• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mendidik Tidak Setiap Waktu Agar Murid Tidak Bosan

BAB IV ANALISIS HADITS TENTANG PENDIDIK DAN METODE

1. Mendidik Tidak Setiap Waktu Agar Murid Tidak Bosan

a. Hadits dan Terjemahannya

1

―Muhammad ibn Yusuf menceritakan kepada kami, ia berkata,

mengabarkan kepada kami Sufyan dari A‘masy dari Abi Wail dari Ibnu

Mas‘ud, bahwa Nabi saw selalu memilih waktu yang tepat bagi kami

untuk memberikan nasihat, karena beliau takut kami akan merasa

bosan.‖2

b. Pemahaman Hadits

Dalam hadits tersebut, Rasulullah selalu memperhatikan aspek waktu dalam memberikan nasihat kepada para sahabatnya. Rasulullah saw menetapkan jadwal hari-hari tertentu untuk belajar mengaji dan memberikan peringatan. Dalam hal ini Al-Bukhari membuat judul di dalam Shahih-nya: Bab Nabi saw membuat sela-sela dalam ceramah dan ilmu para sahabat agar mereka tidak lari.

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata di dalam Fathul Bari, “pelajaran yang dapat diambil dari hadits tersebut adalah anjuran meninggalkan rutinitas beraktivitas secara sungguh-sungguh, demi menghindari bosan walaupun rutinitas itu ditekankan.”3

Dari hadits Nabi tersebut terkandung pengertian bahwa dalam memberikan pengajaran, seorang guru harus mengetahui

1

Imam Abu Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn Mughirah Ibn Bardizbah

al-Ja’fi al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Daar al-Fikr), juz. I, no. 11, h. 27.

2

Imam Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari Syarah: Shahih Al Bukhari, Terj. dari Fathul Baari Syarah Shahih Al Bukhari oleh Ghazirah Abdi Ummah, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002), h. 307.

3

keadaan yang baik untuk belajar dan tidak memaksakan siswa dalam proses belajar. Dalam belajar, tidak baik dilaksanakan secara terus menerus karena dikhawatirkan siswa akan merasa bosan. Melakukan hal yang sama secara terus menerus bisa menimbulkan kejenuhan dan menurunkan semangat belajar. Siswa yang bosan cenderung akan mengganggu proses belajar. Apabila siswa telah merasa bosan, maka ia akan malas dan enggan untuk belajar kembali.

Meskipun ketekunan atau kontinuitas sangat diharapkan dalam belajar, akan tetapi hal itu dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya belajar boleh dilaksanakan setiap hari dengan syarat tidak membebani, atau tidak dilakukan setiap hari dengan tujuan siswa penuh semangat pada hari yang lain. Belajar harus dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu.

Menurut Ngalim Purwanto, “belajar yang terus menerus dalam jangka waktu yang lama tanpa istirahat tidak efisien dan tidak efektif. Oleh karena itu, untuk belajar yang produktif diperlukan adanya pembagian waktu belajar.”4

Guru sebagai penentu keberhasilan proses belajar mengajar di dalam kelas, harus selalu peka terhadap kebutuhan dan keinginan siswa. Apabila siswa ketika belajar mulai terlihat merasa bosan, maka guru harus segera mencari cara agar siswa tidak lagi merasa bosan. Fadilah Suralaga mengemukakan,

Seorang siswa yang mengalami kejenuhan dalam belajar merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada kemajuan. Siswa yang sedang dalam kejenuhan sistem akalnya tak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam proses item-item informasi atau pengalaman baru, sehingga kemajuan belajarnya seakan-akan “jalan di tempat”. Kejenuhan

belajar dapat melanda seorang siswa yang kehilangan motivasi dan konsolidasi salah satu tingkat kemampuan tertentu sebelum sampai pada tingkat kemampuan berikutnya.5

4

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997), h. 114.

5

Fadilah Suralaga, dkk., Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), h. 133.

Selain karena hilangnya motivasi dan konsolidasi, kejenuhan belajar dapat terjadi karena siswa merasa bosan dan letih. Penyebab kejenuhan yang paling umum adalah keletihan yang menyebabkan timbulnya perasaan bosan.

Selain pada pembagian waktu belajar, fokus kedua dalam hadits ini agar siswa tidak merasa bosan adalah pada pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Guru hendaknya memperhatikan seluruh aspek yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Penggunaan

cara atau metode yang “itu-itu‖ saja akan membuat siswa cepat merasa jenuh dan bosan. Hal ini akan berdampak pada pencapaian hasil belajar siswa yang rendah karena siswa akan merasa malas dalam belajar.

Teori Maslow dalam hal ini, jika deficiency needs siswa tidak terpenuhi, maka mereka enggan untuk memenuhi growth needs. Jika siswa telah merasa bosan, maka siswa akan tidak mau belajar lagi dan tidak ada keinginan untuk memenuhi keingintahuannya terhadap materi pelajaran selanjutnya. Maka rasa bosan dalam belajar akan berimplikasi tidak baik terhadap perkembangan siswa. Ketika

deficiency needs tersebut tidak terpenuhi, mereka tidak mempunyai

motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan growth needs yaitu mempelajari materi selanjutnya.

Teori Maslow menawarkan implikasi-implikasi tertentu untuk mencapai kebutuhan tingkat yang lebih tinggi. Seorang siswa yang sukses dalam menguasai pengetahuan tertentu, mungkin akan bertambah motivasinya dan bahkan berusaha mencapai tujuan yang lebih tinggi. Sehingga hal tersebut sangat baik dalam meningkatkan belajar.6

Hadits ini sesuai dengan konsep pendidik yang humanis, bahwa dalam memenuhi pendidikan yang humanis, guru harus mempertimbangkan waktu-waktu yang tepat dalam belajar agar siswa

6Atkinson and Reynor, “Personality, Motivation, and Achievement” dalam Sri Esti Wuryani

tidak merasa bosan. Pengajaran yang humanis adalah pengajaran yang memberikan siswa kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka merasa senang dan tidak merasa bosan dalam belajar.

Berikut hal-hal yang harus diperhatikan guru agar siswa tidak bosan dalam belajar, antara lain:

1) Pemilihan metode yang tepat. Sebagai pendidik, guru harus menggunakan metode yang tepat dalam proses pembelajaran. Metode-metode yang diterapkan hendaknya selalu bervariasi pada setiap pertemuan. Variasi metode pembelajaran akan membuat siswa tetap konsentrasi dan termotivasi dalam belajar, selain itu juga dapat membuat siswa menjadi lebih aktif, sehingga proses belajar-mengajar tidak membosankan bagi siswa.

2) Pemilihan media yang tepat. Belajar menggunakan media akan sangat membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran, di samping itu siswa pun akan merasa senang apabila belajar menggunakan media belajar. Pemilihan media yang tepat sangatlah berpengaruh terhadap kelangsungan proses belajar mengajar. Karena tujuan dari penggunaan media adalah agar siswa dapat menyerap pelajaran yang diajarkan secara aktual tanpa merasa jenuh di samping mereka juga dapat ikut bereksperimen.

3) Mengadakan simulasi-simulasi. Hal ini diperlukan di tengah-tengah proses belajar mengajar.

4) Melakukan kegiatan belajar mengajar di luar kelas. Pembelajaran di luar kelas memberikan banyak hal-hal dan pengetahuan baru bagi siswa. Pembelajaran ini dapat dilakukan misalnya di laboratorium, museum, dan tempat-tempat belajar lain yang berhubungan dengan materi yang diajarkan. Hal tersebut akan memberikan suasana dan semangat yang berbeda kepada siswa, mereka pun akan semakin termotivasi untuk belajar sehingga mereka tidak merasa jenuh dan bosan.

5) Pendekatan terhadap siswa. Pendekatan terhadap siswa bertujuan agar siswa merasa dirinya ada dan dihargai oleh guru sebagai

manusia yang butuh pengayoman. Hal ini dapat dilakukan dengan cara guru peduli terhadap siswa, memberi masukan ketika mereka mengerjakan tugas, mendukung terhadap minat mereka dan sebagainya. Dengan begitu, para siswa akan menunjukkan minat dan motivasi pada para guru yang memiliki perhatian dan mereka akan merasa senang dalam belajar.

Begitulah Rasulullah mengajarkan pengetahuan kepada manusia, ia berpesan agar dalam mendidik harus selalu memperhatikan aspek kemanusiaan. Ada keadaan-keadaaan tertentu yang harus diperhatikan oleh pendidik dalam memberikan pengajaran atau materi pengajaran kepada peserta didik. Tujuannya agar hati para peserta didik tetap terbuka menerima apa yang akan disampaikan oleh pendidik. Mereka mau dan selalu termotivasi dan semangat dalam belajar.

Dokumen terkait