• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENENTUKAN HORIZON PERENCANAAN

POKOK PEMBAHASAN

4.2 MENENTUKAN HORIZON PERENCANAAN

4.2 MENENTUKAN HORIZON PERENCANAAN

Dalam membandingkan berbagai alternatif investasi kita membutuhkan suatu preode studi yang disebut horizon perencanaan. Horizon perencanaan adalah menggambarkan sejauh man kedepanya cash flow masih akan di pertimbangkan dalam analisis. Adalah penting untuk membedakan antara panjangnya horizon perencanaan dengan umur teknis (working life ) suatu peralatan atau infenstasi dan umur depresiasi ( depreceable life ) nya. Umur teknis adalah periode waktu aktual dimana suatu alat masih bisa di gunakan secara ekonomis, sedangkan umur depresiasi adalah waktu di mana suatu asset atau alat boleh di deprisiasi.

Horizon perencanaan mungkin tidak di pengaruhi oleh kedua jenis umur di atas. Horizon perencanaan hanyalah semata – semata bingkai waktu yang digunakan untuk membandingkan alternatif – alternatif dan semestinya secara realitis menunjukan periode waktu yang bisa memberikan estimasi aliran kas yang cukup

akurat. Dalam menentukan horizon perencanaan kita akan di hadapkan pada salah satu dari 3 situasi, yaitu mungkin alternatif - alternatif yang akan di bandingkan memiliki umur teknis yang sama, mungkin memiliki umur teknis yang berbeda – beda, atau mungkin juga memiliki umur yang abadi ( perpetual ).

Idealnya, alternatif – alternatif selalu di bandingkan pada periode waktu yang identik. Oleh karnanya, bila alternatif – alternatif memiliki umur teknik yang sama maka bisa di pilih suatu periode studi yang umum di gunakan dan tidak harus sama dengan umur teknisnya. Periode studi atau horizon perencanaan yang umumnya akan tergantung pada jenis asset atau invenstasi yang akan di bandingkan. Aset yang termaksud produk – produk yang perkembangan teknologinya cepat ( misalnya computer, alat – alat elektronik, dan sebagainya ) tentu membutuhkan horizon perencanaan yang lebih pendek dari pada produk – produk teknologi menengah yang tidak terlalu peka terhadap perkembangan teknologi.

Apabila alternatif – alternatif memiliki umur teknis yang tidak sama maka ada beberapa cara yang bisa di lakukan untuk menetapkan horizon perencanaan, antara lain :

1. Menggunakan kelipatan persekutuan terkecil ( KPK ) dari semua umur alternatif yang di pertimbangkan. Dengan cara ini diasumsikan bahwa aliran khas untuk semua alternatif akan berulang di masa yang akan datang sampai mencapai KPK. Sebagai contoh, misalkan alternatif A,B dan C masing – masing memiliki umur 2,3 dan 4 tahun maka horizon perencanaanya adalah 12 tahun bila kita menggunakan KPK- nya. Jadi, alterntif A berulang 6 kali, alternatif B 4 kali dan alternatif C 3 kali dengan aliran khas yang identik.

Metode KPK ini tidak cocok bila inflasi terjadi secara cepat atau teknologi berkembang secara pesat. Kedua situasi tersebut akan mengakibatkan perubahan – perubahan yang radikal pada aliran kas dari waktu ke waktu sehingga asumsi berulangnya aliran kas secara indentik tidak tepat pada kondisi seperti ini.disamping itu, metode KPK juga tidak cocok bila KPK dari alternatif – alternatif yang ada cukup besar. Misalnya bila alternatif A umurnya 11 tahun dan alternatif B 17 tahun maka KPK nya adalah 187 tahun.

Horizon perencanaan yang sepanjang ini tentu sangat tidak menjamin bahwa estimasi maupun analisis yang di lakukan akan bisa di percaya.

2. Menggunakan ukuran deret seragam dari aliran kas setiap alternatif. Deret seragam menunjukan jumlah penggeluaran dan penerimaan yang jumlahnya tetap ( seragam ) tiap periode ( tahun ). Dengan cara ini kita tidak perlu memilih horizon perencanaan yang sama untuk semua alternatif apabila alternatif – alternatif memiliki umur yang tidak sama. Bila metode ini yang digunakan maka nilai deret seragam pada masing – masing alternatif hanya perlu dihitung pada satu siklus saja karena nilai seragam ini belangsung selama umur dari alternatif yang bersangkutan. Dengan demikian, bila alternatif ini di lanjutkan lebih dari satu siklus maka aliran kas tahunanya masih tetap seragam.

3. Mengunakan umur alternatif yang lebih pendek dengan menganggap sisa nilai dari alterantif yang lebih panjang pada akhir periode perencanaan sebagai nilai sisa misalnya A umurnya 5 tahun dan B 7 tahun maka horizon perencanaanya adalah 5 tahun dan sisa nilai B pada tahun kelima di anggap sebagai nilai sisa ( nilai terminal ).

4. Menggunakan umur alternatif yang lebih panjang. Pada contoh di atas, dipakai horizon perncanaan 7 tahun. Dengan demikian maka alternatif A dianggap berulang dan ongkos pengantian ( pengulanganya ) hendaknya juga di perhitungkan. Pada akhir periode perencanaan sisa nilai A ( sebanyak 3 tahun massa pakai ) akan di anggap sebagai nilai sisa.

5. Menetapkan suatu periode yang umum di pakai biasanya antara lima sampai 10 tahun. Misalkan ada alternatif A yang umurnya 7 tahun dan alternatif B umurnya 11 tahun dan diambil periode perencanaan 10 tahun maka alternatif A akan berulang sekali dan kedua alternatif di tentukan nilai terminalnya pada tahun 10. Hal ini di ilustrasikan pada gambar 4.1.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 TV

P

Umur teknis 10 tahun

Periode perencanaan 10 tahun

Keterangan

P = investasi awal S = nilai sisa TV = nilai terminal

0 40

Alternatif A

Alternatif B

Gambar 4.1 ilustrasi penentuan periode perencanaan

0 8 16 24 32 40

0 5 10 15 20 25 30 35 40

(a) 𝐴 = [52.00060 +32.00020 ] = 𝑅𝑝. 2.467/𝑚2

(b) 𝐴 = [24.00060 +32.000

20 ] = 𝑅𝑝. 2.000/𝑚2

Gambar 4.2 diagram aliran kas ke dua alternatif selama 40 tahun,cat minyak (a) dan cat latek (b)

Contoh soal 4.1

Sebuah mesium harus di cat ulang karena usianya sudah cukup tua. Ada 2 macam cat yang sedang di pertimbangkan untuk di pilih salah satu. Pertama adalah cat minyak yang berharga Rp. 52.000/galon. Dan yang ke dua adalah cat latek yang harganya Rp.

24.000/ galon. Setiap gallon bisa mengecat 60 m2. Ongkos tenaga kerja adalah Rp.

32.000 / jam. Dalam 1 jam bisa di cat 20 m2 . cat latek di perkirakan tahan 5 tahun dan cat minyak 8 tahun. Dengan i% mana kah cat yang di pilih ?

Di sini di asumsikan, setelah 5 atau 8 tahun maka pengecatan ulang dengan cat yang sama dan ongkosnya juga di asumsikan masih identik.

Solusi :

a. Nilai KPK untuk kedua alternatif adalah 5 x 8 = 40 tahun. Kriteria yang di gunakan adalah nilai awal (p) untuk memperjelas persoalan ini perhatikan diagram pada gambar 4.2.

Nilai sekarang (p) dari kedua alternatif di atas adalah : Untuk cat minyak :

P = A + A (P/A,8%,8) + A(P/F,8%,16)+…+A(P/F,8%,32) = A ( 1+ 1,0751 )

= Rp. 2.467(2,0751) = Rp.5120 /m2

Dimana 1,0751 = ( P/A,85,1%,4) Bunga efektif = 85,1% di dapat dari Ieff = ( 1 + 0,08)8 – 1

= 0,0851 = 85,1%

Untuk cat latek :

P = A + A (P/A,8%,5) + A(P/F,8%,10)+…+A(P/F,8%,35) = A (1+1,9866)

= Rp.2.000(2,9866) = Rp.5.973/ m2

Bunga efektif 46,9% di dapat dari : Ieff = (1+0,08)5 – 1

= 0,469

= 46,9%

Jadi nilai awal dari ongkos alternatif pertama lebih kecil sehingga di pilih cat minyak .

b. Dengan deret seragam di peroleh nilai A untuk masing – masing alternatif sebagai berikut :

Untuk cat minyak : A = Rp. 2.467(A/P,8%,8) = Rp. 2.467(0,1740) = Rp. 249 / m2 Untuk latex :

A = Rp. 2000(A/P,8%,5) = Rp. 2000(0,2505) = Rp.501 / m2

Jadi, dengan perbandingan deret seragam dapat diketahui bahwa alternatif cat minyak lebih murah sehingga dipilih untuk di pakai.

Dokumen terkait