• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menelusuri Kejayaan Umat Islam Melalui Surah Ar-Rûm

KEJAYAAN UMAT ISLAM

B. Menelusuri Kejayaan Umat Islam Melalui Surah Ar-Rûm

Surah ini sesungguhnya sangat pantas untuk diwahyukan kepada umat Islam pada saat ini, karena dengan sangat tepat ia mencerminkan keadaan masa sekarang. Surah ini memuat suatu pesan luar biasa, yang memberi dorongan dan kehidupan kepada ulama dan setiap individu yang bertanggung jawab, yang dengan penuh semangat dan perjuangan tanpa mengenal putus asa membawa pengetahuan dan kesadaran kepada anggota masyarakat.

Ramalan surah ini yang kemudian terwujud dengan sangat tepatnya, menarik untuk dikaji. Kekalahan Kekaisaran Romawi dan kemenangannya dalam saat yang telah ditentukan dalam Surah ar-Rûm merupakan suatu mukjizat yang membenarkan kenabian Muhammad saw., dan bahwa al-Qur’an firman Allah. Tetapi, apakah surah ini hanya dimaksudkan untuk meramalkan masa depan? Apakah ia hanya membicarakan tentang sesuatu yang terjadi sekali sebagai suatu mukjizat dan tidak lagi penting artinya sesudah itu? Tidak adalah pesan lain yang mendasar dalam surah ini bagi orang-orang yang menghadapi problematika masa kini, yang dikarenakan rasa tanggung jawab terhadap masa depan, menemukan suatu ideologi atau komunikasi yang bermanfaat bagi Umat Islam?

Apakah setelah al-Qur’an membuktikan ramalan-ramalannya, sudah berakhir pula tuntunannya? Tentu saja tidak. Tuntunan dan kemukjizatan al-Qur’an dapat dibandingkan dengan terbitnya matahari. Dalam setiap hari tanpaknya matahari sama, dalam kenyataannya dia melalui berbagai perubahan dalam peradaban dan generasi. Umat Islam membutuhkan al-Qur’an sebagaimana mereka membutuhkan matahari, terlepas dari masa sejarah, budaya, geneologi, geografis, dan sebagainya10.

Keadaan dan situasi dunia, juga kedudukan Nabi sebelum beliau hijrah ke Madinah, tepatnya ketika Surah ar-Rûm diturunkan mirip dengan kondisi pada saat ini. Pada waktu Arab sangat miskin, keadaan sahabat pengikut Nabi lebih buruk lagi, kebanyakan dari mereka adalah kaum jelata, tidak berdaya dan papa, tidak mempunyai modal harta, jauh dari kerabat. Dalam keadaan yang seperti itu al-Qur’an menjanjikan kemenangan dan kejayaan. Dan janji itupun terwujud tiada yang menyangkal. Nah dalam kondisi Umat Islam sekarang, yang mirip dengan keadaan awal umat ini, lemah tidak berdaya, berada di puritan peradaban, sangat penting mengangkat kembali pesan luhur dari Surah ar-Rûm. Hal ini untuk turut membuktikan bahwa al-Qur’an tetap hidup dan menjadi matahari penuntun kita meraih Kejayaan Umat.

10 Ali Syari’ati,

Membangun Masa Depan, Pesan Untuk Para Intelektual Muslim, terj. Rahmani Astuti, Bandung, Mizan, 1988, cet. 1. 106

a. Janji Allah Bagi Kejayaan Umat Islam di Pentas Dunia dan Kemenangan

yang Melampaui Nalar.11

ﱂﺍ

()

ﻡﻭﺮﻟﺍ

ِﺖﺒِﻠﹸﻏ

()

ﹶﻥﻮﺒِﻠﻐﻴﺳ

ﻢِﻬِﺒﹶﻠﹶﻏ

ِﺪﻌﺑ

ﻦِﻣ

ﻢﻫﻭ

ِﺽﺭﻻﺍ

ﻰﻧﺩﹶﺃ

ﻲِﻓ

()

ﻦِﻣ

ﺮﻣﻻﺍ

ِﻪﱠﻠِﻟ

ﲔِﻨِﺳ

ِﻊﻀِﺑ

ﻲِﻓ

ﹶﻥﻮﻨِﻣﺆﻤﹾﻟﺍ

ﺡﺮﹾﻔﻳ

ٍﺬِﺌﻣﻮﻳﻭ

ﺪﻌﺑ

ﻦِﻣﻭ

ﹸﻞﺒﹶﻗ

()

ِﺣﺮﻟﺍ

ﺰﻳِﺰﻌﹾﻟﺍ

ﻮﻫﻭ

ُﺀﺎﺸﻳ

ﻦﻣ

ﺮﺼﻨﻳ

ِﻪﱠﻠﻟﺍ

ِﺮﺼﻨِﺑ

ﻢﻴ

()

ِﻪﱠﻠﻟﺍ

ﺪﻋﻭ

ﹶﻥﻮﻤﹶﻠﻌﻳ

ِﺱﺎﻨﻟﺍ

ﺮﹶﺜﹾﻛﹶﺃ

ﻦِﻜﹶﻟﻭ

ﻩﺪﻋﻭ

ﻪﱠﻠﻟﺍ

ﻒِﻠﺨﻳ

()

ِﻦﻋ

ﻢﻫﻭ

ﺎﻴﻧﺪﻟﺍ

ِﺓﺎﻴﺤﹾﻟﺍ

ﻦِﻣ

ﺍﺮِﻫﺎﹶﻇ

ﹶﻥﻮﻤﹶﻠﻌﻳ

ﹶﻥﻮﹸﻠِﻓﺎﹶﻏ

ﻢﻫ

ِﺓﺮِﺧﻻﺍ

()

ﻭ

ِﺕﺍﻮﻤﺴﻟﺍ

ﻪﱠﻠﻟﺍ

ﻖﹶﻠﺧ

ﺎﻣ

ﻢِﻬِﺴﹸﻔﻧﹶﺃ

ﻲِﻓ

ﺍﻭﺮﱠﻜﹶﻔﺘﻳ

ﻢﹶﻟﻭﹶﺃ

ﻻِﺇ

ﺎﻤﻬﻨﻴﺑ

ﺎﻣﻭ

ﺽﺭﻻﺍ

ﹶﻥﻭﺮِﻓﺎﹶﻜﹶﻟ

ﻢِﻬﺑﺭ

ِﺀﺎﹶﻘِﻠِﺑِﺱﺎﻨﻟﺍﻦِﻣ

ﺍﲑِﺜﹶﻛ

ﱠﻥِﺇﻭ

ﻰﻤﺴﻣ

ٍﻞﺟﹶﺃﻭ

ﻖﺤﹾﻟﺎِﺑ

()

ﺍﻭﺮﹸﻈﻨﻴﹶﻓ

ِﺽﺭﻻﺍ

ﻲِﻓ

ﺍﻭﲑِﺴﻳ

ﻢﹶﻟﻭﹶﺃ

ﻒﻴﹶﻛ

ﹶﺃﻭ

ﹰﺓﻮﹸﻗ

ﻢﻬﻨِﻣ

ﺪﺷﹶﺃ

ﺍﻮﻧﺎﹶﻛ

ﻢِﻬِﻠﺒﹶﻗ

ﻦِﻣ

ﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ

ﹸﺔﺒِﻗﺎﻋ

ﹶﻥﺎﹶﻛ

ﺎﻤِﻣ

ﺮﹶﺜﹾﻛﹶﺃ

ﺎﻫﻭﺮﻤﻋﻭ

ﺽﺭﻻﺍ

ﺍﻭﺭﺎﹶﺛ

ﹶﻥﻮﻤِﻠﹾﻈﻳ

ﻢﻬﺴﹸﻔﻧﹶﺃ

ﺍﻮﻧﺎﹶﻛ

ﻦِﻜﹶﻟﻭ

ﻢﻬﻤِﻠﹾﻈﻴِﻟ

ﻪﱠﻠﻟﺍ

ﹶﻥﺎﹶﻛ

ﺎﻤﹶﻓ

ِﺕﺎﻨﻴﺒﹾﻟﺎِﺑ

ﻢﻬﹸﻠﺳﺭ

ﻢﻬﺗَﺀﺎﺟﻭ

ﺎﻫﻭﺮﻤﻋ

()

ﻢﹸﺛ

ﱠﻠﻟﺍ

ِﺕﺎﻳِﺑﺍﻮﺑﱠﺬﹶﻛ

ﹾﻥﹶﺃ

ﹶﺃﻮﺴﻟﺍﺍﻭُﺀﺎﺳﹶﺃ

ﻦﻳِﺬﱠﻟﺍﹶﺔﺒِﻗﺎﻋ

ﹶﻥﺎﹶﻛ

ﹶﻥﻮﹸِﺰﻬﺘﺴﻳﺎﻬِﺑﺍﻮﻧﺎﹶﻛﻭِﻪ

()

Alif Lâm Mîm.Telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi

11

kemenangan kaum muslimin atas Persia dan Romawi yang terjadi hanya sekitar 15 tahun setelah pemberitaan ar-Rûm. Muhammad Jamaluddîn al-Qâsîmy, Maħâsinu at-Ta’wîl, Beirut, Dâr al- Kutub al-‘Ilmiah, 1997, cet. 1, jilid 8, h. 4.

kebanyakan manusia tidak mengetahui. Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?, Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya. Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang yang sebelum mereka? Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri. Kemudian, akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah (azab) yang lebih buruk, karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok- oloknya. ( ayat 1-10 )

Pada penutup Surah al-angkabût Allah menyebutkan anugerahNya yang telah dilimpahkan terhadap Negeri Haram Makkah, sedang negeri sekitar jauh dari rasa aman, berikut janji Allah terhadap orang-orang yang berjihad akan mengantarkan mereka menuju jalan kebahagiaan dan bahwa Allah akan selalu bersama mereka. Maka pada awal surah ini Allah menyebut negeri-negeri Adidaya penguasa Timur dan Barat sebagai perkenalan akan peradaban dunia dan penyadaran akan keberadaan serta posisi kaum mu’minin dalam dunia internasional, berikut Kejayaan Umat Islam yang dijanjikan.

Al-Qur’an memberikan ramalan yang tepat tentang sesuatu yang terjadi. Apa, kapan, dan dimana sesuatu itu akan terjadi. Sebagaimana yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw., ayat ini Telah dikalahkan bangsa Rumawi, dan akan menang kembali dalam masa sepuluh tahun setelah kekalahan mereka dari negeri tetangga.

Kekalahan satu negeri adidaya atas adidaya yang lain merupakan kejadian luar biasa. Apalagi jika disusul dengan kemenangan setelah kekalahannya hanya selang beberapa tahun.

Al-Qur’an tidak mengatakan bahwa peristiwa itu akan terjadi dalam waktu

“dekat”, sehingga dapat mengundang berbagai ramalan. Namun dengan tanpa keraguan ia menetapkan masa setelah kekalahan dan sebelum kemenangan dalam waktu antara tiga sampai sembilan tahun saja. 12

Lawan dari Bangsa Romawi dalam peperangan waktu itu adalah Persia, nama Persia tidak disebutkan secara jelas pada surat ini. Menurut Yusuf al-Qardhâwy diantara hikmah tidak disebutkannya adalah karena Persia akan masuk Islam, dan menjadi tulang punggung kekuatan Islam.13

Alif Lâm Mîm adalah merupakan bagian dari huruf-huruf at-Taħajjî, setiap

surah dalam al-Qur’an yang dimulai dengan huruf seperti ini pasti diikuti dengan penyebutan al-Kitâb, at-Tanzîl, atau al-Qur’ân, kecuali Alif Lâm Mîm dalam ar-Rûm

dan al-Angkabût diikuti dengan pemberitaan ghaib masa mendatang, kesemuanya merujuk kepada keagungan akan apa yang dimuat oleh al-Qur’an.14 Allah mengetahui

12 al-Qur’an dua kali menggunakan kata

Bidl’i Sinîn, yang merujuk pada bilangan tahun, terdapat dalam surah Yûsûf ayat 42 dan pada ar-Rûm ayat 4. lihat Tim Penyusun Majma’ al-Lughah al-‘Arabiyah, al-Mu’jam al-Wasîd, Cairo, Majma’ al-Lughah al-‘Arabiyah Mesir, 1985, cet. 3, juz 1, h.

62. Muhammad Fuad ‘Abdu al-Bâqî, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâdzi al-Qur’ân al-Karîm, Beirut, Dâr al-Fikr, 1987, h. 123. sebagian mufassir mengartikan makna Bidl’i Sinîn, antara waktu satu hingga sepuluh tahun, Ibn al-‘Arabi, Aħkâmu al-Qur’ân, Beirut, Dâr al-Kutub al-‘Ilmiah, tth. Cet. 1, jilid 3, h.

522. Muhammad ar-Râzî, at-Tafsîr al-Kabîr wa Mafâtihul al-Ghaib, Beirut, Dâr al-Fikr, 1995, jilid 13, h. 94. Sa’îd Ħawa, al-Asâs fî at-Tafsîr, h. 4250. Wahbah az-Zuhaily, at-Tafsîr al-Munîr fI al-‘Aqîdah wa asy-Syarî’ah wa al-Manhaj, Beirut, Dâr al-Fikr, 1998, juz 21, h. 36.

13

Yusuf al-Qardlâwy, Kaifa Nata‘âmal ma’a al-Qur’ân al-‘Adhîm, Cairo, Dâr asy-Syurûq, 2000, cet. 2. h. 458

14

bahwa Telah dikalahkan bangsa Rumawi, oleh Bangsa Persia di negeri yang terdekat, dari negeri kamu wahai masyarakat Makkah, dan mereka Romawi tidak lama sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam sekian tahun yakni antara tiga sampai sembilan tahun. Sekitar tujuh tahun setelah wahyu pertama surah ini, pada bulan Desember 627, suatu pertempuran yang menentukan antara Romawi Bizanti dan Kerajaan Persia terjadi di Niveveh. Pada waktu itu secara tidak terduga tentara Romawi mengalahkan tentara Persia yang mengharuskan Persia membuat perjanjian untuk mengembalikan wilayah-wilayah yang telah mereka ambil. Kemenangan Adidaya Romawi yang dinyatakan Allah dalam al-Qur’an terbukti secara tepat dan menakjubkan.

Ada hal yang sangat menarik dalam surah ini, yakni pengumuman fakta geografis yang tidak bisa diketahui pada waktu itu. Pada ayat ketiga ar-Rûm, dinyatakan bahwa Bangsa Romawi dikalahkan di bagian negeri yang paling rendah (terdekat). Pernyataan adna al-Ardh banyak diterjemahkan dalam kitab-kltab tafsir sebagai tempat yang paling dekat. Kata adna dalam bahasa Arab berasal dari kata deni yang berarti dekat selain juga mengandung arti rendah,15 sedang al-Ardh berarti bumi, meski yang dimaksud disini adalah bumi Arab.16 Ungkapan adna al-Ardh mengandung pengertian tempat paling rendah di atas bumi.

Peperangan yang menentukan antara Adidaya Romawi dengan Adidaya Persia, Persia dikalahkan dan kehilangan Jerussalem terjadi dititik paling rendah

15 Rûħy al-Ba’labakî,

al-Maurid, Beirut, Dâr al-‘Ilmi lil al-Malâyîn, 1995, cet. 7. h. 67. 16

Muhammad ar-Râzî, at-Tafsîr al-Kabîr…Loc. Cit. jilid 13, h. 97. Sa’îd Ħawa, al- Asâs…Op. Cit. h. 4250.

diatas bumi ini. Daerah yang disebutkan ini adalah Lembah Laut Mati, yang terletak pada titik temu dari wilayah yang dimiliki Syiria, Palestina, dan Yordania. Laut Mati yang terletak 395 m di bawah permukaan laut, betul-betul merupakan titik paling rendah di atas bumi. Hal ini bararti Kerajaan Romawi dikalahkan di bagian paling rendah bumi sebagaimana dinyatakan di dalam ayat ketiga Surah ar-Rûm.17 Al- Qur’an dengan sangat tepat menentukan letak georafis peristiwa ini, padahal pengukuran-pengukuran ini hanya bisa diukur dengan tehnik-tehnik pengukuran modern.

Setelah pernyataan diatas, al-Qur’an kemudian menggaris bawahi mengapa semua ini terjadi, dengan mengatakan bahwa Milik Allah-lah semua ketentuan urusan sebelum dan sesudah (mereka menang).

Setelah pernyataan diatas, al-Qur’an kemudian menggaris bawahi mengapa semua ini terjadi, dengan mengatakan bahwa Milik Allah-lah semua ketentuan urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Ayat ke-4 dari surah ini mengingatkan kita, terutama para pengamat politik internasional yang mampu menganalisis dan mengulas sebab-sebab dan akibat-akibat dalam permasalahan dunia. Milik Allah-lah semua ketentuan urusan, baik Timur maupun Barat tidak dapat menguasai dunia, Allahlah yang berkuasa. Negara-negara Adidaya tidak menguasai kekuatan, kehidupan, kematian, masa depan, dan nasib bangsa-bangsa itu adalah milik Allah. Allah Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang

17

Harun Yahya, Pesona al-Qur’an, terj. Amdiar Amir, Jakarta, Robbani Press, Cet. I, 2002, h. 79

Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.18Negara-negara adikuasa belum pernah dan tidak akan pernah menguasai dunia. Segala sesuatu ditetapkan oleh Allah.

Meskipun bangsa (Barat) Romawi dikalahkan oleh bangsa (Timur) Persia, bangsa Romawi akan dapat menang lagi dalam waktu beberapa tahun saja. Karena kekuatan mengusai dunia berada ditangan Allah. Kemudian al-Qur’an menyatakan, Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu, orang-orang yang beriman menjadi gembira dan berjaya. Apa yang menyebabkan orang-orang beriman gembira? Adakah hubungan keberhasilan atau kegagalan negara-negara adikuasa dengan orang-orang beriman yang miskin, yang disiksa di Makkah?

Ayat-ayat pertama yang memberitakan kemenangan Romawi Bizantium atas Persia, merupakan prediksi tidak langsung bagi kemenangan Nabi dan kaum beriman terhadap kaum kafir. Ini dapat dibaca dari beberapa hal, antara lain adalah : Pertama, karena kaum beriman bersimpati kepada Romawi, tidak kepada Persia, sementara kaum kafir khususnya Makkah bersimpati kepada Persia. Status orang-orang Romawi sebagai pengikut ahlu al-Kitab, mereka walaupun telah jauh dari kitab suci (injil), namun akidah mereka masih lebih benar serta mereka lebih penyayang ketimbang paganisme Persia. Kedua, Kegembiraan kaum muslimin berdasarkan kepada naluri seseorang ketika senang melihat lawan yang lebih kecil –maksudnya

Romawi- menang dalam perang. Karena lawan yang lebih kecil itu secara otomatis akan lebih minim pula kekuatannya. Keadaan ini tentunya akan sangat mendukung untuk kemunculan agama Allah dan kemenangan Rasulullah melawan penentang agama ini.19 Ketiga, Kegembiraan kaum mu’minin disebabkan karena Allah swt., telah mengatur kekuatan struktural Romawi untuk kemaslahatan kaum muslimin. Setelah Allah memenangkan Romawi atas imperium Persia, mereka akan kehabisan tenaga. Kondisi ini akan membuka peluang bagi kemenangan kaum muslimin terhadap Romawi, dan terbukanya jalan untuk membangun tatanan dunia baru.20 Keempat, Keadaan Romawi saat itu, setelah dikalahkan oleh Persia, dalam keadaan porak-poranda sehingga sepintas lalu mustahil akan dapat menang atas Persia yang perkasa. Tetapi kenyataannya Romawi menang tidak lama setelah turun surat ar- Rûm. Berarti bahwa kaum berimanpun, dalam keadaan yang sangat lemah dan yang dirundung berbagai kesulitan, juga dapat menang atas kaum kafir yang kuat dan kaya. Awal kemenangan pertama dimulai dengan perang Badar yang merupakan titik balik seluruh sejarah umat Islam dan sejarah umat manusia keseluruhan.21 Dan kemudian kaum muslimin dapat mengalahkan Persia serta menjadikannya daerah Islam.22

19

Tijani Abd. Qadir Hamid, Pemikiran Politik Dalam al-Qur’an, terj. Abdul Hayyie al- Kattani, Jakarta, Gema Insani, 2001, h. 177.

20

Ibid. h. 178.

21

Nurchalish Madjid, Islam Agama Peradaban, Membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam Dalam Sejarah. Jakarta, Paramadina, 2000, cet. II, h. 31

22 ‘Abdu al-Karîm al-Khathîb,

at-Tafsîr al-Qur’âny li al-Qur’ân, Cairo, Dâr al-Fikr al-‘Arabi,

Penafsiran yang diketengahkan oleh az-Zamakhsyari mendukung pada kegembiraan kaum muslimin atas berdirinya peradaban baru di atas reruntuhan dua imperium dunia, meski dengan menggunakan argumentasi qirâ’at yang tidak

masyhur. Kata gulibat dibaca galabat, dan kata sayaglibûn dibaca sayuglabûn. Hal ini mengandung pengertian bahwa Romawi akan menang melawan desa-desa Syam, kemudian kaum muslimin akan mengalahkan mereka pada beberapa tahun mendatang. Ketika berakhir selang beberapa waktu kemenangan Romawi, kaum muslim mulai memerangi Romawi.23

Janji Allah untuk Kejayaan Umat Beriman, pengikut Nabi Muhammad saw., yang miskin dan tertindas. Mereka akan bebas, bahagia dan jaya. Al-Qur’an mengetengahkan suatu hukum universal, sebagaimana yang termaktub dalam surah, dan kehendak Allah yang akan berlaku serta menjadi ketentuan sejarah. Rencana- rencana negera-negara adikuasa untuk menindas bangsa-bangsa lain, meluaskan daerah kekuasaan dan merebut sumber-sumber daya alam, sama artinya dengan menyiapkan kejatuhan diri. Semakin menindas dan semakin gencar serangan yang dilakukan oleh kolonialis, semakin dekat mereka kepada kehancuran diri. Imperialisme dan kolonialisme akan membesarkan musuh-musuh mereka sendiri.24

Kesombongan dan persaingan kekuatan militer antara negara adikuasa, memaksa mereka terjun dalam militerisme, eksploitasi, dan kekejaman. Arah semacam itu menyebabkan kemampuan-kemampuan produktif mereka merosot.

23 Abu al-Qâsim Maħmûd az-Zamakhsyarî,

al-Kasysyâf ‘an Ħaqâiqi at-Tanzîl wa ‘Uyûnu al- Aqâwîl fî wujûhi at-Ta’wîl, Beirut, Dâr Iħyâ’I at-Turâst, 2001, cet. 2, juz 3, h. 472

24 Ali Syari’ati,

Generasi penerus kekaisaran yang semestinya dilibatkan dalam produktifitas dan pembangunan ekonomi, terpaksa bertempur di tanah jauh dan asing. Mereka disitu, membunuh atau dibunuh dan memberikan andil timbal balik kepada pelemahan dan penghancuran.25

Kedua Bangsa adikuasa Romawi dan Persia, terlibat dalam peperangan melelahkan kedua belah pihak berikut korban-korban negeri sekitar, akibat ambisi kekuasaan. Keadaan dua kekaisaran itu sedemikian rupa, sehingga tiga puluh sampai tiga puluh lima tahun setelah turunnya Surah ar-Rûm, Sa’ad Ibn Abi Waqqâsh (w. 55 H/675 M), dengan sedikit bantuan yang diterimanya dari Umar Ibn Khattab di Madinah, mampu mengalahkan Kekaisaran Persia. Salah satu benteng terkuat di dunia, didekat Ishfahan, yang merupakan pertahanan utama angkatan bersenjata Persia takluk dibawah kaum muslimin26. Ini terjadi hanya enam belas atau delapan belas tahun setelah hijrah, berarti juga sekitar enam tahun setelah wafatnya Nabi saw. Kekaisaran Timur menyerah kepada sekolompok orang Arab miskin yang tidak punya arti pada masa itu, yang masih awam tentang timur dan barat.

Pada saat yang sama ketika kaum Muslimin berhadapan dengan Bangsa Persia, kelompok lain memasuki wilayah Kekaisaran Barat. Di bawah pimpinan Amr Ibn ‘Ash (w. 43 H/661 M)27 kaum Muslimin memasuki wilayah Bizantium, mereka menyerang Benteng Babylon yang merupakan markas militer terbesar di dunia waktu

25 Ibid

26

Ahamad Tsalabi, Mausû’ah at-Târîħ al-Islâmi, Cairo, Maktabah an-Nahdlah al-Mishriyyah, 1996, cet. 14, juz 1, h. 592. Ibn Jarîr ath-Thabari, Târîħ al-Umam wa al-Mulûk, Beirut, Dâr al-Fikr, 1987, cet. 1, juz 4, h. 455.

27 Khâlid Abdu ar-Rahmân al-‘Ak,

Mausû’ah ‘Uzhamâ’Ħaula ar-Rasûl, Damaskus, Dâr an- Nafâis, 1991, cet. 1, jilid 2, h. 880.

itu28. Benteng yang kukuh dan terlindung dengan baik dapat ditaklukkan oleh orang- orang Muslim yang miskin dan kelaparan, serta tiada berpengalaman. Prajurit- prajurit yang terlatih baik berhasil ditaklukkan oleh orang-orang Muslim yang beriman.

Alif Lâm Mîm.Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Milik Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu orang-orang yang beriman menjadi gembira. Ayat 1-4.

Orang-orang beriman akan bebas, bergembira, dan berjaya pada hari ketika dengan bantuan Allah mencapai kemenangan. Allah memberikan kemenangan kepada mereka yang pantas mendapat bantuanNya dan berhak untuk menang. Pertolongan dan keterlibatan Allah ada yang melalui hukum-hukum sebab dan akibat yang telah ditetapkanNya yang dikenal dengan sunnatullah, sebagaimana juga ada yang tanpa melalui hukum-hukum tersebut, tetapi Dia “turun tangan” melalui apa yang dinamai ‘inayatullah atau yang lebih dikenal dengan madad.29Dengan

pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Ayat ke-5

Allah akan memberkati orang-orang yang lemah, yang berjuang dijalanNya, seperti yang ditegaskan pada penutup dari surah sebelum ar-Rûm, surah al-

28

Markas Militer Babilon terletak di Republik Arab Mesir, benteng ini membentang dari atas bukit kokoh dalam kota membentang hingga Sungai Nil. Benteng ini begitu luas dan sulit untuk menyaksikan seluruh bagiannya dengan berjalan kaki. Sekarang hanya bagian terpenting yang masih dipertahankan.

29

jika kalian bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kalian dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kalian dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda. QS. Âli ‘Imrân (3):125

‘Angkabût.30 Itulah janji Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (ayat ke-6). Allah menjanjikan bahwa setiap kelompok yang berjuang demi hak-haknya akan menang. Ini adalah janji Allah dan merupakan hukum universal yang dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat, tetapi kebanyakan orang tidak menyadarinya.

Orang-orang yang hanya mengandalkan intelektualitas, tidak mengetahui bahwa janji Allah akan Kejayaan Umat Islam pasti adanya dan akan menjadi fakta nyata. Yang diketahui oleh mereka hanyalah sebatas indera mereka saja. Mereka hanya mengetahui kulit kehidupan duniawi saja. Mereka hanya mengetahui tentang pertimbangan-pertimbangan dangkal, termasuk siapa yang memiliki administrasi lebih baik, dimana senjata-senjata yang paling canggih berada, dimana harta ditimbun. Penilaian dan analisa mereka sempit dan dangkal. Mereka hanya mengetahui kulit kehidupan duniawi saja, Mereka tidak dapat mengetahui dibalik hal-hal yang nyata. sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.

Al-Qur’an memerintahkan mereka-mereka yang hanya mengandalkan intelektualitas belaka, agar menggunakan cara berpikir yang lebih baik untuk mendapatkan pandangan cemerlang optimistis. Al-Qur’an melarang telalu bergantung kepada perkiraan-perkiraan, perhitungan-peritungan, dan analisis sempit,

30

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. QS. Al-‘Angkabût (29):69

Namun menganjurkan untuk berpikir secara universal, berusaha untuk menemukan dan memahami sumber-sumber ketentuan dunia, yaitu kehendak Allah.31

Dan Apakah mereka tidak memikirkan tentang diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya.

Ayat ini merupakan kecaman terhadap mereka yang hanya mengandalkan intelektualitas belaka tanpa diiringi dengan kemantapan iman, dengan mengajukan pertanyaan yang mengandung kecaman dan keheranan atas sikap mereka. Seakan- akan ayat ini menyatakan, apakah mata dan kalbu mereka telah demikian lemah dan