• Tidak ada hasil yang ditemukan

be trutlful accounts of l-11zat happened in the remote past"

D. MENANAM DAN MENU AI P ADI 1. Menanam Padi

Bagi masyarakat Serawa� menanam padi sering dimaknai sebagai 'melepas' padi untuk pergi 'berlayar', artinya mengembara menjelajah lautan dan penjuru dunia. Secara tradisional 'ruh' atau 'semangat' padi disimbolisasi sebagai'Bujang Belantan' yang dilepas untuk berlayar menjelajahi lautan dan penjuru dunia. Pada saatnya nanti, Bujang Belantan diharapkan akan kembali dari peijalanan berlayarnya dengan m embawa bawaan yang serba berat.

Gagasan ini mengandung makna bahwa penenaman padi diharapkan pada saatnya akan memberikan buah yang bemas, hao;il yang melimpah. Melepas padi berlayar mengandmg pengertian si pemilik (manusia, petani) membiarkan serta mengizinkan "Bujang Belantan" (kias; tanaman padi) m encari dan mendapatkan apa yang diperlukan

bagi pertumbuhannya. Dengan demikian, pada saatnya nanti yaitu pada saat panen tiba, 'bawaan' (kias; isi biji padi) serba berat yaitu bernas, yang mengandung pengertian bahwa si petani berpengharapan basil tanamannya akan melimpah.

Sebelum kegiatan menabur benih lazimnya diadakan sedekah sederhana di ladang yng akan ditanami. Sedekah yang dimaksud adalah Punjong Bulus, yang terdiri dari nasi tumpeng dan telur ayam kampung yang ditempatkan di atasnya. Peralatan lainnya berupa sirih dan pinang, beronang serta pemandi benih Pemandi benih terdiri dari air kepala, akar pinang, labu, cekarau dan daun sedingin. Alat lainnya adalah tugal sebanyak yang diperlukan. Waktu pelaksanaan sedekah yaitu sekitar jan 07.00 atau 08.00 atau sesaat sebelum kegiatan menugal dan menabur benih dimulai.

Adapun teks yang diucapkan sang pawang pada saat menabur benih padi adalah sebagai berikut.

U ... padi belibak padi belibung. Padi trik semayang kuneng. Kito bejarifi besemayo. Kamu bejalan kamu bejalan. Belayar enam bulan sepuluwa aRi. Belayar di situ di sini.

Enam, bulan sepuluwa aR� kamu bali ak. Kamu baliak ke gedong penyimpanan. Apo penenti kami,

Gedong baru, berugo baru, pane baru. Itu penanti kami.

Di gedong penyimp:man,

Kamu belayar ke ulak segalo mireng, Kamu belayar ke ulak batang

Kamu belayar ke ulak tunggul

Cucok belayar enam bulan sepuluwa aR� Kamu baliak ke gedong penyimpanan. Papa bimbengan guto pata,

Mintak batak' inyo, tunjang kait mintak undoyo, Mintak dibatak batak 'an kamu, aponyo kamu batak.

U ......... trik semayang kuneng. Kamu batak serebo abut, Kamu undo serebo beRat. ltu batak 'an kamu.

( U ... padi belibak padi belibung. Padi trik semayang kuneng.

Kita be�anji dan bersepakat. Kamu be� alan, kamu berjalan Belayar enam bulan sepuluh hari. Belayar di situ dan di sini.

Setelah enam bulan sepuluh har� kamu kembali Kamu kembali ke gedung penyimpanan.

Apa penenti kami,

Itu gedung barn, berugo barn, serta pane baru. Itulah penenti kami,

Di gedung penyimpanan,

Kamu berlayar ke ulak segala mireng , Kamu berlayar ke ulak batang,

Kamu berlayar ke ulak tunggul,

Setelah genap kamu berlayar enam bulan sepuluh hari, Maka kamu kembali ke gedung penyimpanan

Papa bimbengan guto pata,

Hendaknya kamu bawa, juga tunjang kait hendaknya kamu bawa serta.

Hendaklah dibawa, apapun hendaknya kamu bawa. U. .... trik semayang kuneng.

Kamu bawa serba berat Kamu bawa serba berat ltulah bawaanmu

Kamu kembali ke gedung penyimpanan.

Kutipan di atas mengemukakan gagasan bahwa pelepasan benih padi untuk mengembara di ladang oleh si empunya ladang (manusia) didasarkan pada pe�anjian dan kesepakatan bahwa dalam batas waktu (usia padi) enam bulan sepuluh hari sang benih padi yang dilepas akan kembali dengan membawa yang serba berat Gagasan ini mengandung makna bahwa pada awal tanam padi, ketika sang empunya ladang menabur benih disertai pengharapan agar pada saatnya nanti, yaitu ketika panen tibu, benih padi yang ditabur akan membuahkan hasil yang melimpah. Ungkapan serba berat mengandung makna bahwa padi akan bemas dan berisi.

Gagasan seperti ini juga dapat kita ketahui dari teks A, sebagaimana dikemukakan pada bah II. Teks A adalah teks yang dinamai usuran be 'umo ', yaitu doa dalam hal berladang khususnya padi', do a yang diucapkan pada saat: orang akan menabur benih pada

saat musim tanam. Dalm teks tersebut dikemukakan antara lain cara­ cara yang perlu dilakukan dalam menabur benih.

Secara garis besar, teks ini mengemukakan cara-cara yang perlu dilakukan ketika orang menabur benih pada ladang yang telah disiapkan sebeh.nnnya. Misalnya, bahwa pada ladang hendaknya ditabur tujuh rumpun padi (pada tujuh lubang) sebagai induknya. Selain itu, kegiatan menabur dapat dipandang sebagai 'perpisahan' atau pelepasan benih padi untuk merantau dan pada suatu saat akan kembali. Itulah sebabnya perlu dilakukan perjanjian antara manusia dengan sang padi.

Menabur benih (pada ladang kering) atau disebuit juga cucuR beniya dilakukan dengan tugal. Pada ladang yang bersangkutan di tugal sebanyak tujuh dan ditaburi benih sebagai induknya. Kemudian si pemilik (atau sang pawang) melakukan siwo yaitu permohonan atau pemujaan kepada semangat padi (Hyang Seri) serta mengucapkan perjanjian dengan ruh padi (Bujang Belantan). lsi perjaqjian adalah sebagai berikut.

" ... Na, bujang belantan, karrm, merantawla karrmi. Kubatasi kamu merantaw limo bulan sepuluwa aRi. Karrm nuntut serebo abut, nalak s erba beRat. Ada 'o pat serebo abut Ia buliya serebo beRat; Ia tutuk limo bulan sepuluwa aRi mako kamu baliak di mana kito bejanji situ/a pula karrm kudapatka. Kito bejanji di penyulung, di situ/a aku ndapatka kamu; diampak nga punjung besak .... "

" ... Nah, Bujang Belantan, merantaulah kamu. Kamu merantau kubatasi selama lima bulan sepuluh hari. Carilah olehmu segala sesuatu yang serba berat Jika telah lima bulan sepuluh hari dan kau dapatkan segala yang serba berat, kamu kuperbolehkan kembali ketempat di mana kita pernah berjanji, di situlah engkau kudapatkan kembali. Kita berjanji di penyulung, di situlah aku mendapatkanmu, di sambut dengan punjung besar

"

Kegiatan menabur benih juga perlu disertai dengan besiwo, memohon kepada penguasa padi agar memberikan perlindungan sehingga padi yang ditanam selamat dari gangguan hama serta memberikan hasil atau panen yang melimpah. Dalam besiwo hendaknya dilengkapi dengan sesajian.

Dalam teks tersebut dikemukakan bahwa 'penyulung' merupakan tempat yang penting (sakral) karena merupakan tempat si B1Yang Belantan dilepas dan pada saatnya nanti ia akan kembali dijemput si pemilik ladang. Itulah sebabnya, maka 'penyulung'

merupakan alat yang wajib ada pada saat menanam maupun pada saat menuai padi.

Kegiatan menabur benih padi wnumnya disertai dengan menanam tebu hitam pada keempat penjtnU ladang, di samping nenanam keladi dan nnnpun pisang. Sebagian besar masyarakat Serawai berkeyakinan penanaman padi (padi biasa) hams disertai juga dengan menanam padi pulut (padi ketan) pada ladang yang sama, meskipun hanya seberapa rumpun. Mereka beranggapan bahwa antara padi pulut dan padi biasa pada satu ladang merupakan satu kesatuan keluarga. Demikian sebaliknya, ladang yang ditanami padi pulut (hitam atau putih) disyaratkan juga untuk ditanami padi biasa. Ladang yang hanya ditanami padi biasa, atau hanya ditanami padi pulut dinamai ladang jando. Artinya ladang itu tidak bersuami atau beristri.

Penanaman tebu hitam, keladi, dan nnnpun pisang bertalian dengan anggapan masyarakat Serawai tentang ulu tulung. Ulu tulung,

yaitu semacam mata air dianggap memiliki pemmggu yang dapat mengganggu manusia dan tanaman padi pada ladang tersebut. Untuk mencegah agar penunggu ulu tulung tidak mengganggu tanaman padi pada ladang itu, maka disediakan hidangan untuknya berupa ketiga jenis tanaman tersebut. Untuk diketahui bahwa daerah peladangan masyarakat Serawai adalah perbukitan. Lokasi yang diusahakan sebagai ladang biasanya dicarikan yang dekat dengan ulu tulung sebagai swnber a1r.

Kegiatan pasca tanam dalam berladang padi menurut aturan tradisional Serawai wnumnya tidak banyak. Proses penyiangan, yaitu membuang rumput atau gulma dilakukan pada bulan kedua atau ketiga. Setelah itu, praktis kegiatan yang berkaitan dengan ladang terhenti. Dalam hal tnman diserang hama, maka cara-cara penanggulangann ya dilakukan secara tradisional, yaitu dengan meramu bahan obat anti hama padi mentnUt resep tradisional mereka. Selain usaha itu juga diadakan ritus kecil disertai pengucapan doa atau mantra. Doa atau mantra lazimnya berisi membujuk dan mengendalikan hama padi yang dikiaskan dengan kekeuatan gaib.

Dalam teks A misalnya dikemukakan bahwa j ampi atau mantra untuk mengusur ulat ibus yaitu hama yang menyerang umbut padi adalah seperti yang dikutip berikut ini.

" ... aku tawa asal mulo ulat ibus. Asal ulat teluR lelibat kuning. Asal 'o libat kuning tatal kayu kelutum sati. Kayu kelutum sati ditebang bundo mpat puluwa mpat. Tatal 'o menja[di] lelibat kuning. Kembali angkaw, kembali angkaw ke

berang sana, lawutan. Di situla asal mulo setana angka. Ni[do] buliya kamu ngaru 'o tanaman anak umat manus i}O, kato ala" ..

(

" ... aku

tahu asal mula

ulat ibus.

Asalnya ialah teltrr