendah hati dan mawas diri dalam menjalani kehidupannya.

 Kain putih; maknanya adalah agar si gadis memiliki hati yang selalu bersih layaknya kain putih yang bersih dan suci. Karena warna putih itu sendiri merupakan bentuk warna yang

paling murni. Warna tersebut mewakili kepolosan, keutuhan dan kesempurnaan. Ibarat kanvas kosong, warna putih menandakan siap menjalani kehidupan selanjutnya yang akan dialami si gadis, misalnya kehidupan rumah tangga yang dalam jangka beberapa tahun pasti akan dijalaninya. Warna inipun juga menggambarkan suasana hati yang damai dan kenyamanan.

 Batu gilingan (ami kale); dalam upacara sadengesathe batu gilingan ini memiliki makna

agar si gadis dapat memikul beban yang berat. Karena dalam kehidupan selanjutnya si gadis diharapkan dapat menyelesaikan dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di tahap kehidupan selanjutnya.

 Lampu (kamecewalke); dalam upacara ini banyak sekali dibutuhkan lampu untuk

menghiasi kolo, dan ada juga dua lampu yang diletakkan di kanan dan kiri si gadis yang makna dari lampu tersebut sebagai penunjuk memberi penerangan atau jalan terang dalam kehidupan si anak gadis. Karena dalam masa remaja ini si gadis sudah mulai belajar memilih mana yang baik dan yang tidak baik untuk dirinya.

 Rumput (pelle); adanya rumput dalam peralatan syarat tradisi sadengesathe ini untuk

mengajarkan si gadis agar tidak terlalu liar atau lasak dalam kehidupannya seperti contoh tidak pulang larut malam bila bepergian dengan teman-temannya.

 Daun sirih (thambulum); dalam upacara sadengesathe arti dari daun sirih adalah

melambangkan kedamaian atau kesejahteraan dalam hidup, baik untuk kehidupan si gadis tersebut, maupun keluarganya seperti ibu dan bapaknya ataupun sanak saudara lainnya.

 Nasi tiga warna; nasi tersebut terdiri dari warna kuning yakni terbuat dari nasi dicampur dengan bubuk kunyit, lalu nasi warna merah yang terbuat dari nasi dicampur dengan bubuk kayu cendana warna merah, dan yang terakhir warna hitam yang berasal dari nasi

yang dicampur dengan arang. Makna dari nasi tiga warna tersebut ialah bahwa si gadis dituntut selalu memberikan kasih sayang dan bisa memberi nafkah, tidak hanya mengharapkan nafkah dari suaminya saja bila sang gadis telah menikah nantinya.

 Putate; terdiri dari 4 bahan. Yang pertama adalah bunga, biasanya terdiri dari bunga

aster, bunga melati, bunga mawar ataupun bunga lainnya tergantung dari para orang tua yang menyiapkan. Bunga tersebut memiliki arti bahwa kita hidup di dunia ini tidak akan kekal, karena suatu saat jasmani dan fungsi tubuh kita akan layu dan mati seperti bunga.

Lalu ada sandeno (kayu cendana) yang maknanya mengharapkan tubuh atau badan si gadis selalu harum layaknya seperti aroma kayu cendana. Karena mulai dari tahap remaja si gadis sudah mulai diajarkan untuk pandai merawat dirinya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Kemudian ada kunggo (yang ditaruh di dahi bewarna merah) maknanya adalah mengingatkan kita bahwasanya suatu saat anggota tubuh atau jasmani kita akan lebur seperti konggo (berupa tepung). Lalu yang terakhir adalah paner sembu yang isinya adalah air yang diberi minyak wangi yang memiliki arti bahwa si gadis selalu diberkati Tuhan, orangtua, dan orang-orang sekitar.

 Putuwalke; berupa dua tiang lampu yang diletakkan di kanan dan kiri si gadis yang

melambangkan atau diartikan sebagai penunjuk penerang jalan kehidupan si gadis untuk tahap-tahap kehidupan selanjutnya. Karena dari remaja ini si anak gadis sudah mulai belajar berpikir tentang jati dirinya, karakter, sifat ataupun perangainya. Dan si anak gadis sudah mulai belajar memilih mana yang benar dan yang salah dalam mengatasi masalah yang dihadapinya.

 Kelapa; dalam upacara ini kelapa dibersihkan terlebih dahulu dari serabut-serabutnya, lalu diletak di talam yang telah disediakan dalam upacara tersebut. Dan kelapa ini

memiliki makna bahwa si gadis diminta atau diharapkan selalu bersih dan memiliki hati yang bersih seperti air kelapa.

 Makanan yang terdiri dari nasi sayur yakni seperti makanan untuk vegetarian, namun di

sini si gadis diberi makan yang isinya seperti kari terong atau sayur tauco. Yang terpenting si gadis tersebut tidak memakan makanan yang berdarah atau berbau amis selama kurang lebih dua minggu selama masa menstruasi pertama kalinya. Karena makanan tersebut dianggap berbau dan najis yang tidak baik untuk tubuh si gadis saat menstruasi. Lalu ada kue yang disebut wade, yaitu kue yang berbentuk seperti perkedel, bahan-bahannya terdiri dari kacang hijau yang dikupas lalu diblender atau dihaluskan, bawang merah, cabai merah, pisang, daun bawang, kunyit bubuk, dan garam. Makanan yang terakhir adalah kue putu yang disebut urnde yaitu kue yang terbuat dari kacang hijau yang telah dikupas lalu dikukus, gula pasir, kelapa, vanili, dan tepung terigu yang diadon tidak terlalu encer. Makanan-makanan tersebut memiliki arti agar si gadis yang telah mengalami menstruasinya ini dan beranjak dewasa diharapkan pandai mencari nafkah dan mengurus rumah tangga di kehidupannya nanti.

 Alo; api yang berasal dari kapur barus yang dibakar dan diletakkan di talam khusus untuk sembahyang atau ibadah pada saat upacara berlangsung.

 Nalene (minyak) dan siaka; kandungan dari bahan-bahan tersebut dipercaya untuk dapat membersihkan diri si gadis.

 Uang koin atau recehan; dalam upacara sadengesathe uang recehan ini memiliki arti bahwa si gadis dituntut harus pandai mengatur keuangannya baik dalam masa remaja ini maupun saat si gadis telah menikah dengan pasangannya kelak.

Segala macam peralatan dan bahan yang disebutkan di atas tersebut, biasanya dibeli di pasar tradisional yang terdekat dari rumah mereka. Adapun toko yang terkenal menjual peralatan ataupun bahan-bahan upacara bagi masyarakat India ialah toko Kasturi yang terletak di jalan Teuku Umar.

Dalam dokumen Universitas Sumatera Utara (Halaman 80-85)

Dokumen terkait