5. Faktor produk substitusi
4.6 Menyusun Strategi SI / TI
4.6.1 Menentukan target SI/TI
1. Perluasan daerah cakupan, adalah salah satu target yang dicanangkan oleh Smartfren, dengan cara meningkatkan baik kuantitas maupun kualitas BTS yang sudah ada. Pada saat ini Smartfren telah memiliki 4.475 BTS dengan kemampuan REV.B untuk melayani trafik berbasis EVDO. Dengan adanya 4.475 BTS tersebut, sudah mampu melayani trafik sekitar 480.000 nomer pelanggan data yang aktif, dengan bandwidth internet 22 Gbps dan 12.700 terabyte volume data. Untuk meningkatkan kemampuan pelayanan kepada para pelanggan, Smartfren merencanakan untuk menambah jumlah BTS sebesar 40% dari BTS yang sudah ada.
Strategi perusahaan:
• Meningkatkan penjualan produk-produk baru.
• Memperluas pangsa pasar melalui penetrasi wilayah baru.
• Meningkatkan kualitas infrastruktur yang sudah ada.
• Menambah jumlah infrastruktur yang sudah ada.
• Meningkatkan SDM dengan mengadakan training yang dibutuhkan.
• Mengadakan kontrak kerjasama dengan perusahaan lain dalam industri telekomunikasi.
Strategi SI/TI :
• Meningkatkan kualitas baik produk dengan adanya inovasi produk baru.
• Meningkatkan kemampuan infrastruktur dengan bantuan SI/TI.
• Menambahkan jumlah BTS untuk memperluas area jangkauan signal.
• Memperkuat hubungan kerjasama dengan perusahaan lain dengan dukungan aplikasi SI.
• Menyediakan fasilitas untuk sharing knowledge karyawan dan meningkatkan kinerja setiap karyawan dengan bantuan SI/TI.
2. Penetrasi wilayah juga dilakukan oleh Smartfren untuk memperluas area cakupan yang lebih luas. Setelah Jawa, Sumatera menjadi target daerah selanjutnya. Dengan merencanakan pembangunan BTS sebanyak 1.600 pada tahun 2013 ini. Ditambah dengan penambahan data core di Batam untuk melayani trafik di wilayah Sumatera.
3. Setelah pembangunan data core di Surabaya untuk melayani trafik di wilayah Indonesia bagian timur, sedangkan data core di Jakarta untuk melayani trafik di bagian barat Jawa. Untuk mengantisipasi peningkatan trafik data, selain data core, Smartfren juga merencanakan pembangunan transmisi Jakarta-Bintan-Batam-Singapura dengan kapasitas 160 Gbps.
Jika dilihat dari 3 point di atas, dapat disimpulkan infrastruktur memegang peranan penting bagi Smartfren, agar dapat memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi kepada para pelanggannya. Selain pembangunan infrastruktur, Smartfren perlu menjaga kelangsungan dari kinerja dari infrastruktur yang sudah ada. Untuk itu pengawasan dan pengaturan dari fungsi setiap infrastruktur, menjadi titik perhatian utama bagi Smartfren, sehingga hasil yang diraih menjadi optimal.
Untuk itu Smartfren membutuhkan sistem informasi yang handal agar dapat mendukung teknologi informasi melalui kinerja infrastruktur yang ada.
Perencanaan pembangunan BTS dan juga infrastruktur lainnya, haruslah sesuai dengan kebutuhan dan juga tepat sasaran. Perencanaan pembangunan infrastruktur tersebut membutuhkan data-data yang akurat, agar target dari pembangunan infrastruktur dapat tercapai dan memberikan hasil yang optimal. Data-data yang
dimaksud dapat berupa data lokasi strategis pembagunan, data dimana BTS ataupun infrastruktur lainnya dapat berfungsi dengan baik sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal.
Data-data yang dibutuhkan tidak berhenti pada tahap pembangunan infrastruktur, tetapi juga berlanjut sampai dengan tahap operasional BTS atau infrastruktur lainnya. Data-data tersebut dapat berupa data kinerja dari BTS dan infrastruktur lainnya, data infrastruktur yang rusak, dan juga data kapasitas dari BTS dan infrastruktur lainnya.
4. Dengan adanya peningkatan permintaan akan data service dari para pelanggan, Smartfren menargetkan 60% s/d 65% dari total pendapatan didapat dari jasa data. Dari penetapan target tersebut, Smartfren membutuhkan sistem informasi agar dapat mempertahankan pelanggan data yang ada. Untuk itu Smartfren memerlukan sebuah sistem informasi yang dapat memberikan data mengenai kebutuhan pelanggan data, sehingga loyalitas dari pelanggan data dapat diperoleh.
Data-data yang dimaksud dapat berupa trend pelanggan data, intensitas penggunaan aplikasi, mengenai trend teknologi (gadget, handset) yang sedang digemari oleh pelanggan, dan juga tingkat kebosanan pelanggan data terhadap suatu aplikasi atau service yang tinggi penggunaannya. Dari data-data inilah, Smartfren dapat mengambil langkah maupun menentukan strategi-strategi pengembangan yang perlu dilakukan.
5. Dari sisi pemasaran produk, untuk meningkatkan penjualan, Smartfren membuat terobosan baru dengan cara memasarkan produk-produknya melalui clustering distributor, yaitu pengelompokan distributor-distributor per wilayah.
Hal ini dilakukan agar dapat mengukur tingkat penjualan dari masing-masing wilayah. Dari program ini, terdapat distributor dengan perincian sebagai berikut:
1. Untuk wilayah Jabodetabek ada 29 distributor.
2. Untuk wilayah Sumatera bagian utara ada 10 distributor sedangkan untuk bagian barat ada 6 distributor.
3. Untuk wilayah Jawa Tengah ada 15 distributor, Jawa Timur ada 16 distributor, dan Jawa Barat ada 8 distributor.
4. Untuk wilayah Makasar dan Manado ada 3 ditributor.
5. Untuk wilayah Pontianak ada 1 distributor.
Setiap distributor boleh melakukan pengambilan barang selama deposit dari setiap distributor masih mencukupi. Dan barang yang dibeli dapat berupa staterpack dan handset. Kendala yang dihadapi adalah pada saat stok barang tidak dapat terkontrol dengan baik. Data stok barang tidak dapat dengan cepat diupdate dan diinformasikan kepada distributor. Sehingga proses transaksi menjadi tertunda.
Dari keadaan ini maka diperlukan sebuah sistem informasi yang dapat memberikan data stok barang kepada distributor dengan cepat dan real time.
Sehingga proses transaksi pemesanan barang juga dapat dilayani sesuai dengan permintaan, tidak memerlukan adjustment order dikarenakan stok barang yang tidak mencukupi.
6. Smartfren yang terdiri dari beberapa regional branch office, branch dan sub branch dengan ribuan karyawan, dimana untuk proses internal saling terkait satu sama lainnya. Namun sampai dengan saat ini, setiap karyawan hanya dapat berinteraksi melalui telepon dan e-mail.
Sering kali terjadi kendala komunikasi, pada saat karyawan dari HO (head office) dengan RBO, branch, sub branch. Dikarenakan tidak adanya sarana penyebaran informasi dan juga knowledge, yang dapat diakses oleh seluruh karyawan.