• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menanggapi Masalah yang Diuraikan dalam Teks Berita, Artikel, atau Buku

Dalam dokumen Materi Bahasa Indonesia Kelas X Semester 1 (Halaman 80-83)

Di era kebebasan sekarang ini, setiap warga negara berhak untuk mengungkapkan pendapat dan pikirannya. Oleh sebab itu berbeda pendapat dan saling berdebat tentang suatu permasalahan sekarang ini sudah menjadi hal yang biasa. Bahkan bagi media cetak maupun elektronik perdebatan-perdebatan semacam itu menjadi suatu berita yang menarik.

Memperdebatkan suatu pokok permasalahan sehingga menjadi suatu pembicaraan dan perdebatan umum, sekarang ini mudah dan seringkali terjadi. Oleh sebab itu sikap rasional, kritis, dan arif dalam menanggapi suatu permasalahan, merupakan sikap yang dibutuhkan oleh generasi sekarang. Jika tidak, kita akan dikatakan sebagai orang yang irasional, emosional, dan radikal, suatu sikap yang di zaman sekarang dianggap sebagai sikap yang bodoh.

Agar kamu dapat mengungkapkan pendapat atau komentar terhadap suatu permasalahan dengan baik, khususnya dalam suatu perbincangan atau diskusi, kamu harus memperhatikan hal-hal berikut ini.

1. Ungkapkan pendapat atau komentar kamu secara sopan dengan nada datar.

2. Mintalah izin terlebih dahulu pada lawan bicara kamu atau moderator (dalam forum diskusi) sebelum kamu mengungkapkan pendapat atau komentar.

3. Ungkapkan pendapat atau komentar kamu tersebut secara logis, tidak bersifat menggurui dan memaksa.

4. Ungkapkan pendapat dan komentar kamu dengan memberikan bukti-bukti atau fakta-fakta yang kuat yang telah kamu ketahui. Bacalah artikel berikut ini!

Perempuan Berandil Besar dalam Ketahanan Pangan

Oleh Mia Wastuti

Keterpurukan petani berawal dari masuknya input luar dalam proses produksi pertanian yang dimulai sejak tahun 1970-an. Revolusi Hijau dengan tujuan optimalisasi produk dengan pemberian stimulus berlebihan atas tanaman dan mekanisasinya telah dilaksanakan untuk swasembada pangan. Pada kenyataannya, hanya pada tahun 1984 kita bisa swasembada pangan dan setelahnya kita menjadi pengimpor produksi pangan.

Revolusi hijau telah mengubah pola pikir masyarakat. Sebelumnya, masyarakat berproduksi untuk dikonsumsi, kelebihan produksi diperjualbelikan atau barter. Namun, revolusi hijau dengan sistem penanaman monokultur dan masa panen yang serempak telah membuat petani bergantung pada produsen lain untuk memenuhi

81

8181

8181

u Belajar Efektif Bahasa Indonesia 1Bahasa Indonesia 1Bahasa Indonesia 1Bahasa Indonesia 1Bahasa Indonesia 1 untuk SMA/MA Kelas X u

kebutuhan pangan yang tidak diproduksinya. Dalam posisi ini, petani makin tidak berdaya.

Penanaman monokultur ini juga telah merusak lingkungan. Kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan tanaman yang sama terus- menerus dieksploitasi menyebabkan kesuburan tanah berkurang. Tidak adanya rotasi tanaman memperparah kondisi ini. Penanaman monokultur dengan masa panen dan masa tanam sama membuat produk berlimpah pada masa tertentu. Oleh karenanya, mengikuti hukum ekonomi, harga jualnya pun menjadi rendah.

Lebih dari itu, Revolusi Hijau telah meminggirkan perempuan dari proses pertanian. Pada masa sebelum Revolusi Hijau datang, perempuan berpartisipasi dalam proses pertanian pemilihan benih, menanam, menyiangi, membuat pupuk alami, memanen, bahkan sampai menumbuk padi panen. Fakta itu seperti yang kita lihat dalam sejarah perkembangan umat manusia, dalam proses pertanian perempuanlah yang sebetulnya punya andil besar, sebagaimana halnya yang disampaikan Engels dalam The Origyn of Family.

Perempuan dipinggirkan dalam proses pertanian karena kerja yang biasanya menjadi ”bagiannya” telah digantikan. Tidak ada lagi pemilihan benih karena pabrik telah menyediakan pupuk dan pestisida sesuai benih yang akan ditanam. Menumbuk padi sudah digantikan mesin-mesin huller.

Dalam konteks Hari Pangan Sedunia, dengan mengingat permasalahan petani, seyogianya kita akan kembali pada produksi pra Revolusi Hijau, yaitu produksi ketergantungan pada input luar. Lebih dari itu, produksi untuk konsumsi sendiri, bukan untuk dijual dan hasilnya dibelikan produk pangan untuk dikonsumsi.

Dalam diskusi-diskusi bersama kawan-kawan petani, ditemukan satu konsep sederhana untuk coba mengimplementasikan kedaulatan petani. Petani di kampung biasanya memiliki ladang dan sawah yang lokasinya jauh dari rumah tempat tinggalnya. Hal itu membuat

Sumber: www.panyingkul.com

Gambar 9 Gambar 9 Gambar 9 Gambar 9

82

8282

82

82

u

Belajar Efektif Bahasa Indonesia 1Bahasa Indonesia 1Bahasa Indonesia 1Bahasa Indonesia 1 untuk SMA/MA Kelas X Bahasa Indonesia 1 u keengganan tersendiri untuk mempraktikkan pertanian berkelanjutan/ organik karena kebutuhan kuantitas yang lebih banyak dibandingkan pupuk pabrikan dan memerlukan lebih banyak tenaga dan waktu untuk mempraktikkannya.

Sementara keterangan rumah adalah tempat aktivitas sehari-hari petani terfokus selain di sawah/ladang. Karena peran perempuan telah dipinggirkan dari proses pertanian, perempuan sering menggunakan waktu luang untuk aktivitas lain di luar sektor pertanian, basis pengetahuan mereka sebelumnya.

Dalam upaya memproduksi dan mengkonsumsi sehat, peran perempuan— karena aktivitas dan ruang lingkupnya sebagian besar berada pada ranah domestik— memegang peranan penting. Perempuan bisa memanfaatkan halaman untuk bertanam kebutuhan pangannya. Dengan menanam cabai, tomat, atau kunyit, perempuan yang biasanya mengelola dapur keluarga akan tercukupi kebutuhannya atau paling tidak berkurang ketergantungannya dari pasar yang telah menjeratnya selama ini.

Seandainya juga kita menanam crash crop, sayuran yang tidak memerlukan waktu lama sampai bisa dipanen, makin besar penghematan yang bisa kita lakukan. Kita bisa menanam wortel, bayam, kangkung darat atau memiliki kolam bisa juga kangkung air, umbi- umbian sebagai bahan makanan selingan (singkong, ubi, talas, dan lain- lain). Hampir seluruh kebutuhan pangan kita sediakan sendiri.

Penanaman itu perlu manajemen tersendiri dengan pertimbangan untuk keberlangsungan pemenuhan kebutuhan. Penanaman diusahakan bisa diambil hasilnya secara kontinu. Misalnya, untuk menanam sawi diperlukan waktu 3 bulan. Maka, penanaman sawi setiap 10 hari sekali dalam waktu 1 bulan akan memenuhi kebutuhan sawi keluarga 3 bulan ke depan selama 1 bulan.

Pola itu juga bisa dipakai untuk meningkatkan kekerabatan dengan tetangga. Perempuan bisa mendiskusikan dengan tetangga varietas tanaman yang akan ditanam dan hasilnya bisa dibarter. Sebagai contoh, dalam satu kawasan perumahan terdapat 10 orang yang berkelompok untuk mengimplementasikan pola ini. Maka, tiap orang bisa menanam varietas yang berbeda untuk dipertukarkan. Si A menanam cabai, si B menanam tomat, si C menanam labu siam, si D menanam pare, dan seterusnya. Setiap anggota kelompok bisa menukar hasil tanamannya dengan anggota kelompok lain. Tentu saja penanaman jumlah dan varietas juga ditentukan bersama berdasarkan kebutuhan.

Lokasi penanaman di halaman membuat kita relatif lebih mudah memenuhi kebutuhan pupuk alami.

Kita bisa membuat lubang untuk kompos dari makanan tersisa, daun-daunan di halaman, bahkan dari kotoran ternak. Pola ini dilakukan untuk mengurangi pembelian produk pangan. Diharapkan, dengan pengurangan ini, keluarga petani bisa mengalokasikan dana yang dimilikinya untuk keperluan lain, seperti kesehatan dan pendidikan.

83

8383

8383

u Belajar Efektif Bahasa Indonesia 1Bahasa Indonesia 1Bahasa Indonesia 1Bahasa Indonesia 1Bahasa Indonesia 1 untuk SMA/MA Kelas X u

Sasaran Kompetensi

1. Bentuklah kelompok 4 – 5 orang!

2. Catat pokok-pokok permasalahan yang diuraikan dalam teks “Perempuan Berandil Besar dalam Ketahanan Pangan”! 3. Diskusikan dan tulis pendapat kelompokmu terhadap berbagai

permasalahan yang ditemukan dalam teks bacaan tersebut, baik yang disetujui maupun yang tidak disetujui!

4. Presentasikan hasil kerja kelompokmu di depan kelas secara bergilir dalam bentuk diskusi kelas!

5. Mintalah pendapat dan komentar kelompok lain sehingga terjadi diskusi kelassecara interaktif.

kebutuhan kita. Ada produk-produk yang membuat kita bergantung pada produsen luar, seperti gula pasir, minyak goreng, dan terigu. Pada komoditas-komoditas itulah, kita mengingatkan peran pemerintah untuk mengatur distribusinya agar lancar dan harga stabil.

Sumber: Pikiran Rakyat, 14 Oktober 2003:9

Carilah beberapa artikel dengan tema “Pertanian” dari surat kabat atau majalah. Pilihlah salah satu yang menarik untuk bahan diskusi kelas. Mintalah saran gurumu untuk menetukannya. Bacakan artikel yang telah dipilih oleh salah seorang siswa di depan kelas. Tanggapilah artikel tersebut dalam diskusi kelas.

Membaca Puisi dengan Lafal, Nada,

Dalam dokumen Materi Bahasa Indonesia Kelas X Semester 1 (Halaman 80-83)