BAB III METODOLOGI
3.2. Desain Environment
3.2.3. Objek Penelitian
1. Observasi Animasi
Penulis melakukan observasi untuk membuat rancangan environment yang sesuai dengan karakter untuk film animasi 2D berjudul “Vanra”. Salah satu observasi yang dilakukan adalah mengamati environment yang ada dalam animasi 2D. Animasi yang menjadi objek acuan penulis untuk diobservasi yaitu “Avatar The Last Airbender”.
Animasi 2D “Avatar The Last Airbender” bercerita tentang seorang anak bernama Aang bersama temannya berusaha untuk menyelamatkan dunia dengan mengalahkan raja api Ozai dengan menguasai 4 elemen alam. Animasi ini
merupakan cerita fiksi yang inspirasi dari kultur, seni, dan arsitektur dari asia terutama dari Thailand. Environment dari animasi ini menarik dalam menggambari kepribadian ke empat negaranya. Hal tersebut membuat penulis menggunakan animasi ini sebagai dasar objek penelitian.
Gambar 3.6. Avatar The Last Airbender
(https://img1.etsystatic.com/060/0/10064703/il_570xN.742183743_syvm.jpg)
Observasi yang dilakukan penulis mengenai environment dari objek penelitian di atas adalah sebagai berikut. Dalam segi desain arsitektur dan daerahnya, environment dapat menggambarkan fungsi dari bangunan tersebut. Tidak hanya itu, dari segi estetik juga dapat menjelaskan latar belakang dan juga keindahan dari desain tersebut. Contoh desain environment yang di observasi dalam animasi ini yaitu bangunan negara api dan bangunan desa di pulau Kyoshi.
Dalam animasi 2D “Avatar The Last Airbender”, Negara api merupakan negara dimana rajanya berusaha menguasai dunia. Negara ini mengutamakan elemen api sebagai alat dalam kegiatan mereka terutama di bidang industri dan militer. Elemen api tersebut diterapkan dalam desain bangunannya. Desain bangunannya diambil dari bentuk arsitektur Thailand, namun dikombinasikan
dengan elemen api. Hal ini dapat dilihat melalui bentuk atap yang dekoratif dan terlihat seperti kobaran api. Tidak hanya itu, karena bentuknya yang memiliki banyak sudut tajam membuat bangunan tersebut terlihat dimiliki atau dikuasai oleh orang yang jahat. Dari material yang digunakan juga dapat dilihat bahwa negara api merupakan negara yang maju. Ini dapat dilihat dari bahan batu yang digunakan sebagai jalan menuju bangunan.
Gambar 3.7. Bangunan Negara Api
(https://aeb85937.files.wordpress.com/2015/09/img_7068.png)
Observasi juga dilakukan penulis pada bangunan desa di pulau Kyoshi dalam animasi “Avatar The last Airbender”. Bangunan ini berada di daerah dataran tinggi yang bersalju dan memiliki permukaan yang tidak datar. Karena itu fondasi rumah-rumah di desa tersebut dibuat untuk menyeimbangkan permukaan rumah tersebut. dalam segi desain arsitekturnya sangat berbeda dengan arsitektur
negara api. Desain rumah sangat sederhana tanpa memiliki banyak ornamen dan motif yang mewah. Ini menunjukkan bahwa desa ini sederhana. Sangat jauh berbeda dengan arsitektur negara api yang memiliki ornamen yang mewah dan juga ramai dengan motif. Dari desain arsitektur desa tersebut dapat dilihat bahwa desa ini merupakan desa yang penduduknya orang-orang yang baik.
Gambar 3.8. Desa Pulau Kyoshi
(https://catalyst.uw.edu/gopost/conversation/swelland/334861)
Hasil pengamatan penulis dari dua environment diatas adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1. Pengamatan Arsitektur Animasi “Avatar The Legend of Aang”
Bentuk Arsitektur
Banyak pengulangan sudut tajam menunjukkan ketegangan, material utama batu menunjukkan bangunan mewah..
Tidak ada pengulangan bentuk tajam terlihat stabil, warna dari kayu menunjukkan kesederhanaan, material utama kayu.
Ornamen
Banyak pengulangan sudut tajam menunjukkan ketegangan.
Tidak ada ornament terlihat sederhana.
Dari hasil pengamatan di atas, sesuai dengan Sullivan, Schumer, dan
banyak bentuk pengulangan sudut tajam, dapat menunjukkan unsur ketegangan pada environment tersebut. sebaliknya, semakin sedikit menunjukkan kestabilan dan keseimbangan pada environment baik bentuk arsitektur maupun ornamen (hal. 121).
2. Observasi Arsitektur
Selain melakukan observasi dari animasi, penulis juga melakukan observasi dari arsitektur yang menjadi acuan environment untuk animasi 2D “Vanra”. Arsitektur yang menjadi referensi utama dalam merancang environment yaitu arsitektur Batak Karo Si Waluh Jabu.
Gambar 3.9. Rumah adat Si Waluh Jabu
(https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/736x/1e/77/3b/1e773b4ef25e024076ce96536ea1016f.jpg)
Karakteristik rumah adat suku Karo adalah sebagai berikut. Dalam segi bangunan, rumah adat suku Karo yang adalah Si Waluh Jabu dibuat dengan ketinggian lebih dari 10 meter dari permukaan tanah untuk menghindari ancaman
binatang buas. Selain itu, dengan dibuat lebih tinggi pemilik rumah juga dapat menggunakannya sebagai tempat ternak dan tempat menyimpan kayu bakar.
Bentuk atap arsitektur ini bermacam-macam. Ada yang satu tingkat, namun ada juga yang bertingkat tiga dan berbentuk segitiga. Konon pembagian serba tiga ini melambangkan adanya ikatan “sangkap sitelu” yaitu ikatan tiga kelompok keluarga Kalimbutu, Senina dan Sembunyak. Kedua ujung atap rumah adat Si Waluh Jabu terbuat dari ijuk dan terdapat anyaman bambu berbentuk segitiga yang disebut “ayo-ayo”. Di atas anyaman tersebut terdapat tanduk atau kepala kerbau. Kepala kerbau dengan posisi menunduk dipercaya penduduk suku Karo sebagai penolak bala.
Gambar 3.10. Bentuk Lain Atap Rumah Si Waluh Jabu
(http://www.pixoto.com/images-photography/buildings-and-architecture/homes/siwaluh-jabu-6291450849918976.jpg)
karakteristik ornamen yang dimiliki juga khas. terdapat 5 warna dalam ornamen atau ukiran di dinding rumah. Warna tersebut terdiri dari warna merah, hitam, putih, biru, dan kuning keemasan. Ornamen-ornamen mengandung arti mistik, ini berkaitan dengan kepercayaan pada masa itu. Secara umum menggambarkan jati diri, kebersatuan keluarga dan permohonan keselamatan. Selain itu mereka selalu menggambarkan cicak di dinding rumah mereka, baik nampak seperti cicak sebenarnya ata upun bentuk yang menyerupainya artinya, orang Batak dapat beradaptasi dengan lingkungannya seperti hidup cicak. Bahan pewarna untuk membuat ornamen tersebut dibuat dari alam.
Gambar 3.11. Ornamen Rumah Adat Si Waluh Jabu