• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menata Environment

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Menata Environment

Sullivan, Schumer, dan Alexander (2008) menjelaskan bahwa terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang designer dalam merancang atau menata sebuah environment dalam animasi. Komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut:

1. Space

Sullivan, Schumer, dan Alexander (2008) menjelaskan bahwa space adalah ruang kosong dalam sebuah environment yang cukup luas bagi karakter melakukan adegannya. Baik interior yang menyesakkan maupun exterior yang sangat luas, space harus dapat mengarahkan penonton pada aksi penting dalam animasi (hal. 114). Namun terdapat pertanyaan yang muncul mengenai bagaimana menerapkan space pada media yang datar seperti layar televisi atau sejenisnya. Block (2008) menjelaskan salah satu cara untuk menerapkan space dalam animasi adalah

dengan Deep space. Deep space adalah ilusi 3 Dimensi pada media 2 Dimensi seperti layar. Ini dapat dihasilkan dengan menggunakan perspektif pada desain environment. Perspektif pada dasarnya terdiri dari one-point, two-point, dan three-point perspective. Pada perspektif satu titik hilang atau one-three-point perspective, garis bagian atas dan bawah suatu bidang kelihatan bertemu pada satu titik yang disebut titik hilang atau TH. Dengan titik hilang ini membuat bidang terlihat memiliki space walaupun ditampilkan pada media layar.

Gambar 2.7. One-point Perspective

(Sumber dokumentasi pribadi)

Perspektif dua titik hilang atau two-point perspective sedikit lebih kompleks. Pada two-point perspective terdapat dua TH pada satu horizon yang sama. Two-point perspective akan menghasilkan bidang seperti berikut.

Gambar 2.8. Two-point perspective

(Sumber dokumentasi pribadi)

Kemudian perspektif tiga titik hilang atau three-point perspective juga lebih kompleks karena menggunakan tiga TH, dua pada satu horizon yang sama dan satu lagi berada di bagian atas. Three-point perspective biasanya digunakan bila menunjukkan suatu bidang yang lebih tinggi atau rendah, juga berada di atas atau di bawah. Perspektif ini jika diterapkan dalam suatu bidang akan menghasilkan hasil sebagai berikut.

Gambar 2.9. Three-point perspective

(Sumber dokumentasi pribadi)

Perspektif, titik hilang, dan bidang datar bila digabungkan menghasilkan space yang dapat membantu mengarahkan pandangan penonton dalam animasi. Pada gambar di bawah ini dapat dilihat bagaimana perspektif, titik hilang, dan bidang datar dapat membantu mengarahkan pandangan penonton (hal.14-25).

Gambar 2.10. Space Mengarahkan Penonton

(Sumber dokumentasi pribadi)

Contoh space yang diterapkan dalam sebuah animasi adalah sebagai berikut.

Gambar 2.11. Space dalam Animasi Kiki’s Delivery Service

Pada contoh di atas, dapat kita lihat bahwa karakter utama sedang berjalan di jalan atau gang sempit di sebuah kota. Dalam animasi ini dapat kita lihat penerapan space pada bidang datar tembok dan jalanannya yang semakin kecil ke arah titik hilang. Arah pandangan pada shot animasi ini dimulai dari tokoh utama kemudian mengikuti jalur jalan yang dia lalui. Ini terjadi karena arah pandangan diatur oleh perspektif, titik hilang, dan bidang datar.

2. Props

Sullivan, Schumer, dan Alexander (2008, hal.111) menjelaskan bahwa dalam sebuah animasi sebuah environment tidak akan lengkap tanpa adanya props. props adalah objek-objek yang di susun dalam sebuah environment untuk mendorong cerita selain melalui arsitektur atau bangunan. Lokasi, bangunan, dan objek-objek yang ada di environment tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri. Komponen-komponen tersebut bersinergi sedemikian rupa untuk memberikan informasi instan kepada penonton tentang latar belakang karakter dan situasi di lokasi tersebut. Contoh yang diterapkan dalam animasi adalah sebagai berikut.

Gambar 2.12. Props pada Animasi Kiki’s Delivery Service

(Sumber dokumentasi pribadi)

Dari contoh animasi di atas dapat dilihat terdapat pros keranjang dan rak-rak yang didominasi oleh roti dengan berbagai bentuk pada environment tersebut. Dari desain props di atas dapat kita ketahui bahwa karakter di atas sedang berada dalam sebuah toko roti. Dari informasi itu juga kita bisa berasumsi bahwa karakter tersebut sedang bekerja di tempat itu. Informasi di atas tidak akan tersampaikan penonton tanpa bantuan props yang ada pada environment tersebut.

3. Lighting

Elemen penting dalam sebuah animasi yang dikemukakan Sullivan, Schumer, dan Alexander (2008) untuk meningkatkan suasana dalam suatu scene adalah elemen lighting. Lighting dapat menunjukkan atau menyembunyikan detail, menunjukan sebuah bentuk, dan juga mengatur arah fokus (hal. 118). Pendapat ini juga didukung oleh Katatikarn dan Tanzillo (2017) dimana tujuan lighting yaitu

pertama mengarahkan fokus penonton. Scene atau shot dalam sebuah animasi dapat menjadi sangat kompleks dan peran lighting adalah meyakinkan arah fokus penonton pada area layar yang sangat penting dalam shot animasi tersebut. ke dua memberikan estetika visual dalam sebuah scene animasi dengan menunjukkan bentuk di semua objek. Bentuk visual environment dalam animasi memiliki kemiripan nilai dengan lukisan jika seorang desainer environment menerapkan lighting pada environment tersebut. Lighting dapat memberikan volume pada objek di environment tersebut sehingga memberi kesan 3 dimensi pada media 2 dimensi. dan membantu menjelaskan cerita. Seperti pada setiap elemen dalam sebuah environment, lighting juga bertugas untuk membantu menjelaskan cerita yang tidak dapat disampaikan lewat karakter atau elemen environment lainnya (hal. 14). Elemen ini akan bersinergi dengan environment sehingga membuat sebuah value dalam animasi. Contoh lighting yang di terapkan dalam animasi adalah sebagai berikut.

Gambar 2.13. Lighting pada Animasi Kiki’s Delivery Service

Pada shot dalam animasi di atas, terdapat rumah yang berada di tengah hutan dan cahaya masuk ke hutan tersebut. Dari lighting yang masuk dapat dilihat bahwa rumah tersebut menjadi fokus utama pada shot animasi tersebut. selain itu, dengan lighting memberikan estetika visual pada rumah dalam shot ini.

4. Texture

Menurut Sullivan, Schumer, dan Alexander (2008) setiap environment memiliki tekstur, baik permukaan kasar seperti batu bata, permukaan keras dari meja, maupun kehalusan dari permukaan mahkota bunga. Tekstur adalah serat, material, pola, fleksibilitas, atau kekakuan yang memberikan kualitas pada objek di dunia. Jumlah tekstur menentukan tingkatan detail dan realistis objek dalam environment (hal. 115). Pendapat ini didukung oleh Hernandez (2013) dimana tekstur dapat membantu memberi kesan nyata pada objek yang ada pada environment. Tekstur tersebut merupakan penggunaan garis atau shading yang memberikan ilusi pengalaman taktil (peraba) dalam ilustrasi pada bidang 2 dimensi (hal. 79). Contoh tekstur dalam animasi adalah sebagai berikut.

Gambar 2.14. Tekstur pada Animasi Kiki’s Delivery Service

Pada contoh animasi di atas, dapat dilihat bahwa animasi ini sangat kaya akan tekstur. Ini terlihat dari tekstur kayu yang terdapat pada bagian rumah dan pepohonan, tekstur rumput dan batu, serta refleksi kaca pada jendela rumah. Dengan tekstur yang detail seperti di atas membuat animasi terlihat realistis.

5. Design Elements

Menurut Sullivan, Schumer, dan Alexander (2008) garis, bentuk, dan skala pada unsur-unsur dalam sebuah environment menyampaikan maksud dan membuat style pada environment tersebut. sebuah environment yang dikomposisikan dari bentuk atau shape organik memiliki emosi yang berbeda dengan yang dibuat dengan bentuk-bentuk geometri. Bentuk melengkung dan horizontal mengorientasikan emosi tenang dan stabil. Sedangkan bentuk diagonal dengan ujung tajam dan bentuk pengulangan pada posisi vertikal menghasilkan energi dan ketegangan (hal. 121). Contoh elemen desain yang diterapkan dalam animasi adalah sebagai berikut.

Gambar 2.15. Elemen Desain pada Animasi Princess Mononoke

Dari environment di atas dapat dilihat terdapat banyak sudut tajam baik pada tembok benteng maupun kayu yang ditancapkan di sekeliling benteng tersebut. dari desain tersebut dapat diketahui terdapat intensitas ketegangan pada environment ini. Namun, tidak hanya itu. Terdapat bentuk vertikal pada atap bangunan dalam benteng tersebut yang memberi kesan stabil. Dari informasi itu dapat kita ambil asumsi bahwa environment dalam benteng tersebut merupakan environment yang baik. Namun, yang membuat intensitas ketegangan adalah sesuatu dari luar benteng.

Dokumen terkait